Apa kesalahanku, sehingga diriku mendapatkan perlakuan kejam dari mereka?
Di khianati pacar dan sahabat yang aku percaya..
Suara desahan itu terus menggema di telinga, netra Keyra menatap kecewa kearah kekasih yang sudah 2 tahun bersamanya. Kini, Keyra melihat Steven kekasihnya, sedang bercumbu mesra dengan Liona sang sahabat.
"Kamu tidak pantas bersanding denganku Key! Kamu hanya anak pungut keluarga Arlott, yang tidak akan mendapatkan apa apa!"
"Bagaimana rasanya Key? Hatimu sakit bukan? Ini tak sebanding dengan rasa sakit diriku yang selalu di hukum ayahku karena selalu kalah darimu!"
"Sayang, bagaimana kita ambil foto bugilnya, dan kita sebar di media kampus? Pasti akan menjadi berita trending!"
"Jika, wajah cantiknya ini ku kasih sedikit lukisan, apakah menurutmu akan lebih cantik!?"
Srash!
"AKH TI-TIDAKK!!"
Slash!
Di rendahkan dan di kucilkan..
"Berapa tarif semalam Key? Aku mau dong semalam!"
"Penampilan aja sopan, eh ternyata jalang murahan!"
"Cantik, langsung hotel aja yuk!"
Kampus, menjadi neraka kedua keyra setelah kejadian memergoki sang kekasih berselingkuh. Banyak yang mengejek dan merendahkan Keyra layaknya seorang hewan.
"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!! UDAH JUAL DIRI, MASIH BERANI PULANG!?"
Ctash!
"AMPUN DAD!"
Ctash!
"AKH.."
Srashhh!!
"Aku malu pernah bermain, berjalan, dan mengantarmu sekolah Key! Dasar menjijikkan!"
"Rumah saya menjadi kotor dan penuh kuman jika kamu masih disini! Bitch!"
Bahkan.. Keluarga, rumah yang menjadi tempat pulang Keyra, juga merupakan neraka ketiga baginya.
Di buang keluarga...
"Di kediaman Arlott, hanya pantas di tempati oleh keluarga sah! Bukan anak pungut sepertimu!" Hardik sang nyonya rumah kepada gadis yang tengah meringkuk di sudut kamarnya.
"A-aku bukan anak pungut mom.. ak-"
"Anak adopsi, benar kan? Apa bedanya? Semua sama sama dipungut kan? Kamu itu hanya anak pungut, camkan itu!".
"Sungguh, saya tidak menyangka bahwa saya memelihara ular di rumah ini. Dasar tidak tahu diuntung! Saya sudah berbaik hati menampungmu, kamu malah mencelakai Dasya!"
"Dasya adik kandungku, kamu mencelakainya sama dengan menyinggung ku, Keyra!"
"Malam ini, dandan yang cantik, saya akan membawamu kesuatu tempat,"
Slash!
Dijual pada pria hidung belang yang kejam..
"Dad, kita mau kemana?"
"Karena kamu haus akan belaian, maka saya akan membawamu untuk bertemu tuan Jozh, layani dia semaksimal mungkin, agar perusahaan saya mendapat investor besar sepertinya. Ingat! jangan memberontak apalagi kabur! Dan satu lagi, jangan pernah panggil saya Daddy lagi, karena saya tidak sudi dipanggil daddy olehmu!"
"Ap-a tidakk.."
Mahkota yang sudah dijaga, hilang begitu saja karena malam itu.. Remuknya tubuh, tidak sepadan dengan sakit hati Keyra, dan hancur nya hidup Keyra.
"Lemparkan dia ke club Nightmare, pastikan kita mendapatkan uang yang sepadan!!"
"Ja-jangan tuan, saya mohon.."
Slash!
Club Nightmare, menjadi neraka yang entah keberapa untuk gadis cantik itu. Di pakai bergilir, di siksa secara fisik, hancur secara batin, dan selalu di rendahkan...
Keyra mati matian mempertahankan kewarasan nya. Bahkan walau dunia menyudutkannya, ia tetap akan mencoba bertahan. Jikalau bukan untuk dirinya sendiri, setidaknya untuk anak yang ia kandung.
Ya, Keyra hamil, entah siapa ayah dari janin yang di kandungnya, Keyra tak peduli. Ia akan bertahan selama anak yang ia kandung juga masih bertahan.
Slash!
Malam itu hujan turun sangat deras seakan ikut menangisi nasib yang Keyra derita. Di perjalanan, Keyra di hadang oleh 3 preman, dan di gilir oleh ketiga nya.
