NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Pewaris Playboy

Chapter 1. Pada Suatu Hari. TMPP

Di sebuah rumah yang luas tanpa tembok. Suara ceria anak-anak menghiasi cerahnya hari itu.

“Em, anak-anak. Dengarkan kakak sebentar ya. Haloo.. Anak-anak.. apa kalian dengar kakak?” Ku agak mengeraskan suaraku agar anak-anak didik ku berhenti berbincang.

Mereka masih sibuk berbincang, apalagi setelah orang terakhir maju hafalan perkalian dasar di depan ku. Aku diam dan tersenyum melihat mereka yang ternyata berbincang mengenai perkalian yang belum mereka hafal lainnya.

“Hey, hey.. Diem! Kak Rachel mau ngomong.” Ucap salah seorang anak yang ku ketahui bernama Semma.

“Shut.. jangan berisik.. jangan berisik..” Sahut anak lain menyadarkan.

Mereka semua diam dan melihat ku. Aku tersenyum, “terimakasih sudah diam. Karena kalian semua sudah berani maju tanpa teks di depan kakak. Maka kakak nyatakan kalian lulus..”

“Yeee…. Yeee..” sorak ramai anak—anak itu.

“Selamat ya, kalian sudah hafal perkalian di angka 3.. Terus semangat ya! Selanjutnya, kalian hafalkan perkalian 4 ya.. gimana? Oke?” Ucapku dengan tersenyum.

“Oke kak..”

“Oke… Yee.. Baiklah, kalau begitu kita berdoa dulu ya sebelum pulang. Mari kita berdoa dalam hati… Iya.. hati-hati di jalan ya.. jangan lupa besok kita akan belajar sambil bermain..”

“Yeee… Asikk..”

Setelah anak-anak pulang, aku pun mengemasi barang ku lalu setelah itu aku pun pergi meninggalkan tempat itu. untuk sampai ke tujuan ku yaitu di gelora olahraga tepatnya di tempat latihan beladiri. Aku harus berjalan melewati 2 gang pemukiman padat penduduk. Sebenarnya ku jarang lewat sini, karena seringkali jalanan ini sepi tapi juga banyak rumah yang sepertinya tak berpenghuni. Aku terpaksa lewat sini hari ini, aku sudah terlambat. Aku belok ke gang pertama. Ya lagi-lagi sangat sepi. Namun setelah beberapa rumah, ada di depan sebuah rumah dengan pohon besar yang menjulang terlihat seorang perempuan yang sedang menggandeng anaknya berbicara dengan seorang pria bertato dan bertubuh besar berbicara dengan mimik serius, Aku berjalan dan mencoba melewati mereka dengan acuh tak acuh. Sepertinya mereka suami istri yang sedang tidak akur. Aku berjalan mendekati nya dengan perlahan hanya untuk lewat. Namun sebelum aku sampai melewati mereka, Pria itu tiba-tiba berbicara dengan nada tinggi dan mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh ke tanah. Dia menendang tubuh wanita itu serta mencengkram baju yang wanita itu pakai. Anak mereka menangis melihat semua itu. Pria itu lalu melayangkan tangannya dan hendak diayunkan kearah wanita itu. Aku geram, kenapa seorang suami tega menyakiti istrinya. Walaupun urusan suami istri itu bukan urusan ku namun ketika kekerasan terjadi di luar rumah, bukan kah itu sudah menjadi urusan public?

“Aaah kebetulan sekali. Kaki ku sudah lama sekali ingin menendang pria brengs*k seperti itu. hmm.. Kena kau!” gumam ku dengan melangkah jauh mendekati pria itu lalu ku memutar kaki ku untuk pemanasan sedikit.

“Dasar Wanita Jalang!” Teriak Pria itu hendak memukulnya.

“Huhuhu mama… Huhuhu..” Ucap anak kecil itu menangis melihat ibunya.

Aku menarik tangan anak kecil itu untuk berlindung di belakang ku. Untuk membuatnya jatuh, aku hanya perlu tendangan sederhana ku saja. Ku lakukan tendangan rendah untuk membuat kepala pria itu terhentak dan pusing 7 keliling. Ku gerakan maju kaki depan dan mengayunkan kaki belakangku seperti tendangan round house.

