Inara Lavina, gadis berusia 17 tahun yang biasa di panggil Vita yang sekarang baru saja menyelesaikan sekolah menengahnya atas dengan nilai terbaik.
Teman sebaya Vina merayakan kelulusan mereka dengan begitu bahagia tapi tidak dengan Vina yang hanya memperhatikan dari kejauhan. Setelah menerima kelulusan, Vina memutuskan untuk pulang ke rumah.
Vina adalah putri satu-satunya dari ibu Ani dan pak Anton, yang memiliki dua saudara laki-laki yang pertama Arfan Saudara tertua sekarang sudah berusia 24 tahun sedang berjuang menyelesaikan kuliah, dan Arga adik laki-laki Vani yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasar dan akan melanjutkan pendidikan menengah atas.
"Bagaimana hasilnya? " tanya ibu Ani.
"Kita buka sama-sama ya ibu " jawab Vina yang memang tidak membuka hasil sejak tadi. berdebar? pasti, Vina takut jika hasilnya tidak seperti yang di inginkan oleh Vina.
"Bismillah" cicit Vina.
Pelan-pelan deretan tulisan mulai terlihat sampai akhirnya satu kata dengan tinta yang tebal terpampang nyata membuat Vina meneteskan air mata.
"Lulus nak, Alhamdulillah " ucap ibu Ani yang begitu bersyukur.
"Iya Bu, Alhamdulillah " jawab Vina dengan suara pelan.
"Bagaimana hasilnya? " tanya seseorang yang baru saja sampai.
Baik Vina dan ibu Ani, mereka mengurangi pelukan satu sama lain saat mendengar suara bariton seseorang yang sudah tidak muda lagi tapi ketegangan masih melekat pada dirinya.
"Ayah, Vina lulus " beritahu Vina begitu bahagia.
"Hm,,, " hanya ada deheman saja sebagai jawaban yang membuat Vina yang tadinya bahagia berangsur berubah menjadi sendu.
"Ayah "Panggil Ani.
Tapi pak Anton tidak merespon malah berlalu begitu saja membuat Ani yang melihat itu pasti ada sesuatu yang tidak beres.
"Ayah pasti lelah, biar ibu temui ayah " ucap Ani menenangkan sang putri.
Vina hanya tersenyum dan masuk kamar begitu ibu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya.
Deretan pesan dari sahabatnya membuat Vina membuka ponsel miliknya.
♥️Sahabat Selamanya ♥️
Lisa : Bagaimana kalian lulus kan?
Titi : Alhamdulillah lulus.
Bella : Tentu saja lulus.
Lisa : Vina, bagaimana dengan mu lulus kan?
Titi : oh iya, dari tadi Vina tidak muncul, kau baik-baik saja kan Vin?
Bella : Vina
Vina : aku baik-baik saja teman-teman, dan Alhamdulillah aku juga lulus. akhirnya kita lulus bersama.
Titi : syukurlah, kami khawatir pada mu.
Vina : terima kasih sudah khawatir pada ku.
pembicaraan mereka di grup masih berlanjut terutama teman Vina tidak dengan Vina yang terpaku mendengar pembicaraan di kamar sebelah.
Di kamar sebelah!
"Ayah, apa yang terjadi? " tanya Ani.
"Ayah baik-baik saja? " tanya Ani lagi.
"Bagaimana bisa ibu bertanya demikian, ibu tahu hari ini ayah di pecat karna di fitnah oleh rekan kerja ayah. sedangkan Arfan terus meminta uang karena ingin menyelesaikan kuliah di sana " ucap Anton dengan lantang membuat Ani yang mendengar itu langsung terpaku.
"Lalu bagaimana ini ayah, Vina baru saja menyelesaikan sekolah menengahnya dan Arga juga akan masuk sekolah menengah pertama" ucap Ani.
"Ayah juga bingung Bu. Bagaimana, di waktu bersamaan ayah kehilangan pekerjaan di saat situasi seperti ini " lemas Anton.
Drrr !
Di saat situasi yang sedang tidak baik, ponsel Anton berdering muncul nama putra pertama di layar membuat Anton yang melihat itu menghembuskan nafas panjang menormalkan suaranya sebelum menjawab panggilan dari putranya.
