Pulau Sungai Darah, mungkin sudah tak banyak lagi yang mengingat tentang nama pulau yang pernah menjadi tempat paling disegani di Kekaisaran Fang puluhan tahun yang lalu.
Berada di wilayah paling utara dan memiliki luas yang tak seberapa, tapi hampir seluruh kekuatan, baik sekte, klan, maupun keluarga bangsawan di Kekaisaran Fang menempatkan Pulau Sungai Darah sebagai kekuatan teratas.
Namun, seperti kata pepatah. Semakin tinggi pohon semakin kuat anginnya.
Orang-orang atau kelompok yang iri dengan perkembangan Pulau Sungai Darah mulai membuat rencana. Mereka tahu jika hanya bergerak sendiri tidak akan berhasil mengingat kekuatan Pulau Sungai Darah yang sangat kuat. Oleh karena itu mereka menghasut kelompok kekuatan lain yang ada di Kekaisaran Fang. Mengatakan Pulau Sungai Darah adalah kelompok sesat dan api yang menjadi basis kekuatan mereka adalah perwujudan kekuatan gelap.
Meskipun tak semua percaya dengan isu yang tersebar, mulut yang lebih tajam dari pada pedang itu berhasil menghasut mayoritas kelompok kekuatan. Mereka pun mengibarkan bendera perang untuk menghancurkan Pulau Sungai Darah.
Klan Zhao sebagai penguasa tunggal Pulau Sungai Darah tentu tak terima dengan fitnah tersebut. Namun ketika mereka berusaha melawan, jumlah musuh jauh lebih banyak dan itu membuat pihak mereka menderita kekalahan.
Pulau Sungai Darah yang berjaya puluhan tahun terakhir tetapi pertempuran besar itu mengubah semuanya. Tempat yang semula indah dengan dipenuhi pohon, sungai dan bebukitan menjadi tempat berdarah.
Ribuan orang menjadi korban. Wanita dan anak-anak pun tak mereka lepaskan seolah sudah tidak ada lagi rasa belas kasihan. Perlahan, seiring dengan berjalannya waktu nama Pulau Sungai Darah menghilang dari peta Kekaisaran Fang. Hanya sebagian kecil yang masih mengingatnya, itupun tak lagi dengan nama Pulau Sungai Darah, tetapi Pulau Kematian.
Tepat hari ini adalah dua puluh tahun sejak pertempuran besar itu terjadi. Seorang pemuda dengan rambut hitam sebahu dan pakaian coklat tengah duduk bersila di atas sebuah batu di tengah hutan.
Tubuhnya diselimuti dengan cahaya merah api yang memancarkan aura panas, tapi itu tak membuat kulitnya terbakar karena ada lapisan energi berwarna biru yang seolah menjadi isolator aura panas tersebut.
"Kultivasi Tubuh Bagian Ketiga : Berakhir!"
Begitu pemuda itu menyatukan tangan, cahaya merah api yang berkumpul di tubuhnya segera melesat ke atas membelah langit yang berwarna biru cerah.
Suara ledakan yang menggema dapat didengar bahkan oleh orang-orang yang ada di luar hutan. Ratusan orang dengan kompak menengadahkan kepala menatap cahaya yang melesat ke atas berwarna merah kekuningan.
Awan hitam gelap membuat tubuh sedikit merinding saat merasakan tekanan aura yang dipancarkan. Tapi rasa takut itu tak lebih besar jika dibandingkan dengan rasa penasaran yang ada dalam kepala mereka saat ini.
Bersama dengan itu, cahaya merah api pun perlahan menghilang diikuti dengan hilangnya tekanan aura setelah beberapa detik membuat heboh separuh kota.
Pemuda yang duduk di atas batu perlahan membuka matanya kemudian menatap ke sekitar sembari merasakan sensasi yang familiar dari tubuhnya.
"Aku berhasil," gumamnya.
Seulas senyum tak bisa disembunyikan di garis bibirnya yang tipis saat mencoba mengalirkan Qi ke telapak tangannya. Akhirnya dia mampu menyelesaikan pelatihannya dan dapat kembali menggunakan Qi setelah dua tahun hidup seperti orang biasa.
"Mungkinkah aku harus mencoba kekuatan baru ini?"