“AAAAA…” Teriak pria itu jatuh terjungkal. Dalam jatuhnya, dia berusaha bangkit dan berteriak keras. Di sisi lain, Ku lihat ada orang yang mengintip di balik pintu rumah depan ini.

Karena pria itu masih kesakitan, aku membantu wanita tadi untuk berdiri. Anaknya langsung memeluk wanita itu juga.

“Heh! Kamu siapa hah! Ikut campur masalah orang saja!” Teriak pria masih dengan merintih kesakitan memejamkan matanya.

“Apapun masalahnya tidak kah sing berbicara baik-baik saja? Jangan ada kekerasan.” Jawab ku geram.

“Dasar J*lang! Ahhh! Siapa kamu hah! Aku akan membuat mu bertekuk lutut di hadapan ku.” Ucap nya omong besar namun dia tidak berkaca bahwa dia masih kesakitan dan tak mampu berdiri. Tapi ku harus tetap waspada karena badan nya besar dan memungkinkan dia master dari seni beladiri.

“Brooke sudah, saya akan membayar kamu. Ini ini.. “ Ucap wanita itu menempelkan uang di tangan pria itu.

Dia membuang uang itu dan menangkap serta menarik tangan wanita itu di pelukan pria itu. Wanita itu berusaha melepaskan diri. Aku berusaha menarik tangan wanita itu. Namun nyata nya tenaga nya memang besar. dia menendang kaki ku hingga ku terhuyung dan melepaskan tangan wanita itu. Pria itu membalikkan tubuhnya dan memegangi kedua tangan wanita itu seperti berusaha memperkosanya.

“Aaaa.. dasar jal*ang! Hiaakkkhh” Dia menarik baju wanita itu hingga sobek.

Aku yang melihat itu, menarik dan mentotok bagian tengkuk leher bagian atas yang berdekatan dengan telinga agar pria itu pingsan. Pria itu sempat menengok ke belakang dan menunjuk kearah ku namun setelah itu dia pun terkulai lemas dan jatuh menimpa wanita itu.

“Aaa tolong..” Ucap wanita itu.

Aku mendorong tubuh pria itu ke samping agar wanita itu bisa berdiri lagi. Tak lupa anaknya langsung menghampiri nya.

“Mama… huhu”

“Enggak apa sayang.” tenang wanita itu pada anaknya.

Aku pun mengeluarkan tali yang selalu ku bawa dalam tas ku. Ya, ini kebiasaan ku sejak memutuskan untuk mengikuti olahraga bela diri campuran itu.Sedang ku melepaskan tali panjang ini, wanita itu tiba—tiba menginjak—injak bagian inti seorang pria itu berkali-kali.

Bug.. Bug.. Bug…

“Rasakan ini!” Ucap wanita itu masih menginjak-injak bagian inti dari pria itu.

“Hemm, permisi..”

Aku ingin melarang tetapi sepertinya percuma karena tiba—tiba seseorang wanita yang ku lihat mengintip di dalam rumah itu keluar dan ikut bergabung dengan wanita itu.

“Ya ampun kalian.. sudah sudah.. biar saya ikat dulu.”

“Nanti ikatnya setelah kami puas. Dia itu pantas dapat ini. Ayo semua.”

Setelah berbicara seperti itu, tiba-tiba dari rumah-rumah yang sudah aku lewati tadi keluar lah para wanita mendekati kami. mereka bersama-sama mengeroyok pria yang sudah di susul dengan orang yang berada di rumah sebelah dan sebelah nya lagi.

“Dasar pria bejat …” Ucap para wanita itu juga.

Aku melongo melihat ganas nya para wanita itu kalau sudah Bersatu. Ku lihat ada yang memukul kepala, wajah dan lainnya. Aku yakin pria bertubuh besar yang masih pingsan itu akan merasa sangat kesakitan ketika bangun nanti.

Aku tak bisa apa-apa hanya menunggu para wanita itu puas melampiaskan kekesalannya pada pria itu. Setelah mereka puas, aku mengikat tangan beserta kakinya dengan tali. Aku ingin pastikan dia tak kabur kemana pun. Setelah itu, aku pun menghubungi polisi untuk mengamankan pria itu. Setelah di ketahui, Pria itu adalah seorang bawahan dari juragan pasar yang memang sedang mengincar pada janda dan wanita di daerah ini. Ya, di gang ini kebanyakan adalah janda dengan atau tidak nya anak. Juragan pasar itu sangat menyukai wanita yang tadi sempat mau di lecehkan itu dan ku baru mengetahui kalau dia bernama Ghee dan anaknya Anton.

