NovelToon NovelToon

Istri Bisu Milik Sang CEO

Chapter 1

"Bagaimana bisa putra kebanggaan kami menikah dengan putri anda yang bisu?" Tanya Max kepada pria duduk dihadapannya, menatap Max dengan sangat tajam tapi tidak dipungkiri ada ketenangan disana.

Kalvin namanya, ia sudah sakit-sakitan hal itu yang membuatnya ingin putri satu-satunya menikah dengan pria pilihannya.

"Meskipun putriku bisu, tapi dia sangat bisa diandalkan. Di Kampus dia anak yang pintar dan juga siapa yang akan menikahi putriku akan mendapatkan harta kekayaan keluarga Yaston." Jelas Kalvin memberi alasan terbesarnya, ia tidak main-main dengan perkataannya kali ini.

Sampai Max lemas mendengar apa yang dikatakan Kalvin itu, sebenarnya bukan karna masalah soal harta kedudukan melainkan soal kekurangan putri keluarga Yaston tersebut.

"Jika kalian menolak pernikahan ini maka aku akan menyebar luaskan tentang aib besar keluarga Dante." Kalvin mengancam, tidak ada pilihan baginya.

BRAK

Max membanting surat perjanjian diatas meja sebagai bentuk rasa amarahnya, ia benci karna lagi dan lagi Kalvin selalu menggunakan ancaman itu. "Kau pecundang, Kalvin!" Maki Max, ia memegang dadanya yang sedikit sakit karena rasa emosi yang memuncak dadanya.

"Aku hanya melakukan hal yang menurutku perlu, segera jawab saat ini juga. Nasib keluarga Dante ada ditanganku sekarang," Ucap Kalvin, ia menikmati tehnya dengan sangat tenang seperti tidak melakukan kesalahan apapun.

Semua bagaikan buah simalakama bagi Max, jika tidak mengikuti kemauan Kalvin sudah pasti keluarga Dante akan hancur dalam hitungan jam saja. Jika menuruti sama saja dengan menghancurkan kehidupan putra semata wayangnya.

"Sebaiknya biarkan putramu yang memikirkan harus bertindak apa, Max. Karna dia yang akan menikah dengan putriku bukan kau," Sungguh ketus Kalvin mengatakan itu.

Tangan Kalvin memegang segala bukti aib yang bisa menghancurkan keluarga Dante. Hal itu membuat Max langsung bangkit mencari putra semata wayangnya dan juga sang istri. Disaat kepergian Max barulah Kalvin tertawa kecil, ia terpaksa melakukan semua ini demi keselamatan putri kesayangannya.

"Moira, Ayah melakukan ini semua karna merasa jika hanya Leon yang bisa menerima dirimu di dunia ini." Ucap Kalvin sembari menghela napas berat, tidak tahu apa hasilnya yang terpenting berjuang saja.

Max menemukan Leon tengah berolahraga di ruangan sebelah kamarnya, terlihat Megan tengah membawa makanan ringan untuk Leon. Melihat dua orang yang sangat Max sayangi itu membuat dirinya menjadi seakan tidak berguna. Bagaimana bisa karena keegoisan keluarga Dante harus mempertaruhkan kebahagiaan Leon sekarang.

"Loh Ayah kok disini, memangnya Pak Kalvin sudah kembali?" Tanya Megan, ia meraih tangan sang suami untuk duduk di sofa melihat Leon yang tengah latihan mengangkat barbel.

"Belum, dia masih menunggu dibawah, Ma.." Lidah Max seakan keluh mau mengatakan hal sepahit ini, tapi ia tidak bisa terus diam mengingat keluarga Yaston memegang kelemahan terbesar keluarga Dante. "Ada yang ingin Ayah minta padamu, Leon." Akhirnya ucapan itu keluar juga dari mulut Max.

Melihat ekspresi Ayah yang sangat serius maka Leon langsung menaruh barbel yang ia mainkan. Berjalan menuju kedua orang tuanya sambil menyeka keringatnya, biasanya hal seperti ini selalu tidak jauh-jauh dari masalah Perusahaan.

