SMA Army, SMA Bright Hawk, dan juga SMA Sky Heaven, adalah tiga sekolah yang banyak peminatnya dan menjadi sekolah unggulan dengan prestasi lulus yang cukup tinggi dan alumninya dengan mudah dilirik langsung terjun ke masyarakat ataupun perusahaan yang sungguh besar dan terkenal, namun resikonya juga cukup tinggi. Tes ujian masuk yang sungguh berlimpah dan ketat diberikan bagi para pendaftar dan hanya orang-orang yang benar-benar terpilih yang bisa mencicipi belajar disalah satu diantara ketiganya.
Sedikit penjelasan dari ketiga sekolah itu.
Pertama, SMA Army, sesuai artinya, sekolah ini mengkhususkan bagi mereka yang ingin terjun ke dunia militer.
Kedua, SMA Bright Hawk, aku tak tahu kenapa sekolah ini diberi nama seperti itu, namun sekolah ini menciptakan para lulusan yang ingin langsung bekerja didunia politik, bisnis atau dibidang hukum.
Dan yang ketiga, SMA Sky Heaven, bisa dibilang sekolah ini adalah sekolah bagi kalangan elit dan juga kumpulan anak-anak yang dijuluki genius.
Yah, paling nggak begitulah penjelasan singkat tentang ketiga sekolah yang dibilang unggulan, dan salah satu dari sekolah itu akan merubah kehidupan normal dan biasa ku selama ini.
...*+*+*+*+*+*+*+*...
Perkenalkan. Namaku, Junian Arghantia. Aku lebih sering dipanggil dengan nama Jun, umurku baru beranjak 15 tahun dan sekarang duduk dibangku kelas 1 SMA.
Sekolahku bukan sekolah unggulan, bukan sekolah elit, sekolahku hanya sebuah sekolah negeri pada umumnya. Nilai akademik ku terbilang cukup dengan nilai standar lulus KKM.
Ada satu hobi ku yang tak diketahui oleh banyak orang, yaitu aku adalah seorang programer, beberapa game digital sudah pernah ku buat.
Namun, dan mungkin kurasa, aku tidak bisa untuk melakukan hobi rahasia ku itu lagi, dikarenakan sebuah paket yang datang kerumahku dan seseorang yang datang mencari ku saat aku di sekolah pagi tadi.
...***...
Ting tong...
Ting tong...
Ting tong...
"Ya sebentar." jawabku
"Ya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya ku saat setelah membuka pintu
"Ini, ada kiriman paket atas nama Junian Arghantia." tutur kurir itu
"Iya, itu dengan saya sendiri." jawabku
"Bisa tanda tangan disini?"
Aku pun menandatangani tepat di tempat dimana kurir itu menunjuk tadi, paket itu dia serahkan ke aku dan dia segera pergi, melanjutkan tugasnya.
"Jun, siapa tadi?"
"Kurir ngantar paket Ma."
"Paket? Paket apaan sayang, buat siapa?"
"Paketnya ditujukan buat aku Ma, isinya... Jun nggak tahu Ma, soalnya belum Jun buka. Ma, kotak paketnya Jun letakan di meja ya Ma, Jun mau berangkat sekolah nih, takut telat."
"Hati-hati dijalan sayang."
"Iya Ma, Jun berangkat." ujar ku
Aku segera menyandang tasku dan memakai sepatu lalu segera menuju sekolah dengan menggunakan sepeda.
"Paket apaan ni?" ujar Mama sambil mencoba membuka paket itu
...***...
#SMA 20, Nusa Indah
"Pagi..."
"Pagi."
Suara sapa dari setiap siswa yang saling berpapasan satu sama lainnya.
"Junian..." panggil seseorang sambil menepuk pundakku dan membuat aku sontak terkejut dan mencondongkan tubuh kedepan karena dipukul
"Aila..." ujarku geram
"Nyapanya biasa aja dong, kalau aku kena serangan jantung lalu mati gimana?" lanjut ku
"Itu mah salah kamu sendiri, dipanggil dari tadi nggak ada nyaut, lagi ngelamunin apaan nih?" tanyanya
"Aku mikirin isi paket pagi tadi."
"Memang paket apaan sampai kamu lamunin segala."
"Ya mana ku tahu, bukanya aja belum gimana mau tahu isi paketnya."