"Hello nak " jawab Anton.
"Ayah, bagaimana uang sudah ada? Arfan perlu uang untuk mengerjakan skripsi ayah untuk beli kertas dan tinta " ucap Arfan di sebrang sana
"Berapa yang kau butuhkan nak? " tanya Anton.
" 500 ribu, sekalian untuk biaya makan Arfan sudah habis, kemarin saja Arfan tidak makan beras sudah habis uang Arfan tidak ada mau beli " jelas Arfan.
"Ayah akan transfer nanti sore ya nak " jawab Anton.
"Terima kasih ayah. oh iya, bagaimana keadaan ibu dan ayah di sana baik-baik saja kan? " tanya Arfan.
"Baik nak, jangan khawatir kami di sini sudah pasti sehat dan kau yang jauh dari kami jaga kesehatan, dan fokus menyelesaikan kuliah mu di sana " untuk Anton.
"Ayah tenang saja, Arfan anak laki-laki ayah sudah pasti bisa menjaga diri. dan hari ini kelulusan Vina kan yah? bagaimana hasilnya Vina lulus kan? " tanya Arfan.
"Iya adik mu lulus, kau tahu adik mu itu anak yang cerdas jadi tidak bisa di ragukan lagi " jawab Anton membuat Arfan yang mendengar itu bernafas lega.
"Oh iya, maaf ayah ada teman Arfan datang Arfan tutup dulu telpon kita lanjut lagi nanti " ucap Arfan sebelum panggilan berakhir.
"Baik nak " jawab Anton.
"Jangan lupa transfer nanti ya ayah " peringat Arfan sebelum panggilan benar-benar berakhir.
"Iya nak " jawab Anton.
Panggil benar-benar berakhir membuat Anton bernafas lega
"Ayah masih ada uang kan untuk transfer nanti sore ? " tanya Ani khawatir.
"Iya Bu, sisa gaji dan pesangon cukup untuk biaya makan kita satu bulan " jawab Anton.
"Syukurlah " jawab Ani bernafas lega.
"Lalu, bagaimana dengan Vina ayah? " tanya Ani lagi.
"Vina harus lanjut kuliah Bagaimana pun caranya " tegas Anton.
"Tapi, bagaimana dengan biayanya nanti ? " khawatir Ani.
Bukan Ani tidak mendukung tentu saja sangat mendukung, mereka ingin putra-putri mereka bisa lebih baik lagi dari pada mereka tapi mereka juga orang tidak berada. dan sekarang suaminya sudah di pecat lalu bagaimana bisa mereka membiayai pendidikan anak yang lain. dalam satu tahun keperluan mereka begitu banyak dan pekerjaan tidak ada.
"Nanti kita pikirkan, yang jelas Vina harus lanjut " finis Anton.
Sedangkan di kamar, di mana Vina berada yang mendengar semua pembicaraan dari kedua orang tuanya hanya bisa menetas air mata.
"Ya Allah apa yang harus Vina lakukan, mohon beri petunjuk mu ya Allah " doa Vina.
Apapun yang terjadi, Vina akan ikhlas menjalani semua takdir hidupnya. sejauh ini Vina juga sudah payah menyelesaikan sekolah menengahnya karena harus berbagi yang dari saudara yang memerlukan uang.
Seakan tidak terjadi apa-apa, Vina melakukan pekerjaan rumah untuk membantu orang tua.
"Tidak tidur Vina? " tanya ibu Ani yang baru saja keluar kamar
"Tidak bisa tidur bu, lebih baik Vina beres-beres dulu setelah ini bisa bantu ibu masak " jawab Vina dengan senyuman tapi tidak dengan hati-hati yang bimbang sekarang.
"Baiklah, ibu duluan ke dapur ya nak " pamit Ani.
"Baik Bu " jawab Vina.
Di saat Vina melanjutkan beres-beres rumah, Anton keluar kamar dengan pakaian santai dan Tanpa bicara Anton berlalu begitu saja. melihat itu Vina hanya diam memperhatikan kepergian sang ayah.
"Keputusan apa yang harus Vina ambil ya Allah "
Suasana malam hari di kediaman Anton sedikit berbeda dari sebelumnya, selesai makan malam bersama berkumpul bersama di ruang keluarga sederhana mereka.