"Apa yang Ayah minta dariku?" Tanya Leon, ia menenggak habis minum dingin yang dibawakan Mamanya tadi.

"Minggu depan kau harus menikah dengan putri keluarga Yaston," Jawab Max setenang itu, ia memejamkan mata menahan rasa sesak didadanya.

"Apa?!" Megan terkejut, lain dengan Leon yang tetap diam menikmati minum dinginnya. "Ayah, apa kau sudah gila? Putri keluarga Yaston itu bisu, tidak bisa melakukan apa-apa selain memalukan keluarga. Bagaimana bisa kau_" Ucapan Megan menggantung, ia seakan tidak mampu berkata-kata lagi karna keterkejutannya.

Max hanya diam menunduk. "Kalvin memaksa, Ma. Aku bisa apa, ancaman dia tentang perusahaan kita. Aku tidak mau Perusahaan Dante yang sudah berdiri sehebat ini hancur, mengerti?!" Max membela tentang apa keputusan tadi.

Terdengar Leon menghela napas berat, ia tidak tahu harus apa dengan semua hal yang menimpa keluarganya. "Apa menurut Ayah menikah dengan wanita bisu adalah tindakan yang benar sekarang?" Tanya Leon, ia memberontak tentu saja dengan semua permintaan aneh dan menyiksa ini.

Max bangkit dari duduknya, ia saling tatap tajam dengan Leon. Meskipun didalam hati Max tidak terima Leon menikah dengan wanita bisu tapi hanya ini satu satu-satunya jalan yang sangat bisa diambil.

"Sekali lagi korbankan dirimu untuk keluarga Dante," Itulah jawaban Max, ia ingin langsung pergi karna tidak mau mendengar kata-kata Leon yang bisa membuatnya tidak tega.

"Aku selalu berkorban untuk keluarga ini, Ayah! Sehingga semua mimpiku hancur hanya karna mengikuti kemauan Keluarga ini!" Teriak Leon, ia murka kali ini dengan semuanya. "Dan kali ini pernikahan yang aku bayangkan bersama dengan wanita yang aku cintai.. harus dikorbankan juga?!"

Megan menenangkan Leon yang mulai tidak terkendali, semua amarah Leon bisa memancing Max lebih emosi nanti. "Kau adalah satu-satunya pewaris keluarga Dante, Leon. Berkorban adalah hal rutin yang harus kau lakukan meskipun sekali lagi nanti adalah mengorbankan nyawamu." Balas Max, ia berlalu pergi begitu saja.

Leon yang tidak terima mengejar Max, ia tidak mengenal siapa itu putri keluarga Yaston. Malah katanya bisu, Leon yang sempurna harus menikahi wanita yang tidak bisa bicara.

"Ayah tunggu!" Leon terus mengejar Max hingga sampai di lantai bawah, ia melihat Kalvin duduk disana.

Pandangan mata Kalvin dan Leon saling bertemu, tentu saja Leon memberikan tatapan super tajam kepada pria yang telah mengancam keluarganya.

"Bagaimana Leon, kau bersedia menikah dengan putriku?" Tanya Kalvin langsung pada intinya, ia tidak suka basa-basi lagi. "Jika tidak ingin aku sudah menyerahkan berkas aib keluarga Dante pada asisten pribadiku. Setidaknya video itu akan menyebar luas dan_"

"Cukup, Paman." Sela Leon, ia berjalan hingga mendekati Kalvin yang sudah siap siap untuk menghubungi seseorang. "Aku bersedia menikah dengan putrimu!" Jawab Leon dengan sangat penuh keyakinan.

Jantung Max seakan mau lepas mendengar semua itu, padahal ia yang menginginkan agar Leon mau tapi sebagai seorang Ayah tentu saja Max tidak rela putranya menikahi wanita tidak bisa bicara sepanjang hidupnya.