Pemuda itu sudah mengumpulkan cukup Qi ke telapak tangannya untuk menjajal kekuatan barunya. Namun, sedetik sebelum tangannya mulai bergerak melepaskan kekuatan itu dia merasakan kehadiran sekelompok orang yang sedang dalam perjalanan ke tempatnya.
"Zhao Yang?!"
Suara bernada tinggi ini tidak asing. Pemuda bernama Zhao Yang itu segera berbalik, kemudian menemukan seorang gadis muda yang mengenakan pakaian kuning baru saja sampai di tempatnya.
"Gu Yiwei, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Zhao Yang pada gadis muda itu.
Namun alih-alih menjawabnya, Gu Yiwei hanya mendengus lalu berkata dengan nada mencibir.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu? Apa yang kau lakukan di sini?"
Sebelum Zhao Yang menjawab pertanyaan itu, sekelompok orang datang dari arah yang sama dengan Gu Yiwei. Lima, sepuluh, lima belas, dalam sekejap hutan yang sepi menjadi cukup ramai dengan kedatangan puluhan orang dengan pakaian yang sama.
Zhao Yang mengerutkan kening. "Ada apa ini? Kenapa banyak sekali orang yang berkumpul di sini?" gumamnya dalam hati.
Tepat pada waktu itu seorang pria setengah baya membelah kelompok yang ada di depannya. Matanya yang hitam mencoba mengamati situasi, kemudian beralih pada Zhao Yang yang berdiri dua puluh langkah dari tempatnya.
"Zhao Yang, apa kau melihat api misterius yang melesat sebelumnya?" tanya pria setengah baya.
Seketika itu juga Zhao Yang mengerti kenapa semua orang datang ke hutan. Itu tak lain karena api energi yang memancar dari tubuhnya sebagai tanda keberhasilannya dalam kultivasi tubuh bagian ketiga.
Namun, Zhao Yang tak bisa mengatakan hal tersebut pada siapapun. Bahkan jika yang bertanya adalah ayah mertuanya.
"Api? Ayah mertua, tidak ada api di sini." Zhao Yang berpura-pura tidak tahu. Dia bahkan memutar tubuhnya tiga ratus enam puluh derajat sambil mencari di sekitar seperti orang linglung agar lebih meyakinkan.
Gu Bei, kepala keluarga Gu yang juga ayah mertua Zhao Yang itu menyipitkan mata menyaksikan gelagat menantunya yang sedikit mencurigakan.
"Apa dia mengatakan yang sebenarnya? Kenapa aku tidak bisa percaya jika Zhao Yang tidak tahu tentang api misterius itu," batin Gu Bei.
Semua orang yang datang ke hutan ini datang untuk mencari tahu asal muasal api misterius yang menjadi fenomena beberapa saat yang lalu.
Bahkan Gu Bei datang secara langsung karena khawatir jika itu adalah ancaman yang mungkin muncul di wilayahnya.
Namun ketika mereka memasuki hutan, mereka tak menemukan sesuatu yang aneh dan hanya menemukan Zhao Yang yang entah kenapa sudah berada di sana lebih awal.
Gu Bei sempat berpikir jika api misterius itu mungkin berhubungan dengan Zhao Yang. Namun mengingat menantunya yang tidak memiliki basis budidaya, Gu Bei menghempas dugaannya tentang hal tersebut.
"Tidak. Tidak mungkin dia," gumamnya.
Tidak seorang pun akan percaya jika api misterius itu dikeluarkan oleh Zhao Yang. Bahkan jika Zhao Yang adalah menantu dari kediaman keluarga Gu, dia hanya sampah yang tak memiliki basis budidaya.
"Maaf sebelumnya, Tuan Besar." Seorang pria tua berjalan mendekat pada Gu Bei lalu membisikkan sesuatu.
"..."
Dalam sekejap raut wajah Gu Bei berubah dan tatapan matanya menjadi keruh.
"Klan Wang? Apa yang sedang mereka rencanakan?!" Gu Bei berdecak. Sekilas dia melirik ke tempat Zhao Yang sebelum membalikkan tubuhnya meninggalkan wilayah tersebut.
Orang-orang dari keluarga Gu menatap dengan bingung karena tak tahu apa yang terjadi. Namun mendengar Gu Bei menyebut nama Klan Wang, mungkin sesuatu telah terjadi mengingat hubungan antara keluarga Gu dan Klan Wang tidak begitu baik beberapa tahun belakangan.
