"Ceburin...ceburin...ceburin" Teriakan dan sorakan para anggota dari Hafiz. Sambil mengarak Wadanki mereka ke arah kolam.
Byuuuurrrr....!!!
"Horeeee.......!!! Tenggelamkan!! Ahahahaha...!!" riuh sorak sorai seluruh anggota
Tradisi ini selalu ada setiap momen kenaikan pangkat anggota TNI di lingkungan kesatuan. Dimana yang kebagian naik pangkat harus diarak dan diceburin ke kolam beramai-ramai, sebagai tanda keakraban dan rasa syukur.
Bulan Oktober ini Hafiz naik pangkat menjadi Letnan Satu (Lettu), dan ada juga beberapa orang lagi dari tingkat Perwira, Bintara dan Tamtama yang naik pangkat.
"Bulan depan bisa lanjut pengajuan nih Dan..!!" celetuk Praka Emo, anak buah dr Hafiz.
"aiisshh..Mo! Calon aja ra duwe" jawab hafiz sambil geleng-geleng kepala menanggapi celoteh anak buahnya yang seringkali usil ga ketolong.
"jangan lupa traktirannya Dan..!!!" Isno menimpali, dijawab Hafiz dengan mengangkat jempol.
Dengan baju basah kuyup, Hafiz beranjak dr kolam sesekali melakukan tos dengan para anggotanya.
"Seluruhnyaaa!!! Perhatian..!!"
"nanti malam jam 20.00 kumpul di aula, undangan makan malam dari Danton Hafiz. Perhatian selesai, bubar jalan..!!" Aba-aba diteriakan Serda Hilal sebagai pengumuman kegiatan nanti malam selepas apel malam.
*********
Selesai apel malam seluruh anggota berkumpul di aula untuk mengadakan tasyakuran atas kenaikan pangkat beberapa pimpinan dan anggota. Banyak makanan dan minuman tersaji. Barbeque dibagi menjadi beberapa tungku, ada juga prasmanan dan gerobak dagangan kaki lima seperti nasi goreng, ketoprak,dll.
Dengan diawali acara tradisi, sambutan bagi yang kedapatan naik pangkat dan wejangan pimpinan batalyon untuk seluruh anggota.
Selesai ceremony, musik pun disajikan, dari musik koplo, pop, berjoget bersama, suasana begitu meriah dan akrab.
"Gimana? udah ada calon belom 'sun'? Kapan pengajuan nikah" tanya Fredy yang menjabat sebagai Komandan batalyon di kesatuan Hafiz bertugas.
"haha..belom ada Dan" jawab Hafiz sambil garuk pelipisnya, sebagai pengalihan rasa malu-malunya.
"Pak Jean lagi cari mantu sun? Apa kamu ga tertarik sama putrinya. Cantik lho 'sun' anaknya " sambung kapten Dyaz
"akh..bisa aja tor'. mana mau anak beliau sama saya. Saya hanya orang kampung tor'. Insecure hehehe" dengan merendah Hafiz menimpali mentornya.
**('Sun' biasanya panggilan dari senior ke junior di lingkungan perwira TNI, sedangkan 'tor'/mentor panggilan singkat dr junior ke senior)
Hafiz termenung sejenak. Ranty, putri Jendral Jean yang selalu mengganggu pikirannya selama ini. Sudah lama Hafiz naksir dengan Ranty, bahkan boleh dibilang cinta pada pandangan pertama. Namun karena Hafiz malu untuk mengungkapkan perasaannya hingga hanya menjadi cinta terpendam. Entah sampai kapan ia akan memendam perasaan ini. Sementara di sekeliling Ranty gadis cantik itu, sudah banyak pria yang terang-terangan mengungkapkan perasaan suka, melakukan PDKT dan memakai jalur Mak comblang untuk kenalan dengannya.
Hafiz tak ada keberanian itu, dia hanya berusaha memantaskan diri sebaik mungkin hingga waktunya tiba dengan kepala tegak akan memberanikan diri meminang putri dari pimpinannya tersebut.
Ranty, kuharap saatnya nanti aku siap dan pantas meminangmu. Kau masih belum terikat oleh lelaki manapun. Semoga Tuhan menjaga kamu hanya untukku.