Chapter 2

Disisi lain seorang wanita muda berusia 21 tahun baru saja menyelesaikan kelas kuliah, ia ingin beristirahat di Taman yang ada di Kampus. Wanita itu bernama Moira Yaston, seorang wanita yang tidak bisa bicara mulai dari umur 8 tahun. Banyak kejadian buruk yang menimpa Moira semasa masa pertumbuhan hingga membuat Moira mengalami gangguan untuk bisa bicara.

Padahal Moira lahir dari keluarga yang kaya raya tapi karna keterbatasan yang ia miliki harus kuliah di Kampus yang biasa. Dimana tidak akan ada orang yang mengetahui dari mana Moira berasal. Semua latar belakang Moira sengaja ditutupi oleh keluarga Yaston, semua kehidupan Moira memang menyedihkan.

"Hai, Moira.." Sapa semua orang yang melewati Moira, karna Moira sangat ramah meskipun tidak bisa bicara membuat semua orang suka padanya.

Untuk bisa berkomunikasi dengan orang-orang Moira selalu membawa buku kecil ditangannya. Setidaknya jika tidak ada yang mengerti bahasa isyarat yang ia gunakan, maka Moira bisa menulis apa yang ia katakan.

"Aku harus segera pulang untuk bertemu Ayah," Moira bicara didalam hati, ia ingin bangkit tapi tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Moira terkejut karena sang Mama menelpon, ia langsung mengangkat panggilan tersebut sambil melihat sekeliling memastikan tidak ada orang yang memperhatikan.

"Kau dimana Moira?" Suara itu mengejutkan Moira, padahal baru pertama kali panggilan bukan. Moira menekan kamera belakang karna kebetulan panggilan video, dengan itu maka Mentari akan mengerti.

"Kau harus segera pulang, besok adalah hari pernikahanmu dengan putra keluarga Dante. Kau jangan lupa itu!" Panggilan itu langsung berakhir begitu saja, Moira menghela napas panjang sambil memikirkan hal apa yang harus ia lakukan setelahnya.

"Keluarga Dante? Apa putranya yang sering tampil di berita itu, sosok CEO muda yang sangat dingin?" Tidak mau penasaran sendiri maka Moira segera mencari browsing tentang siapa sebenarnya pria yang akan menikahinya nanti.

Membaca setiap biodata kehidupan Putra keluarga Dante yang hanya ditampilkan sebagian saja. Tertera nama Perusahaan utama keluarga Dante, Moira ingin menemui pria yang akan menikahinya besok.

"Aku harus membuat perjanjian dengannya, pasti dia mau menikah denganku tidak jauh-jauh dari kemewahan yang sudah dijanjikan Ayah."

Moira kembali menyimpan ponselnya, ia bangkit mencari ojek yang bisa mengantarkan dirinya menuju Perusahaan Dante Group. Moira tidak bisa menolak keinginan sang Ayah untuk menikahi tapi kemungkinan ia bisa membuat pria itu membatalkan pernikahan ini bukan?

~

Dan sekarang Moira sudah sampai di Perusahaan Dante Corporation, tertera besar nama Dante di gedung yang menjulang tinggi itu. Moira turun dari motor ojek, ia mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tasnya.

"Nona, ini uangnya kelebihan.." Ucap Bapak ojek tersebut, Moira menuliskan sesuatu di bukunya.

"Ambil saja untuk Bapak, tidak papa.."

Bapak ojek tersebut mengangguk setuju sambil tersenyum, ia menyayangkan soal Moira. Memiliki paras wajah yang cantik tapi memiliki kekurangan tidak bisa bicara. Ojek tersebut berlalu pergi meninggalkan Moira yang berdiri menatap gedung menjulang tinggi tersebut.

"Apa aku bisa bertemu pria itu?"

Moira terkejut karna melihat para karyawan berdatangan menuju kearahnya, Moira kira ingin menyakiti dirinya. Spontan Moira langsung minggir, ternyata para karyawan itu berjejer rapi memberi penghormatan kepada pria yang baru saja turun dari mobil mewah.

