NovelToon NovelToon

Terjebak Dalam Novel

Jia

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

...🍒Selamat membaca semua🍒...

"Dasar perempuan tidak tau diri! Mati saja, kau, Jia! Kali ini aku tidak akan mencegahmu melakukan hal konyol, sekarang terserah kamu, mau lompat dari jurang ini silahkan saja, aku tidak akan peduli lagi, semua ini keinginanmu sendiri," ucap seorang pria bertubuh tegap dengan suara terdengar dan mengancam dingin.

Perempuan bernama Jia itu, menatap pria berwajah tampan di hadapannya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sudah kesekian kalinya Jia mengancam sang suami, akan bunuh diri, jika Raka tidak mau membeikan perhatian atau pun membalas cintanya.

"Apa salahku, Raka?" ucap Jia dengan suara yang terdengar paruh, agar Raka merasa iba pada dirinya. "Aku hanya ingin kamu mencintaiku, apa salah seorang istri berharap cinta suami sendiri? Tidakkah kamu bisa mencintaku, seperti aku sangat mencintaimu. Sedikit saja apa susahnya? Apakah kamu tidak bisa memberi cinta untukku?"

Mendengar ucapan Jia, Raka tak habis pikir, padahal Jia sendiri tau selama ini caranya untuk mendapatkan cinta Raka dengan cara kotor. Dengan segala kelakuan licik Jia, bukannya membuat Raka mencintainya, tapi Raka semakin membenci Jia, dia rasanya tidak ingin melihat Jia.

Tatapan tajam dari Raka mengarah pada Jia, tangan pria itu mencengkam kuat dagu Jia yang masih berstatus sebagai istrinya, nyali Jia sedikit menciut melihat Raka saat ini, dia berusaha tenaga bersikap sesuai rencananya.

"Cinta katamu, bulshit, aku selalu berusaha sabar menghadapi semua tingkah lakumu yang selalu membutaku malu di depan keluarga, selalu membuatku muak dan jijik! Dan lagi kamu selalu saja berniat mencelakai Sania, yang tidak tahu apa-apa, Jiaaa Bramatyaaa!"

Jia menggelengkan kepala kuat. "Aku mohon Raka, sekali ini saja tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud demikian. Jika kamu tidak mau memaafkan ku, aku akan melompat kedasar jurang ini sekarang juga. "Ancam Jia berharap hati Raka akan luluh dan memohon agar dirinya tidak berbuat nekat.

Posisi Jia saat ini memang cukup mengerikan, dia berdiri di pinggir jurang dan Raka berada tepat di depannya, Jia berniat melompat ke dasar jurang yang cukup dalam itu, agar Raka mau memaafkannya dan mau memberikan perhatian pada dirinya.

"Raka, Jia benar, tolong jangan membuat dia takut. Maafkan Jia, Raka, bagaimanapun juga Jia istrimu, selamatkan dia jangan membuatnya semakin putus asa. Lagipula aku sekarang tidak apa-apa." Jia menatap si pembicara dengan senyum kecil.

Selama ini setahu Jia, Raka akan menuruti apapun keinginan Sania, sahabat kecil Raka. Jia masih berharap Raka mau mendengarkan Sania, dia juga tidak ingin mati sia-sia, semua ini hanya trik Jia saja agar Raka mau mencintainya, tentu saja Jia belum ingin mati.

"Tidakkk...Tolonggg...Rakaaa..."

###

Brak!

"Mba Mikaaa...." Terika kencang seorang gadis dari dalam kamar bernuansa biru indah. Suara teriakan menggema diseluruh ruang kamar, beruntung kamarnya kedap suara.

Dia bangkit dari duduk, setelah membanting keras sebuah novel yang baru saja dibaca, menumpahkan segala kekesalan luar biasa setelah membaca novel ke50nya. Tapi tangannya kembali memungut novel tersebut.

"Cerita apa ini! Jelek sekali, kenapa pula pemeran antagonis namanya sama denganku, mba Mika sepertinya memang sedang cari ribut!" raut wajahnya tampak semakin kesal.