Memberontak, tak luput selalu Keyra lakukan. Namun lagi lagi usaha nya tak membuahkan hasil. Dengan keji ketiga preman itu menggempur Keyra di samping jembatan dengan kasar.
"Ahhhh, berhentii!!" jerit Keyra pilu.
"To-tolong berhenti.. ku-ku mohon.."
"Akhhh"
Ketiga preman itu baru berhenti saat melihat Keyra yang mendesis kesakitan dengan memegang perutnya.
"Kenapa dia bos?"
"Entah, yang penting sekarang tugas kita adalah membunuhnya!".
Keyra yang mendengar itu menelan salivanya. Sakit, sakit hatinya, sakit mentalnya, dan sakit yang ada di tubuhnya membuatnya pasrah.
Keyra memejamkan mata menahan isak tangis, perutnya sakit, sakit sekali. Namun detik berikutnya ia tersentak saat merasa ada sesuatu yang mengalir dari pangkal paha nya.
Nak, apakah kamu sudah benar benar menyerah? Kalau begitu, mommy juga akan menyerah dear..
Tubuhnya terasa remuk redam, area kewanitaannya terasa perih dan sakit, perutnya juga terasa nyeri luar biasa. Jangan lupakan hati nya yang terasa hancur bersamaan mental yang kini sudah menyerah. Keyra menatap kosong, dan membiarkan para preman menyeretnya ke pembatas jembatan.
"Ingat, karena ini sudah waktu ajalmu, saya akan memberi tahu, orang yang menyuruh kami itu bernama Dasha Arlott! Jangan sampai kamu mati dengan rasa penasaran, Hahahaha!!"
Tawa sinis Keyra layangkan bersamaan dengan tubuh yang terasa melayang. Dengan ini, hidup Keyra akan berakhir.
"Langit mendung, hujan, pepohonan, dan air sungai yang deras akan manjadi saksi, bahwa aku, Keyra Onellia telah menyerah." Lirih Keyra.
Aku sungguh tak terima dengan takdir seperti ini tuhan!! Jika bisa aku akan membalas mereka satu persatu. Namun.. aku senang, akhirnya aku bisa ikut bersama dengan buah hatiku. Selamat tinggal, dunia kejamku...
BYURRRR!!!
Slashhh!!
Ngingggggg!!
Sekelebat dengungan itu membuat tubuh seorang perempuan bergetar hebat. Kedua tangannya menutup telinga, mencoba mengusir suara dan kilasan memori kelam dalam hidupnya.
"Tolong.. jangan menggangguku lagi.." lirih perempuan itu dengan keringat yang sudah membanjiri pelipisnya.
"A-aku benci.. aku benci.."
"TIDAKKKK!!"
Perempuan itu membuka matanya, dengan diiringi nafas yang tersenggal. Ia menyeka keringat di dahi. Mencoba mencerna suasana dan situasi.
"A-aku dimana? Bukankah aku sudah mati?" lirih nya bertanya tanya. Ia mengedarkan atensinya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak asing bagi nya.
Dengan rasa penasaran dan hati yang berdebar, kaki nya mencoba melangkah dengan gemetar menuju meja rias.
"Kenapa bisa.." bengongnya merasa tak percaya. Ia ternganga, terkejut sekaligus bingung.
Savierra Arlott. Ya Keyra sangat terkejut karena ia berada di tubuh seorang yang sangat dikenalnya. Vierra, putri bungsu Aone Arlott, yang berarti adik bungsu Xander Arlott—Daddy angkatnya.
Keyra dan Vierra seumuran. Waktu pertama kali Keyra dibawa ke rumah Arlott waktu berumur 7 tahun, ia berkenalan dan berteman dengan Vierra—gadis manis dan cantik yang membuatnya nyaman. Namun, diwaktu ia berumur 15 tahun, Vierra dibawa oleh tuan Aone ke New York untuk melanjutkan study disana. Setahunya, waktu berumur 17 tahun, Vierra itu memiliki kekasih, dan mereka bersama selama 3 tahun.
Namun, Keyra merasa jauh dengan Vierra saat umur mereka menginjak usia 20 tahun. Keyra sudah tak berhubungan dengan Vierra karena keluarga Arlott tidak memberi akses Keyra pada siapapun. 2 tahun kemudian, tiba tiba saja Vierra dinikahkan dengan seorang pria pemilik perusahaan Industri terbesar di Australia. Dan sejak itu, Keyra sama sekali tidak mengetahui kabar apapun tentang Vierra.