"Aduh, Jun, Jun, kan pulang nanti bisa lihat isi dari paketnya, lebih baik sekarang kita segera kekelas deh, dalam hitungan...
5...
4...
3...
2...
1...
Teng.... Teng.... Teng...., lonceng sekolah berbunyi dan menggema di sekolah
"Lonceng berbunyi, hehehe." lanjut Aila
"Seperti biasanya, prediksi kamu tepat..." tutur aku memuji Aila
"Aila gitu loh."
Semua siswa-siswi mulai berlarian memasuki kelas mereka saat lonceng dan juga bel sekolah berbunyi. Dewan guru juga sudah mulai berjalan menuju kelas yang akan diajarin oleh mereka, begitu juga dengan kelasku, 10-5.
"Selamat pagi anak-anak." sapa guru itu meyapa kami
"Selamat pagi bu..." jawab kami kompak
Ketua kelas lalu menjalankan tugasnya, setelah itu kegiatan belajar mengajar terus berlanjut, beberapa penjelasan terus dijelaskan, beberapa pertanyaan juga kami lontarkan, tugas dan latihan juga kami kerjakan.
"Permisi." tutur suara wanita yang sangat-sangat kami kenal, suara itu tak lain adalah suara dari kepala sekolah kami.
Pintu ruangan kelas kami yang tertutup, akhirnya terbuka bersamaan dengan suara dari kepala sekolah tadi, bukan hanya itu, ada seseorang yang berjalan juga dibelakang kepala sekolah.
Kehadiran kepala sekolah aja sudah membuat tanda Tanya bagi kami ditambah lagi dia bersama dengan seseorang, makin membuat tanda Tanya besar dari kami.
"Maaf bu, ada yang dapat dibantu." Tanya guru yang sedang mengajar kami
"Saya mencari Junian."
"Ehh, ibu mencari saya, ada apa bu?"
"Sebenarnya, beliau yang ingin bertemu dengan kamu Jun." jawab kepala sekolah sambil menunjuk kearah orang yang bersamanya
"Beliau adalah kepala sekolah SMA Sky Heaven." lanjutnya
"APA..." Teriak seisi kelas
Wajah seisi kelas mulai berubah, diawal yang penasaran menjadi wajah terkejut tak percaya, bahkan guru yang tadinya mengajar kami juga memasang wajah tak percayanya.
"Perkenalkan saya Han Li Yan, panggil saya dengan tuan Li, saya kepala sekolah SMA Sky Heaven." tuturnya
"Benaran dia kepala sekolah SMA itu! Bukannya sekolah itu salah satu dari tiga sekolah ternama, kan!? ada apa dia mencari Jun." tutur mereka penasaran
"Jun, kamu nggak ada bikin masalah dengan sekolah itu kan." ujar Aila ke aku
"Aku nggak pernah menyinggung sekolah itu, apalagi cari masalah disana." jawabku ke Aila
"Maaf. Kenapa tuan Li, yang pasti orang yang sibuk ini, mencari saya, bahkan dengan sendirinya datang kesini?"
"Sebelum saya jawab, apa paketnya sudah sampai?"
"Paket...???" ujarku sedikit bingung
"Ya, paketnya sudah sampai, apa jangan-jangan paket itu dari anda."
"Kalau dibilang itu dari saya, rasanya tidak benar juga. Jadi saya akan langsung ke intinya, maukah anda bergabung dengan sekolah kami?" ujar Li serius dan tegas
"HHHHAAAAA..." seisi kelas mulai riuh mendengar itu
"Saya? Kenapa? Bukannya Sky Heaven itu, hanya menerima anak-anak jenius dan kaya kan, lalu saya ini hanya orang biasa, nilai akademik saya saja untung-untungan lulus KKM, lalu kenapa anda ingin saya masuk ke SMA itu." jawabku
"Aww, sakit tahu, siapa yang narik rambutku!!" teriakku kesal sambil mengusap rambutku yang tergerai itu
Seseorang tiba-tiba muncul dan berjalan kearah Li dengan memegang sehelai rambut, yang tak lain itu adalah rambutku yang ditariknya tadi.
Han Li Yan mengeluarkan sebuah benda yang berbentuk mirip tablet dan diletakkannya rambutku tadi di benda itu dan tiba-tiba muncul sebuah proyeksi yang menampilkan tulisan dan juga gambar diriku. Hal itu membuat seisi kelas terkagum-kagum dengan alat itu.
......................
...
