Hai, kembali lagi pada novel baru saya....
"Baiklah anak-anak, cukup sampai sini yang dapat saya sampaikan. Kita lanjutkan pekan depan dan jangan lupa mengisi daftar hadir, " ujar seorang pada mahasiswanya.
"Baik pak!"
"Bapak pamit dulu, assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam,"
Setelah dosennya keluar mereka yang ada di kelas juga siap-siap keluar. Karena tidak ada jam kuliah lagi mereka akan makan siang dulu sebelum pulang.
"Eh, kalian mau makan apa?" Tanya seorang gadis berbaju hijau army. Dia adalah Kalila Maizah atau biasa di sapa Maizah.
"Mau ayam geprek deh," ujar gadis berbaju hitam pula. Putri Amalia, biasa di panggil putri.
"Aku nasi kuning ah, kalau kamu?" ucap gadis berbaju biru navy. Nur Citrani, biasa dipanggil Citra.
Ketiganya berteman mulai dari awal perkuliahan hingga sekarang, semester lima. Ketiganya sama-sama ngekost, satu pondok, hanya berbeda kamar saja.
"Aku mau ayam geprek juga, mumpung baru cair jadi makan enak dulu," Hahaha. Ketiganya tertawa lalu keluar dari kelas, berjalan menuju kantin.
Suasana kantin di jam makan siang memang sangat ramai. Jadi mereka memutuskan untuk membungkus makanan mereka saja dan makan di kosan, lagian Ketiganya sudah tidak ada kelas lagi hari ini.
Saat menunggu pesanannya Ketiganya berdiri seraya memainkan handphone. Maizah menggeser layar handphone nya melihat unggahan idol kesukaannya.
Sedang asik melihat unggahan tersebut, ada satu unggahan yang menarik perhatian Maizah. Yaitu unggahan seorang pria yang berpakaian jas bersama rekannya. Padahal Maizah tidak mengikuti akun pria itu tapi kenapa unggahannya tiba-tiba muncul?
Maizah melihat orang-orang yang ada pada foto tersebut. Dalam foro itu ada lima laki-laki yang berpakaian formal kantoran. Mata Maizah memperhatikan pria bule yang memakai jas berwarna hitam. Tatapan bule itu terlihat sedikit datar dan dingin, tapi Maizah suka karena sangat tampan.
Tak ingin membuang waktu, Zaina mencari akun bule tampan itu. Untung saja akun bule itu di tag oleh pria yang telah mengunggah foto tersebut hingga memudahkan Maizah mendapatkan aku bule tampan itu.
Ternyata hanya ada dua unggahan foto di akun bule tampan itu. Tapi pengikutnya sudah hampir jutaan, akunnya juga sudah centang biru.
Maizah segera mengikuti akun pria itu lalu tersenyum kembali saat melihat foto unggahan tadi.
"Ayo zah, makanan sudah jadi," ajak Cinta pada Maizah.
"Ayo," Maizah menyimpan handphone dalam tote bag dan berjalan berdampingan dengan Putri dan Citra.
Sesampainya di kosan, gadis-gadis ini berkumpul di kamar Putri makan bersama. Ketiganya duduk melingkar. Sebelum makan, seperti kebiasaan perempuan pada umumnya mereka mengambil gambar terlebih dahulu.
Puas mengambil gambar dari berbagai sudut mereka pun mulai menyantap makanannya masing-masing.
Citra yang pertama menghabiskan makanannya, setelah itu Maizah lalu Putri. Ketiganya membereskan bekas makanannya masing-masing.
Ting!
Bunyi notifikasi dari handphone Maizah. Maizah sendiri cuek dengan notifikasi tersebut. Dia hanya duduk bersandar menunggu makanan yang telah di makan turun.
Ting!
Ting!
Maizah mengerutkan keningnya mendengar handphone nya yang terus berbunyi. Dia pun menyalakan benda pipih itu, membuka aplikasi hijau, tapi tidak ada chat pribadi. Yang ada hanya grup yang ramai dan Maizah malas membacanya.