"Bagaimana, mau kuliah di mana? " tanya Anton to the point.
"Sudah di pikirkan? " lanjut Anton.
Sebelum menjawab, Vina memberanikan diri menatap wajah kedua orang tua bergantian satu sama lain. rasanya Vina ingin menangis sekarang tapi harus Vina tahan mati-matian air mata yang akan tumpah.
"Vina ingin kuliah di kota dan jurusan agama ayah, Vina ingin menjadi guru " ucap Vina mengutarakan niat nya.
"Agama, guru? " ulang Anton.
"Tidak kau harus kuliah di sini dan ambil jurusan seperti ayah saja, biar bisa bekerja di kantor " ucap Anton.
"Tapi ayah- " Cicit Vina.
"Tidak ada tapi tapian, sudah kuliah di sini tidak ke kota seperti kakak mu, kau anak perempuan jangan jauh-jauh, dan sudah kuliah di sini saja " kekeh Anton.
"Vina terserah ayah saja " jawab Vina pasrah.
"Bagu. Kau harus mendaftar di kampus tempat ayah dulu kuliah saja " putus Anton.
"Cari informasi di sana, dan daftar setelah itu " lanjut Anton.
"Sendiri ayah? " tanya Vina.
"Tentu saja, kau sudah dewasa harus belajar mendirikan jangan selalu dengan orang tua " jawab Anton.
Selalu saja begitu, Anton yang menentukan keinginan sendiri dan apapun yang harus di lakukan juga Vina harus mandiri, beberapa dengan yang lain. apakah karna dia anak perempuan jadi harus mandiri? padahal sejauh ini Vina berusaha menjadi anak yang tidak menye-menye dan selalu berusaha melakukan sendiri, apakah sejauh ini Vina masih di bilang anak tidak mandiri? entahlah, hanya Anton yang tahu.
"Tapi bagaimana dengan biayanya ayah? sedangkan kakak belum selesai, maaf Vina hanya memastikan sebelum semuanya menyesal " ucap Vina.
"Masalah biaya gampang nanti ayah pikirkan, yang jelas kau harus kuliah tidak boleh tidak " putus Anton.
"Baik ayah, terima kasih " ucap Vina.
Walaupun lagi dan lagi bukan keinginan, Vina akan melakukan yang terbaik sampai selesai itu tekatnya. toh seperti sekolah menengah Vina bisa menyelesaikan dengan baik walaupun di akhir sedikit ada drama.
Tanpa menjawab ucapan Vina, Anton langsung beralih pada putra bungsu mereka yang sudah selesai sekolah dasar hanya menunggu waktu kelulusan.
"Lalu, bagaimana dengan mu Arga, ingin lanjut di mana? " tanya Anton.
"Teman-teman Arga lanjut di sekolah X ayah " ucap Arga.
"Lalu, kau juga ingin lanjut di sana seperti temen mu? " tebak Anton.
"Iya, ayah boleh ya? " mohon Arga.
"Iya boleh, biar nanti daftar sama ayah, kau siapakan saja berkas yang di perlukan saat di perlukan nanti " jawab Anton.
"Iya ayah, terima kasih " ucap Arga bahagia.
Entah hanya perasaan atau bagaimana, masih ingat jika kakak yang mengutarakan keinginan semua di penuhi dan begitu juga dengan adik laki-laki tapi kenapa jika Vina yang mengutarakan keinginan selalu di tolak mentah, bahkan semua keinginan harus di turuti.
"Semangat ya nak, ibu doakan semua lancar " doa Ani.
"Aamiin, terima kasih ibu " ucap Vina.
Selesai pembicaraan mereka di ruang keluarga, Vina langsung masuk dalam kamar. dan tidak terasa air mata Vina mengalir tanpa sebab.
"Ya Allah kenapa bisa sesakit ini " batin Vina menjerit, saat lagi dan lagi Vina merasa di bedakan.
"Vina ikhlas, dan yakin semua ini adalah yang terbaik untuk Vina ya Allah " doa Vina lagi yakin semua ini adalah skenario terbaik untuk nya.