Gadis itu membuka pintu kamar dengan kasar lalu berjalan keluar tak lupa membawa novel berukuran cukup tebal yang kembali dia pungut setelah dilempar dengan kuat, sampai membuat novel tersebut sedikit rusak.

Sambil berjalan menuju lantai satu, Jia sesekali meninju novel di tangannya cukup keras, menyalurkan kekesalannya yang semakin besar. Tak terima akan isi cerita dari dalam novel itu sendiri yang dibuat oleh kakak sulungnya merupakan penulis novel terkenal.

"Mba Mikaaa," panggilnya cukup keras, saat melihat sang kakak melintas di depan tangga.

Terikan Jia sampai membuat para penghuni rumah menatap kearah Jia yang masih berdiri diujung tangga paling atas.

Wajahnya mulai memerah serta tatapan marah dan kesal mengarah pada kakak sulungnya, Jia melangkah menuruni anak tangga dengan langkah tidak santai.

Mika yang merasa namanya dipanggil hanya menatap heran pada sang adik yang berjalan menuruni tanggan dengan tergeas-gesa.

"Apa sih Jia, pagi-pagi udah teriak-teriak nggak jelas. Terus pelan-pelan kalau turun tangga itu, jangan kayak dikejar setan, awas jatuh." Mika bersuara saat Jia masih berjalan menuruni anak tangga satu persatu.

"Mba Mika yang apa-apaan, bikin cerita novel sejelek ini! Mana pake nama Jia segala lagi, udah gitu nggak izin dulu sama Jia, kalau perannya bagus sih nggak papa, ini malah jadi antagonis! Tega banget mba Mika buat karakter Jia jadi jahat kayak gini!" protes Jia tidak terima seraya menujukan novel yang dipegang.

Mika menoleh santai, sedang mengunyah keripik. "Hah? Apa lagi sih? Bukannya kamu senang jadi inspirasi ceritaku?"

"Inspirasi? Kamu bikin aku jadi perempuan licik, jahat, manipulatif, dan... dan... jelek!" Jia membanting novel ke lantai, lalu menunjuk sampulnya. "Lihat ini! Bahkan ilustrasinya bikin aku kelihatan kayak penyihir!"

Mika tertawa sampai tersedak keripik. "Ya ampun, santai dong, dek. Namanya juga fiksi."

"Fiksi kepala kamu!" Jia berteriak.

Mendengar protes dari Jia akan bukunya yang belum lama ini rilis, membuat Mika tidak merasa bersalah, penulis novel dengan tema romantis itu malah tertawa membuat Jia semakin geram saja pada Mika.

"Abisnya kamu nyebelin banget sih, karena mba kesal jadi mba bikin aja karakter kamu begitu, mba cuman iseng doang kok. Eh, siapa sangka bukunya bakal terbit cetak."

"Iseng kata mba Mika." Jia yang semakin tidak terima hendak berlari dari tangga agar segera sampai di hadapan Mika. Tangan Jia rasanya sudah gatal ingin menjambak rambut Mika agar otaknya kembali normal.

"Jia, pelan-pelan jalan di tangga," tegur sang bunda dari lantai atas.

Sejenak Jia menoleh pada perempuan berhati malaikat yang selama ini selalu menyayangi dirinya dan kedua saudaranya.

"Iya bunda," sahut Jia tak lupa melempar senyum pada bundanya.

Naasnya, saat Jia hendak melanjutkan langkah kakinya malah terpeleset membuat tubuh Jia tidak seimbang sampai novel yang dia pegang terlempar dari tangannya.

"Mba..."

Brukkk....

Jia terjatuh tepat di depan novel yang barusan dia pegang, halaman novel terbuka. Disedikit kesadarannya Jia merasa dunianya berputar dan waktu seakan terhenti sejenak.

Dia tidak lagi mendengar suara Mika dan sang bunda yang berteriak panik, melihat dirinya jatuh dari tangga. Jia sempat mendengar samar-samar teriakan Mika dan bunda mereka yang sangat khawatir akan dirinya.

"Bagaimana ini, apakah sudah waktunya aku mati sekarang," guman Jia pada diri sendiri.