Karena Maizah dan Putri sedang halangan, jadilah Cinta salat sendiri. Seraya menunggu Citra Salat Maizah dan Putri mencari film untuk mereka nonton nanti.
"Ini aja ya?" Putri meminta pendapat Maizah, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya setuju.
Putri yang memiliki paket aplikasi nonton, jadi mereka menggunakan laptop Putri untuk menonton film.
Setelah Citra Salat ketiganya pun menonton film tersebut. Bahkan Maizah sampai tertidur, yang bertahan hanya Citra dan Putri.
Tak terasa hari sudah sore. Maizah bangun melihat kedua temannya yang masih tidur. Maizah pergi ke kamar mandi membasuh wajahnya. Duduk bersandar seraya memainkan gawainya.
Saat menggulir layar handphone, hendak mematikan data seluler karena sudah tersambung wifi pondok secara otomatis. Maizah dikejutkan dengan notifikasi dari Instagram. Maizah sampai mengedipkan dan menggosok matanya saking tidak percaya nya.
"Aaaaaa,"
Teriakan Maizah mengejutkan kedua temannya yang awalnya tertidur.
"Ada apa? Kenapa zah?" Tanya mereka langsung bangun karena teriakan Maizah.
"Tampar aku put, tampar sekarang! A-aku,"
Plak!
"Aww,"
Putri yang masih loading karena baru bangun langsung menampar Maizah sesuai keinginan gadis itu.
"Prftt," Citra tak bisa menahan tawanya melihat tingkah kedua temannya itu.
"Ck, ya jangan di tampar beneran put. Sakit tau gak," gerutu Maizah membuat Citra semakin tertawa.
"Yakan kamu sendiri yang nyuruh,"
"Ck,"
Maizah mengabaikan hal itu lalu menunjukkan notifikasi dari Instagram yang mengejutkannya tadi. Sama seperti dirinya tadi kedua temannya itu jua terkejut. Mengangkat kepalanya, saling memandang.
"I-ini beneran?" Tanya Citra yang masih belum percaya.
"Iya, yaampun! Bagaimana bisa dia mengikuti kamu zah. Bule, Instagram nya sudah centang biru lagi," kata Putri.
"Coba lihat,"
Maizah pun menekan notifikasi itu.
Huan Arvid M. Mengikuti anda
"Aaaa..." Maizah kembali berteriak.
"Hmptt,"
Citra menutup mulut Maizah agar berhenti berteriak. Bisa-bisa mereka di tegur teriak-teriak gitu.
"Nanti kita di tegur zah,"
"Heheh maaf, aku kan kaget tadi,"
"Gak nyangka banget aku di ikuti balik sama bule ganteng ini, mana Instagram centang biru lagi. Mimpi apa aku semalam," Lanjut Maizah, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
"Beruntung banget kamu zah," ucap Putri menepuk pundak Maizah.
Ting!
Maizah kembali melihat handphone nya. Saat melihat notifikasi itu rasanya Maizah ingin pingsan. Bule ganteng itu nge DM Maizah!
"Aaaaa,"
Maizah kembali berteriak, tapi bukan hanya dia kedua temannya pun ikut berteriak.
Tok tok tok
Ketukan itu membalikkan kesadaran ketiganya.
"Eh, iya. Maaf ya kak," Sahur Citra yang duluan sadar.
"Udah dibilang jangan ribut. Jadinya kita ditegur kan," Lanjutnya mengomel.
"Eh kamu juga teriak ya tadi," ujar Putri membuat Citra menyengir lucu.
"Maksudnya kita,"
"Udah-udah ini sekarang gimana ini ngebalesnya," kata Maizah menggoyang-goyangkan handphonenya.
"Buka dulu dia nge-chat apa,"
Maizah membuka DM dari bule tersebut.