"Selamat siang, Tuan Muda.." Ucap karyawan itu secara bersamaan, Moira belum melihat dengan jelas seperti apa wajah yang dihormati oleh para karyawan tersebut.

Meskipun Moira kesulitan berdiri diantara para karyawan dihadapannya tapi ia dapat melihat dengan jelas sosok pria tampan yang berjalan tanpa melihat kesamping sedikitpun. Moira sangat yakin jika pria itulah yang akan menikah dengannya besok.

"Dia sehebat itu bagaimana bisa aku menikah dengannya?"

Moira menghela napas berat, tapi tekadnya sudah bulat untuk segera menemui pria itu. Setelah para karyawan sudah kembali ke tempatnya maka langsung Moira juga masuk menuju resepsionis.

"Ada yang bisa kami bantu, Nona?" Sapa wanita yang sangat cantik itu, Moira tersenyum. Ia mengeluarkan buku kecilnya untuk menulis apa yang ingin ia katakan.

"Aku ingin bertemu dengan pemilik Perusahaan ini, ada hal penting yang harus aku katakan dengan Tuan Muda kalian."

"Memangnya Nona sudah membuat janji dengan Tuan Muda Leon?" Tanya resepsionis tersebut, Moira bingung harus mengatakan apa. Disaat Moira ingin menulis lagi malah di tangannya dihentikan wanita itu. "Katakan secara langsung jangan menulis seperti itu.." Ucap wanita itu dengan ekspresi wajah mengejek.

Moira menjadi sedih, ia memberi isyarat jika tidak bisa bicara. "Ah ternyata kau bisu, ck. Bilang dong dari tadi, kasian amat cantik-cantik bisu!" Ejek resepsionis tersebut, sehingga Moira hanya menunduk menahan rasa sedihnya.

Kata-kata pedas seperti itu sudah sangat sering Moira dengar, memang itu kenyataannya maka Moira tidak pantas untuk marah. Sepanjang hidup Moira, ia selalu dibully oleh orang sekitarnya. Sangat ingin Moira berteriak mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya, tapi hal seperti itu sangat sulit untuk Moira lakukan.

"Cepat tulis, jangan buang buang waktu lagi!" Bentak Resepsionis tersebut, dengan terburu-buru Moira menulis.

"Aku sudah membuat janji dengan Tuan Muda Leon, kalau tidak percaya bisa hubungi dia."

Sepertinya resepsionis itu mempercayai apa yang Moira katakan, langsung menyuruh security untuk mengantarkan Moira menuju ruangan Leon dilantai atas sana. Melalui lift khusus CEO, Moira sangat gugup bahkan sampai memegang erat buku kecil tempatnya berkomunikasi.

Pintu lift terbuka, terlihat dimata Moira sebuah pintu ruangan yang tertutup rapat.

Tok.. Tok..

"Siapa?" Suara itu sangat berat, membuat jantung Moira berdebar kencang.

"Maaf, Tuan.. Ada orang yang ingin bertemu dengan Anda, dia berkata sudah membuat janji dengan Tuan." Ucap security tersebut.

"Suruh dia masuk!"

Moira diarahkan untuk masuk kedalam ruangan Leon, security itu pergi begitu saja meninggalkan Moira. Pandangan mata Moira langsung tertuju pada Leon yang duduk di bangku kerjanya membaca dokumen di tangannya.

"Siapa kau? Aku merasa tidak ada membuat janji dengan orang kotor seperti mu.." Ucap Leon dengan nada dingin tapi sangat terdengar ketus ditelinga Moira.

"Tajam sekali mulut pria itu, mengatakan aku orang kotor? Ck, omongan pedas itu tidak pantas keluar dari wajah tampan sepertinya!"

Chapter 3

Moira mengenakan celana jeans serta kemeja hitam polos, memang terlihat sederhana sekali. Tapi, memang seperti itulah pakaian yang selalu dikenakan Moira atas keinginan kedua orang tuanya. Kedua tangan Moira saling mengepal erat mencoba menahan amarah atas hal menyakitkan yang telah Leon katakan.