"Nama, Junian Arghantia, lahir, 1 juni 2075, jenis kelamin perempuan, hobi melamun, menghayal. Keahlian khusus, programer, manipulasi angka dan Hybrid, IQ 285..." Han Li Yan membacakan data pribadiku yang muncul di proyeksi itu
"Apa... IQ-nya lebih dari 200." mereka mulai bergumam tak karuan
Aku mengeluarkan ponselku dan memotret kearah Li Yan dan juga kearah orang yang mencabut rambutku dan kearah pintu kelas.
Suara dari jepretan kamera ponselku membuat Li Yan dan lainnya terkejut.
"Nama, Han Li Yan, lahir di Beijing, 15 Oktober 2046. Lahir dari keluarga miskin dengan 5 orang saudara, pergi dari rumah untuk merubah nasib dan bergabung dengan sekolah Harvard di usia 17 tahun.
IQ 187 dan pernah membunuh seseorang, dibebaskan karena tidak bersalah dan dianggap pembelaan diri. Benarkan, Tuan Pembunuh." ujarku sambil terus membaca yang ada di ponselku dan juga aku proyeksikan di dalam kelas dengan bantuan infocus
Han Li Yan terkejut, hanya dengan sebuah foto, aku dapat mengakses data pribadinya yang bahkan hal itu bersifat rahasia, orang yang bersamanya juga ikut terkejut saat melihat proyeksi di dinding kelas itu menampilkan fotonya dan juga data pribadinya juga.
"Tuan Edward, bisa anda masuk ke dalam juga." teriakku
Suara pintu terbuka sesaat setelah aku berteriak, sesosok pria besar dan bertubuh kokoh melangkah masuk ke kelas, semua yang ada di dalam di buat terkejut.
"Jadi, kenapa tiga raja dari tiga kerajaan datang mencari saya? Bukan sekedar untuk memilih masuk ke sekolah kalian kan! Han Li Yan, kepala sekolah Sky Heaven, Edward, kepala sekolah Army dan Julian Andrew, kepala sekolah Bright Hawk." tutur ku
"Kenapa kalian bisa mencari saya disekolah?"
"Kami ingin kamu menjadi anggota keluarga kami dan belajar di Sky Heaven, kami mulai tertarik dengan anda saat melihat game terbaru kamu 'Red Pupil's' jadi kami mencari tahu siapa kamu." ujar Han Li Yan
"Jadi kami berharap kamu mau menerimanya, tuan Raven, tidak, nona Arghantia." ujar Julian membenarkan ucapannya
"HAHAHAHA..." suara tertawaku melengking keras
"Karena aku tidak bisa hidup normal lagi, aku terima tawaran kalian." jawabku sambil melepas kacamataku
"Tapi data yang anda baca tadi belum akurat, tuan Han Li Yan" ujar ku sembari menguncir rambutku
Aku melepas softlens yang menutupi warna asli mataku, kacamata yang ku pakai juga sudah kusimpan.
Warna merah menyala menghias diiris mataku, warna rambutku juga langsung berubah dari hitam kusam jadi emas terang dengan beberapa helai rambut dengan warna yang berbeda.
Aku memotret diriku dengan penampilan asliku dan data diriku langsung ku proyeksikan didinding kelas, selagi mereka membaca aku sudah di pintu kelas.
[ Nama : Junian Arghantia
Tanggal Lahir : 1 Juni 2075
IQ : 500++
Hobby : Melamun, Mengkhayal, Mengamati Dunia
Innate : Programer, Manipulasi Angka, Hybrid, Perpustakaan Dunia ]
-dan beberapa data lainnya yang tidak bisa dibaca oleh alat yang digunakan Han Li Yan tadi.
Data pribadiku sangat mengejutkan seisi kelas saat melihat angka di IQ ku yang tak pernah terbayangkan oleh mereka dan beberapa keahlian khusus yang aku miliki, tak banyak yang mereka pahami apalagi tentang Hybrid dan juga perpustakaan dunia.
...*****...
Han Li Yan segera membawaku kembali kerumah dengan barang-barang yang dibutuhkan semuanya sudah dikemas.
Setelah mengambil barang-barangku, mereka membawaku menuju ke sebuah rumah yang ada di dekat Sky Heaven, bangunan itu adalah asrama khusus Sky Heaven, kurasa.