@Huan Arvid M. : Hi
@MaiAiMaizah : Hi
@Huan Arvid M. : I am Arvid from London, nice to meet u
@MaiAiMaizah : Hi Arvid nice to meet you. I am Maizah from Indonesia
"Oh dia dari London," Sahut Putri yang turut membaca DM Maizah dengan Arvid.
@Huan Arvid M. : Yeah, I see
"Eh, aku bales apa nih?" Tanya Maizah bingung. Masa percakapannya sampai sini saja sih.
"Waduh, kita juga bingung ini. Mana skil bahasa inggris kita kurang lagi," sahut Citra mengundang tawa Maizah dan Putri.
"Hahaha bener banget,"
Ting!
"Eh, dia ngirim pesan!"
@Huan Arvid M. : I went several times to Indonesia
"Apaan tuh artinya?" Tanya Maizah.
"Translate Translate,"
Putri memfoto lalu mentranslate menggunakan handphone nya. "Artinya tuh, dia bernah ke Indonesia beberapa kali gitu," Maizah dan Citra mengangguk mengerti.
Maizah membalas dengan keyboard Translate.
@MaiAiMaizah : Oh wow, are you coming to jakarta?
@Huan Arvid M. : Yeah, For work
@MaiAiMaizah : That's good, I've never been there
@Huan Arvid M. : In Jakarta?
@MaiAiMaizah : Yeah, because I live in another area, Makassar city
@Huan Arvid M. : Makassar? I've been there, Losari beach right?
@MaiAiMaizah : Really?
@Huan Arvid M. : Yeah
"Gila sih, kayaknya orkay ini mah. Gas lah zah pepet terus," ujar Citra.
"Hahaha, tapi kok aku deg deg-kan ya?" Ucap Maizah seraya memegang dadanya.
"Iri banget deh aku. Aku juga mau, tapi orang Korea gitu," celetuk Putri
"Korea Utara maksud mu?"
"Ih bukalah, Korea Selatan, "
"Oh, kirain. Makanya kalau bicara itu yang jelas,"
Maizah tertawa mendengar perdebatan lucu kedua temannya. Setelah perdebatan lucu itu Maizah kembali chet-an dengan Arvid.
Tbc.
^^^Mawar Jk^^^
Selamat Membaca
Hari-hari berlalu. Semakin lama, Maizah dan Arvid semakin dekat. Mereka sudah tukeran nomor telepon bahkan Arvid sampai mengunduh aplikasi yang sering Maizah gunakan saat kirim pesan dan telponan.
Maizah baru tahu, kalau ternyata Arvid bisa berbahasa Indonesia. Meskipun masih tidak lancar tapi dia paham dan bisa. Hal itu juga sangat membantu Maizah yang tidak lancar berbahasa Inggris berinteraksi dengannya.
Pada jam makan siang Arvid dan Maizah video call-an. Maizah makan siang dan Arvid baru bangun pagi.
"Tiga hari lagi saya akan ke sana," Ujar Arvid yang masih dalam selimutnya. Hanya wajahnya yang kelihatan dari kamera.
"Kesini?" Arvid menganggukkan kepalanya.
"Ke Indonesia?" Arvid kembali menganggukkan kepalanya tapi kini tersenyum saat melihat raut wajah Maizah yang seakan tak percaya.
"Saya tidak sabar bertemu secara langsung denganmu," Ucap Arvid dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya.
"Tapi kan pekerjaan kamu di Jakarta,"
"Setelah urusan di sana selesai saya akan ke Makassar. Kamu mau kan ketemu sama saya?"
Dengan malu-malu Maizah mengangguk. "Aaa.... Mama calon menantu otw datang," batin Maizah berteriak.
Tap tap tap
"Ayo masuk ke kelas," ajak Putri yang baru saja dari toilet bersama Citra. Maizah mengangguk dan mengikuti kedua temannya memasuki kelas.
Ternyata temannya yang lain sudah ada beberapa orang di dalam kelas. Ketiga gadis itu duduk bersebelahan dengan Maizah berada di tengah.