"loh ko bengong disini Dan, ayo nyanyi Dan.. saya udah siap gendang nih Dan" suara dan tarikan tangan Emo membuyarkan lamunan Hafiz tentang Ranty.
Hafiz pun larut dengan suasana meriah, dia yang didapuk menyanyikan sebuah lagu diiringi band dan gendang. ada yang ikut berjoget dan bernyanyi, ada juga yang asik ngobrol dan bercanda. Acara berlangsung hingga jam 11.00, kemudian anggota kembali ke barak masing-masing.
Ini adalah karya pertamaku disini, semoga suka ya...
Jangan lupa komen, like dan votenya reader...lopyuuu🩷🩷
Hafiz Zaelani Brotowijaya🩷
![](contribute/fiction/9633685/markdown/51517393/1733053368664.jpeg)
SMAN 1 Malang tempat Cindra menempuh pendidikan di kelas XII~
"Cin, kamu dipanggil Bu Leni ke ruang kepsek. Cepetan sana..ditungguuuu!!" seru Aina ketua kelas di MIPA 3
"ohh..ok Ay aku kesana, thanks infonya beb..muaacch" jawab Cindra dengan melambaikan kissbye ke sahabatnya
'ada apa ya Bu Leni manggil aku, ko aku degdegan nih'
'tok tok tok'
"masuk!!" jawab orang yang ada di dalam ruang kepsek
"permisi bapak-ibu..apa benar ibu memanggil saya?" ujar Cindra saat pintu dibuka
"iya sini nak masuk" jawab Bu Leni
Disana sudah ada pak Anton sebagai guru BP dan beberapa guru lainnya.
Cindra pun masuk dengan gerakan sedikit membungkuk sebagai tanda kesopanan kepada para guru yang sudah duduk berkumpul di ruangan tersebut.
"duduk sini nak" ajak Bu Leni mengarahkan Cindra duduk disebelahnya.
"Begini Cindra, ibu sebagai Kepala sekolah dan guru-guru disini berdiskusi dan berembuk untuk mendaftarkan kamu masuk Universitas Indonesia jalur prestasi sesuai fakultas yang akan kamu pilih. Karena prestasi akademik dan non akademik kamu yang hasilnya sangat baik. Apakah kamu berminat melanjutkan pendidikan lebih lanjut?" Bu Leni mengutarakan hasil rapat kemarin dengan guru-guru.
Dengan wajah berbinar Cindra mengerjapkan netranya yang dihiasi bulu mata lentik, menatap Bu Leni dengan senyuman bahagia. Kabar baik ini membuatnya sulit merespon dengan cepat karena sangking terkejut; serasa mimpi.
"ma-masyaallah buu..sa-saya ga tau harus jawab apa. Sa-saya..mau banget Bu!! Ta-tapiii..mengenai biaya gimana Bu, ibu kan tau saya hanya yatim piatu..sa-saya..ahh" jawab Cindra tergagap dan seketika wajah Cindra meredup mengingat perjuangannya harus panjang, terutama mengenai biaya kuliah dan kehidupan di kota Jakarta.
"Untuk masalah itu, ibu mau bertemu wali kamu besok. Ada banyak hal yang akan kami diskusikan dan juga kami butuh dukungan support dari wali kamu sekarang. Bisakah besok wali kamu menemui ibu jam 11.00?!" jawab Bu Leni seraya membujuk Cindra untuk membawa wali ke sekolah besok.
"baik Bu, nanti saya sampaikan pakde dan bude untuk undangan besok" jawab Cindra
"ok! Sampai ketemu besok ya nak.." Bu Leni mengulurkan tangan, dan disambut Cindra dengan membawa punggung tangan Bu Leni untuk dicium sebagai tanda hormat
"baik ibu saya kembali ke kelas, terima kasih ibu dan bapak guru" pamit Cindra
**************************
Sepulang dari sekolah Cindra menyampaikan kabar gembira tersebut kepada orangtua angkatnya yang dia panggil dengan sebutan pakde dan bude.
