NovelToon NovelToon

Pernikahan Bisnis

Bab 1

Sudah berapa hari aku disini? Sehari? Seminggu? Atau sebulan? Entahlah. Mungkin lebih tepatnya 18 bulan aku di sini. Meskipun hampir 2 tahun aku berada di dalam rumah yang bak istana kerajaan ini tapi aku seperti orang yang tak nampak.

Semua pelayan di mansion ini mengabaikanku karna aku adalah nyonya rumah yang diabaikan oleh suaminya sendiri yaitu tuan pemilik mansion ini.

Aku sadar pernikahan ku terjadi bukan atas dasar cinta, akan tetapi atas dasar kepentingan bisnis.

Meskipun aku tak mengharapkan cinta dari suamiku bukan berarti pula aku ingin diabaikan oleh para pelayan. Aku lelah. Itu yang aku rasakan.

Sebelum menikah aku hanyalah seorang karyawan biasa yang bekerja di sebuah perusahaan. Yang aku tau hanyalah kerja, kerja dan kerja. Karena dengan bekerja aku merasa bahagia.

Aku tipikal orang yang tak enakan dan selalu berhati-hati dalam bertindak, hal itu aku lakukan karena aku tak ingin di benci. Karena sikapku yang seperti itu aku selalu dimanfaatkan oleh rekan kerjaku. Pekerjaan yang tidak dapat mereka selesaikan selalu mereka limpahkan kepadaku. Akupun tak menolak dan tetap mengerjakannya. Hal itu membuatku sering lembur, tapi mereka tak peduli. Bahkan jika proyek itu berhasil maka merekalah yang mendapatkan pujian dan sebaliknya ketika proyek tak berjalan dengan baik mereka akan memaki dan bahkan menghinaku. Sama seperti saat itu.

Saat itu proyek yang aku kerjakan tak berjalan lancar. Atasanku memarahiku hingga memecat ku, aku merasa tak adil. Untuk pertama kalinya aku membalas makian bosku sekaligus menyerahkan surat pengunduran diri.

Sesampainya di kontrakan aku bertemu dengan kedua orang tuaku yang menunggu di depan pintu kontrakan ku.

Aku terkejut orang tua yang tidak pernah memperdulikan anaknya tiba-tiba datang berkunjung. Dan ternyata benar mereka datang dengan tujuan ingin menikahkan aku. Lebih tepatnya menjual diriku dengan atas nama pernikahan.

Rasanya aku hampir gila, ingin marah tapi aku mencoba menahanya. Dan akhirnya aku menerimanya. Dan siapa sangka aku menikah dengan seorang konglomerat.

Saking frustasinya dengan kesehatan mental yang terganggu beberapa bulan setelah menikah aku mengalami kesulitan berbicara selama kurang lebih 5 bulan. Aku hanya merasa lelah, dan hal itu memperburuk hubungan ku dengan suamiku. Karena hubungan yang buruk itu semua pelayan mulai mengabaikanku dan meremehkan ku. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mulai mengerjai ku. Tapi aku hanya diam saja. Dan hal itu terus berulang sampai tak terasa sekarang hampir 2 tahun.

Mungkin memang butuh waktu yang lama untukku bangkit. Kini entah dorongan apa yang membuatku tiba-tiba sangat bersemangat dan bahkan aku ingin melakukan banyak hal. Mungkinkah karena hidupku tinggal sebentar lagi??

Asholatu khairum minan naum.

Suara azan berkumandang dengan sayup-sayup. Karena letaknya yang lumayan jauh dari mansion.

Akupun terbangun dan bergegas mengambil air wudhu. Dan kemudian sembahyang. Aku sadar aku bukanlah manusia yang taat beribadah. Tapi entah hidayah apa yang merasuki diriku ini. Tapi bukankah ini perubahan yang baik.

Setelah itu aku melihat sekeliling ku ternyata sangat berantakan. Gorden yang tak pernah di ganti oleh pelayan. Lantai yang jarang di sapu. Bahkan seprai ku entah kapan mereka ganti. Aku pun keluar mengambil beberapa peralatan untuk membersihkan kamarku.

Dua jam berlalu hanya untuk membersihkan debu di kamarku. Aku merasa puas melihat aroma kamarku yang bersih dan tidak pengap. Untuk gorden, seprai dan karpet nanti akan kuganti setidaknya sekarang cukup nyaman untuk dilihat.

