Halo Readers
Jumpa lagi dengan aku Hani_Hany hanya di novel toon. Untuk Karya ini judulnya tentang Cintaku Kandas Karena Perjodohan. Mengisahkan tentang cinta kedua insan yang berlawanan jenis tapi harus kandas oleh perjodohan dari orang tua.
Jangan Lupa baca karya Hani yang lainnya!
Perjuangan Si Gadis Kecil
Ketemu Jodoh Siswa Ibu Kos
Terpaksa Menikahi
Gadis Ternodai
Terima Kasih untuk kebaikan kalian semua, jangan lupa like, komen, hadiah, dan beri bintang 5 yaaa ☆☆☆☆☆
Doa terbaik untuk para Readers yang baik hati ♡♡♡
Happy Reading!
"Hasyim. Mau lanjut kuliah dimana?" panggil Hera sambil berlari mengejar Hasyim yang pulang jalan kaki. Mereka teman sekelas, mereka juga tetangga di Kota P Jalan Merpati Enam.
"Aku sudah daftar menjadi Pilot, doakan lulus ya!" jawab Hasyim sambil berjalan beriringan dengan Hera Kurniawan, sahabat sekaligus tetangganya.
"Aamiin. Gimana menurutmu ujian tadi, sulit gak?" tanyanya sambil melirik Hasyim yang fokus terus berjalan.
"Lumayan, ini hari terakhir kita ujian. Kamu mau liburan kemana?" tanya Hasyim setelah hampir tiba di rumah mereka. Jarak rumah Hasyim dan Hera hanya lima meter saja apalagi perumahan.
"Aku di rumah saja. Kemana lagi!" jawabnya sambil melambaikan tangan. "By tetangga." ucap Hera.
"Yoi." jawab Hasyim masuk di pintu pagar rumahnya.
Setibanya di rumah Hera menemui ibunya yang sedang bersantai menonton televisi. Dan ayahnya sedang bekerja di kantor yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Ibu, aku udah selesai ujian." ucap Hera manja sambil memeluk lengan ibunya kemudian mencium punggung tangan ibu Rosita khidmat.
"Sama ganti pakaian dulu baru makan nak." ucap ibu mengecup kening hera sayang.
"Baik bu." jawabnya lalu menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan menuju ruang makan. "Ibu masak apa?" tanya Hera penasaran sambil mengambil piring untuknya dan ibunya.
"Ibu masak sayur terong disantan dengan ikan goreng nak." jawab Ibu Rosita sambil membuka tutup nasi kemudian duduk disebelah Hera yang meletakkan piring didepan ibunya yang sudah dia isi nasi.
"Mantap masakan ibu." puji Hera kemudian mereka berdua makan dengan tenang. Usia makan Hera mencuci piringnya dan piring ibu Rosita. Setelah cuci piring dia kembali ke kamarnya, membuka ponselnya untuk mencari informasi bahwa dimana tempat kuliah yang bagus. "Kayaknya bagus kalau jadi perawat deh!" gumamnya pelan. Hera keluar dari kamar untuk menemui ibunya.
"Bu, Ibu dimana?" panggilnya. Kemudian ibu keluar dari kamar.
"Kenapa panggil² ibu?" tanya ibu Rosita kemudian duduk dikursi single sambil meminum air digelas yang biasa beliau sediakan di meja.
"Bu, kalau aku ambil jurusan perawat gimana? Boleh gak?" tanya Hera serius. "Aku sudah baca brosurnya bu, aku mau jurusan itu." ucapnya manja. Hera Kurniawan anak bungsu dari tiga bersaudara, dua kakaknya laki-laki. Kakak pertamanya bernama Nurdin Kurniawan, sampai sekarang masih jomblo, sedangkan kakak keduannya bernama Aldi Kurniawan yang berstatus duda dengan anak satu.
"Kalau ibu terserah kamu saja Hera, kalau mau ambil jurusan itu yang penting kuliah yang bener." ucap ibu Rosita yang tidak memberatkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan.
"Tapi kalau ayah gak setuju gimana bu?" tanyanya khawatir.
"Nanti ibu yang bilang ke ayah." jawab ibu singkat. "Ibu mau tidur dulu ya, ibu mengantuk." ucapnya sambil menguap. Hera hanya mengangguk kemudian dia kembali ke kamarnya setelah ibunya istirahat di kamar.
Di dala. Kamar Hera baring², dia merasa bahagia bisa selesai ujian tinggal menunggu waktu pengumuman.