"Kita juga harus kembali. Jangan sampai Klan Wang melakukan sesuatu terhadap keluarga Gu kita." Dengan seruan itu semua orang ikut meninggalkan hutan.
Zhao Yang menghela nafas karena tak perlu lagi menjelaskan tentang api energi. Dia berniat kembali mengikuti puluhan orang lainnya untuk menuju kediaman keluarga Gu. Namun langkah kakinya terhenti melihat dua wanita yang berdiri di hadapannya.
Gu Yiwei, wanita dua puluh tahun itu melipat tangannya sambil bersandar di batang pohon. Sementara wanita lain yang mengenakan pakaian biru dengan garis mata yang indah berusaha berjalan ke arahnya.
"Apa kau sungguh tidak tahu?" tanya wanita itu.
Sejenak Zhao Yang hanya diam terpaku. Saat dia akan menjawabnya, Gu Yiwei dengan kalimat yang merendahkan berusaha mencibirnya.
"Kakak, untuk apa bertanya padanya? Bukankah sudah jelas jika dia berkata tidak tahu tentang api itu? Tidak mungkin api misterius itu ada hubungannya dengan dia."
Gu Xingyu masih bergeming menatap mata Zhao Yang. Meskipun tidak ada kata yang didengarnya dari mulut Zhao Yang, tapi entah kenapa dirinya memiliki firasat jika api misterius itu berkaitan erat dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu.
"Kakak, kita juga harus kembali. Kita tidak tahu masalah apa yang disebabkan klan Wang kali ini. Mereka semakin keterlaluan sejak keluarga Gu dalam keterpurukan." Suara Gu Yiwei menyadarkan Gu Xingyu yang masih bergeming di tempatnya.
Sekilas Gu Xingyu menatap wajah Zhao Yang untuk kesekian kalinya sebelum menggelengkan kepala pelan. Entah apa yang ada dalam kepalanya hingga berpikir api misterius itu berhubungan dengan Zhao Yang.
"Dia bahkan tidak bisa mengumpulkan Qi. Mustahil api misterius itu terjadi karenanya," batinnya.
"Wei'er, ayo kembali!" Gu Xingyu tak mau menunda lebih banyak waktu di sana. Dia harus kembali mengingat kedatangan Klan Wang ke kediaman keluarga Gu.
Gu Yiwei juga bergegas. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat Zhao Yang sudah berdiri di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan?"
Zhao Yang hanya tersenyum mendapati pertanyaan tersebut. "Apa lagi? Bukankah semua orang ingin kembali? Jika begitu aku juga harus kembali."
Gu Yiwei mendengus. "Yang dapat kau lakukan selama dua tahun ini hanyalah makan dan tidur. Percuma ikut kembali, tidak akan ada suatu yang dapat kau lakukan."
Zhao Yang tak mengatakan apapun karena percuma juga menjelaskan pada adik iparnya itu yang sangat membencinya. Meskipun selama dua tahun ini Zhao Yang hidup seperti orang tidak berguna yang tak memiliki bakat dalam budidaya. Tetapi sebenarnya Zhao Yang sedang berada dalam teknik pelatihan yang memaksanya tidak menggunakan Qi seperti pembudidaya pada umumnya.
Setelah mencapai tahap ketiga dalam teknik budidaya tubuh, sekarang basis kekuatannya berada di tingkat langit lapisan ketujuh setelah sebelumnya masih berada di tingkat bumi.
Tingkat kekuatan yang dapat dicapai seorang pembudidaya sendiri ada empat tingkatan dengan masing-masing sembilan lapisan. Yang pertama ada tingkat raga, yang kedua tingkat jiwa, lalu tingkat bumi kemudian tingkat langit.
Di usianya yang ke-dua puluh delapan, Zhao Yang berada di tingkat langit lapisan ketujuh. Itu sangat luar biasa, mengingat Gu Bei yang merupakan Kepala Keluarga Gu saja masih di tingkat bumi.
Bisa dikatakan Zhao Yang sekarang adalah orang terkuat di keluarga Gu, tapi tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Bahkan selain Gu Liu, Tuan Sepuh Keluarga Gu atau kakek Gu Xingyu yang sudah meninggal, tidak ada seorang pun yang mengetahui bakat yang dimiliki Zhao Yang.