"Alhamdulillah akhirnya selesai. Semoga perubahan ini membuatku menjadi lebih baik lagi. Fighting!" Ucapku menyemangati diriku sendiri.

Aku kemudian bergegas untuk mandi.

"Ahhh... Astaga emang paling nikmat setelah bekerja berendam air hangat." Ucapku bahagia sambil memainkan busa sabun.

Setelah puas berendam dan membersihkan diri aku menuju dress room.

"Oh astaga bukankah aku istri konglomerat? Kenapa aku baru sadar kalau aku tak pernah membeli pakaian dari uang suamiku? Bukankah terlalu sia-sia jika punya suami tajir melintir tapi gak bisa menikmatinya. Hahahha" Aku tertawa garing menertawakan diriku sendiri. Jujur aku merasa sangat bodoh.

Akupun akhirnya memilih midi dress dengan kerah V berwarna putih tulang dan ada bunga-bunga kecil. Kemudian memoles wajah dengan natural hanya agar tampak lebih fresh.

Jam sudah menunjukan pukul 06.30 aku mulai bergegas ke bawah menuju ruang makan untuk sarapan bersama suamiku.

Saat tiba di ruang makan aku melihat suamiku sudah duduk di sana sambil memegangi ipadnya. Jantungku berdebar melihat hal tersebut, suamiku sangat tampan. Tapi auranya seperti mafia yang terkadang aku tak mampu menatapnya.

Dengan mencoba menetralkan detak jantungku aku duduk di kursi paling ujung sebelah kiri dan suamiku paling ujung sebelah kanan. Meskipun kami duduk berhadapan namun jarak kami cukup jauh terhalang meja mungkin panjang meja ini lebih dari 3 meter. Entahlah aku juga tak mengukurnya.

Glek

"Maaf sepertinya aku terlambat. " Ucapku berusaha tenang.

Suamiku nampak menghentikan aktivitas nya dan melirik ku.

"Tidak, aku baru datang." Ucapnya sambil meletakkan ipadnya.

Pelayan mulai menyajikan makanan. Aku tidak tahu menu apa yang disajikan ini. Ada berbagai jenis roti, sayuran seperti salad dan macam-macam. Aku selalu heran padahal kami hanya memakan sedikit tapi menu yang di sajikan sangat banyak.

Mungkin karena suasana hatiku yang baik aku pun menikmati makanan yang disajikan dengan lahap. Tapi jujur saja suasananya sangat hening bahkan aku khawatir dengan suara denting sendok ahhhh aku sangat rindu makan sambil menonton kartun kembar kepala botak.

"Suamiku." Panggil ku dengan canggung karena hampir tak pernah aku memanggilnya duluan.

Suami ku menatapku, jantungku berdetak kencang menatap matanya seolah-olah aku adalah mangsa. Aura mafianya sangat kuat seperti ingin membunuh seseorang.

"Su suamiku bisakah kamu memberiku uang?"

...----------------...

Mohon maaf teman-teman sebelumnya aku ingin curhat sedikit. Dulu aku juga pernah nulis ini di sini tapi karyanya belum selesai karna leptop rusak jadi enggak aku selesai kan. Dan judulnya berbeda dengan yang ini. Dan aku buat akun yang baru ini. pengen aku lanjutin lagi dengan ending yang berbeda. Dan ini sebenernya juga terinspirasi dari berbagai cerita nyata dan bukan. ada juga beberapa cerita yang pernah aku baca. Jadi mungkin kalau ada beberapa adegan atau cerita yang mirip mohon di maklumi ya tapi bukan berarti aku copy paste ya. Hanya terinspirasi dan aku ubah dengan gaya ku sendiri. Bagi yang suka lanjutkan membaca yang tidak juga tak apa. Jangan lupa juga kritik dan sarannya aku selalu menantikan agar aku bisa lebih baik lagi.

Bab 2

"Suamiku bisakah kau memberiku uang."Ucapku dengan tegas.

Suamiku mengerutkan keningnya menatapku sangat tajam. Iya, dia pasti sangat terkejut karena ini pertama kalinya aku meminta sesuatu darinya.