Karena tidak enak video call-an dengan banyaknya teman-temannya dalam kelas, Maizah pamit pada Arvid.
"Baiklah, setelah kelas kamu selesai hubungi saya lagi ya,"
"Iya,"
"Ok, bye... selamat belajar, "
Setelah mematikan telpon Maizah menatap heran pada kedua sahabatnya yang tersenyum menggoda padanya.
"Kalian kenapa?" Tanya nya.
"Ciee ada bau-bau akan jadian nich. Jangan lupa loh pajak jadinya," godaan Citra.
"Belum juga jadian, "
"Belum, berarti mau dong cie cie," timpal Putri turut menggoda.
"Apaan sih kalian ini,"
"Cie-ciee,"
Putri dan Citra terpaksa berhenti menggoda Maizah saat dosen masuk. Ketiganya fokus menyimak materi.
***
Pulang kuliah Maizah siap-siap pulang kampung, sudah satu bulan dia tidak pulang dan dia sudah diteror oleh keluarganya untuk pulang.
Untung saja sabtu-minggu dia tidak kuliah, jadi jumat sore dia bisa pulang. Setelah menyiapkan barang yang akan di bawa Maizah pun siap berangkat.
"Hati-hati ya zah,"
"Kalau sudah sampai jangan lupa chat,"
"Hati-hati zah,"
"Iya, aku berangkat ya bye... assalamualaikum, " Maizah mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan sedikit ramai karena sekarang jam pulang kerja.
Setelah menempuh empat jam perjalanan akhirnya Maizah sampai di rumah. Tubuhnya benar-benar pegal mengendarai motor empat jam.
Maizah di sambut oleh orang tuanya dan juga adiknya. Rasa pegal Maizah sirna saat melihat senyuman mereka.
Setelah makan malam keluarga Maizah duduk di ruang keluarga, entah itu untuk nonton tv ataupun berbincang.
"Kak, tau gak si Melani sering banget bawa pacarnya ke rumahnya," Ujar Lily adik Maizah yang merupakan anak bungsu.
"Oh, iya?" Lily mengangguk cepat.
"Iya, sampai-sampai tuh Mamanya sering banget pamer kalau pacar anaknya tuh orang kaya. Mereka sering di bawakan martabak dan gorengan," timpal Melati Ibu Maizah.
"Biarin ajalah, cuek aja kalau mereka pamer," Ujar Maizah yang fokus pada tv.
"Mama suka kesal aja zah kalau dua pamer, segala bilang sampai gak bisa habisin itu gorengan saking banyaknya katanya,"
Akhdan, Papa Maizah menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya. Sekarang sudah ada anak sulungnya yang menjadi tempat curhat kekesalannya, kalau Maizah gak ada dialah yang harus menjadi pendengar yang baik.
"Kamu gak ada pacar zah?" Tanya Melati tiba-tiba membuat Maizah terbatuk.
Uhuk uhuk
"Kok tiba-tiba tanya gitu sih ma?"
"Yaa enggak papa, Mama kan cuma nanya,"
"Gak ada ma,"
"Mama apa-apaan sih, bagus anaknya gak pacaran jadi bisa fokus kuliah, " timpal Akhdan membuat Melati memalingkan wajahnya dari tatapan suaminya.
Maizah menghela nafas. "Maizah masuk ke kamar ya istirahat, badan Maizah pegel banget habis bawa motor, " pamitnya pada keluarganya.
"Iya Nak, istirahat lah,"
Di kamarnya Maizah kembali menghela nafas mengingat ucapan Mamanya. Saat siap tidur ada telepon masuk, melihat siapa yang menelpon Maizah langsung mengangkatnya saat nama Arvid terpampang.
"Halo,"
"Hi Maizah," Sapa Arvid dari seberang sana.
"Wah, lagi makan apa tuh?" Tanya Maizah melihat menu makan siang Arvid, sudah kebiasaan pria itu jika makan siang akan menelponnya.