Keyra masih menatap pantulan dirinya di cermin. Sedikit tak menyangka dan tak percaya. Ia.. bertransmigrasi? Lelucon apa ini? Selama hidupnya, ia tak pernah mempercayai transmigrasi.
Tapi, melihat dirinya di tubuh seorang Vierra, membuatnya tak bisa berkata kata lagi. Ia duduk di kursi dengan kasar. Raut wajahnya masih bingung.
"Jadi, aku bertransmigrasi ke tubuh Vierra? Lalu, dimana Vierra? Dimana dia, jika tubuhnya aku tempati?" Keyra bertanya tanya dalam diam.
Keyra mengusap wajah Vierra dengan pelan. "Vierra, apa yang terjadi kepadamu, sehingga kondisimu seperti ini?" lirihnya berkaca kaca melihat kondisi Vierra yang terlihat kurus, dan tak terawat. Ia menatap pantulan di cermin. Mencoba mencerna kejadian yang terasa tak nyata ini.
Nginggggggg!!
Keyra memejamkan matanya, dan menutup kedua telinganya saat merasakan suara dengungan lagi. Perlahan setiap potongan memori Vierra masuk di kepala, sehingga membuatnya pusing dan merasa berisik.
Tubuhnya luruh kelantai, ia mencoba mencerna ingatan Vierra yang baru saja ia dapatkan. Tak terasa, keringat dingin bercucuran dengan tubuh gemetar.
Kenapa.. kenapa Vierra menyembunyikan semua dengan sempurna? Apa keluarganya tidak tahu kalau hidup Vierra tak baik baik saja?
Hay para readers! Saya author baru yang sedang merintis karya baru ini! Tolong kasih ulasan ataupun masukan jika novel saya kurang puas kalian baca!
Dimana pun kalian, semoga sehat selalu! Jangan pernah bosan menunggu update nya ya!
Love you all(♡˙︶˙♡)
Salam dari penulis :)
Keyra termenung, ia hanya bisa menerima takdir nya saja saat ini. Walau isi kepala sangat terasa berisik akibat memikirkan banyak pertanyaan di kepala, ia harus tetap berusaha tenang.
Perempuan itu menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sangat tak menyangka, Vierra—gadis baik itu ternyata mempunyai suami yang kejam dan tak berperasaan.
"Tuhan, bukannya aku tak bersyukur kepadamu karena memberikanku kehidupan kembali, namun bukannya ini sama saja?" monolognya seraya menahan rasa gugup yang menjalar.
Dia baru saja mendapatkan memori Vierra yang ternyata selama pernikahannya, Vierra sama sekali tidak bahagia! Dan kini.. entah lah, Keyra harus bahagia atau bersedih. Pasalnya, hidupnya sama sama terancam.
"Aku senang bisa merasakan kehidupan kembali, namun ini seperti perumpamaan 'keluar dari sarang singa, masuk ke kandang harimau' bukan?"
Keyra tersenyum tipis, "Baiklah, tidak apa apa. Tuhan memang masih bersimpati padaku. Namun apa yang harus aku lakukan? Dan dimana Vierra sekarang?" lanjutnya bertanya tanya.
Tunggu! Keyra mengingat sesuatu! Dalam ingatan Vierra, sebelum tidur ia meminum sebuah obat!
"Ya obat!" seru Keyra yang segera berjalan kearah nakas dan membukanya. "Ini.." kata nya terbata saat ia menemukan obat tidur.
Mata Keyra berkaca kaca. "Gila! Vierra, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Apa kamu sengaja meminum obat tidur dosis tinggi agar kamu mati?" seru nya terkejut.
Obat itu jatuh ke lantai bersamaan tubuh Savierra yang oleng. Keyra memejamkan matanya, mencoba menetralkan rasa sesak yang teramat di dada.
"Vierra.. hikss.. apa kamu rela hidup mu berakhir begitu saja? Kenapa.. kenapa kamu harus meninggalkanku tanpa memberiku kabar.. Aku, Keyra selalu merindukanmu sahabatku. Apa kamu tau, selama ini hidupku penuh penderitaan? Oh ayolah, aku jadi merasa bersalah karena jiwa ku berpindah ke tubuhmu, Vier..." isak Keyra merasa sedih. Ia sedih karena kehidupan rumah tangga sahabatnya itu tidak bahagia. Dan bahkan ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa keluarga Vierra seakan lepas tangan dan tak peduli lagi dengannya.
"Aku tidak menyangka, hidupku akan berurusan dengan orang orang yang kejam! Kenapa tuhan tidak memberiku kebahagiaan walau sejenak?"