Jia merasakan dirinya sedang melintasi waktu. Buku-buku beterbangan didekatnya, selain itu lembaran novel sang kakak sesekali menabrak wajahnya membuat Jia bingung.

Dunia Novel

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

...🍒Selamat membaca semua🍒...

"Kenapa bisa begini?"

"Apa dia berniat bunuh diri lagi? Semua salahmu Raka. Kasihan sekali kamu, Jia."

"Semua memang salahku! Ya, memang selalu aku yang salah, dimata kalian aku selalu jadi penyebab Jia seperti ini, jadi terus saja salahkan aku. Apa kalian semua puas?"

"Tidak bukan begitu Raka, mama tidak bermaksud menyalahkanmu, begitu juga dengan kakekmu. Sekarang Jia sudah tenang di alam sana, untuk kali ini maafkan lah Jia, Nak. Mama tau semua berat untukmu, tapi bagaimanapun juga Jia tetaplah istrimu."

Sedangkan Jia merasa dirinya sangat terganggu mendengar keributan yang Jia sendiri tidak tahu disebabkan oleh apa, sesekali tangannya mengusap kuping sendiri, karena orang di dalam ruangan sama dengannya terus berdebat, ada pula yang menangis, membuat Jia merasa gendang telinganya mau pecah mendengar semuanya.

Samar-samar dia membuka kedua bola matanya secara perlahan, belum ada yang menyadari jika Jia kembali membuka matanya, semua orang yang berada di dalam ruangan itu seakan sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.

Jia menatap orang-orang di dalam ruangan itu satu persatu, posisinya masih berbaring di atas brangkar rumah sakit.

"Kalian semua kenapa berisi sekali, sih!" celetuk Jia cuek, sukses membuat beberapa orang yang berada satu ruangan dengan dirinya menatap Jia, raut wajah mereka berekspresi tampak berbeda-beda, ada yang terkejut, ada yang bahagia, ada pula yang menunjukkan raut wajah tidak suka.

'Tunggu sebentar, kenapa tidak ada ayah dan bunda disini? Lalu kak Mika dan Bisma juga dimana?' heran Jia tidak melihat keberadaan keluarganya.

Seingat Jia, dirinya jatuh dari tangga karena kesal dengan sang kakak. Tidak heran jika saat ini dia berada di rumah sakit, hanya saja yang membuatnya bingung kenapa tidak ada satu pun keluarganya di dalam ruangan ini? untuk menemani dirinya, biasanya jika Jia masuk rumah sakit tidak akan ada keluarga yang meninggalkan dia sendiri di ruang rawat, apalagi dengan orang tidak Jia kenal.

Rupanya bukan raut wajah mereka saja yang terkejut melihat Jia kembali hidup, Jia juga tampak terkejut dengan orang-orang yang dia lihat sekarang tidak Jia kenal.

"Jia, syukurlah kamu sudah sadar, nenek sangat lega melihat kamu kembali," ucap seorang wanita memasuki usia baya, tangannya sambil mengelus lembut punggung tangan Jia.

"Nenek?" bingungnya, seingat Jia, dirinya sudah lama tidak memiliki seorang nenek yang masih hidup.

"Kenapa? Apa kepalamu terbentur saat kamu nekat lompat ke dasar jurang, sampai lupa dengan nenek!"

"What! Melompat ke dasar jurang?" Jia menatap mereka satu persatu. 'Bukannya aku jatuh dari tangga, kenapa sekarang bisa melompat ke dasar jurang. Wah, wah, pasti ada yang salah disini, mana mungkin aku melakukan hal gila sampai melompat ke dasar jurang.'

Setelah menatap mereka satu persatu Jia masih belum menemukan jawaban yang pasti akan kebingungannya, sampai seorang perempuan yang Jia kira seumuran dengannya bersuara.

"Raka, jangan terlalu kasar dengan Jia, bukankah kita harus bersyukur dia baru saja selamat dari kematian."

Bukannya senang Jia malah tak suka dengan gadis yang baru saja bicara, belum kenal siapa orangnya saja Jia sudah tidak suka, gadis itu memutar bola matanya malas. Sampai beberapa detik kemudian dia seakan menyadari sesuatu yang sangat penting.