Pak Broto Wijaya dan Bu Tari adalah sahabat orangtua Cindra, setelah ibu Cindra meninggal dia dititipkan ke sahabatnya. Karena ayah Cindra sudah meninggal sewaktu Cindra berumur 10tahun. Cindra tinggal sebatangkara, oleh karena itu pak Broto dan Bu Tari mengambil Cindra sebagai anak angkatnya.
pak Broto dan Bu Tari sudah memiliki dua anak; Hafiz Zaelani dan Dea Amelia.
Hafiz Zaelani lelaki berwajah tampan dan gagah berprofesi sebagai TNI, yang berdinas di Jakarta. Sementara Dea seumuran dengan Cindra yang sedang menempuh pendidikan di salahsatu pesantren di Jawa timur.
Kehadiran Cindra di rumah pak Broto dan Bu Tari adalah sebagai pelengkap kebahagian pasangan tersebut, dikarenakan mereka hanya tinggal berdua dengan rumah yang terbilang besar dan mewah. Pak Broto memiliki usaha pertanian dan peternakan, dengan tanah kebun yang mencapai hektaran. Pegawai pak Broto juga ratusan, ada pegawai administrasi juga pekerja di kebun dan peternakan. Aliran keuangan yang stabil dari hasil usaha pertanian dan peternakannya membuat pak Broto menjadi orang terkaya di wilayah Malang.
Sekalipun Cindra diperlakukan seperti anak sendiri, diberi cinta dan kasih sayang yang sama seperti anak kandung mereka. Tidak membuat Cindra menjadi manja dan tidak tau diri, ia selalu bisa menempatkan diri. Cindra rajin belajar hingga selalu menjadi juara umum di sekolahnya, nilai akademik dan non akademiknya tidak pernah mengecewakan. Ia juga rajin membantu Bu Tari dalam segala hal, memasak dan bebenah tidak pernah lalai dia kerjakan walaupun Bu Tari tidak pernah menyuruhnya untuk mengerjakan ini dan itu. Ia selalu menjadi anak penurut, gemar berbagi dan membantu orang-orang yang kesusahan. Pribadinya lemah lembut, ulet, rajin, ceria hingga dimanapun dia berada selalu disukai orang-orang sekitarnya.
Orangtua kandung Cindra dulunya juga orang berada, memiliki perkebunan teh dan peternakan madu. Ekonominya mulai ambruk semenjak ayahnya meninggal karena kecelakaan dan ibunya kena kanker tulang.
Karena biaya pengobatan ibunya yang terbilang mahal, sedikit demi sedikit perkebunan teh dan peternakan dijual ke keluarga pak Broto. Segala usaha pengobatan sudah diusahakan hingga ke negeri Jiran;Penang, Malaysia. Namun takdir berkata lain. Ibunya Cindra menutup usia saat Cindra duduk di bangku kelas 1 SMA.
Ini adalah tahun kedua Cindra tinggal dirumah pak Broto dan Bu Tari, setelah rumah peninggalan orangtua Cindra akhirnya terjual untuk biaya pengobatan ibunya di Malaysia.
Sekalipun sudah tinggal 2 tahun dirumah bude Tari, ia belum pernah bertemu dengan mas Hafiz Zaelani karena kesibukan Hafiz sehingga belum bisa mengambil cuti untuk pulang ke kampung halaman.
Cindra hanya mengenal Hafiz dari foto keluarga yang terpampang di ruang keluarga. Awal melihat foto tersebut Cindra kagum dengan penampilan Hafiz yang tampan dan gagah memakai seragam taruna dan ada juga yang memakai seragam PDU (Pakaian Dinas Upacara) dengan membawa pedang.
'wuiih ganteng banget mas Hafiz, andai aku punya suami seperti mas Hafiz...mmm' batin Cindra dengan wajah bersemu merah.