"Sepertinya aku tidak ada membuat janji dengan wanita sepertimu," Ucap Leon dengan nada beratnya, ia kembali mengalihkan fokus kepada dokumen ditangannya.

Dengan penuh keberanian Moira perlahan melangkah untuk lebih dekat dengan Leon. Setiap langkah Moira hanya ada rasa takut untuk menunjukkan siapa jati dirinya yang sebenarnya.

"Apa yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Leon karna merasa sebal menunggu Moira yang tidak kunjung bicara.

Moira berdiri tepat didepan Leon, ia menunduk hormat sembari menulis sesuatu dibuku kecilnya.

"Aku Moira, wanita yang akan kau nikahi besok.."

Kedua mata tajam Leon sampai menyipit membaca yang Moira tulis, ia langsung bangkit dari duduknya. "Jadi kau putri dari Kalvin, seorang wanita bisu yang akan aku nikahi besok?"

Dengan penuh keraguan Moira mengangguk mantap, ia ingin menuliskan sesuatu lagi tapi Leon malah menghentikan tangannya.

"Tulisanmu jelek, sama seperti wajahmu!" Ucap Leon asal, ntah ejekan atau apa Moira juga tidak tahu.

Dikatain jelek oleh calon suami sendiri membuat Moira langsung memegang wajahnya, selama ini ia selalu dipuji cantik oleh orang-orang.

"Dasar simulut pedas!" Moira mengumpat Leon didalam hati.

Leon kembali duduk di bangku kerjanya, ia terus menatap Moira yang juga sama menatapnya. "Penampilannya sangat sederhana untuk seorang putri dari keluarga konglomerat, sebenarnya apa yang membuat keluarga Yaston menyembunyikan putrinya seperti ini?" Leon jadi penasaran sendiri, ia kembali fokus dengan dokumen ditangannya.

Moira menghela napas panjang, tidak perduli meskipun Leon mengatai tulisannya jelek tetap saja hanya dengan cara itu Moira bisa berkomunikasi dengan pria bermulut pedas. Moira ingin menunjukkan apa yang ia tulis, tapi Leon malah terlihat asik dengan dokumennya. Untuk mengambil alih perhatian Leon maka Moira memegang tangan pria itu.

"Aku tahu jika kau tidak mau pernikahan ini terjadi, hanya saja kita tidak bisa menolaknya. Aku ingin melakukan perjanjian pernikahan, kita menikah kontrak saja."

Leon meletakkan dokumen ditangannya secara kasar, dan itu mengejutkan Moira. Tentu saja Moira takut kalau Leon akan marah, tapi bagaimana lagi hanya ini satu-satunya cara untuk mereka.

"Apa kau melakukan semua ini atas perintah Ayahmu?" Tanya Leon penuh curiga, dengan cepat Moira menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Kau tahu sekali bukan, kalau pernikahan ini lebih banyak menyulitkan aku. Ayahmu itu telah menekan keluarga kami, dan kau dengan lancangnya ingin sebuah perjanjian?!" Leon marah besar, ia menatap nyalang Moira yang hanya menunduk.

Moira bangkit dari duduknya, ia berbicara dengan Leon menggunakan bahasa isyarat. Kedua alis Leon mengkerut karena tidak mengetahui apa yang Moira katakan, ia tidak paham bahasa isyarat. Moira sadar itu, ia kembali menulis dibukunya dan itu diperhatikan baik-baik oleh Leon.

"Kita akan tetap menikah selama Ayahku masih hidup, jika Ayahku sudah tiada maka aku akan sangat ikhlas jika kau menceraikan aku. Itulah perjanjian yang aku inginkan.."

"Hah!" Leon mengeluarkan napas beratnya, ia masih menatap kearah Moira yang juga sama menatapnya. Tangan Leon memegang erat pinggiran meja seolah menumpahkan rasa kesal dan amarah di hatinya.