Suamiku adalah Alfarisqi Bagaskoro keturunan keluarga Bagaskoro generasi ke 10 berdarah campuran Arab dan jawa. Lelaki sempurna idaman para gadis dan calon mertua. Kekayaan yang melimpah, wajah yang tampan dan mempesona. Benar-benar sempurna secara fisik dan finansial.

Ia yang tak tertarik dengan cinta pun menolak semua lamaran yang datang padanya. Tapi Alfarisqi juga membutuhkan seorang istri untuk melanjutkan garis keturunan keluarganya. Syarat yang diajukan Alfarisqi untuk menjadi pasanganya sangatlah sederhana. Perempuan yang berasal dari kalangan menengah yang tidak mendambakan cinta dan ikut campur urusannya. Dengan syarat itu, tidak ada yang cocok selain keluargaku.

Keluargaku adalah keluarga Pramono keluarga yang berkecukupan awalnya. Tinggal di desa dengan mengelola perkebunan. Akan karena keserakahan seorang dari generasi ke 5 membuat keluargaku semakin miskin hingga generasi sekarang.

Keluargaku menjalin hubungan kerja dengan keluarga Bagaskoro karena perkebunan yang kami kelola sekarang milik keluarga Bagaskoro.

Dan aku pun terpilih sebagai pasangan Alfarisqi, tentu saja pernikahan ini tidak ada cinta. Pada kenyataannya Alfarisqi adalah suami terburuk. Meskipun mendapatkan gelar nyonya Bagaskoro yang tinggal di mansion mewah nan indah tetapi aku tak mendapatkan perlakuan yang manusiawi.

Aku Clarissa Putri Permono sangat takut dengannya. Tatapan matanya yang sangat menusuk dan dengan karakter ku yang pemalu aku tak pernah meminta apapun darinya. Bahkan aku tak bisa mengeluarkan suaraku karena setiap kali ingin berbicara tenggorokan ku terasa sakit.

Tentu saja Alfarisqi sadar bahwa aku tak pernah meminta apapun. Karena dia juga merasa telah memberikan kehidupan mewah untuk istrinya. Dan ia pun tak peduli. Tetapi hari ini untuk pertama kalinya.

"Berapa yang kau butuhkan?" Tanya Alfarisqi.

"Terserah kau saja, tapi aku butuh nya uang tunai bukan cek atau card." Ucapku lantang.

Alfarisqi menatapku sambil jari telunjuknya mengetuk ngetik meja.

"Tak banyak yang aku minta, sepuluh juta saja. Aku ingin membeli sesuatu agar hidupku tak terasa membosankan. Bukan kah itu tak terlalu banyak menging... "

"Berhenti!" Ucap Alfarisqi tegas

Ahhh ternyata aku melukai harga dirinya. Aku tahu dia kaya dan sepuluh juta adalah nominal kecil baginya. Tapi sepuluh juta bagiku bukanlah sedikit, bahkan mungkin aku bisa membeli cilok bersama grobaknya.

Aku pun menggigit bibir bawahku sendiri.

"Akan aku beri uang tunai nanti siang melalui Ben. Dan belilah apapun yang kau inginkan tak perlu meminta izin padaku. Jika uangnya habis kau bisa meminta kepada Benny lagi." Ucap Alfarisqi panjang kali lebar.

"Apapun itu?" tanyaku spontan.

"iya, apapun itu. Kalau begitu aku berangkat dulu. " Ucap Alfarisqi sambil berlalu meninggalkan meja makan.

Wah... entah mengapa aku sangat senang mengapa tidak dari dulu aku lakukan. aku merasa sangat bodoh karena tak bisa memanfaatkan kehidupan mewah hampir dua tahun ini.

"ternyata aku benar-benar bodoh. Untung cepet sadar. " Gumam ku sambil tersenyum kecil.

aku pergi berjalan mengelilingi mansion sebagian pelayan yang tak sengaja bertemu dengan ku terkejut. Yah... mungkin mereka heran, bagaimana tidak orang yang biasanya hanya mengurung diri di kamar kini mengelilingi mansion. Aku tak peduli dengan hal itu.

Langkah kakiku pun terhenti di taman belakang.

"Wahh... Masyaallah bagaimana mungkin aku baru tahu kalau mansion yang pengap itu memiliki taman yang sangat indah." Ucapku takjub.