Deg.. 'apakah aku jatuh cinta??'
pikirannya menerbitkan senyuman malu-malu yang tak disadarinya menarik perhatian Bu Tari
"hayoo..senyum-senyum sendiri. Naksir mamas-mu yaa.." goda Bu Tari pada Cindra
"a-haha.. bukan begitu bude. Aku lagi mikir kalau aku pakai seragam itu gimana ya, pasti aku akan keliatan gagah apa cantik" jawab Cindra gelagapan karena ketauan memandang foto mas Hafiz dengan senyum-senyum sendiri
"yo nanti kamu foto sebelah mamas-mu, kamu cantik, mamas-mu gagah. Ya toohh.." jawaban yang ambigu di lontarkan Bu Tari
"ah..ya ga gitu bude, menurut bude kalau lulus SMA nanti aku pantes gak daftar TNI?" tanya Cindra mengaburkan jawaban ambigu bude Tari
"bukan masalah pantes atau Ndak-nya nduk, kalau kamu punya cita-cita menjadi wanita TNI ya harus dicoba. Tapi kalau kamu cuma ikut-ikutan daftar tanpa ada keinginan yang kuat, lebih baik jangan.
bukannya cita-cita kamu jadi ahli terapis dan kamu bercita-cita jadi psikolog? Ya kaan..?" jawab bude Tari sambil merangkul Cindra
"iya bude,mm..bude..untuk undangan kepsek besok apa bude bisa hadir?" dengan lembut Cindra meyakinkan undangan besok
"bisa! Bude sama pakde besok ke sekolah kamu ya nduk" bude Tari menjawab sambil mengelus rambut Cindra
"terima kasih bude.." senyuman pun terbit di bibir ranum Cindra
"yowes tidur sana sudah malem, besok kamu harus bangun pagi" Bu Tari mendaratkan kecupan lembut di kepala atas Cindra
"baik budeku cantik" Cindra pun mengecup pipi bude Tari
Malampun semakin beranjak, Cindra menarik selimutnya menjemput mimpi malam ini.
Bersambung...
Cindra Saraswati Liem
![](contribute/fiction/9633685/markdown/51517393/1733053636142.jpeg)
Kelas 3 MIPA
"Ge, noh crush lo baru sampe pintu gerbang" seru Deon memberitahu George yang biasa dipanggil Gege sambil melirik kearah Cindra
"Duh tambah cantik aja gebetan gue dari hari ke hari" gumam Gege saat melihat Cindra yang berjalan menyusuri koridor.
Gege pun langsung mengekori Cindra sedikit berlari kecil mensejajarkan langkah Cindra.
"hai.. Cin!! Tumben mepet jam masuk sekolah datengnya. Udah sarapan belom?" tanya Gege saat langkahnya sudah mengimbangi dan berada di sebelah Cindra
"Iya nih semalem aku tidurnya kemaleman Ge, ngapalin puisi tugas dari Bu Ais. Aku belom sarapan Ge tapi bawa bekel ko" sambil melirik cowok disampingnya
"Nih aku bawain kamu susu strawberry kesukaan kamu" Gege menyodorkan susu untuk Cindra
kebiasaanya setiap hari sebagai bentuk perhatian pada gadis yang sudah memenuhi hatinya sejak kelas 1 SMA
George memang sudah lama naksir Cindra tapi belum ada keberanian untuk mengungkapnya, caranya dia PDKT dengan memberi hadiah-hadiah kecil pada Cindra. Berharap suatu saat nanti ia punya keberanian menyatakan cintanya, dan Cindra sudah ada perasaan juga padanya.
"terima kasih Ge, aku ambil ya susunya kebetulan aku ga bawa minum" senyum manis pun tulus dia berikan pada Gege
"oke cantik, jangan lupa sarapan ya! Aku masuk kelas"
Gege memang tidak satu kelas dengan Cindra. Gege di kelas MIPA 2.
Kriiingggg ...kriiiiinggggg...kringgg..
Bel sekolah pun berbunyi, tanda seluruh siswa harus sudah masuk kelas.
Pelajaran dilalui dengan tertib, hari ini kelas 3 sedang melangsungkan try out untuk ujian kelulusan dan ujian masuk perguruan tinggi negeri sampai jam 11.00 siang.
*****
"Duuhh...aku ko ngeblank ya hari ini, jawabanku ngasal aja tadi tuh. Kamu gimana Cin?" tanya Aina
"Alhamdulillah lancar Ay, apa yang aku pelajari semalam keluar semua"
Bukan maksud menyombongkan diri, tapi memang Cindra selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan perencanaan yang matang. Membaca buka dan mengulang lagi pelajaran setelah pulang sekolah tidak pernah absen setiap harinya. Tapi Cindra bukan gadis yang pelit ilmu, dia dengan senang hati membantu temennya belajar dan menjelaskan rumus-rumus kimia dengan jelas dan mudah dimengerti.