Keyra berdiri, ia mengusap air matanya yang turun. Menatap tegas kearah cermin seakan menatap tajam pada diri sendiri. "Vierra, karena kamu mempercayakan hidup dan takdirmu kepadaku, maka aku tidak akan mengecewakanmu! Mari hadapi dunia ini bersama, cari kebahagiaan yang sudah lama tidak kita dapatkan! Mari kita saling melindungi dan menghindari maut. Aku yakin, bahagia akan menanti kita walau itu terasa semu dan lama," ucap nya penuh ambisi. "Sekarang aku bukan lagi Keyra. Aku adalah Savierra Arlott! Mari kita bertahan di dunia yang kejam ini."
Ya, Savierra atau Keyra akan mencoba melawan takdirnya! Ia percaya, takdirnya pasti tak seburuk itu. Hanya saja, hari sial tidak ada di kalender! Dari ingatannya, sepertinya Savierra juga terpaksa menikah dengan lelaki kejam itu.
•••
"Bagaimana kondisi perempuan itu?" tanya seorang lelaki dengan wajah dingin pada ajudannya.
"Lapor tuan, Seharian ini nyonya hanya berdiam diri di dalam kamar," balas sang ajudan.
"Dia tidak teriak ataupun marah marah?" tanya lelaki itu sekali lagi. Ia merasa sedikit aneh, pasalnya perempuan itu setiap hari selalu berisik. Jika tidak memaki, maka akan menyumpah serapahi dirinya. "Apa dia juga tak keluar sebentar pun?"
Sang ajudan menunduk, "Jawab tuan, dari informasi yang saya dapat dari pelayan di sana, nyonya memang tidak pernah keluar kamar seharian ini. Makanan pun selalu diantar kesana. Tapi anehnya, nyonya tak mau orang lain melihat kondisi dirinya, bahkan pelayan pun tidak di perbolehkan memasuki kamarnya," terang sang ajudan rinci.
"Baguslah kalau dia bisa diam. Sungguh rasanya diriku ingin menembak mati kepalanya jikalau tidak memikirkan nasib Caroline," sinis lelaki itu dengan jari telunjuk yang mengetuk ngetuk meja.
Ia menatap tajam ke depan, dan menyunggingkan senyum misterius. "Awasi terus! Jangan sampai dia melakukan hal nekat ataupun membahayakan nyawanya! Jangan sampai kita lengah!" titahnya yang langsung diangguki oleh ajudan.
"Oh iya tuan, dokter Alvaro sudah mengkonfirmasikan bahwa operasi bisa di lakukan sekitar 2 bulan kemudian."
Lelaki itu mengernyit, "Kenapa harus selama itu!? Apa tubuh Caroline bisa bertahan lebih lama lagi!?" bentak lelaki itu.
Sang ajudan mencoba menetralkan rasa gugup yang menyerang. Lagi lagi ia menjadi sasaran amarah bos nya itu. 'Kak Zion, tolong cepat kembali! Hanya kamu lah yang bisa menetralkan sifat meledak tuan Hander' batinnya menangis.
"Mohon tenangkan diri anda tuan. Kondisi nona Caroline saat ini sedang tidak baik baik saja. Kemarin baru saja mendapatkan donor untuk jantung dan hati, menyebabkan nona Caroline ada di masa kritis. Dan membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk kembali memulai operasi selanjutnya," terang ajudan.
Menarik nafas kasar, lelaki itu meraih sebuah pigura kecil yang berisi foto dirinya dengan Caroline—kekasihnya. Ia tak menyangka kejadian malam itu membuat ia kehilangan senyum manis Caroline.
"Sam, tetap atur gizi untuk perempuan itu! Pastikan ia sehat sampai nanti waktu operasi tiba!" titah lelaki itu membuat sang ajudan mengangguk.
"Baik tuan. Tapi perempuan yang mana?"
"BODOH! TENTU SAJA SAVIERRA! Apa aku harus menyebut namanya dulu biar kau mengerti?" bentak lelaki itu murka. Ia menatap dingin Sam, yang kini tengah gemetaran.
"Ba-Baik tuan! Akan saya laksanakan!" seru nya cepat lalu segera berlari keluar dari ruangan bosnya.
Sebelum mencapai pintu, Sam membalikkan tubuh nya. "Sekitar jam 2 siang nanti, yang mulia Zyonel datang berkunjung, tuan. Anda akan menemui beliau dimana?" tanya nya lugas.