"Apa kau sangat bisa untuk aku percayai?" Tanya Leon langsung pada intinya.

Moira mundur perlahan karena Leon mulai melangkah maju menuju dirinya, tatapan mata Leon sangat tajam dan mematikan. Sekalipun Moira tidak pernah dibawa keluarga untuk berbisnis tapi ia sangat tahu jika Leon adalah pria yang tidak mudah dikalahkan atau disentuh.

"Ayahmu saja sangat bisa mengkhianati janjinya sendiri, apa lagi kau?!" Sentak Leon hingga Moira menunduk menahan rasa takut, secara tiba-tiba tangan Leon memegang erat lengan Moira.

Memang tidak menyakiti tapi Moira merasakan sedikit tekanan dari pegangan Leon. "Katakan, apa aku bisa mempercayai janjimu kali ini?"

Moira sampai bergetar menulis dibuku kecilnya. "Aku bisa kau percayai, jika tidak.. kau bisa membunuh aku karena membohongi mu."

Leon tersenyum sinis membaca apa yang Moira tunjukkan, ia melepaskan Moira sembari terus menatap wajah cantik itu yang menunduk takut.

"Pergilah!" Leon mengusir Moira karna merasa sudah tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Lama-lama bersama dengan Moira hanya membuat amarahnya mendidih, dan Leon merasa tidak berguna karena lagi dan lagi selalu kalah dengan ancaman yang diberikan keluarga Yaston.

Moira berlalu pergi begitu saja, bahkan tidak sadar bukunya terjatuh. Mungkin karena Moira terlalu takut hingga tidak menyadari bukunya tidak dalam genggaman tangannya, ia buru-buru pergi karena takut Leon lebih marah lagi. Moira terus melangkah cepat menuruni tangga karna sudah tidak mampu menunggu lift lagi.

"Dia menakutkan.. Bagaimana bisa aku menikah dengan pria menakutkan seperti itu?"

Moira duduk lemas dianak tangga terakhir, ia melamun menatap jendela yang kebetulan ada ditangga darurat. Kehidupan Moira semakin lama semakin berat, tidak hanya karna akan menikah dengan Leon melainkan juga semua tekanan yang diberikan Ibu serta Ayahnya.

"Astaga, bukuku kemana?" Moira baru sadar jika bukunya mungkin saja terjatuh di ruangan Leon. Tapi, ia tidak berani mengambil buku tersebut.

~

Sementara itu Leon memegang buku kecil milik Moira, ia ragu mau membuka setiap lembar buku tersebut atau tidak. "Jadi, dia berkomunikasi dengan cara ini?" Leon jadi penasaran, sudah berapa banyak buku kecil yang telah dihabiskan Moira untuk berkomunikasi.

"Moira Yaston, putri bisu keluarga Yaston yang sengaja disembunyikan. Bahkan sampai sekarang seluruh orang penasaran seperti apa wajah putri Kalvin Yaston yang sengaja disembunyikan itu." Gumam Leon, ia merasa telah terjun pada permainan yang menarik.

David, Sekretaris pribadi Leon masuk kedalam ruangan dengan membawa kertas dokumen penting. "Tuan, sulit sekali mencari tahu seperti apa wajah Nona Yaston. Benar-benar sangat disembunyikan oleh keluarga Yaston, tidak ada media yang bisa tahu seperti apa wajah putri Yaston itu." Jelas David, ia duduk didepan Leon yang masih saja menatap buku kecil.

"Tidak perlu cari tahu lagi, David.."

"Kenapa, Tuan?"

"Aku sudah tahu putri tersembunyi keluarga Yaston, dia yang datang sendiri memperlihatkan wajahnya padaku." Jawaban Leon membuat David terkejut, benarkah begitu lalu kenapa Leon terlihat santai saja.

"Dia jelek, tidak menarik. Keluarga Yaston buang buang waktu saja menyembunyikan wanita jelek seperti dia." Ucap Leon yang bahkan David belum bertanya seperti apa wajah putri Yaston tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!