"Kamu akan tinggal dikamar ini, ini kunci kamar kamu, dan juga ini berkas pelajaran dan kelas kamu disini, besok jangan sampai telat masuk kelasnya." ujar Han Li Yan
"Oke." jawabku singkat
Aku segera membuka pintu kamarku dan meletakan semua barang-barangku di dalam, aku juga mengecek pintu-pintu yang ada di kamarku.
"Waw, ruangan ini benaran punyaku, Mius juga dibawa mereka kesini." ucapku saat masuk keruangan yang penuh dengan layar monitor dan beberapa perangkat CPU di dalamnya.
...***...
[Keesokan paginya.]
Seperti yang sudah dijadwalkan didalam agenda yang diberikan Han Li Yan ke diriku. Aku segera pergi dan menuju ke ruangan guru, menemui wali kelas baruku.
"Selamat pagi semuanya." sapa guru itu ke siswanya
"Pagi pak." jawab mereka
"Hari ini kita punya siswa baru, dia dari SMA 20, Nusa Indah, dan kepala sekolah yang membawanya." ujar guru itu
"Bisa kamu kenalkan dirimu."
"Perkenalkan, saya Junian Arghantia, panggil saja Jun." jawabku singkat
"Salam kenal semuanya." sambung ku dengan senyum ramah
"Baiklah, kamu bisa duduk dibangku yang disana." ujar guru itu
"Kita mulai pelajarannya." lanjutnya
Aku duduk dibangku yang guru itu tunjuk tadi, lalu mengeluarkan alat-alat tulis ku dan ikut belajar dengan yang lainnya.
Tiga jam pelajaran bapak itu akhirnya selesai, dan mulailah kegiatan yang paling ku benci, mereka mulai mengintrogasi ku dengan pertanyaan yang mengesalkan.
"Hai Jun, kenalkan, saya Audrey, boleh tanya sesuatu nggak, kamu siapanya kepala sekolah, apa kamu tinggal di asrama juga?" tanyanya
"Kepala sekolah? Oh, maksudnya Han Li Yan, aku nggak punya hubungan apa-apa dengannya, malahan mereka yang maksa aku masuk ke sini. Aku nggak tahu apa itu asrama atau bukan, yang jelas aku dibawa ke rumah besar dan langsung dikasih kunci kamar." jawabku
"Mereka itu siapa? warna rumahnya apa?"
"Han Li Yan, Edward, dan juga Julian Andrew, warna rumahnya mirip ke silver dengan beberapa kaca-kaca khusus, apa mungkin unik." jawabku singkat dan tenang
"APA..." teriak mereka yang mengelilingiku
"Kamu serius, tiga orang itu datang langsung ke kamu untuk sekolah disini?" tutur salah seorang dari mereka
"Iya, ada apa memangnya?" tanyaku penasaran
"Kamu itu siapa sebenarnya, kami tidak pernah dengar tiga kepala sekolah sekaligus mengincar satu murid, kalau bukan orang itu punya kedudukan tinggi."
"Jun, boleh lihat modul pelajaran kamu?" pinta Audrey
"Modul pelajaran, apa ini yang kamu maksud?" ujar ku
"Astaga." ujar Audrey dengan wajah yang seperti habis lihat hantu
"Ada apa sih." jawabku penasaran
"Kamu tahu tidak, kalau kamu punya dua kelas, pertama kelas ini dan yang kedua kelas zero, dan rumah yang kamu tempati itu tempat untuk anak-anak kelas zero, dan itu-"
"Tunggu sebentar." ujarku menghentikan ucapan Audrey dan mengambil ponselku yang bergetar
"Ada apa?" ujarku sambil melihat ponsel dengan sebuah animasi di layarnya
"Ada penyusup yang mendekati kamar."
"Aktifkan semua perangkap."
"Semua perangkap?"
"Iya, Mius."
"Baik master." jawabnya
Tidak beberapa lama setelah Mius mengaktifkan semua perangkap disana, seseorang dengan terburu-buru masuk ke kelas ku.