"Raka?" ucap Jia seraya menatap Raka secara saksama. 'Nama yang tidak asing, tapi dimana aku mengenal bajingan gila ini.'

"Benar Jia, Raka suamimu, seperti yang dokter bilang benturan di kepalamu cukup keras, sehingga membuatmu kehilangan ingatan untuk sementara." Gita menjelaskan dengan hati-hati.

Perempuan yang tadi bicara dengan Raka, kini berjalan mendekati Gita yang merupakan ibu dari Raka, perempuan itu mengelus lembut punggung tangan Gita.

"Tante Gita, benar Jia, jadi sekarang kamu harus banyak istirahat."

"Apa yang dikatakan Sania memang betul, kamu harus banyak istirahat Jia," sambung sang nenek dengan senyum lembut.

Orang yang diajak bicara sejak tadi tidak mendengarkan nasihat mereka semua, dia malah sibuk memikirkan keberadaannya sekarang yang cukup membingungkan.

"Raka, tante Gita, Sania, aku tidak asing dengan nama-nama barusan, dimana aku pernah bertemu atau mendengar nama mereka, ayo Jia kamu harus ingat," gumamnya yang hanya terdengar samar-samar ditelinga Raka yang berdiri paling dekat dengan Jia.

"Aku tau!" spontan Jia bersuara cukup keras, sampai membuat beberapa orang kaget. 'Sial sekali nasibku, kenapa harus terjebak di dalam cerita jelek ini, mba Mika sangat menyiksaku. Sekarang aku benar-benar menjadi antagonis yang sesungguhnya.' Jia dalam benaknya meratapi diri sendiri.

Tiba-tiba saja tubuh Jia kembali jatuh di atas brangkar setelah tadi berusaha untuk duduk, tubuhnya kembali berbaring seperti semula, hanya saja sekarang dia sudah kembali bernafas, Jia hanya pingsan setelah mengetahui kenyataan pahit yang dialami saat ini sungguh diluar dugaan Jia sendiri.

"Dokter, cepat panggil dokter!"

Tidak ingin membuat neneknya cemas, Raka bergegas memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Jia. Tidak butuh waktu lama Raka kembali dengan membawa seorang dokter.

Dokter pria paruh baya itu tampak bergegas memeriksa keadaan Jia, dia juga sekaligus cukup terkejut mengetahui Jia masih bernafas, karena tadi jelas di rumah sakit tersebut Jia sudah diputuskan telah meninggal akibat cidera serius yang ada di kepala dan punggungnya.

"Bagaimana keadaannya, dokter?" tanya seorang kakek yang sejak tadi berada di ruangan tersebut, tapi lebih memilih dia daripada bersuara.

Terlihat dokter bernama Wira menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kakek, tak lupa dokter memberikan sedikit senyum sehingga membuat lega beberapa orang dalam ruangan.

"Dia hanya pingsan, sebentar lagi akan kembali sadar. Ini sungguh keajaiban nyonya bisa hidup kembali, bahkan sekarang tubuhnya sudah lebih baik. Kalau begitu saya permisi dulu."

"Baik dok, terimakasih banyak," ujar kakek sebelum dokter pergi.

Sania, perempuan yang berdiri ditengah Raka dan Gita seakan tidak terima dengan kabar Jia yang kembali hidup setelah dinyatakan pergi untuk selamanya. Dia mengepalkan tangan kuat seraya menatap tajam kearah Jia tanpa ada satu pun orang yang menyadarinya.

'Sial Jiaaa! Kenapa kau tidak mati saja, hah! Kenapa masih hidup? Padahal jika kamu mati Raka akan seutuhnya jadi milikku, tidak akan ada yang mengganggu kebahagiaan kami berdua. Selama ini kamu hanya jadi penghalang antara aku dan Raka!'

'Lihat saja Jia, aku masih punya banyak cara untuk menyingkirkanmu dari kehidupan Raka maupun dari dunia ini.' Sania tersenyum penuh benci kearah Jia, senyum yang terlihat begitu mengintimidasi jika ada yang melihat.

Perubahan Sikap

...Bismillahirrohmanirrohim....

...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...

...بسم الله الر حمن الر حيم...