"Aku nyesel deh kemarin ga ikut kamu ke perpus Cin" sesal Aina
"gapapa Ay sayang, ini kan try out pertama, masih ada try out kedua dan selanjutnya. Aku harap kamu ga melewatkan mengulang pelajaran Ay.." Cindra menyemangati.
"Tanpamu apalah aku, Cindra kekasihku.....hahaha" gombal Aina
"Cin...!! Ke kantin yuk!" Aina menarik tangan Cindra
Belum sempat Cindra menjawab, mereka sudah berlari kecil menuju kantin
"Cindra... Aina..!! Sini..!!" teriak Deon
senyum Gege pun terbit, melihat crush nya menuju ke meja yang mereka tempati.
"mau makan apa Cin? Aku pesenin ya.." Gege langsung inisiatif berdiri untuk memesan makanan
"Cindra doang nih yang ditawarin? Gw enggak?!" protes Aina
"Oiya! Lo mau pesen apa?" Gege menawari
"Aku ga makan Ge, aku udah makan bekel dari rumah" Jawab Cindra
"Yah makan dong Cin, Ga papa makan lagi ga usah takut gemuk. Sekalipun gemuk kamu tambah cantik" rayuan mulai dilancarkan Gege
Deon dan Aina saling lirik, memberi kode satu sama lain selaku Mak comblang
"Bukan takut gemuk Ge, tapi perutku masih penuh. Pesen jus sirsak aja deh"
"Oke tuan putri, pesanan akan dicatat. Tunggu disini dengan manis sampai pangeran Tamvan ini datang membawa jus sirsak" gombal Gege lagii
"Apasiiihhhh..." cicit Cindra
Wajahnya bersemu merah menahan malu, ge-er.
"Hahahaha.... " Tawa dua orang Mak comblangnya pun kompak menggema.
Setelah memesan makanan dan cemilan, Gege kembali ke meja tempat teman-temannya kumpul.
Drrttt...drrttt..
Senyum Cindra mengembang membaca chat yang baru saja masuk. Hal itu menarik perhatian Gege dan tanpa sungkan menanyakan langsung ke si punya senyuman indah, gadis di depannya.
"Chat siapa cin? ko senyum-senyum sendiri?" aroma cemburu dari Gege
"Chat dari budeku, mereka sudah sampai sekolah dan menemui kepsek"
Jawaban Cindra menarik atensi teman-temannya.
"Kenapa bude kamu ke ruang kepsek Cin?" tanya Aina
"mm..ituu..Bu Lina mau diskusi dengan waliku untuk kelanjutan pendidikanku. Kemungkinan aku akan kuliah di U -- I.."
jawab Cindra dengan suara pelan diakhir kalimat saat menyebut nama universitas ternama di Jakarta
"Lo masuk jalur prestasi Cin ?!!"
Cindra mengangguk.
"Gilaa...kereeenn oyy!!"
Deon berseru takjub.
Gege diam, wajahnya serius seperti ada yang dipikirkan
Aina memeluk Cindra dengan senyuman bahagia
***
"Cin, pulang bareng aku ya. Sekalian aku minta tolong kamu nemenin aku cari buku"
ajak Gege
"Okay Ge, aku juga mau cari kamus" Cindra menyetujui
Gege mengangkat kedua jempolnya dan mereka ke kelas masing-masing.
*//
kriiingggg...kriiiinggg..kriingg
Bel pulang berbunyi.
Para siswa berhamburan keluar kelas.
Karena sudah ada janji dengan Gege, Cindra langsung menuju parkiran motor dimana motor Gege di parkir. Ternyata Gege pun sudah menunggu di parkiran dan menyiapkan helm untuk dipakai Crush nya.
"Ge.." Cindra melambai
"Sini Cin!"
Setelah Cindra mendekat, Gege memasangkan helm di kepala Cindra.
"Ok siap. Ayo tuan putri naik kuda besi pangeran Tamvan ini"
seruan Gege dihadiahi Cindra cubitan kecil di pinggang lelaki blasteran itu
"Awww...!!" "hahaha..."