Lelaki itu menyenderkan tubuhnya di kursi, "Suruh dia menunggu di Line Garden saja! Nanti aku akan menyambutnya."
"Baik."
Samuel segera keluar, "huft, gila! Dadaku rasanya seperti tertimpa beberapa ton batu bara! Sungguh terasa sesak nafas jika masih dalam satu ruangan dengannya" maki nya lirih. Sam segera mengusap dada dan menjauh dari ruangan bos nya itu.
"Dan sepertinya hanya tuan yang berani membuat yang mulia menunggu."
•••
Di belakang mansion megah terdapat sebuah rumah yang tak terlalu besar. Seorang perempuan cantik terlihat tengah mencoretkan kuas pada sebuah kanvas putih polos. Ia mencoba menghilangkan rasa yang sudah seharian ini membuatnya seperti hampir gila.
Ia butuh ketenangan. Dengan secangkir teh melati impor dan sepiring roti lapis yang menjadi kesukaannya. Ia tersenyum kecut melihat goresan itu. Angin lembut bersemilir membuat hatinya sedikit tenang.
"Hai, Vierra. Kamu apa kabar? Dimana kamu? Aku sangat merindukanmu. Maaf, karena aku tidak bisa berdiri di sampingmu saat kamu terpuruk, karena saat itu aku juga sama terpuruknya seperti dirimu. Kita sama sama terluka ya?"
"Aku sangat terkejut saat mengetahui identitas asli suamimu. Namun aku juga sangat sakit, saat membayangkanmu terluka karena dia akan membunuhmu untuk menyelamatkan nyawa kekasihnya."
"Hatiku sakit, aku juga merasakan sakit Vierra.. Perempuan mana yang tidak mau dicintai oleh suami nya?"
"Perempuan itu makhluk yang paling lembut hatinya, walau awalnya tidak cinta, jikalau lelaki itu memberikan kelembutan dan kasih sayang, perlahan perempuan akan takluk dan jatuh dalam pesona sang lelaki.. Namun kamu.. Aihh.., memang tiran kejam. Julukannya memang sangat pantas untuk lelaki bajingan itu, benar bukan Vier?"
Perempuan itu menggerutu di sela sela goresan yang ia buat, seakan melampiaskan kekesalannya pada sebuah kanvas. Tentu saja tak berani langsung dihadapan lelaki itu! Bisa ditembak mati dia..
Savierra Arlott, yang ditubuhnya bersemayam jiwa Keyra Onellia. Perempuan itu menggerakkan kuas dengan lugas, berusaha mengeluarkan beban pikirannya. Angin semilir menerbangkan rambutnya yang tergerai indah.
"Jadi, Vierra sering mengamuk karena kondisi mentalnya tidak baik baik saja? Lalu, apa yang akan ku lakukan jika aku bertemu dengannya? Cepat atau lambat lelaki itu pasti menemuiku, atau sebaliknya."
Disisi lain, seorang lelaki dengan paras tampan, seragamnya rapi dan elegan. Aura nya tampak menonjol bak pangeran negri dongeng itu berjalan bersama asisten dan ajudannya.
Rambut berwarna merah dengan seragam rapi beraksen emas, tubuhnya jangkung, memiliki garis wajah tegas, hidung mancung, bibir tebal, dan alis yang menukik tajam, membuat ketampanan nya berkali kali lipat. Jangan lupakan mata berwarna ruby yang menambahkan kesan tegas dan misterius.
Lelaki tampan itu menyusuri halaman belakang mansion milik sang sahabat. Sebelum ke tempat pertemuan, ia menyusuri area halaman belakang untuk berjalan jalan.
"Disini nyaman. Ryden sangat pintar merapikan halaman belakangnya," kagumnya sembari menikmati hembusan angin sejuk yang menerpa wajahnya.
"Tapi tuan, saya dengar dari gosip para ajudan, tuan Hander menawan seseorang gadis di rumah kecil sana. Tapi saya tidak tahu pasti benar atau tidak," jelas ajudan.
"Mari kita lihat!"
Asisten dan ajudan saling berpandangan. 'Sejak kapan yang mulia tertarik dengan hal seperti itu?' pikir keduanya.
Mau tak mau, keduanya hanya mengikuti tuan mereka berjalan.
Brukk!
"Hey perhatikan langkahmu!" seru asisten menatap tajam pada sang ajudan. Pasalnya ajudan tersebut hampir saja menubruk tubuh tuan mereka dikarenakan beliau tiba tiba saja berhenti melangkah. Untung saja asisten tersebut cepat menggapai tubuh ajudan.
"Maafkan saya yang mulia!"