Bersambung …

Chapter 2. Pendahuluan. TMPP

“Terima kasih banyak sudah menolong kami” Ucap Ghee dengan memegang tanganku.

“Sama—sama, kalian tenang ya. saya pastikan dia tidak akan pernah lagi berada di sini lagi” Ucap ku.

“Iya, kami tidak tahu harus apalagi untuk berterimakasih pada mu. Em Rachel. Pokoknya kalau kamu sedang ada masalah kami akan membantu dan mendukung kamu. Kamu hanya cukup menghubungi ku saja.” Ucap wanita yang sangat senang memukul kepala pria itu.

“Sama-sama semua nya. Pokoknya mulai sekarang hiduplah dengan damai ya.”

Mereka mengangguk haru. Beberapa menit kemudian polisi pun datang dan langsung membangunkan pria itu.

“Nona?” Polisi itu sepertinya mengenaliku.

Aku menempelkan jari telunjukku di bibir untuk memberikan kode polisi itu agar bersikap biasa saja. Polisi itu tersenyum lalu mulai menggoyangkan tubuh pria itu.

“Bangun kamu! Bangun!”

Pria itu tidak semudah itu akan bangun, aku pun menotok bagian yang sama dan setelah itu barulah bangun.

“Hmmm.?” Pria itu mulai membuka matanya.

“Hey! Bangun!”

Pria bertubuh besar itu mulai merasakan sakit di seluruh badan nya. Terutama di bagian intinya yang tadi sudah di injak berulang kali. DIa pun berteriak histeris.

“Aaaaaa… Haaaaaa.. Sakittttt.. Haaaa” Dia hendak membuka lebar kakinya namun tangan dan kaki nya masih diikat.

“Ouch… pasti sakit sangat..” gerutu ku menggelengkan kepalaku.

“Sudah lah pak bawa saja dia sama atasannya itu di pasar.”

“Tenang ya bu, kami akan segera menyelidiki semua ini setelah mendengar kesaksian anda semua.”

“Ya ya pak.”

Para wanita itu menceritakan kejadian nya lagi dengan detail. Pria itu juga sempat menyangkal namun akhirnya polisi terpaksa untuk membawa pria itu sekarang agar menghindari amukan susulan para wanita itu. Aku pun ikut polisi sampai mobil mereka dan agak menjauh dari para wanita tadi.

“Pak, masalah ini akan saya serahkan pada pengacara saya ya pak? Saya sudah menghubungi pengacara saya. Pastikan dia dengan antek-anteknya tertangkap semua.” Ucap ku pada salah seorang polisi.

“Baik nona, kalau begitu kami pergi. terima kasih nona telah ikut memberantas kejahatan di negara Willow.” Ucap polisi itu.

“Eh iya iya sama-sama pak. Tetap semangat ya menangkap semua penjahat.”

“Siap nona..” Jawab para polisi itu tegas.

“Nona?” Ku dengar pria itu heran dan menatap ku.

Setelah itu, dia di seret dan seketika ekspresinya berubah dengan menunjukkan wajah murka melihatku dan penuh dendam. Aku hanya menaikan salah satu alis ku untuk menjawab atas ekspresinya itu kepadaku. Ku tak takut kalau suatu hari berhadapan dengannya lagi.

“Hemm, saya pamit sekarang ya? Saya sudah terlambat.” Ucap ku mendekati wanita itu lagi.

“Iya hati-hati ya Rachel. terima kasih banyak.. sampai jumpa kembali.”

**

Sepulang ku berlatih, tepat di malam hari.

“Rachel, kapan-kapan kita makan di warung sana ya. bye..” Ucap Bina teman berlatih ku.

“oke.. bye”

Aku berjalan pulang kearah timur. Sedangkan dia kearah barat.

“Hmm, selalu Enak sekali berjalan malam-malam begini,” Ku berjalan dengan bergaya ala-ala pesepak bola.

20 menit kemudian, 500 m sebelum sampai rumah.

“Selamat malam nona..” Ucap security rumah yang selalu menunggu ku di titik ini.

“Malam Fried..” Jawab ku lalu dia pun mengikuti ku dari belakang.