...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....

...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...

...🍒Selamat membaca semua🍒...

Memastikan semua orang di ruang rawatnya sudah pergi Jia kembali terbangun, dia menoleh ke pintu untuk memastikan benar-benar tidak ada siapapun lagi selain dirinya.

"Kenapa jadi seperti ini, sial sekali hidupku harus berhadapan dengan pemeran protagonis yang pura-pura polos dan Raka si bodoh itu," raut wajah Jia tampak terlihat kesal, harus menerima kenyataan pahit yang tengah menimpa dirinya.

"Aku sepertinya mengingat sebuah adengan menarik setelah aku dibawa ke rumah sakit."

Jia tersenyum jahat ketika mengingat sesuatu yang tidak mungkin dilewatkan, dia bergegas bangkit dari tempat tidurnya. Sekarang Jia merasa tubuhnya sudah lebih cukup baik dari sebelumnya.

"Setidaknya ada sedikit hiburan tinggal di dunia yang kecil ini."

Tidak ada yang tau jika Jia pergi meninggalkan kamar rawatnya, di tengah keramaian rumah sakit banyak orang berlalu lalang, Jia berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan perlahan-lahan, rasa sakit pada tubuhnya sejenak ia abaikan. Walaupun sudah cukup membaik tetap saja Jia perlu banyak istirahat tidak boleh keliaran dulu seperti sekarang ini.

Brukkk...

"Maaf, maaf," ucap Jia tidak sengaja menabrak seorang karena dia jalan terburu-buru.

Sedangkan pria yang Jia tabrak hanya menatap Jia dalam diam tak bicara sepatah kata pun, dia hanya terlihat bingung melihat tubuh Jia seperti mau pingsan hanya karena bertabrakan dengan dirinya, membuat Jia dalam hati.

'Sial, tubuh ini lemah sekali! Aku hanya tertabrak pelan tapi rasanya mau pingsan. Menabrak orang saja rasanya seperti ditabrak truk Kontainer. Seharusnya aku tidak hidup di dunia aneh ini, sudah punya tubuh begitu lemah, aku rasanya ingin pulang!'

Pria di hadapan Jia menatap bingung setelah mendengar perkataan Jia barusan. Yang membuatnya aneh dia tidak melihat Jia membuka mulut untuk kembali bersuara. 'Apa ada yang salah denganku?' heran pria itu bertannya pada diri sendiri.

'Oh tidak! Aku tidak boleh terus disini sebelum ketinggalan adegan menarik yang dilakukan Raka si bajingan itu dengan sahabat kecil tercintanya.'

Sejenak Jia menatap orang yang dia tabrak, Jia tidak menyadari keanehan pria di depannya ini. "Sekali lagi saya minta maaf, saya sedang terburu-buru, permisi," ujar Jia berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari pria yang tak sengaja dia tabrak barusan.

"Apa itu tadi," gumannya sambil terus memperhatikan punggung Jia yang terus menjauh dari hadapannya.

"Bos."

"Bos."

"Tuan Raymonnn!" si pemilik nama langsung menoleh seraya menatap tajam orang yang baru saja memanggil namanya.

"Asisten Liu! Saya tidak tuli, bisa tidak jangan terika-teriak!"

"Gimana saja nggak teriak bos, dari tadi dipanggil bos nggak nengok-nengok malah terus memperhatikan perempuan cantik yang tidak sengaja menabrak anda." Liu bicara dengan santai.

Tak sadar jika Raymon sudah menatapnya tajam seakan ingin membunuh Liu saat itu juga. "Asisten Liu, kau mau gajimu dipotong!"

"Hehe, tidak begitu Tuan Raymon, saya akan diam, anggap saja saya angin lalu."

Raymon tampak tidak begitu menanggapi Liu lagi, dia masih kepikiran akan kejadian barusan. Tapi diamnya Raymon justru membuat Liu bukannya merasa lega malah dia merasa posisinya semakin terancam tadi.

"Liu."

"Iya bos!" jawab Liu cepat, tentu saja pria dengan pakaian rapi itu tidak ingin lagi kena semprot oleh bosnya.