"Ada sandwich, potato stick and Coffee," ujarnya memperlihatkan menu makan siangnya satu persatu.
"Pasti enak banget!" Seru Maizah dengan mata berbinar.
"Kamu mau? Tunggu saya kirimkan sekarang juga,"
"Eh-"
Terdengar suara Arvid yang menelpon seseorang menggunakan bahasa inggris yang pastinya Maizah tidak tahu artinya. Setelah menutup telepon Arvid beralih pada handphone nya, menatap Maizah sambil tersenyum.
"Tunggu sebentar ya, makanan mu akan datang, " Ucapnya enteng.
Mungkin dia hanya bercanda, bagaimana bisa dia memesan makanan dari London hingga ke rumahnya. Maizah tersenyum kaku lalu diam menatap Arvid yang kembali menyantap makanannya.
Setelah makanannya habis Arvid dan Maizah mengobrol singkat sebelum mematikan telpon karena Arvid harus kembali bekerja.
Maizah menonton video di aplikasi yang banyak digemari orang-orang. Masih pukul sembilan jadi dia belum mengantuk.
Tak lama terdengar suara ketukan dari luar rumah. Maizah dapat mendengarnya karena rumahnya belum di platform sehingga dapat terdengar jelas suara dari ruangan lain.
Maizah enggak bergerak untuk membuat pintu karena tahu bahwa kedua orang tuanya dan juga adiknya masih ada di ruang tengah.
Tok tok tok
"Kak Maizah,"
Maizah membuka pintu kamarnya. "Ada apa?"
"Itu," Lily menunjuk pada beberapa tote bag dengan merek makanan yang Maizah kenali.
Mata Maizah melotot melihat itu.
"Kamu yang pesan zah? Pasti enak banget ini Mama sering liat orang makan ini di hp," ujar Melati bersemangat.
Melati mengeluarkan makanan tersebut dari tote bag dan membukanya satu persatu. Mulai dari sandwich, potato stick, Pizza, salad buah dan juga cup cake.
Gila. Kata itulah yang ada di benak Maizah menatap semua makanan itu. Arvid beneran mengirimkan dia makanan ini? tapi, bagaimana bisa?
"Zah, ini beneran kamu yang beli?" Tanya Akhdan.
"Bukan pa, bukan Maizah yang beli tapi teman Maizah, "
"Teman? Baik banget teman mu kirim makanan mahal ini," Tanya Melati.
"Iya ma," ujar Maizah tersenyum kaku.
"Ini boleh di makan gak?" Tanya Lily setelah puas mengambil gambar makanan itu dari beberapa sudut.
Maizah menganggukkan kepalanya. Nanti sajalah dia telpon Arvid, kalau sekarang belum bisa karena tahu bahwa pria itu bekerja.
Melihat keluarganya senang memakan makanan itu membuat Maizah ikut senang. Ini pertama kalinya dia dan keluarnya makan makanan seperti itu jadi semuanya tampak bersemangat.
"Enak banget..."
"Oh iya, teman mu yang mana yang kirim? Mama mau berterima kasih," ucap Melati di sela-sela makannya.
"Nanti aja setelah makanan ini habis,"
Mereka tidak menghabiskan semuanya, karena sebagian mereka simpan untuk nenek dan tante Maizah makan besok. Rumahnya enggak jauh dari rumah tantenya tapi karena enggak ada lampu jalan jadi akan sangat gelap.
Tbc.
^^^Mawar Jk^^^
Selamat Membaca
Di pagi harinya Maizah jalan-jalan di depan rumah, menghirup udara segar yang membuat hati tentram. Tidak seperti di kota.
"Eh, Maizah pulang dari kota," ujar tetangga yang rumahnya di seberang rumah Maizah.
"Iya Tante, sudah lama gak pulang," Jawab Maizah dengan ramah.
"Maizah, " Panggil Tante Maizah, Dahlia yang merupakan saudara dari Mamanya.