"Aku semakin sadar bahwa aku benar-benar bodoh." Imbuhku dengan nada lirih.

Aku terus berjalan menginjak rerumputan hijau. Dan melihat ada semacam gazebo disana. Di dekat gazebo terdapat ayunan. Aku duduk di ayunan sambil mengamati sekitar. Taman.

"Nyo nyonya adakah yang bisa kami bantu?" Tanya seorang lelaki paruh baya kepadaku.

"Apakah Bapak yang mengurus taman ini?"Tanyaku balik.

"Benar nyonya, Saya Mardi tukang kebun disini."Ucap Pak Mardi sambil menunduk sopan.

"Apakah hanya Pak Mardi yang mengurus kebun ini sendirian?"Tanyaku lagi.

"Tidak nyonya, disini ada 5 orang laki-laki dan ada 3 orang perempuan. Jadi total pengurus taman ada 8 orang nyonya."Pak Mardi menjelaskan dengan ramah dan sopan.

"Apakah mengurus taman ini juga termasuk kolam renang yang ada di ujung sana?"Tanyaku sekedar penasaran.

"Benar nyonya."

Aku menganggukkan kepala tanda memahami perkataan Pak Mardi.

"Ehmmm Ngomong-ngomong Pak Mardi bukankah taman ini terlalu hampa?"

"Ya? Maaf saya tak mengerti nyonya." Pak Mardi tampak panik.

Aku tersenyum, "Bukankah lebih indah kalau ada bermacam-macam bunga? "

"ohh benar nyonya. Hanya saja, saya tak berani untuk membeli tanaman lagi tanpa persetujuan nyonya ataupun tuan. Selama ini kami hanya merawat tanaman yang sudah ada saja." Jelas Pak Mardi.

"Baiklah kalau gitu bisakah kirim salah satu pelayan taman untuk menemani saya belanja tanaman."Pintaku.

"Permisi nyonya, Tuan Benny mencari anda."Belum sempat Pak Mardi menjawab datang pelayan menyela pembicaraan kami.

Akupun mengikuti pelayan itu menuju ke lantai 3. Disana tampak terlihat Benny berdiri di depan pintu kamar ku.

"Nyonya saya kesini memberikan permintaan nyonya kepada tuan tadi pagi."Ucap Benny tanpa basa basi.

"Baiklah mana?" Aku mengulurkan tangan kanan ku seperti anak meminta uang jajan kepada ibunya.

"Ini nyonya." Alih-alih memberikan uang tunai Benny justru memberiku dua koper berwarna hitam.

Akupun merasa bingung."Ben, apakah kita miskomunikasi?"tanyaku heran.

"Tidak nyonya, uang yang anda minta ada di dalam koper ini. Dan yang satu koper ada berangkat mungkin nyonya akan membutuhkan untuk menyimpan uang" Tegas Benny.

"Apakah uangnya berupa koin? Kenapa harus dimasukan kedalam koper segala sih." Ucapku merasa aneh dengan tingkah asisten suamiku.

"Tidak nyonya, uang nya berupa pecahan 100 ribuan dan 50 ribuan. Yang 50 ribuan totalnya 200 juta dan untuk yang 100 ribuan totalnya 300 juta. Jadi total semuanya 500 juta. Maafkan saya, karena permintaannya baru tadi jam 7 maka saya hanya bisa mengambilkan uang segini saja jika masih kurang... . "

"Stop! oke oke aku paham. Dan terima kasih. Kamu boleh pergi."

Akupun masuk kedalam kamar seperti orang yang linglung.

"Astaga apakah Alfarisqi tukang cetak uang? aku minta 10 juta di kasihnya 500 juta. Bukankah seharusnya aku tadi minta 20 juta mungkin dia akan memberiku 1 Milyar. Hahahha sepertinya otakku sedikit konslet." Ucapku sambil memandangi dua koper yang ada di depanku.

Ku buka perlahan koper pertama ternyata isinya adalah brangkas. Brangkas yang sebesar koper ini ternyata sangat berat. aku meletakkan di dalam lemari di dress room. akupun juga membuka koper satunya yang berisi uang 100 ribuan dan 50 ribuan.

setelah ku tata di brangkas aku mengambil beberapa uang untuk shoping.

...****************...