"Hasyim mau liburan kemana ya?? Kayaknya seru kalau liburan." gumam Hera. "Nanti deh tanya Hasyim lagi. Oh, atau tanya Rika dan Rudi deh!" imbuhnya. Dia ingin liburan tapi gak ada yang mengajaknya. Nanti dia akan tanya pada gengnya. Gengnya bernama Merpati yang diketuai oleh Rudi, Hasyim, Hera dan Rika. Rudi yang jadi ketua karena dia yang paling tua diantara mereka berempat.
Sorenya Hera memberi pesan kepada gengnya untuk kumpul di taman yang tidak jauh dari rumah mereka. Mereka berempat telah berkumpul di taman, sambil melihat orang berlari untuk olah raga sore berbeda dengan Hera And the Gank mereka asyik mengobrol di kursi taman.
"Kalian mau lanjut dimana?" tanya Hera mengawali pembicaraan serius setelah bersenda gurau.
"Aku mau jadi Pilot tapi gagal." jawab Hasyim lesu. Berbeda dengan yang lain mereka semangat.
"Aku mau di Kurnia Jaya deh, mau ambil Kebidanan." jawab Rika senang sesuai dengan cita-citanya membantu orang melahirkan.
"Wah kita sama." sahut Hera senang. "Kamu Rudi?" tanyanya serius.
"Aku bingung, orang tua mau pulang kampung ke Kota B. Tapi kalau keinginan aku kuliah di Kunia Jaya jadi perawat." jawab Rudi lesu. Sebenarnya orang tuanya berencana pindah di Kota B, makanya Rudi disarankan untuk kuliah di Kota M. Jadi, pembahasan mereka belum kelar karena baru rencana itu pun belum dapat restu orang tua masing².
"Aku sih maunya di Kurnia Jaya tapi ambil jurusan perawat." Hera ingin menjadi perawat karena disaat neneknya sakit dia yang paling sedih, dia ingin bisa merawat keluarganya dengan baik, pikirnya.
Beberapa bulan berlalu, kini saatnya mereka disibukkan dengan mendaftar di universitas masing-masing.
"Rika, kamu jadi mendaftar di Kurnia Jaya kan?" tanya Hera ketika mereka sedang kumpul di taman. Kegiatan rutin mereka berkumpul di taman saat sore hari meski sebentar. Setelahnya mereka bisa pulang membantu orang tua di rumah khususnya perempuan.
"Jadi dong! Impianku sejak kecil itu Hera." Seru Rika semangat sambil mengunyah keripik yang dia bawa untukk dimakan bersama teman²nya.
"Aku tidak jadi ke Kota S, ibu tidak mengizinkan ku." jawab Hasyim sambil tersenyum masam. "Padahal itu cita-cita ku sejak kecil, aku ingin jadi Pilot. Pupus sudah harapanku." imbuhnya. Semua diam menyimak, mereka belum berani menyela karena sahabat mereka sedang sedih tapi seolah semua baik² saja.
"Beruntungnya kalian mendapatkan dukungan orang tua, jangan siakan kesempatan emas itu." saran Hasyim memberi semangat kepada sahabatnya. "Aku disuruh lanjut di Kota M, disana ada sepupu²ku." ucapnya menatap ketiga sahabatnya. "Kalian kenapa sih?" tanyanya heran.
"Kasihan kamu Hasyim, sabar ya!" ucap Hera antusias memberikan semangat. "Semoga kamu bisa meraih cita-cita mu di Kota M. Kita berjauhan dong!" ucap Hera sendu. Hera menyukai Hasyim lebih dari sahabat tetapi Hasyim hanya menganggapnya teman, sahabat dan tetangga.
"Iya Hasyim, gak nyangka ibu mu melarangmu meraih Cita-cita mu." sahut Rika simpati.
"Semangat Bro, semoga ini jalan terbaik buatmu!" ujar Rudi, mereka memberi support satu dengan yang lainnya. Hasyim hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan teman-temannya. Baginya orang tua lah tempat dia bernaung tapi ternyata orang tua juga yang menggagalkan impiannya sejak kecil. Maka sejak saat itu lah hidup Hasyim lempeng tanpa ada arah dan tujuan yang jelas.
"Nanti kita barengan ya Rika kalau ke kampus." ucap Hera mengalihkan pembicaraan. "Oya aku pulang duluan ya! Mau bantu ibu memasak." belum sempat Rika menjawab tetapi Hera sudah menyelanya, kemudian dia berlalu pulang segera.
"Hera kenapa ya?" tanya Rika heran. "Jadi kamu gimana Hasyim, mau lanjut di Kota M ambil jurusan apa?" tanyanya.