"Mari Tante," Maizah pamit pada tetangganya lalu menghampiri Dahlia
"Ayo masuk tan, kayaknya lagi di panasin sama Mama deh,"
"Ayo-ayo,"
Ternyta benar, makanan yang di simpan untuk nenek dan tante di panahkan Melati, bahkan sudah karena Melati tampak menyajikannya di piring.
"Makan di teras aja, Ibu sama Lisa ada di teras," ujar Dahlia mengambil piring berisi makanan itu.
Maizah dan Melati ikut keluar sehingga mereka duduk bersama di teras rumah. Tak lupa Dahlia mengambil foto dan mengungahnya.
"Enak banget, meskipun yang sudah dipanasi tetap enak," ujar Dahlia, Faridah, Nenek Maizah mengangguk setuju. Bahkan Lisa, anaknya Dahlia tidak berbicara lagi karena asik menguyah.
Setelah makanannya habis mereka mengobrol hingga Dahlia bertanya pada Maizah. "Oh iya, ini makanan teman kamu yang mana?"
"Iya ih, Mama sampai lupa. Teman kamu yang mana zah?" Tanya Melati.
"Maizah punya teman online ma, dia ngirim makanan itu. Kirain dia bercanda, soalnya jauh kan. Eh taunya beneran ada makanannya, " Jelas Maizah.
"Teman kamu itu cowok apa cewek?" Tanya Dahlia lagi.
"Cowok," ucap Maizah pelan.
"Cowok? Kalian pacaran?" Kini Melati yang bertanya.
"Enggak ma kami cuma berteman kok," sangkal Maizah.
"Pasti cowok itu suka sama kamu zah, mana mungkin dia kirim makanan kalau enggak ada maksud, " ujar Dahlia mendapatkan anggukan dari Melati.
"Emang dia dari mana zah?" Tanya Melati, sepertinya kedua saudara ini benar-benar sangat kepo sekarang.
"Dari London, Inggris,"
"Ha? Jauh banget,"
"Gimana caranya dia kirim makanan ke sini?"
"Jadi bule dong ya,"
"Iya lah, kan dari Inggris,"
"Ya kan siapa tau dia merantau ke sana," Kedua bersaudara itu berdebat.
"Kamu bisa telpon gak? Mama mau bilang terima kasih, "
"Kayaknya enggak bisa deh ma, dia sana sudah tengah malam," ucap Maizah seraya menatap jam yang menunjukkan pukul tujuh pagi, jadi di sana sudah pukul dua belas malam.
"Yah,"
Tiba-tiba ada panggilan masuk dari Arvid. Maizah menatap Mama, Tante, Nenek dan sepupunya yang ikut menatapnya.
"Siapa?" Tanya mereka bersamaan.
"Arvid, yang kirim makanan,"
Mereka langsung mendekat pada Maizah kecuali Nenek Faridah yang masih di tempatnya semula.
"Hai," Sapa Maizah setelah mengangkat telpon.
"Hai, maaf baru hubungi kamu lagi. Pekerjaan ku banyak sekali, ini baru selesai semua,"
"Gak papa kok, aku hanya ingin berterima kasih soal makanan kemarin,"
"Ah, tidak masalah, "
"Oh iya, Mama aku ingin bicara sama kamu," ucap Maizah saat sudah di colek oleh sang Mama.
"Mama?"
"Yeah,"
"Dia pintar bahasa Indonesia?" Tanya Melati setelah memegang handphone Maizah.
"Iya,"
Arvid tersenyum dari seberang sana.
"Zah, namanya siapa?"
"Arvid mom," Jawab Arvid dari seberang sana.
"Eh, iya. Nak Arvid terima kasih ya makanannya enak sekali!"
"Sama-sama, saya senang jika Maizah dan keluarga senang, "
"Iya hehe,"
"Udah ya ma, Arvidnya mau istirahat sudah malam banget, " Maizah mengambil kembali handphone.
"Sekali lagi terima kasih ya, sekarang kamu istirahat sudah larut malam," di seberang sana Arvid mengangguk.