Lelaki yang dipanggil 'yang mulia' itu tidak menanggapi sama sekali. Netranya terlihat fokus pada satu titik keindahan yang baru kali ini lelaki itu lihat.
"Tuan, kenapa anda berhe-"
"Siapa perempuan itu?" sela lelaki itu cepat. Ia menatap kagum pada seorang perempuan yang memakai dress cantik berwarna putih polos itu. Rambutnya tergerai indah diterpa angin. Tangannya sangat luwes saat menggores kanvas. Lelaki itu menatap tanpa berkedip pada sosok yang tengah bersantai di balkon kamar itu.
"I-itu.. sepertinya rumor di kediaman Hander benar yang mulia. Tuan Hander menawan seorang gadis yang merupakan istrinya," jelas sang asisten sembari menatap arah pandang tuannya.
'Cantik sekali. Dia persis seperti peri musim semi yang membuat manusia terpana..' batin lelaki itu, namun tersentak saat netranya bertatapan dengan perempuan itu.
Deg.. Deg.. Deg..
Tubuhnya membeku, ia masih betah menatap perempuan cantik itu. Perlahan tangannya memegang dada, mulai merasakan euphoria aneh yang menjalar ke hatinya.
'Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdetak begitu kencang?' monolognya dalam hati, lalu tersenyum tipis kepada perempuan itu, yang dibalas dengan senyuman juga.
"Tuan, ini hampir waktunya. Ayo kita segera menuju Line Garden."
Ucapan sang asisten membuat lelaki itu sadar. Ia mengangguk, "Baiklah, ayo pergi!".
Ketiganya berjalan menjauhi tempat tersebut, dengan sesekali lelaki itu melirik ke balkon rumah tersebut.
•••
Zyonel Arron Soivell, pangeran ke-2 negara N. Merupakan sahabat dari Leonardo Ryden Hander, putra tertua keluarga Hander yang mendukung di sisi pangeran ke-2.
Zyonel dan Ryden memiliki banyak misteri dalam pertemanan nya. Mereka berdua mendirikan banyak usaha bersama, dan juga mendirikan sebuah organisasi gelap untuk memuluskan jalan keduanya.
Jika Ryden dijuluki tiran kejam di dunia bisnis, maka Zyonel adalah psikopat di dunia organisasi gelap. Ia tak segan membunuh, jika mendapati penghianat.
Keduanya berdiri bersama sama dengan prestasi prestasi hebat. Namun, jika menyangkut masalah percintaan, Zyonel angkat tangan. Ia merasa tak tertarik menjalin hubungan. Bukan bermaksud gay, namun yang mulia satu ini belum menemukan cinta sejati yang selalu ia cari itu. Berbeda dengan Ryden yang tergila gila dengan satu wanita—Caroline namanya.
Mereka seumuran. Tahun ini, mereka berumur 25 tahun. Meskipun muda, keduanya sudah berada di puncak bisnis negara N.
"Ryd.."
"Zyo.."
Ryden dan Zyonel, keduanya tertawa kecil lalu berpelukan sekilas. Ryden mempersilahkan Zyonel untuk duduk.
"Bagaimana kabarmu? Sepertinya kamu terlalu sibuk dengan urusan kerajaan, sehingga jarang sekali menemuiku," kata Ryden sembari memberi isyarat pada ajudan nya untuk mempersiapkan teh dan camilan.
"Aku baik. Bagaimana denganmu? Ku dengar kamu baru saja menghancurkan satu perusahaan besar di Amerika." Zyonel terkekeh lalu mengambil gelas tehnya.
"Hey, setidaknya jawab dulu pertanyaanku."
"Ya ya.. begitulah. Satu minggu ini aku ada urusan di Australia, dan semalam aku baru pulang. Maaf baru mengunjungimu," ungkap pangeran Zyonel merasa tak enak.
Ryden menggeleng pelan. Ia menatap sang pangeran yang juga tengah menatapnya. "Ah sudahlah. Untuk pertanyaanmu tadi, aku tidak perlu menjawabnya lagi bukan? Kamu pasti sudah tau permasalahannya juga," tukas nya datar membuat pangeran Zyonel terkekeh kecil.
"Ah iya, aku mau bertanya. Siapa perempuan yang kamu tawan di rumah belakang itu?"
Trak!
Dentingan antara cangkir dengan penutupnya terdengar. Ryden menatap tajam kearah pangeran Zyonel. "Bukan urusanmu!" tangkas nya tak suka.