"Teknik." jawabnya yakin. "Bagus kayaknya di Universitas yang terkenal itu." jawabnya sambil berpikir. "Universitas Negeri Makassar." jawabnya lengkap.
"Bagus juga." jawab Rudi sambil menepuk pundak sahabat. "Semangat lah." imbuhnya.
"Aku juga pamit duluan ya Bro!" ucap Rika karena waktu sudah hampir maghrib.
"Okey." jawab Hasyim dan Rudi kompak.
"Hera, bangun nak. Hera!" panggil sang ibu sambil mengetuk pintu kamar Hera.
"Iya bu." jawab Hera sambil menggeliat dan mengucek ke dua matanya supaya bangun.
"Bangun nak. Sudah subuh, sholat lah kemudian temani ibu ke tempat pelelangan ikan." ujar ibu dari luar kamar.
"Iya bu." jawab Hera singkat kemudian turun dari ranjang menuju kamar mandi yang ada di samping dapur. Usai sholat, Hera menemui ibunya di dapur. "Ibu masak apa?" tanyanya sudah lebih segar usai sholat.
"Mau masak nasi dulu, nanti temani ibu ke TPI ya! Tidak ada lauk, sayur juga sudah habis." ajaknya sambil menanak nasi di rice cooking.
"Okey ibu ku." Hera menuju tempat cucian piring mencuci beberapa piring yang tidak seberapa. "Bu, kak Nurdin mana sih?" tanyanya heran, kakak Jomblonya jarang terlihat di rumah.
"Dia di kamar, masih sholat. Kenapa?" tanya ibu heran sambil mengecek bahan masakan seperti bumbu dapur.
"Heran saja, kayaknya aku gak pernah jumpa." jawabnya selesai cuci piring kemudian menyapu lantai rumahnya. "Nah ini dia, baru muncul." ucap Hera kaget, tiba-tiba kamar sang kakak sulung terbuka. Berbeda dengan kakak keduanya meski Duda dia tetap pekerja keras, sekarang sedang merantau.
"Kenapa cari-cari?" tanya Nurdin heran, dia memiliki khas tersediri karena susah menyebut huruf R. Nama panggilannya pun sebenarnya Nurdin menjadi Udin.
"Ish, cuma tanya doang. Kemana kah kakak jomblo ku?" ledek Hera sambil tertawa garing.
"Gak lucu! Gak usah ketawa anak kecil." jawabnya ketus tapi berasa lucu bagi yang dengar. Udin kerjanya hanya membantu jual produk yang Aldi jual karena saat ini Aldi kerja di PT Telekomunikasi.
Usai membersihkan, Hera dan ibu Rosita pergi ke tempat pelelangan ikan di Kota P. Ketika hari libur atau mendekati hari raya akan ramai pengunjung bahkan padat hingga berdesakan pembeli ikan.
"Ayo bu." ajak Hera sudah siap dimotor.
"Sabar nak, ibu masih di kamar." jawab sang ayah namanya Rahim Kurniawan. Ayah sedang membersihkan motor kesayangannya karena mau dipakai pulang kampung.
Selesai ibu bersiap mereka pergi menggunakan motor Udin karena Hera belum memiliki motor sendiri. Sesampainya di TPI tidak terlalu ramai tapi cukup banyak penjual dan pembeli ikan segar.
"Bu, bikin kapurung yuk!" ajak Hera, dia jadi teringat akan kelulusannya masak tidak ada acara, pikirnya.
"Iya boleh." jawab Ibu Rosita singkat sambil memilih ikan segar yang murah.
"Aku panggil teman² ya bu!" ujarnya lagi semangat. Ibu Rosita mengangguk setuju. Mereka membeli berbagai macam ikan segar, mulai dari ikan Bolu, Cakalang, Teri, hingga Udang.
"Terima kasih ibu." setelah membeli ikan, mereka menuju ke penjual sayur. "Beli sagu bu." ucap Hera mengingatkan.
"Beli keperluan Kapurung nak." perintahnya. "Cari sayur-sayur segarnya." imbuhnya. Hera sibuk mencari sagu, menawarkan harga sayur mayur, serta memilih yang masih segar. Sayuran yang dibeli mulai dari Kacang panjang, bayam, jantung pisang dan jagung, masih ada yang kurang seperti jeruk nipis dan kacang goreng.
"Beli tomat dan lombok bu?" tanya Hera antusias. Ibu mengangguk mengiyakan, Hera mengambil sesuai keburuhan. Mereka berdua belanja banyak mendadak.