Setelah menempuh perjalanan sejauh tiga mill mereka bertiga sampai di kediaman keluarga Gu. Zhao Yang berjalan paling belakang, perhatiannya tanpa sengaja tertuju pada tanah di bawah kakinya yang terdapat jejak kaki kuda.
"Ada dua jejak kaki kuda yang berlawanan di sini. Seharusnya orang-orang klan Wang sudah pergi."
Gu Xingyu berhenti sejenak untuk melihat jejak kaki kuda yang dimaksud Zhao Yang. Walau dirinya juga berpikir klan Wang sudah pergi, tetapi dirinya masih tidak tenang sebelum mengetahui apa rencana mereka. Dia segera memasuki gerbang tanpa menghiraukan penjaga lalu menuju aula setelah mendengar ayahnya berada di sana.
Pada saat itu pertemuan sedang berlangsung. Gu Xingyu berhenti di depan pintu aula karena mendengar ayahnya di dalam sedang berbicara.
" ... Kita tidak punya pilihan lain. Mungkin sudah saatnya menyerahkan dermaga Sungai Yuan kepada Klan Wang."
Gu Xingyu dan Gu Yiwei yang mendengar ucapan Gu Bei langsung saling memandang dengan wajah terkejut.
"Kakak, bukankah dermaga Sungai Yuan adalah pusat ekonomi keluarga kita? Jika dermaga Sungai Yuan diserahkan ke klan Wang, kita hanya bisa hidup bergantung pada mereka."
Gu Xingyu mengeratkan tangannya tanpa bisa berkata sepatah kata pun. Pikirannya benar-benar gelap membayangkan nasib keluarga Gu ke depannya jika dermaga Sungai Yuan benar-benar jatuh ke tangan Klan Wang.
Tepat saat itu, sebuah tangan mendorong pintu aula hingga terbuka. Gu Xingyu dan Gu Yiwei sama-sama membulatkan mata menatap sosok yang tiba-tiba muncul dari balik punggung mereka.
"Zhao Yang!"
Puluhan pasang mata langsung menatap ke arah Zhao Yang begitu pintu aula terbuka.
Setelah terhenyak tiga detik, Gu Yi, Tuan Kedua Keluarga Gu yang juga merupakan paman Gu Xingyu berdiri dari tempat duduknya.
"Apa-apaan kau ini? Tidak tahu sopan santun!" Teriakannya menggema di setiap penjuru aula. Namun Zhao Yang hanya menatapnya sekilas, sebelum berjalan ke hadapan ayah mertuanya yang duduk di kursi kebesarannya.
"Gu Yi, duduklah." Gu Bei memberi tanda dengan gerakan tangannya agar Gu Yi kembali duduk dan memberi kesempatan Zhao Yang berbicara.
Cih!
Gu Yi ingin mengumpat. Tapi dia harus menahan diri mengingat di mana dirinya berdiri saat ini.
"Katakan, ada apa? Kenapa kau memasuk aula saat pertemuan berlangsung?" Gu Bei menatap lekat wajah Zhao Yang yang terasa berbeda pada siang hari ini. Tidak tahu kenapa dia merasa menantunya ini seperti berbeda dengan sosoknya yang dikenalnya dua tahun belakangan.
"Ayah mertua, keluarga Gu tak harus menyerahkan dermaga Sungai Yuan kepada Klan Wang."
Brak!
Gu Yi kembali berdiri setelah mendengar ucapan Zhao Yang. "Kau pikir keluarga Gu ingin melakukannya? Semua itu terjadi karena terpaksa. Tidak ada jalan lain untuk mempertahankan keluarga Gu selain mengharap belas kasihan dari Klan Wang!"
"Kau yang selama ini hanya numpang makan dan tidur di kediaman keluarga Gu, apakah benar-benar tahu situasi yang dihadapi keluarga Gu saat ini?"
Pandangan semua orang kepada Zhao Yang tidak jauh berbeda. Mereka menganggap Zhao Yang sampah tidak berguna, menantu yang hanya hidup menumpang di kediaman keluarga Gu seperti parasit.
Zhao Yang sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Jadi dia tidak terlalu menggubrisnya.
"Ayah Mertua, apa kau percaya padaku? Aku akan menyelesaikan masalah dengan Klan Wang tanpa menumbalkan dermaga Sungai Yuan."