Selama 15 menit berkendara akhirnya mereka sampai di sebuah toko buku ternama di kota Malang.
Mereka langsung mengunjungi rak demi rak dan memindai judul buku yang berjejer di setiap rak. Cindra mencari kamus bahasa inggris lengkap dan Gege mencari novel romantis.
"Udah dapet yang kamu cari honey?" tanya Gege
"Ugghh..apasii" bergidik Cindra mendengar kata-kata 'honey'
tersenyum jahil Gege.
"Cin, menurut kamu cinta pada pandangan pertama itu gimana?" tanya Gege
"hmm..aku ga tau ya. Belum pernah ngerasain. Mungkin nanti kalau sudah ngalamin aku bisa kasih jawaban" respon Cindra seadanya.
"Cin, kamu cinta pertama aku!!" dengan serius dan suara lembut Gege mengutarakan isi hatinya
"huffttss..hahaha..ceritanya kamu nembak aku nih?!" bisik cindra sambil nahan ketawa
"kalau iya, jawaban kamu apa?"
"mmm'..sebentar aku mikir dulu" Cindra mendaratkan jari telunjuknya ke pelipis
"aaiisshh..sudahlah kamu ga serius gitu" jawab Gege dengan bibir mengatup; cemberut.
"abis kamu nembak aku disini mana aku percaya, dan ga ro-man-tis blass!!" ledek Cindra dengan menjulurkan lidah;mengeledek
'Duh gemesin banget sih wajah kamu Cin, ya Tuhaann!!' batin George dan mendaratkan cubitan gemes ke pipi Cindra
Blusss...
Pipi Cindra merona
"Ayo kita pulang Ge, buku aku udah ketemu. Kamu udah belum?"tanya Cindra menetralkan sikapnya agar tidak terlihat ge-er.
"Udah honey, sini buku kamu sekalian aku bayar" jawab Gege dengan cepat ia menarik buku di tangan Cindra
"Ehh ga usah dibayarin Ge, aku bayar sendiri aja. Tadi kamu udah traktir aku minuman" Cindra mengejar Gege yang sudah menuju kasir
"Ga papa honey, kayak apa aja. Aku tidak menerima penolakan hon!!" Gege 'kekeuh'
****
Breemmm...breemm..
Motor Gege sudah memasuki halaman rumah pak Broto Wijaya, tempat dimana Cindra tinggal.
"Terima kasih ya ge, udah nganterin aku sampe rumah" ucap Cindra seraya membuka helm dan memberikan helm pada Gege
"eheeemmm...!!"
Pak Broto berdehem keras, memberi kode
"ehh pakde, maaf pakde Cindra pulang telat. Tadi ke toko buku dulu" Cindra menghampiri pakde Broto sambil mencium punggung tangan pak Broto.
"Siapa anak itu?" tanya pak Broto dengan dagunya menunjuk ke arah Gege
"Sore om" sapa Gege
Sayangnya Gege tidak turun dari motornya dan hanya menganggukkan kepala dengan menyapa dari atas motor.
*Maklum ya gaess.. George tumbuh di keluarga yang menerapkan pendidikan barat, jadi pemahamannya tentang kesopanan agak berbeda dengan budaya timur.
"bocah sempruullll!!" gumam pak Broto
Cindra yang mendengar jadi tidak enak hati, lalu memberi isyarat ke Gege agar cowo itu segera pergi.
"Jangan terlalu deket bergaul sama anak berandalan kayak gitu ndok!" pak Broto memperingati
'Berandalan? Ehh!!'
'Gege anak baik ko pakde' batin Cindra tanpa berniat menjelaskan.
Selama ini Cindra mengenal pakde Broto sosok yang dingin, irit bicara. Sekalinya ngomong tegas dan kadang pedes level 5.
Tapi Cindra tau, pak Broto orang yang baik dan berhati lembut, dan rajin beramal pada lingkungan sekitar. Terbukti dari pegawainya yang rata-rata sudah puluhan tahun bekerja pada pakde, ga ada karyawan yang di pecat karena hal sepele, kecuali karyawan yang berani korupsi.
George Alexander
![](contribute/fiction/9633685/markdown/51517393/1733065413800.jpeg)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!