***
Hari ini dengan penuh semangat Vina mencari informasi kampus yang akan di tuju, senyum manis terbit di wajah Vina begitu berhasil mendapatkan informasi.
Satu persatu Vina mengumpulkan berkas yang di perlukan dan begitu siap, Vina bernafas lega tinggal menunggu besok Vina akan menuju ke kampus tersebut untuk daftarkan diri.
"Ayah, ibu Arga ini berkas yang harus di siapakan " teriak Arga yang sudah mendapat informasi dari temannya.
Mendengar itu baik Anton dan Ani begitu semangat membantu mempersiapkan semuanya yang di perlukan oleh Arga. lagi dan lagi Vina hanya tersenyum kecil melihat itu, walaupun bibir ini mampu untuk tersenyum tapi pancaran mata tidak bisa untuk di bohongi.
"Bagaimana ibu sudah semua terkumpul? " tanya Anton.
"Sudah ayah, ini tinggal daftar " jawab Ani.
"Bagus, tinggal menunggu daftar buka kapan " jawab Anton yang begitu puas.
Drrr!
Lamunan Vina buyar saat mendengar ponsel bergetar yang tidak jauh darinya, Vina langsung merampas ponsel dan menjawab panggilan yang sudah dia ketahui dari siapa.
"Hello Titi " jawab Vina.
"Di mana Vina? " tanya Titi.
"Di rumah, ada apa? tanya Vina
"Apa kau tidak lihat group? " tanya Titi.
"Maaf, aku tidak buka ponsel ada apa memangnya? " tanya Vina
"Sudah ku duga, Bella dan Lisa berencana ingin kumpul siang nanti kebetulan kami tidak kerja, bagaimana Vin kau bisa ikut? " tanya Titi.
"aku izin dulu sama ibu ya Titi, nanti akan ku berikan lagi " jawab Vina.
Memang, Vina jarang berkumpul Bahkan dulu saat ingin mengerjakan tugas saja Vina harus seharian dari pulang sekolah karena tidak ingin berangkat dua kali dan pasti tidak mendapat izin pulang.
"Aku tunggu ya Vina, dan kami berharap kali ini kau bisa ikut biar bisa berkumpul bersama " harap Titi.
"Semoga saja ya Titi " jawab Vina sebelum mengakhiri panggilan.
Makan siang bersama tidak ada bicara, semua fokus pada makan mereka begitu selesai satu persatu mulai pergi menyisakan Vina dan ibu Ani.
"Ada apa ? " tanya Ani.
"Ibu, sore ini Vina boleh izin pergi ke rumah Titi tidak? " izin Vina hati-hati.
"Ada apa memang? " tanya Ani.
"Kumpul saja Bu, rindu dengan mereka setelah ujian terakhir kami tidak pernah bertemu lagi " jawab Vina.
"Jangan sampai malam-malam, nanti ayah marah " peringat Ani.
"Baik Bu, terimakasih " ucap Vina.
Sebelum berangkat, Vina harus beres-beres terlebih dahulu, jika yang lain bersiap-siap untuk makeup dan sebagainya tidak dengan Vina.
Akhirnya di sinilah Vina, sampai di depan rumah Titi yang menjadi titik kumpul yang lain dan Vina melihat sepeda motor teman sudah terparkir di sana.
"Assalamualaikum " ucap Vina.
"Waalaikumsalam, akhirnya kau sampai juga Vina" sambut Titi.
Dan keluar Lisa dan Bella yang memang sudah sampai lebih dahulu. melihat kedatangan Vina mereka tentu bahagia karena kali ini mereka berkumpul dengan lengkap.
"Hari ini kita berkumpul lengkap harus di abadikan " usul Bella.
"Benar " tanggap Lisa.
Sebelum masuk, akhirnya mereka foto bersama sampai puas, entahlah hanya ingin mengabdi momen bersama saja. begitu buas mereka langsung masuk di kediaman Titi dan sebelum mereka memang membawa buah yang mereka bawa dari rumah dan rujak bersama.
"Oh iya, bagaimana Vina apakah kau lanjut kuliah di kampus yang kau inginkan? " tanya Titi membuka suara.
"Iya, kau pasti lanjut kan? " tanya Lisa lagi.