"Omong kosong! Siapa yang ingin kau tipu dengan bualanmu, ha?!" Gu Yi berdiri untuk yang ketiga kalinya. Wajahnya memerah seperti akan menerkam dan melahap Zhao Yang saat itu juga.
Mustahil untuk mempercayai kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut seorang yang terkenal sebagai menantu tidak berguna. Bahkan Gu Bei sekalipun. Namun, Gu Bei juga ingin setidaknya memiliki harapan untuk mempertahankan dermaga Sungai Yuan yang merupakan pusat ekonomi keluarga Gu.
"Ayah! Aku juga keberatan jika keluarga Gu harus menyerahkan dermaga Sungai Yuan." Suara Gu Xingyu terdengar bersama dengan langkah kakinya memasuki aula.
"Ayah harus memikirkannya kembali. Karena tidak ada jaminan setelah kita menyerahkan dermaga Sungai Yuan pada Klan Wang, mereka akan melepaskan kita begitu saja."
Pendapat ini membuat semua orang terdiam. Gu Bei memejamkan mata dengan frustrasi, kemudian berdiri dari kursinya untuk mengakhiri pertemuan.
"Sampai di sini saja pertemuan hari ini. Kalian dapat kembali."
"Tapi Tuan Besar, ...."
"Kita tunda terlebih dahulu pertemuan ini. Aku ingin menenangkan diri terlebih dahulu." Setelah mengatakan itu Gu Bei langsung pergi dari aula.
Semua anggota keluarga yang hadir pun beralih menatap Gu Yi dengan kompak. "Tuan Kedua, apa pertemuan ini sudah berakhir?" tanya mereka.
Gu Yi memijat kepalanya yang serasa berdenyut tak karuan. Dia mencoba memanggil kakaknya tetapi tidak ada balasan sekalipun.
Dengan terpaksa dia pun memberi pengertian untuk anggota keluarga lainnya yang berada di aula. "Untuk sementara pertemuan dihentikan. Akan ada informasi menyusul untuk pertemuan selanjutnya."
Meski tak seorang pun berharap pertemuan ini menjadi sia-sia, tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali mengakhiri pertemuan lebih awal. Satu persatu mulai meninggalkan aula dan dalam waktu singkat hanya beberapa orang yang masih berdiri di sana.
"Yu'er, percayalah padaku. Dermaga Sungai Yuan tidak akan beralih dari tangan keluarga Gu." Zhao Yang berusaha meraih tangan Gu Xingyu, tetapi gadis itu berusaha menghindarinya.
"Aku memang tidak setuju jika dermaga Sungai Yuan dilepaskan begitu saja kepada Klan Wang. Tapi aku tidak berharap kau akan membual di hadapan ayah dan seluruh anggota keluarga." Dua tahun menjadi pasangan suami istri mereka memang tidak banyak berinteraksi, tapi Gu Xingyu baru menyadari jika Zhao Yang memiliki mulut yang sangat besar. Tidak mau melihat kemampuannya sendiri dan masih bicara ingin menyelesaikan masalah dermaga Sungai Yuan. Tidak akan ada orang yang percaya dengan ucapannya.
Zhao Yang hanya diam melihat punggung sang istri yang perlahan menjauh. Dia mengeluarkan sebuah gulungan dari balik pakaiannya.
"Klan Wang kan? Aku akan memberi mereka pelajaran!"
Di suatu kedai yang berada di kawasan dermaga Sungai Yuan, seorang pria bertubuh gemuk berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Dia sengaja mengenakan pakaian yang tertutup agar identitasnya tak diketahui orang lain.
Namun siapa yang menyangka ada beberapa orang yang mengenali wajahnya.
"Hao Ming! Bukankah dia Hao Ming?" Seruan satu orang membuat yang lain ikut menatap ke arah pria bertubuh gemuk tersebut.
"Iya benar. Dia Hao Ming, salah satu ketua Paviliun Pedang. Apa yang dia lakukan di sini? Mungkinkah ada hubungannya dengan Keluarga Gu?"
Paviliun Pedang merupakan tiga besar kekuatan teratas di Kota Hua Hen bersama dengan Kediaman Tuan Kota dan Sekte Biru Delima.
Tidak mengherankan jika ada cukup banyak orang yang mengingat wajah Hao Ming sebagai salah satu ketua Paviliun Pedang.