"Hm, aku akan istirahat,"
Tut.
"Maizah masuk dulu," pamitnya pada mereka lalu masuk kerumah.
"Lagi ngumpul nih," ujar Romlah tetangga yang rumahnya di samping rumah Maizah.
"Iya, habis makan Pizza," ucap Dahlia.
"Pizza? Hahaha... Pagi-pagi udah halu aja nih ada gorengan sisa kemari. Pacarnya Melani bawa banyak banget," ujar Romlah dengan nada sombong.
"Aduh maaf ya, kita udah kenyang makan Pizza dan teman-temannya. Kalau enggak percaya liat deh unggahan ku. Noh kardus masih ada," ucap Melati seraya menunjuk kardus Pizza yang di makan Dahlia tadi.
Romlah menatap dus yang bergambar Pizza lalu beralih menatap Melati da Dahlia yang tersenyum ramah padanya. Romlah langsung masuk tanpa berbicara lagi.
Melati dan Dahlia tertawa puas bisa melihat ekspresi Romlah. Wanita yang biasanya angkuh padanya.
"Sekali-kali emang dia di gituin kak," ujar Dahlia.
"Benar,"
***
Sore harinya Maizah naik ayunan yang ada di depan rumahnya. Ayunan milik adiknya itu di ikat di pohon mangga.
Disaat menikmati waktunya main ayunan sambil membaca novel. Ada panggilan masuk dari Arvid. Tumben sekali pria itu menelepon di jam-jam seperti ini.
"Hi, Maizah"
"Hai, kamu tidak masuk kerja?" Tanya Maizah langsung.
"Saya masuk siang karena tidak ada yang terlalu penting," Maizah menganggukkan kepalanya mengerti, pantas.
"Sebelum ke Indonesia saya pergi ke Singapura, dari sana saya langsung ke Jakarta. Apa ada oleh-oleh yang kamu inginkan?"
"Tidak usah,"
"Kenapa?"
Arvid ini tidak tahu saja bagaimana kode keras perempuan dan bagaimana gengsi nya perempuan.
"Baiklah, tidak masalah jika kamu tidak mau bilang. Nanti saya pilih sendiri, " Mendengar ucapan Arvid Maizah menahan senyum.
"Kak Maizah," Panggil Lily dar teras rumah.
"Iya?"
"Mau es krim gak? Aku mau pergi beli nih,"
"Boleh deh mau yang mochi," Lily mengangguk lalu kembali masuk ke rumah.
Maizah dan Arvid kembali mengobrol. Di tengah-tengah obrolan mereka, Romlah dengan suara sedikit keras menyambut kedatangan Melani dan pacarnya.
Terlihat sekali jika wanita itu sengaja memperbesar suaranya agar di dengar olehnya. Apalagi Mamanya yang baru keluar rumah hendak menghampirinya.
"Keras banget suaranya, gak malu apa dia ya," celetuk Melati setelah sampai dan duduk di rumah-rumah yang berada di samping ayunan.
"Ada apa di sana?" Tanya Arvid, ternyata pria itu sampai mendengar suara Romlah.
"Enggak ada apa-apa kok aku tutup telpon ya,"
"Ok,"
"Ok bye,"
"Bye,"
Panggilan mereka pun berakhir.
"Di sana sudah pagi?" Tanya Melati.
"Iya, pukul delapan pagi. Lily kok lama banget beli es krim nya,"
"Entahlah anak itu,"
"Makasih ya nak Rizal, repot-repot banget beliin Tante martabak mana banyak lagi," ujar Romlah sedikit keras hingga sampai di telinga Maizah dan Melti.
Melani sampai memberi kode pada ibunya, tampak gadis itu merasa tidak enak pada pacarnya.
"Cuekin aja ma, semakin di ladeni semakin menjadi orang yang seperti itu," ucap Maizah melirik ke rumah Romlah lalu kembali menatap sang Mama.
Tbc.
^^^Mawar Jk^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!