“Nona, maaf lancang. mengapa nona tidak pernah memakai mobil saja?”

“mengapa? apa harus?”

“Tidak nona tidak. Hanya saja saya kerap kasihan melihat nona jalan sendirian.”

Aku membalikkan badan ku, dia menunduk.

“maaf nona..”

“Tidak papa, aku hanya tidak ingin memakai mobil. Tidak memakai mobil setiap hari, suatu Langkah yang baik untuk mengurangi polusi. Aku lebih suka jalan kaki. Hmm, sudah lah Fried.. jangan bertanya lagi.”

“Baik nona..”

Sesampainya di rumah, penjaga gerbang membuka gerbang rumah lalu setelah terbuka aku masuk ke dalamnya. 300 meter sebelum sampai di depan pintu rumah ku, aku melihat para pelayan rumah sedang berbaris kecil di samping rumah. Ku heran dengan itu. tampak juga seorang pelayan tengah di marahi oleh kepala pelayan rumah ini (Ammy). Aku mendekati mereka.

“Ammy?” panggil ku pada seorang kepala pelayan rumah ini.

Tampak dia menengok dan langsung menghampiriku.

“Nona… selamat malam. Nona baru sampai? Nona sudah di tunggu Tuan dan Nyonya di dalam. Sebaiknya Nona masuk dan menemui mereka.”

“Hemm oke, tetapi tunggu dahulu. Sedang apa kalian? Aku jarang sekali melihat kalian berbaris kecil begini? Hmmm setidaknya 7 kali dalam setahun kalian melakukannya. Ada apa ini?”

“Hemm nona, ini ..” jawab ammy namun tiba-tiba saja seorang pelayan berlutut di depan ku sembari memegang kaki ku.

“Nona.. maaf lancang nona.. saya mohon.. jangan pecat saya nona…”

“Pecat? Ada apa ini sebenarnya?”

“Nona, maaf dia pelayan baru tetapi sudah melakukan kesalahan besar nona. Kami mau tidak mau harus memecatnya,”

“Apa yang dia lakukan?”

“Nona, dia memecahkan vas etnik kuna milik Nyonya. Kami di sini juga sangat bingung akan hal itu”

“Apa Mama sudah tahu?” tanya ku pada Ammy.

“Belum nona,”

“Ya sudah, jangan pecat dia. Kasihan. Biar aku saja yang ganti vas itu. Anggap saja aku yang memecahkan nya.”

“Nona,, tidak..” mereka malah berlutut semua tak terkecuali ammy yang langsung berlutut ketika ku selesai bicara.

“Ishh, jangan begini.. berdirilah semuanya. Berdiri Udahh..”

Mereka semua berdiri. “Nona, kami sungguh tidak enak kalau membiarkan nona yang menadah semua kesalahan satu orang.”

“Hmmm emmm… tidak.. ini demi kalian juga. Kalian pasti tak mau di pecat juga kan? kalau begitu ini jalan satu-satunya. Sudah lah, sekarang kalian kerja lagi dengan sepenuh hati, jaga kepercayaan ku dan kepercayaan keluarga ini terhadap kalian. Ingat! Hati-hati saat membersihkan hal seperti itu lagi.

“Baik nona… “

“Nona…” Ammy sepertinya tidak rela kalau aku begini.

“Ammy, sudah lah. Jangan di besar-besarkan. Ini cuma masalah kecil. Sudah, sudah. Percaya saja padaku. Semua pasti beres." Ucapku memegang pundak ammy.

Setelah itu, aku barulah masuk kedalam rumah setelah pintu rumah di bukakan oleh penjaga pintu.

“Malam George, shaun..” sapaku pada mereka.

“Malam nona…”

Aku bejalan menuju ke ruang tengah untuk menemui kedua orang tua ku yang katanya sedang menungguku.

“Nona Rachel Tiba,” Seru George dengan keras.

Ku berbelok dari pilar ruang depan dan masuk ke pilar ke dua untuk bisa menuju ke ruang tengah. Lalu masuk ke dalam gerbang berwarna putih ke dua.

“Malam nona..”

“Malam Yoke..”

“Silakan, sudah di tunggu.” Lanjutnya dengan membuka gerbang pintu ruang tengah.

Ku melewati Yoke yang sedang memegangi gagang pintu, Papa dan Mama terlihat secara bersamaan melihatku ketika ku masuk.