"Apakah kamu mendengar apa yang perempuan tadi katakan?"

"Tentu saja bos, dia minta maaf karena telah menabrak anda, dia juga bilang terburu-buru. Anehnya kenapa sepertinya dia sama sekalo tidak mengenal anda."

"Asisten Liu!"

"Heh, iya bos maaf, maaf."

Pria dengan tubuh atlet dan berwajah tampan penuh karisma, mengenakan stelan kantor itu hanya mengangguk pelan. Auranya terlihat sangat penuh wibawa.

"Selain itu apakah kamu mendengar dia mengatakan hal lain?" sekali lagi Raymon memastikan apakah ada hal aneh yang terjadi. Tapi gelengan kepala dari asisten Liu membuat Raymon merasa heran.

"Bos, kita hampir terlambat," ujar asisten Liu mengingatkan Raymon ada keperluan penting yang harus mereka lakukan di rumah sakit.

Bergegas Raymon kembali berjalan menuju sebuah ruangan pengurus rumah sakit Tama setelah membuat janji sebelumnya.

Sampai di ruangan yang dituju Raymon dan Liu segar masuk ke dalam, kedua orang itu terlihat bicara serius dengan pengurus rumah sakit Tama tersebut.

Tidak begitu lama mereka berada di dalam ruangan pengurus rumah sakit Tama, Raymon dan asisten Liu sudah kembali keluar berjalan didekat sebuah ruangan yang ada Jia di dalam sana.

Sementara itu Jia akhirnya sampai di depan ruangan yang ia tuju. Ia mengintip lewat kaca kecil di pintu dan melihat Raka serta Sania sedang berbicara serius.

'Aku hampir terlambat untuk melihat secara langsung adengan penuh drama ini. Tubuh ini begitu lemah sehingga berjalan dari ruang rawatku hingga kesini saja butuh waktu hampir setengah jam, kalau tidak salah aku juga sempat nyasar tadi,' Jia menggelengkan kepalanya sendiri, tidak sadar jika ada yang memperhatikannya.

"Ah, aku akhirnya bisa melihat secara langsung adengan ini, tidak hanya sekadar membaca bukunya saja," gumam Jia sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

Di dalam, Sania menangis terisak, dengan suara yang dibuat-buat dramatis.

"Raka, aku minta maaf atas semua ini. Aku sungguh tidak ingin Jia salah paham. Aku tidak tahu jika dia akan kembali nekat bunuh diri melihat kedekatan kita, padahal aku sudah menegaskan pada Jia jika kita hanya sebatas sahabat masa kecil."

Jia hampir tersedak udara. "Salah paham? Aku salah paham? Astaga, aku ingin muntah rasanya, jika saja drama ini bisa tayang di dunia nyata aku jadi produsernya! novel mba Mika sungguh jelek,' ejek Jia, sibuk dengan pikiranya sendiri dia tidak sadar jika Raka melihat kehadirannya.

Tanpa disadari, Raymon juga sudah berada tak jauh dari Jia. Jia tertawa kecil melihat Sania semakin larut dalam adegan melodramatisnya.

Tepat saat itu, suara Raka terdengar. "Jia, apa yang kamu lakukan di sini?"

Jia tersentak, lalu perlahan menoleh ke arah semua orang di ruangan. "Oh, hai semuanya. Aku cuma mau bilang, wah, drama kalian berdua luar biasa! Bravo! Harusnya kalian dapat penghargaan FTV tahun ini."

Semua orang di ruangan terdiam, termasuk Sania yang air matanya hampir jatuh sia-sia.

Raymon yang melihat kejadian itu dari kejauhan hanya bisa memegangi keningnya. "Sopan sekali bicaranya." Raymon menggeleng pelan.

"Sayang, kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu harus banyak istirahat?" tanya nenek dengan nada penuh kasih sayang.

"Nenek, aku baik-baik saja. Aku cuma mau melihat Sania dan Raka yang, yah, sangat cocok jadi pasangan." Jia lalu mengacungkan dua jempol sambil tersenyum lebar, lalu berkedip sok imut.

Tingkah Jia ini membuat semua orang merasa merasa aneh akan sikap Jia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!