Bab 3

"arghh akhirnya selesai juga aku shopping bukankah aku nanti harus berterima kasih kepada suamiku." Gumam ku.

"Mbak Sum ini kue makanlah dengan yang lainnya anggap ini sogokan untuk membantuku merawat bunga-bunga ku ya. " Ucapku sedikit bercanda.

"Te terima kasih nyonya." Ucapnya sambil menunduk sopan.

"Permisi nyonya, belanjaannya di taruh dimana ya?" Tanya Pak Basuki supir yang tadi mengantar ku.

"Ahhh benar aku harus membawa belanjaanku ke kamar ku. Biar aku saja Pak yang membawanya." Ucap ku sambil tersenyum.

"Apaa? tidak tidak nyonya mari saya bantu. Atau saya panggilkan Nak Rangga dia biasanya bagian bawa-bawa barang nyonya." Ucap Pak Basuki panik.

"Bolehkah? tapi jangan Pak Basuki hlo ya. Pak Basuki tadi sudah membantu saya jadi harus istirahat! " perintah ku.

"Siap nyonya besar. " Ucap Pak Basuki penuh semangat.

Aku pun hanya mengambil kantong makanan yang tadi aku beli.

"Lina! " panggil ku kepada pelayan muda yang sedang membawa cucian itu.

Lina adalah salah satu pelayan yang selalu berusaha menyemangati ku, di saat yang lain mencemooh dan menghinaku hanya Lina yang selalu berusaha membela ku. Padahal dia tau konsekuensi membela ku maka dia akan di jauhi oleh pelayan yang membenciku.

"Nyonya. Ada apa?" tanya Lina

"Aku membeli kue dan milk tea ayo kita nikmati bersama!" Ajakku

"Ma maafkan saya nyonya seperti tidak bisa, Kak Mila meminta saya mengerjakan sesuatu. Maafkan saya nyonya." Ucap Lina dengan ragu-ragu.

Melihat reaksi Lina, dan melihat tanganya yang lecet, berkeringat dan pakaian lebih kusut menandakan dia yang paling banyak bekerja.

Melihat Lina seperti itu selalu mengingat kan aku pada diriku dulu. Lina pelayan paling muda dan paling sering di suruh-suruh apalagi ketika para pelayan senior yang terang terangan membenci ku maka mereka akan menyerang Lina juga. Karena mereka tahu bahwa Lina membela ku.

"Eittss apa kamu lupa siapa aku? Aku kan nyonya besar di kediaman ini. Jadi kamu tinggal bilang saja dengan Mila kalau aku yang menyuruhmu menemaniku. " Ucapku dengan penuh percaya diri.

"Ba Baik nyonya." Ucap Lina penuh semangat.

Aku dan Lina pun menuju ke dapur membawa banyak macaron, kue dan berbagai milk tea.

"selamat siang nyonya." Sapa para pelayan dapur yang berjumlah 3 orang perempuan paruh baya dan seorang chef.

"Nyonya apakah ada menu yang nyonya inginkan untuk makan malam nanti?" Tanya seorang chef yang bernama Anton.

"Oh tidak aku hanya ingin membagikan milk tea ini dan juga beberapa macaron dan kue. Silahkan kalian nikmati bersama. Kalau begitu aku pergi dulu. " Ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.

Aku pun berlalu meninggalkan dapur menuju kamarku.

Pov orang-orang dapur

"Astaga apakah benar bahwa itu nyonya kita yang setiap berjalan seperti mayat hidup?" Tanya salah satu pelayan yang bernama Anita.

"Ssttt jaga ucapan kalian bagaimana pun beliau adalah orang yang kita layani tak baik jika kita membicarakannya di belakang." Kata pelayang yang sering di panggil Mak Jum itu.

"Tapi bukankah perubahan itu bagus, Nyonya bahkan terlihat sangat cantik dan penuh semangat. Sepertinya tempat ini sebentar lagi akan menjadi lebih berwarna." Ucap Chef Anton

"Tapi bukankah ini terlalu tiba-tiba, kalau di film-film kalau ada seseorang yang tiba-tiba berubah tandanya dia akan menemui ajalnya." Ucap pelayan bernama Martina

"Astaga, jangan-jangan nyonya besar sakit parah?" timpal Anita

"Hus Hus kalian ini anak muda kalau ngomong pada ngelatur, kebanyakan nonton tipi kalian tuh." Omel Mak Jum.