“Sayang? Lama sekali pulang nya?” Mama berdiri dan menyambut ku.

Bersambung ...

Chapter 3. Keputusan yang sangat mengecewakan. TMPP

“Benarkah? maaf ma, tadi Rachel ngobrol sebentar sama temen,”

“Oh begitu, lain kali jangan begini lagi ya? Ayo duduk, Papa dan Mama ada yang ingin kita bicarakan dengan kamu,”

Aku duduk di depan papa yang sedang memandangi ku dengan mimic yang serius.

“Malam pa,” Ucap ku basa—basi.

“Hmm,” Papa hanya berdeham dan tersenyum tipis.

“Ada apa Pa? Ma?”

kulihat Mama memberikan kode mata pada Papa. Lalu Papa pun berbicara,

“Rachel, Tahun ini usia kamu 26 tahun bukan?”

“Hemm, iya pa.”

“Yaa baguslah. Begini sayang, Papa dan Mama baru mendapatkan lamaran untuk kamu., lamaran ini dari keluarga Asher. Putra pertama mereka sudah saat nya menikah. Dia lebih tua setahun dari kamu sayang. Papa sudah bertemu dengannya, dan dia pasti akan sangat cocok dengan mu. Dia tampan, sangat sopan ya ma? Dia suka dengan seni, tingkah lakunya sangat gentleman sayang. seperti seorang pangeran mahkota.” Jelas papa dengan tersenyum membayangkan orang itu.

“Em, pa.. Rachel…” Jawabku akan menolak dan menjelaskan alasannya.

“Sayang. Jangan dahulu. Papa harap kamu tidak menolak ini, Papa harap kamu juga bisa terima lamaran ini. Ini adalah kesempatan emas selain kamu dapat suami yang bisa sangat di andalkan. Ini juga demi masa depan kamu Rachel sayang, Papa ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Papa yakin kalau pria itu bisa membahagiakan kamu. Kalau kamu setuju, persatuan keluarga ini selain bisa menguntungkan bisnis keluarga kita kedepannya. Jangan anggap papa menjodohkan kamu karena ingin bisnis papa saja, papa juga memikirkan masa depan kamu. Sayang, papa sangat percaya pada putri papa. Jangan mengecewakan papa ya sayang,”

“Pa, maaf tetapi..”

“Sayang, jangan di jawab sekarang. Papa mau jawaban kamu besok malam. oke? Jangan mengecewakan papa ya. papa percaya kepadamu.” Dia berbicara lalu berdiri dan mengusap rambutku.

Dia pun melangkah pergi dari posisiku sekarang.

“Ma, papa tunggu di kamar ya...” Ucap papa dengan mengedipkan mata kirinya pada mama. “Selamat malam Rachel, putri papa tersayang. Jangan lupa..”

Papa mengetuk pintu lalu pintu pun terbuka. Dia langsung bersiul berjalan ke arah kamarnya.

“Sayang,” panggil mama dengan menyentuh tanganku.

“Ma…” aku melihat mama dengan penuh harap kalau mama tak setuju dengan pernikahan ini.

“Mama setuju dengan papa. Mama yakin kalau pria itu ditakdirkan untuk putri mama ini. mama sama sekali tidak memikirkan bisnis sayang, mama lihat, pemuda itu memang yang paling pantas untuk putri mama ini.”

“Ma, jujur saja.. Rachel..” mendengar mama begitu, aku sedikit kecewa.

“Mama tahu, mama tahu kamu berprinsip tidak menikah bukan?”

Mata ku membulat mendengar rahasia ku diungkap oleh Mama.

“dari mana mama tahu itu?”

“Mama tahu, batin mama terkoneksi pada kamu sayang. selama ini, kamu sama sekali tidak pernah terlihat akrab dengan pria mana pun. Jangankan akrab, berbicara dengan pria seumuran kamu juga sangat jarang bukan? Sayang, di dunia ini ada yang namanya takdir dan juga ada yang namanya nasib. Menurut mama lamaran keluarga Asher untuk kamu adalah takdir dan nasib kamu yang baik. Semua manusia di muka bumi ini pasti mempunyai pasangan sayang. sekeras apa pun manusia mencoba untuk berprinsip kuat seperti kamu contohnya ‘tidak menikah’, tetapi kalau tuhan berkehendak kamu harus menikah, itu tanda nya kamu harus menikah. Mama tak mau kalau anak-anak mama harus menyendiri sampai tua. Mama menjelaskan ini hanya untuk sedikit membujuk dan juga menasehati kamu sayang. setiap Ibu pasti ingin putri mereka ada yang menjaga nya sampai kapan pun. Anggap saja mama juga memohon agar kamu menerima lamaran ini. biarkan mama dan papa melakukan tugas kami sebagai orang tua dengan menikahkan anak mereka.”