"Tentu saja, Vina pasti lanjut " yakin Bella lagi.
"Insyaallah lanjut, tapi tidak di kampus yang ku inginkan " jawab Vina dengan senyum yang di paksakan.
"Lalu di mana? " tanya Lisa.
"Di tempat ayah kuliah dulu " jawab Vina.
Dan ke-tiga sahabat Vina tentu tahu tempat ayah kuliah di mana hal itu membuat mereka tidak mampu berkata-kata, dan sejauh ini Vina juga menceritakan keinginan yang selalu bertolak belakang.
"Mungkin ini jalan yang terbaik untuk mu " hibur Titi lagi.
"Iya, paling tidak kau paling beruntung dari kami yang tidak bisa lanjut kami semua hanya berkerja " ungkap Bella lagi.
"Alhamdulillah, semoga aku bisa menyelesaikan dengan baik semuanya " lanjut Vina.
"Sudah, lupakan semuanya lebih baik kita bahas lain jangan kebahagiaan kita ini menjadi melow " lanjut Lisa.
"Itu benar, ayo kita lupakan semua kita berbahagia hari ini " ucap Bella lagi.
Akhirnya mereka melupakan sejenak semua yang terjadi pada mereka, dan kebahagiaan yang mereka ciptakan sampai lupa waktu karena terlalu asik menceritakan kegiatan mereka satu sama lain setelah selesai ujian akhir kemarin dan mereka juga baru bertemu sekarang jadi tidak heran jika mereka melepas rindu satu sama lain sampai lupa waktu.
Cuaca malam ini hujan lebat di sertai petir dan Guntur yang saling bersahutan membuat banyak orang takut untuk keluar rumah jika tidak ada hal mendesak.
Di rumah sederhana, lebih tepatnya di kediaman Anton, sudah sejak tadi dia menunggu kedatangan Vina yang sampai pukul 7 malam tidak menampakkan diri.
"Ibu, Arga ke mana Vina perginya, kenapa sampai sekarang belum juga pulang, mau jadi wanita seperti apa dia tidak pulang sampai sekarang? mau mempermalukan ayah! " marah Anton.
"Ayah ini sedang hujan, mungkin Vina terjebak hujan " jawab Ani dengan takut.
"Itulah kebiasaan ibu, selalu membela anak. ibu sebagai orang tua seharusnya melarang Vina untuk pergi, apa lagi urusan tidak penting, lihat entah apa yang di lakukan di luar sana, baru lulus sekolah menengah sudah mulai bertingkah. entah apa yang di lakukan Vina jika kuliah di kota " kesal Anton.
Baik ibu Anton dan Ani hanya diam saja, mau bicara juga pasti salah di depan suami yang terkenal tegas dan keras mendidik anak, terima Vina yang menjadi putri satu-satunya.
"Cepat hubungi lagi Vina suruh pulang atau dalam waktu tiga puluh menit tidak pulang, siap-siap akan ayah beri dia hukuman " perintah Anton lagi.
"Cepat hubungi kakak mu " suruh Ani membuat Arga dengan cepat berlalu ke kamar guna menghubungi sang Kakak.
"Seharusnya jangan beri izin anak untuk keluar, kau juga ibu tidak becus menjaga anak " gerutu Anton.
"Sekarang baru diam, tadi saja tidak meminta izin pada ku langsung memutus sepihak " lanjut Anton.
"Jika sampai Putri mu itu membuat aku malu, kau akan tahu balasannya " peringat Anton.
"Kenapa hanya putri ku, bukankah tanpa ada ayah Vina tidak hadir " jawab Ani memberanikan diri.
"Berani kau menjawab, ingin menjadi istri durhaka karna putri mu itu? " marah Anton.
"Ayah, sekarang situasi sedang hujan deras, setidaknya beri Vina keringanan toh selama ini Vina tidak pernah membuat kesalahan, sejauh ini Vina selalu mematuhi perintah ayah, apapun yang ayah ingin selalu di turuti bahkan sekolah. ayah tahu Vina ikut kata ayah walaupun " ucap Ani panjang lebar.
"Itulah kau, yang selalu membela ajak mu " kesal Anton seraya langsung pergi meninggalkan Ani seorang diri.