Hao Ming berdecak dalam hati. Dia mencoba mengabaikan belasan orang yang berkerumun membicarakan dirinya, kemudian masuk ke salah satu ruangan setelah melihat nomor di pintu yang dicarinya.
"Tak kusangka aku sangat terkenal di wilayah selatan." Pria bertubuh gemuk itu tersenyum dengan bangga. Perlahan dia melepas jubahnya sambil berjalan ke sebuah meja yang sudah duduk seorang pria lainnya.
"Lama sekali,"
Hao Ming menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. Dia duduk di kursi kosong yang memang tersedia untuknya masih dengan senyum cengengesan di wajahnya.
"Kakak, aku senang akhirnya kau menghubungiku. Aku langsung datang begitu menerima surat darimu. Apa kau sekarang berniat kembali?" tanya Hao Ming.
Pria yang duduk mengenakan caping itu mulai melepas capingnya. Terlihat wajahnya yang tampan dengan mata hitamnya yang legam. Siapa lagi jika bukan Zhao Yang.
"Aku punya tugas untukmu."
Sontak Hao Ming mengerutkan kening mendengar ucapan Zhao Yang. "Kakak, tugas apa yang kau maksud?"
"Klan Wang, ... Bereskan mereka." Setelah menjeda kalimatnya satu detik, Zhao Yang mengatakannya dengan datar.
Tentu hal itu membuat Hao Ming tertegun beberapa saat sebelum berkedip dua kali sembari mengambil gelas air di depannya. "Kakak, kesalahan apa yang sudah dilakukan Klan Wang? Mungkinkah mereka mencari masalah dengan mu?"
"Mereka sudah berani menargetkan Keluarga Gu. Itu sama saja dengan mencari masalah denganku." Suara Zhao Yang menyimpan kemarahan yang cukup besar. Bahkan Hao Ming sekalipun dapat merasakannya.
Meskipun ini masih menjadi rencana, tetapi Hao Ming yang sangat mengenal kakaknya dapat memastikan takdir Klan Wang akan berakhir.
Siapa yang tak mengenal Organisasi Bayangan Hitam. Sebuah kelompok misterius yang menghebohkan tanah Kekaisaran Fang dengan aksi pembantaian empat keluarga bangsawan tiga tahun yang lalu.
Kelompok yang sangat ditakuti dan disegani oleh kekuatan-kekuatan besar di Kekaisaran Fang. Tidak ada yang menduga jika pemimpin kelompok tersebut dua tahun ini berada di kediaman Keluarga Gu. Sebuah keluarga yang bahkan bukan lagi termasuk dalam daftar sepuluh kelompok kekuatan terbesar di Kota Hua Hen. Kota paling kecil di antara dua kota lainnya.
Paviliun Pedang adalah bawahan Organisasi Bayangan Hitam. Satu dari tiga kekuatan terbesar di Kota Hua Hen hanyalah sebuah cabang. Kekuatan Organisasi Bayangan Hitam jauh lebih besar bahkan jika sembilan kekuatan dalam daftar sepuluh besar digabungkan. Tetapi Klan Wang yang tepat berada di posisi sepuluh dalam daftar tidak tahu sudah mencari maaalah dengan siapa. Mereka tidak sadar baru saja menggali kuburan mereka sendiri.
"Kakak, apa kau akan ikut turun tangan secara langsung?" tanya Hao Ming. Mata pria dua puluh enam tahun itu berbinar ketika memikirkan bagaimana mereka dapat kembali beraksi bersama.
Namun harapan itu langsung sirna begitu melihat Zhao Yang menggelengkan kepala. "Bukanlah sudah ada kau, untuk apa aku turun tangan sendiri?"
Hao Ming menunjukkan kekecewaan dalam raut wajahnya. Kendati demikian dia tidak bisa berkomentar banyak tentang keputusan tersebut.
"Kakak, kapan kau akan kembali? Organisasi bayangan hitam membutuhkanmu. Kau tahu, pria-pria tua itu setiap waktu bertanya padaku dan membuat telingaku sakit karena mendengar keluhan mereka."
Zhao Yang berdiri dari kursinya. "Tidak untuk sekarang. Aku akan langsung pergi setelah ini. Ingat untuk membereskan mereka tanpa tersisa."
Hao Ming menatap pintu yang baru saja tertutup setelah kepergian Zhao Yang. Dia menatap gelas di meja sambil memikirkan Keluarga Gu.