"Junian Arghantia." teriak pria itu memanggil namaku
"Eh, kepala sekolah." tutur semuanya
"Dimana nona Arghantia." ujar Han Li Yan saat dekat dengan bangkuku
"Kenapa bapak nanya Jun ada dimana, dia kan ada disini." ujar Audrey
"Kalian nggak ada bisa bedakan antara yang asli dengan hologram, apa." ujar Han Li Yan sambil mematikan alat hologram ku itu
"Maaf tuan Li, saya harus pergi, jika mau cari saya, saya ada di perpustakaan dunia, dan satu hal lagi, jangan bantu tuan Edward dan Julian untuk lepas, itu pelajaran buat mereka yang diam-diam masuk ke kamar saya, bye." ujarku dari pesan suara yang ku tinggalin
Han Li Yan hanya bisa mengusap kepalanya karena geram, sedangkan murid lainnya dibuat tercengang dengan kejadian yang ada didepan matanya dan hal itu bersifat legenda bagi mereka. Han Li Yan meninggalkan ruangan itu dengan alat hologram ku ditangannya.
......................
...
Hari semakin gelap dan waktu sudah menunjukan jam 10 malam. Sebelumnya Edward dan juga Julian terperangkap selama 3 jam dalam perangkap yang aku buat.
Sesuai dengan modul pelajaran yang terima, aku sudah berada diruangan yang telah ditunjuk. Seseorang datang mendekat ke arahku dengan seragam sekolah yang masih dipakainya.
"Selamat datang dikelas zero nona Arghantia. Saya Murigha Su, code name saya 'Nightmare', mari ikut saya." lanjutnya
Siswi itu berjalan menuju arah lemari dan ditekannya hingga lemari itu bergeser dan tampak sebuah pintu dan ruangan kecil yang ada dibelakangnya. Kami masuk dan entah kenapa ruangan itu terasa bergerak dan tiba-tiba berhenti dan (lemari yang tadi) terbuka lagi.
"Sekali lagi, selamat datang di kelas zero, 'Midnight Class', kelas khusus bagi yang terpilih dari tiga sekolah utama." ujarnya
"ini ID Card mu nona Arghantia dengan code name 'Raven' dan rekannya Mius." lanjutnya
Aku hanya terdiam menerima ID Card ku dan memperhatikan sekelilingku yang sudah seperti sebuah gedung pusat penelitian dan laboratorium itu.
...***...
"Selamat pagi, Master." sapa Mius
"Pagi Mius." balasku
"Bagaimana kondisimu, master?"
"Aku butuh pengecekan."
"Baik Master."
Aku benar-benar tak pernah merasakan hal ini dalam hidupku selama ini, rasa lelah yang sangat berlebihan, meskipun selama ini aku terus melakukan programing di kamarku.
Mius telah selesai memeriksa kondisi tubuhku. Ada beberapa hal yang membuat tubuhku sangat kelelahan.
"Mius, cari antidote nya."
"Baik master."
Sementara Mius sedang mencari apa yang ku suruh, aku segera berbenah diri untuk siap masuk kelas pagi. Memakai seragam yang sudah disiapkan Li Yan, lalu sarapan dan meminum antidote yang sudah disiapkan Mius.
Jarak antara asramaku dengan gedung sekolah, tak begitu jauh dan juga masih berada didalam area sekolah itu juga. Asramaku tepat berada dibelakang gedung-gedung sekolah, meskipun begitu, tak sembarang orang yang bisa memasuki kawasan asrama itu.
Beberapa penjaga berseragam selalu siaga didekat asrama kami, beda halnya dengan asrama siswa/i yang lainnya, asrama mereka berada diluar kawasan sekolah, lebih tepatnya berada disisi kanan dan kiri kawasan SMA Sky Heaven, beberapa meter dari pagar sekolah.
Para pengajar baik itu mereka yang mengajar dikelas normal ataupun yang mengajar dikelas zero atau kedua-duanya, mereka juga difasilitasi tempat tinggal untuk mereka oleh pihak sekolah dan juga pemerintah ikut andil didalamnya.
"Selamat pagi." ujarku ke mereka yang bertugas menjaga asramaku
"Pagi nona." jawab mereka
"Boleh saya bertanya sesuatu?"
"Nona mau bertanya tentang apa?"
"Kenapa kalian ditugaskan untuk menjaga asrama ini, kenapa nggak seorang satpam aja, kalian ini kan seorang tentara, dan juga kenapa kalian memanggil saya nona?" ujarku ke mereka
"Hemm, sebenarnya bukan asrama ini saja yang dijaga, seseorang juga bersiaga di setiap asrama, baik itu asrama putra maupun putrinya dari SMA Sky Heaven maupun Bright Hawk, namun kami diperintahkan untuk lebih memperketat penjagaan asrama ini."