Anton tertawa melihat rekan-rekan dapur nya. Anton pun berfikir haruskah dia membuat desert untuk makanan penutup nanti malam. Sepertinya nyonya besarnya sangat menyukai makanan manis.

Pov selesai.

Aku duduk di ruangan di depan kamarku disana semacam tempat santai di lantai 3. Di lantai tiga ini ada 2 kamar satu kamarku dan satunya kamar suamiku. Memang luas karena di dalam kamar pun terbagi menjadi 3 ruangan, kamar mandi, dress room. Sedangkan di depan kamar kita Ada lift, tangga dan ruang untuk bersantai.

Di ruang santai disini ada macam-macam bentuk sofa yang warnanya senada. ada tvnya juga. Padahal di lantai 2 ada bioskop mini. Sekedar informasi di lantai 2 ada ruang kerja suamiku dan di depannya ada Tempat kerja Benny jadi sebelum masuk ke ruangan suamiku ada ruangan Benny. Di lantai 2 juga ada tempat olah raga dengan berbagai macam Alat Gym dan di sebelah tempat Gym ada Mini Bioskop.

Sementara di lantai satu ada ruang tamu, ruang makan dan dapur. Sedangkan Lantai bawah ada gudang dan tempat parkir koleksi kendaraan suamiku.

"Permisi nyonya, ini barang belanjaannya di letakkan di mana?" Tanya Rangga yang datang membawa barang belanjaan ku bersama seorang temannya bernama Dimas.

"Oh iya, taruh situ aja. " Aku menunjuk kursi di samping Lina. "Oh ya, kenapa kalian lama sekali?"

"Maaf nyonya karena kami harus menaiki tangga. Lift hanya boleh di gunakan untuk kondisi tertentu. Jika sehari-hari para pekerja tidak diperbolehkan menggunakan lift. " Terang Rangga.

"oh gitu, oh ya kamu dan rekan-rekanmu ada berapa orang? Aku ingin membagi milk tea ini dan sedikit kue. Untuk karyawan satpam dan keamanan tadi sudah aku titip kan Pak Basuki." Tanyaku ke Rangga. Karena Rangga dan teman-temannya termasuk pekerjaan yang melakukan pekerjaan Berat dan urusan darurat, Bahkan mereka kadang setara dengan Bodyguard keluarga Bagaskoro. Jika keamanan menetap di kediaman maka Rangga dan teman-temannya kadang menemani Alfarisqi dinas keluar. Tapi saat Alfarisqi di rumah mereka merangkap menjadi tukang angkat-angkat barang. Hahahha karena mereka berotot.

"8 orang nyonya dengan ketua. Tapi ketua sedang tidak di tempat." Ucap Rangga tegas.

"Baiklah, Lina kasih 8 milk tea dan kue jika ketua tidak datang juga kamu boleh memakannya. Anggap saja rejeki kamu." Ucapku sambil tersenyum ramah

Lina pun membagikan milk tea ke mereka dan mereka pun berpamitan. Sementara aku menikmati tea time ku bersama Lina. Aku sangat menyukai Lina dia adalah anak yang supel dalam bergaul meskipun usianya sangat muda.

Setelah selesai tea time Lina pamit kembali untuk bekerja dan aku kembali ke kamarku mengganti seprai dan gorden yang tadi telah aku beli.

"Akhirnya selesai juga, istirahat sebentar lah." Aku duduk di kursi dekat jendela, melihat pemandangan luar yang indah.

tok tok tok

"Masuklah!"

Bbrakkk!!!

Aku terkejut Mila masuk sambil mendobrak pintu kamarku.

"Mila? Apa kamu tak bisa lebih lembut saat membuka pintu?" Ucapku dengan nada sedikit kesal.

"Saya datang untuk menyampaikan sesuatu nyonya."Ucapnya dengan nada angkuh.

"Katakanlah!" Sambil menahan kekesalan ku.

"Saya harap ke depannya nyonya tidak mengajak pergi pelayan yang sedang bekerja. Kami jadi mengalami hambatan dalam pekerjaan. Saya menghukum Lina. " Ucapnya dengan sombong dan angkuh.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!