"Apakah ini berhubungan dengan Caroline? Atau.. jangan jangan kamu ingin menggunakannya untuk memperbaiki organ dalam Caroline!? Ryd.. kau.."
Brakk!
"Kamu tahu terlalu banyak Zyo.. Aku sarankan berhenti membicarakannya, atau aku tak akan mengizinkanmu ke rumahku lagi!" sentak Ryden.
Pangeran Zyonel terdiam. Ia sadar, bahwa ia terlalu ikut campur. "Oke, maaf. Bukannya aku ikut campur. Namun kamu bisa mencari organ di pasar gelap. Kenapa harus melenyapkan orang tak bersalah?" tanyanya pelan, takut menyinggung Ryden. "Aku siap membantu mencarikan yang cocok untuk kekasihmu," lanjutnya mencoba menenangkan Ryden.
Tangan Ryden terkepal erat. Kata pangeran Zyonel memang tak salah. Namun, ia memiliki dendam tersendiri dengan gadis itu. "Jangan sok suci kamu Zyo.. Kamu juga sering melenyapkan manusia," tajam nya membuat pangeran Zyonel menggeleng.
"Apa kamu lupa Ryd, aku hanya membunuh manusia yang pantas dibunuh. Mereka hanya akan menjadi sampah jika tetap dibiarkan hidup," jelas pangeran.
Ryden mengangguk kecil, "Hmm benar juga. Sudahlah, aku ada urusan tersendiri dengan perempuan itu. Walaupun nanti dia dikorbankan untuk Caroline atau tidak, aku tetap akan membalasnya," terang Ryden. "Kenapa kau tiba tiba menanyakan dia? Apakah kau bertemu dengannya?".
Zyonel terkesiap, ia berdehem kecil mencoba menutupi rona wajahnya. "Uh, aku mendengarnya dari gosip."
"Apa!? sejak kapan kau peduli pada hal seperti itu? Ayolah yang mulia pangeran, ini sungguh bukan dirimu!"
Telinga Zyonel memerah, ia merasa mati kutu atas perkataan Ryden. "Sudahlah.. aku akan pamit. Untuk kerja sama yang kemarin aku ajukan, proposal nya akan ku kirim besok siang," kata nya cepat lalu segera pamit pulang.
•••
Savierra, gadis itu celingak celinguk mengamati keadaan sekitar. Serasa aman, ia berjalan menuju lantai bawah untuk mengambil sesuatu.
Untung saja, hari ini sudah pukul 12 malam. Para pelayan pasti sudah istirahat. Ia berjalan menuruni tangga dengan hati hati. Ia berjalan tanpa alas kaki untuk mengurangi resiko ketahuan.
Vierra berjalan mengendap endap menuju ruang kerja. Namun, saat akan melewati dapur, ia mendengar kasak kusuk beberapa pelayan.
'Haishh, mengapa mereka belum tidur sih? Padahal ini sudah jam 12 malam' batin nya menggerutu. Tak urung, ia menajamkan pendengaran saat tak sengaja mendengar namanya disebut sebut.
"Ada apa dengan wanita itu? Seharian ini ia tak menjerit ataupun berteriak seperti biasanya."
"Haih, dia memang tak tahu malu! Seharusnya dia senang, karena bisa menjadi istri tuan Hander. Ku pikir, karena sikap nya yang seperti itu membuatnya jadi istri yang tersisihkan!"
'Shit! Senang? Senang your eyes! Andai mereka tahu, sikap tuan mereka yang sebenarnya bagaimana. Andai mereka tahu, aku hanya dijadikan tawanan dan pengorbanan untuk kekasihnya yang sudah sekarat itu!' maki Vierra kesal. Ia ingin sekali merobek paksa mulut pedas para pelayan yang suka bergosip itu!
Savierra yang kesal, segera melanjutkan langkahnya, namun terhenti kembali saat mendengar ucapan sarkas seseorang.
"Hey! Kalian digaji untuk bekerja, bukan bergosip! Jangan menyebarkan rumor yang tidak tidak! Nyonya bertingkah seperti itu pasti ada alasan khusus! Karena tiada wanita yang tidak mendambakan posisi nyonya Hander!" kata seorang pelayan dengan cepat menyambar kedua pelayan yang tengah bergosip itu.
"Karin! Kau mengagetkan kita saja!"
"Hey Karin! Jika semua wanita mendambakan posisi nyonya Hander, kenapa wanita itu malah seakan menolak menjadi nyonya! Hanya orang gila yang akan menolak posisi terhormat seperti itu!"