"Alasannya kenapa?" tanyaku polos
"Alasannya. Ya karena ini asramanya orang-orang yang penting, aset bagi negara." ujarnya
"Orang-orang penting, aset negara, kok bisa?"
"Kalau itu, nona tanya sama kepala sekolahnya kalau tidak tanya langsung sama presiden." jawab tentara itu
"Nggak ah, lebih baik mengintrogasi tuan Li aja, lalu kalau panggilan nona, apa hanya mereka yang tinggal di asrama ini saja?"
"Ya, seperti yang nona katakan" balasnya
"Oke deh, makasih, sudah mau jawab, dadah..." ujarku melambaikan tangan lalu berjalan kearah gedung sekolah
Sepanjang jalan aku menelusuri koridor untuk menuju kelas pagiku. Mereka terus menatap ke arahku, bukan karena penampilan diriku, yang mengepang rambutku dan dibuat dua kepangan dengan kacamata bulat besar diatas hidungku, namun penasaran dengan diriku yang asing dan baru pertama mereka lihat.
Aku sudah memasuki kawasan gedung 'Invent', gedung dimana ruang kelasku dan siswa lainnya berada.
SMA ini membagi tingkatan gedung ini kedalam tiga kategori, yaitu: Agile (Lincah), Seeker (Pencari), dan Invent (Menciptakan), dan juga kelasku berada di gedung ini.
Aku terus melangkah menuju kelasku tanpa memperhatikan apa yang siswa-siswi yang ku lewati itu sedang memperhatikanku. Tinggal beberapa meter lagi aku sampai tepat di depan kelas, namun ada dua orang yang berdiri disebelah pintu kelas, seperti sedang menunggu seseorang.
"Pagi pak." ujar anak kelasku yang masuk ke kelas dengan melewati dua orang itu
"Ya pagi." jawab mereka berdua yang tak lain adalah Li Yan dan juga Edward
"Bapak dan kepala sekolah kenapa ada disini? Lagi nungguin siapa?"
"Oh, nona Yumi." mereka berdua terkejut
"Oh itu, kami lagi nunggu nona Arghantia, anda apa mau mengajar?" lanjut Edward
"Ada apa dengan dia, sampai anda berdua mencarinya. Ya saya akan mengajar dikelas ini." jawab Yumi
Sementara Li Yan dan Edward berbicara dengan Yumi, siswa/i terus masuk ke kelas, dan aku juga menyelip diantara mereka.
Tap, bahuku dipegang oleh seseorang, tangan yang lumayan kokoh, dan hal itu menghentikan langkahku tepat didekat Han Li Yan dan juga yang lainnya.
"Tunggu..." ujar suara itu tanpa wujud
Pak Julian" tutur Yumi dan siswa lainnya saat Julian tiba-tiba berada tepat dibelakang ku
"Nona Arghantia..." Julian menekan suaranya
"Eh, pak Julian, bisa tolong bahu saya." ujarku polos
"Tidak bisa, nanti kamu akan kabur kalau dilepas." bantah Julian
"Tapi pak, apa bapak nggak malu dengan para siswa dan juga dengan bu Yumi." lanjut ku
"Oke, aku lepas, tapi kamu janji nggak akan kabur." tutur Julian
Aku hanya tersenyum ringan atas pernyataan dari Julian, sambil menyentuh dadanya Julian.
Melihat ekspresi dan tindakanku, Julian melepaskan genggamannya dari pundakku.
"Jadi aku ingin kamu menjelaskan semuanya, apa yang sudah kamu lakukan dengan asrama, apa yang sudah kamu lakukan terhadap kami kemarin, kenapa kami dianggap penyusup, ayo nona Arghantia, tolong jelaskan ke kami?" ujar Julian panjang lebar dengan diperhatikan siswa-siswi bahkan beberapa dewan pengajar yang ikut melihat
"Nona Arghantia, kenapa kamu hanya tersenyum memandangi Julian?" tanya Edward keheranan
"Kalian berdua bisa tenang, dan yang lainnya juga jangan ada yang bergerak." teriak Han Li Yan
"Maaf pak, memangnya ada apa, kenapa kami tidak boleh bergerak." tanya siswa yang berada di dekat Li Yan
Han Li Yan tak menjawab apapun dari pertanyaan siswanya itu, dia terus mencari sesuatu diantara siswa/i itu dan tak terkecuali gurunya.
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!