Entah apa alasannya sang kakak memiliki kepedulian yang sangat besar pada Keluarga Gu. Terkhusus pada Gu Xingyu. Mereka yang jelas-jelas merendahkannya saat dalam masa larangan menggunakan Qi. Tetapi tidak ada sedikitpun kebencian yang tersimpan dalam pikirannya untuk Keluarga Gu.
Utang apa yang begitu besar sehingga membuat seorang ketua Organisasi Bayangan Hitam, kelompok yang sangat disegani kekuatan-kekuatan besar di Kekaisaran Fang, rela merendahkan dirinya sendiri hanya untuk menjadi menantu yang masuk ke dalam kediaman Keluarga Gu.
Tidak ada yang tahu alasan Zhao Yang melakukannya kecuali dirinya sendiri. Bahkan Gu Liu, Kakek Gu Xingyu yang menikahkan Zhao Yang dengan cucu tertuanya.
...
Sementara itu di kediaman Keluarga Gu, ruangan Gu Bei.
"Ayah mencari ku?" Gu Xingyu mengetuk pintu pelan sambil membukanya perlahan.
Gu Xingyu baru menyadari jika di dalam ruangan itu juga terdapat paman keduanya yang sudah duduk di sebelah sang ayah.
"Xingyu, masuklah."
Seketika Gu Xingyu mengetahui jika ada sesuatu yang penting ingin disampaikan kepadanya. Dia duduk dengan tenang sambil menunggu ayah dan paman yang ada di hadapannya berbicara.
"Xingyu, sebenarnya Klan Wang memberi kita pilihan. Namun pilihan ini hanya kau yang dapat memutuskan."
Ada beberapa kata yang tidak Gu Xingyu mengerti. Dirinya tak memiliki wewenang apapun dalam mengambil keputusan untuk keluarga Gu. Bagaimana mungkin pilihan ini hanya dirinya yang dapat memutuskannya.
"Apa yang diinginkan mereka selain dermaga Sungai Yuan, Ayah?" tanya Gu Xingyu.
Karena Gu Bei masih diam, Gu Yi berinisiatif menjelaskannya "Xingyu, klan Wang akan menarik seluruh orangnya dan menyerahkan aset bisnis mereka yang ada di kawasan dermaga sungai yuan jika Keluarga Gu menerima lamaran pernikahan untuk Wang Mo, putra Patriark Wang."
"Tidak. Yiwei masih terlalu muda untuk menikah."
"Tapi bukan Yiwei yang dimaksud Klan Wang. Melainkan kau, Xingyu."
"Apa?!"
Rahang Gu Xingyu mengeras seakan kehabisan kata-kata setelah mendengar ucapan paman keduanya.
"Xingyu, Klan Wang tidak akan mempermasalahkan statusmu yang sudah pernah menikah. Mereka juga tahu jika kau belum pernah tidur satu kamar dengan Zhao Yang. Kalian hanya dua orang asing yang terjebak dalam pernikahan. Jadi bukan masalah untuk mengakhiri pernikahan itu. Benar, kan?"
Tubuh Gu Xingyu bergetar ketika mendengar setiap kata yang dikatakan paman keduanya. "Paman, walau bagaimanapun aku sudah menikah. Entah kami pernah tidur satu kamar atau tidak, kami tetap suami istri dan aku tidak ingin mengecewakan kakek karena pernikahan ini adalah wasiat darinya."
Bahkan jika dua tahun ini Zhao Yang tak lebih hanya seorang menantu yang masuk ke dalam Keluarga Gu, Gu Xingyu merasa Zhao Yang lebih baik jika dibandingkan dengan Wang Mo, putra Patriark Wang yang terkenal genit dan suka bermain wanita.
"Ayah, Paman Kedua, aku tidak ingin bercerai dengan Zhao Yang. Aku yakin pasti ada cara untuk masalah yang dihadapi Keluarga Gu saat ini."
Tiga orang yang ada di dalam ruangan itu tidak menyadari jika seseorang berdiri di luar ruangan mendengar setiap kata yang mereka ucapkan. Senyum di wajahnya sempat terlihat saat mendengar kata-kata menyentuh yang dikatakan Gu Xingyu, tapi senyum itu langsung menjadi ekspresi yang suram begitu memikirkan tindakan Klan Wang yang keterlaluan.
"Aku tidak akan melepaskan kalian!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!