Savierra mengumpat saat mendengar ucapan sok tahu pelayan itu, dalam hati ia mencibir, 'Ya, aku sudah gila! Aku gila karena menjadi istrinya! Kenapa tidak kau saja yang menggantikanku?' batin nya menggebu.
"Stella! Jaga ucapanmu! Wanita yang kau maksud itu nyonya Hander! Jangan kau sebut beliau dengan tak sopan begitu! Dan jangan menyimpulkan hal yang tidak benar, atau kau akan di hukum!"
"Cih, dasar sok suci!"
Savierra segera melanggang pergi saat pelayan pelayan itu terlihat ingin keluar dari area dapur.
'Hmm, Karin ya? Menarik!' batinnya seraya memasuki ruangan kerja secara perlahan.
Gelap, adalah suasana ruang kerja tersebut. Ia menutup pintu dan menyalakan sakelar ruangan.
Ctak!
"A-apa ini?" Vierra terkejut melihat sesuatu yang di luar nalar baginya.
Bagaimana tidak terkejut? Ia melihat rangkaian foto keluarga besar Arlott yang disambung dengan benang merah.
"Apa maksudnya ini? Apakah ini rencana pembunuhan dan balas dendam? Dan jika ruang kerja ini begitu penting, kenapa tidak di kunci?" monolognya dengan suara yang bergetar. Ia melihat foto dirinya yang sudah di coret oleh spidol merah. Dan ia juga tak sengaja melihat foto Keyra!
Ia menggeleng pelan, mencoba mengusai diri, ia mengedarkan pandangan guna mencari sesuatu yang dapat ia gunakan.
Gotcha!
Ia melihat sebuah kamera usang. Ia mengambil kamera itu dan mengotak atiknya sebentar. Syukur, benda itu ternyata masih bisa digunakan. Ia memotret ruangan itu, dan mencetaknya.
"Aku akan menyimpan ini. Sekarang aku harus mencari laptop dan jaringan pasang untuk bisa sekedar mencari informasi dari luar," kata nya lalu berjalan mencari stok laptop di sana. Ia mengambil kotak untuk wadah peralatannya.
Setelah mengambil apa yang dibutuhkan, ia mematikan sakelar dan membuka pintu ruang kerja dengan pelan. Tak lupa ia menutup kembali.
Ia juga memasukkan beberapa camilan ke dalam kotak untuk menutupi alat alat tersebut. Hanya untuk berjaga jaga, jikalau ia ketahuan.
Benar saja! Saat sedikit lagi ia hampir sampai di kamarnya, ia melihat seorang pelayan berlari kearahnya.
"Nyonya! Apa yang anda lakukan di tengah malam ini? Jika anda membutuhkan sesuatu, tinggal memanggil kami saja!" kata pelayan itu cemas.
'Eh, bukannya ini pelayan yang membelaku tadi? Kar.. Kar siapa ya? Oh iya, Karin!' pikir Savierra.
Savierra tersenyum canggung, "Aku hanya ingin mengambil camilan. Aku bosan dengan camilan yang ada di kamar," alibinya seraya membuka tutup kotak dan memperlihatkannya pada Karin.
"Maaf nyonya saya tidak tahu. Silahkan nyonya beristirahat. Apa anda membutuhkan sesuatu yang lain?" tanya Karin sopan.
Savierra menggeleng pelan. "Tidak. Aku akan beristirahat langsung saja. Aku mengambil camilan tengah malam karena tak suka saat diriku menjadi bahan pembicaraan, apalagi waktu siang hari," ucap nya yang membuat Karin meneguk ludah, dalam hati memaki teman temannya tadi.
"Sudahlah, kamu segera beristirahat saja! Aku tak membutuhkan apapun lagi. Aku akan tidur," kata Vierra dengan senyum terukir.
Karin yang melihat itu terpana, karena baru kali ini dirinya melihat sang nyonya tersenyum kepadanya. Dan baru kali ini melihat sang nyonya tidak berantakan seperti biasanya.
"Baik nyonya, saya pamit undur diri. Semoga nyonya mimpi indah," pamit Karin dengan menunduk sopan, lalu berjalan menjauhi Savierra.
Melihat itu Savierra segera memasuki kamarnya. Ia meletakkan kotak itu di bawah tempat tidurnya. Rencana, ia akan merakit jaringan saat siang hari. Dan sekarang ia harus tidur karena besok harus bangun pagi.
"Setidaknya, aku harus mempersiapkan diri. Entah akan ada drama apa saat sarapan bersamanya besok. Aku harus bisa menghadapi tiran kejam itu. Haish, sialnya dia adalah suamiku.."
•••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!