Sedangkan di kamar, Arga yang mendengar pertengkaran kedua orang tuanya berusaha memberitahu sang kakak yang sampai sekarang tidak bisa di hubungi. Arga mengenal betul bagaimana sang kakak yang takut main ponsel saat hujan dan bisa di pastikan sang kakak tidak menghidupkan data.
"Kakak Arfan " gumam Arga.
Seakan mendapat ide, Arga menghubungi Arfan yang berada di kita yang langsung di jawab oleh Arfan.
"Ada apa Arga? " tanya Arfan di sebrang sana.
"Kakak, apa kakak ada pulsa untuk menghubungi kakak Vina? " tanya Arga.
"Sebentar kakak coba cek dulu " ucap Arfan yang tanpa mengakhiri panggilan Arfan cek pulsa.
"Ada Arga, akan kakak telpon. memangnya ada apa? " tanya Arfan penasaran.
"Syukurlah, cepat telpon kakak Vina suruh pulang ke rumah kakak " suruh Arga.
"Baiklah " jawab Arfan yang mengakhiri panggilan mereka.
***
Sedangkan di kediaman Titi, baik Lisa, Bella dan Vina mereka benar-benar terjebak dengan hujan yang tidak ada tanda untuk berhenti bahkan malah deras saja.
"Sepertinya tidak ada tanda hujan akan berhenti, lebih baik aku pulang saja " ucap Vina
"Vin, jangan bercanda bahaya jika mengendarai motor dalam hujan deras seperti ini " protes Titi.
"Iya Vina, ayah mu pasti paham di sana juga hujan deras " ucap Bella.
Kebetulan kampus mereka memang beda gang saja dan Bella mengatakan dia pulang agak telat karena hujan deras dan ternyata keluarga Bella juga mengatakan di sana hujan deras.
"Iya, Vin demi keselamatan mu " ucap Lisa lagi.
Sungguh Vina terharu, walaupun selama sekolah Vina tidak memiliki banyak teman selain Lisa, Bella dan Titi tapi mereka begitu perhatian padanya.
"Tapi - " ucap Vina terhenti begitu dering ponsel memecahkan ketegangan di antara mereka.
"Apa ayah mu? " tanya mereka bersamaan.
"Bukan, tapi kakak Arfan " jawab Vina, setelah itu Vina langsung menekan tombol hijau.
"Assalamualaikum kakak " sapa Devi.
"Waalaikumsalam Vin, di mana? " tanya Arfan.
"Di rumah temen kak " jawab Vina.
"Kau tidak hidup kan data? " tanya Arfan.
"Tidak Kakak, di sini hujan Vina takut. oh iya ada apa kakak? " tanya Vina.
"Pulang Vina, Arga terus menghubungi mu ibu dan ayah sudah menunggu mu di rumah " ucap Arfan.
Sebenernya dia tidak tega, tapi Mendengar nada bicara Arga yang seperti ketakutan membuat Arfan yakin pasti terjadi perdebatan di antara Kedua orang tuannya.
"Baik Kakak, Vina akan pulang sekarang " jawab Vina yang langsung bangun dari duduknya.
"Hati-hati, jika terjadi sesuatu jangan lupa beritahu kakak " pesan Arfan begitu panggilan belum berakhir.
"Baik kakak, terimakasih" ucap Vina begitu panggilan sudah berakhir.
"Vin, jangan bercanda " tahan Titi.
"Maaf aku harus pulang Titi, ayah pasti marah pada ibu di rumah maaf semua aku harus pulang semua " pamit Vina walaupun begitu Vina tidak lupa untuk pamit pada kedua orang tua Titi.
"Ibu, pak terima kasih atas makan malam, Vina pamit pulang " ucap Vina.
"Tapi di luar sedang hujan deras, sebaiknya nginap saja, atau nanti saat hujan reda " usul ibu Titi.
"Maaf Bu, mungkin lain kali " tolak Vina.
Ibu Titi menatap sang putri yang hanya mengangguk pasrah, sungguh mereka juga tidak tega tapi sedikit banyak mereka tahu bagaimana keras orang tua Vina.
"Hati-hati di jalan ya nak, jangan lupa baca doa " pesan ibu Titi.