"Banyak barang nak, bisa kah bawa?" tanya sang ibu khawatir tidak bisa membawa belanjaannya pulang.
"Tenang bu, bisa diatur." Hera termasuk sedikit tomboy mungkin karena pengaruh pertemanannya dengan Hasyim dan Rudi. Usai mengatur belanjaan di motor mereka pulang dengan lega. Setibanya di rumah Hera langsung ke rumah Hasyim.
"Assalamu'alaikum Hasyim." panggilnya usai ucap salam.
"Waalaikumsalam. Masuk Hera." jawab Ibu Setia ramah. "Hasyim keluar, temani ayahnya ke Lamasi." jawab ibu Setia lagi.
"Nanti di rumah mau buat kapurung tante, rencana siang. Tolong sampaikan sama Hasyim supaya datang! Tante juga sama yang lainnya." ucap Hera ramah. "Kalau gitu Hera pulang dulu, mau ke rumah Rika dan Rudi tan." pamitnya keluar rumah Hasyim.
"Iya nanti tante kesana." jawab Ibu Setia dengan senang hati.
Usai berkeliling mengunjungi rumah sahabatnya serta mengundang beberapa tetangga akrabnya saja Hera membantu Ibu Rosita memasak. Kemudian ibu Setia datang bersama tante Alfi untuk bantu-bantu petik sayur.
"Alhamdulillah ada yang bantu-bantu. Ini tadi mendadak, saat di TPI baru Hera bilang, ibu buat Kapurung yuk! Masak sudah lulus tidak ada acara. Begitu katanya bu." jelas Ibu Rosita sambil memetik sayur bersama tetangganya. Hera membersihkan ikan dibantu tante Alfi.
"Bagus begitu bu Ros, mumpung masih baru sekalian sambil syukuran." sahut Tante Alfi sambil membersihkan ikan bersama Hera. Hera hanya senyum menanggapi ocehan para ibu-ibu komplek.
"Itu lah, makanya saya setuju." jawabnya sambil merebus air karena hari mulai siang waktunya makan semakin dekat.
"Mantap ini ikannya dibakar. Pintar Hera bakar ikan." puji tante Alfi. Kemudian pada berdatangan tetangga yang lainnya. Usai memasak, waktunya menghidangkan kapurung dengan rentetan ikan-ikannya.
"Mantapnya!" celetuk Hasyim, dia mengambil kemudian membawa makanannya ke teras rumahnya. Sahabat yang lainnya menyusul Hasyim, tidak lupa membawa air minum masing².
"Kalian jauh sekali, kalau mau nambah jauh loh!" ledek Hera membuntuti ketiga sahabatnya.
"Nah kamu juga ikutan." ledek Rudi. "Disana para orang tua, disini para anak muda." ujarnya lagi sambil memakan sayur kapurungnya. Kapurung adalah makanan khas Sulawesi yang terbuat dari Sagu, bahkan ada kue-kue kering yang terbuat dari Sagu seperti Bagea, Burasa, dan lainnya.
"Enak disini sejuk." jawab Hera sambil senyum. Usai makan², mereka membersihkan rumah Hera dan dibantu cuci piring oleh para sahabatnya. Itu lah mereka selalu kompak suka dan duka, meski pekerjaan perempuan tetapi lelaki juga membantu.
"Terima kasih ya! Rumah ku langsung bersih karena bantuan kalian." ucap Hera ketika mereka sedang bersantai di teras rumah Hera.
"Sama-sama kawan." jawab Rudi mewakili. "Harus tetap kompak ya meski beda jurusan." ucap Rudi mengingatkan. "Aku akan tetap kuliah disini meski orang tua ku pindah ke Kota B. Kakakku masih ada disini, rumah ku juga tidak dijual." jelas Rudi antusias. Mereka bersantai seperti mengantuk.
"Kalian mau tidur?" tanya Hera. "Situ di kamar kak Nurdin." imbuhnya.
"Gak deh. Aku pulang saja. Bagus lah kalau kamu kuliah disini Bro! Masih ada yang jaga mereka." canda Hasyim melangkah kan kaki keluar pagar rumah Hera. "Thank You tetangga." pamit Hasyim melambaikan tangan kanan ke udara.
"Yoi." jawab Rika sambil menguap. "Numpang di kamar mu ya!" ucap Rika lalu Hera bangkit dengan menggandeng tangan Rika.
"Tidur lah. Aku mau ke kamar mandi dulu." ucap Hera keluar kamar. Tadi yang pulang tidak hanya Hasyim tetapi Rudi juga mengekor.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!