“Ma, kalau untuk menjaga, Rachel bisa menjaga diri. Jujur saja Rachel masih sangat ragu ma.”

“Sayang, mama tahu kamu bisa menjaga diri dengan sangat baik. Mama percaya itu. keraguan kamu karena belum bertemu dan mengenal pemuda itu saja sayang. Mama yakin setelah kalian saling kenal, tidak aka nada keraguan lagi. mama sangat menyukai pemuda ini dan sangat yakin dia yang terbaik untuk kamu.”

Setelah pembicaraan itu, Mama serta diriku keluar dari dalam ruang tengah. Kami berpisah di ruang keluarga.

“Mandi setelah itu istirahat ya sayang.” Ucap nya lalu mencium kening ku.

Aku tersenyum, setelah mama masuk ke dalam kamar, aku pun naik ke lantai atas.

“tetapi tidak bisa memilih jawaban nya. dari semua penjelasan mama dan papa mengharuskan ku untuk menyetujui nya. lalu untuk apa ku di beri waktu sampai besok? Orang sepeti apa dia? Sesempurna apa pun laki-laki ku beri jamin mereka pasti akhirnya akan berselingkuh juga. Aku sampai sekarang tidak memercayai mereka lagi, aku sudah membatasi diriku dengan yang namanya cinta pada lawan jenis. tetapi ada apa dengan sekarang? Aku? Menikah? Dengan orang yang tak ku kenal lagi? Ku tak bisa membayangkan semua itu.” gerutu ku sepanjang jalan menuju ke kamar ku.

Sesampainya ke kamar, aku masih terbelenggu dengan ucapan mama dan papa tadi. Namun walau pikiranku ke sana kemari, anggota tubuhku melakukan kebiasaan ku seperti biasanya setelah pulang dari berlatih. Mulai melepaskan sepatu, mandi dan juga menyetel televisi.

“Sepertinya ku harus mencari tahu siapa pria itu?”

Aku tertidur setelah memikirkan hal itu sepanjang malam. Namun ku hanya tidur 2 jam saja di pagi hari. Ku sungguh ingin menolak lamaran ini. benar—benar tidak ingin menikah.

Ku tatap langit-langit kamar, ku masih merasa sangat bimbang, kesal, gelisah, serta perasaan bersalah jika ku melihat mama dan papa kecewa. Secara tiba-tiba pintu kamar ku terketuk.

“Permisi nona..” Terdengar suara pelayan rumah ini membangunkan ku.

Aku bangun dan membukakan pintu untuknya. kulihat pelayan itu berekspresi dengan gelisah.

“Selamat pagi Nona.. maaf nona, saya di perintah untuk memberi tahu ini pada Nona. Tuan, beliau tiba-tiba tak sadarkan diri Nona.” Ucap nya dengan tergesa-gesa namun tetap sopan.

“Apa? Apa maksudnya? Tak sadarkan diri bagaimana? Ada apa? mengapa dengannya? Sekarang dia ada di mana?" respons ku panik.

“Beliau ada di kamarnya Nona. Beliau sedang di periksa oleh dokter.” Jelasnya lagi.

Mendengar itu, ku langsung berlari turun ke lantai 1 menuju ke kamar papa dan mama.sebelum ku masuk, aku berpapasan dengan adikku.

“Jimmy..” panggil ku pada adikku yang berjalan santai menuju kamar papa dan mama.

Dia menengok kearah ku. “Apa?” jawabnya dengan malas.

Karena di jawab dengan malas, aku pun tak jadi bertanya.

Dia membuka pintu kamar itu, lalu kami pun masuk bersama. Terlihat dokter masih memeriksa keadaan papa yang terbaring di depannya. Wajah papa memang terlihat pucat. Aku makin penasaran dengan keadaan papa. Ku dekati mama, dia juga terlihat panik.

Bersambung …

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!