"Baik Bu, terima kasih. pak Vina pulang " pamit Vina.
"Hati-hati, jika sudah sampai jangan lupa kabari aku " pesan Titi.
"Baik, aku pamit assalamualaikum semua " pamit Vina yang menerobos hujan deras.
"Aku kasian dengan Vina " cicit Lisa.
"Iya, padahal Vina selalu pulang cepat saat sekolah kemarin tapi begitu lulus juga masih di kekang " ucap Bella lagi.
Perjalanan yang seharusnya menempuh waktu 30 Menit tapi kali ini Vina hanya menempuh 15 Menit saja, tidak peduli Guntur dan kilat yang ada di pikiran Vina hanya pulang dengan cepat.
Prok ,,,, Prok,,,,!
"Ternyata ingat pulang juga setelah pergi tanpa izin " ucap Anton yang membuka pintu sedikit untuk dirinya berdiri menghalangi masuk Vina.
"Ponsel, kunci motor " pinta Anton.
Tanpa berani menjawab, Vina menyerahkan kunci dan ponsel pada sang ayah.
"Jangan masuk dulu " perintah Anton yang memasukan motor dalam rumah.
Lagi dan lagi Vina menurut tanpa membatah, karena dia salah pulang malam. walaupun sekali-kali Vina menggosok tangan menghalau dingin yang menpa tubuhnya.
"Kali ini ayah tidak akan memberikan mu toleransi lagi, biar kau tahu jika apa yang ayah katakan harus di patuhi. malam ini silahkan tidur di luar, ini kan yang kau mau " ucap Anton.
"Ayah Vina Mohon, maafkan Vina ayah " mohon Vina yang menjatuhkan tubuhnya berharap permohonan kali ini di ampuni.
"Kau harus di beri hukuman, jangan semena-mena pada orang tua " ucap Anton lagi.
"Ayah jangan seperti ini, Vina basah kuyup jangan tega begitu ayah " mohon Ani lagi.
"Ibu masuk " suruh Anton.
"Ayah "mohon Ani lagi.
"Masuk, atau ibu mau jadi istri durhaka " marah Anton lagi.
"Ibu tidak apa, masuklah Vina baik-baik saja Bu " jawab Vina
"Ayah, jika menang Vina di suruh tidur di luar izinkan ibu memberikan bantal dan selimut serta baju ganti " mohon Ani.
"Lakukan " suruh Anton membuat Ani dengan cepat berlari.
"Sini " begitu Ani kembali dengan cepat Anton merampasnya dan memberikan pada Vina dengan kasar.
Bahkan tubuh Vina sampai terhenyak, dan sebelum Vina mengucapkan terima kasih pada ibu dan ayah, Anton langsung menutup pintu bedengan kasar .
"Astaghfirullah, sebegitu fatal kah kesalahan Vina hari ini ayah " cicit Vina dan langsung mencari tempat yang tidak terkena hujan di teras mereka.
"Alhamdulillah " ucap Vina bersyukur, melihat satu kardus kosong dan tanpa menunggu lama Vina langsung menggelar kardus tersebut dan menjadi alas untuk tidur.
Dengan menyembunyikan tubuh di balik selimut Vina mengganti pakaian yang sudah di berikan oleh ibu tadi.
"Terima kasih ya Allah, setidaknya Vina tidur tidak Kedinginan Dnegan kardus dan selimut ini " ucap Vina lagi.
Di dalam rumah, lebih tepatnya di kamar Arga dua orang beda usia menangis saling berpelukan dengan apa yang terjadi.
"Ibu, kakak Bu " cicit Arga.
"Iya nak, ibu juga khawatir tapi ibu tidak bisa melakukan apapun sekarang nak " ucap Ani yang berderai air mata.
Sebagai orang tua, Ani merasa gagal melindungi Putri yang terkena marah dari suaminya. terlalu lama menangis membuat mereka lelah dan tertidur pulas 00.00, sedangkan Anton duduk di ruang tamu dengan hujan yang baru saja reda satu jam yang lalu. walaupun belum tidur tidak ada niat untuk Anton mengajak masuk Putri masuk ke dalam dengan Cuaca yang dingin di luar sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!