NovelToon NovelToon

Cinta Terpendam

Khadziya Putri

Hari senin hari yang sibuk bagi Ziya. Tampak Ziya bolak-balik merpersiapkan peralatan sekolah yang akan di bawa. Seharian kemarin Ziya disibukkan dengan pekerjaan di cafe membuatnya kelelahan sehingga pada saat pulang ke rumah Ziya tertidur tanpa mempersiapkan peralatan sekolah.

"Ibu liat kaos kaki Ziya gak?" Ziya tidak menemukan kaos kaki di dalam sepatunya membuat dirinya kalang kabut.

"Bu bantuin Ziya cari kaos kaki bu," Pinta Zoya

Tampak Ibu Ziya di ambang pintu kamar Ziya, "Kamu nyarinya di sepatu sampe besok juga gak bakal ketemu," Ibu geleng-gelleng kepala melihat kamar Ziya tampak berantakan,

"Ini hari senin, sudah di pastikan kaos kakimu bersih habis di cuci, sudah di pastikan adanya di dalam lemari," Ziya mengerti akan perkataan ibu berjalan menuju lemari dan menemukan apa yang ia cari.

"Kamu tu kebiasaan banyak lupanya, masih muda udah pikun aja," kata ibu.

"Ini karena semalam Ziya ketiduran, jadi kacau semuanya," ucap Ziya

"Ibu kenapa gak bangunin Ziya?" tanya Ziya

"Ibu gak tega lihat kamu sepertinya kelelahan, ibu kasihan." Ibu menatap sendu ziya

"Besok-besok kalau Ziya ketiduran tolong Ibu bangunin aja, Ziya gak mau terlambat bu." Pinta Ziya

"Iya nduk," jawab ibu

"Sarapan dulu sebelum berangkat," pinta ibu

Ziya melihat jam dinding yang tergantung di atas lemari menunjukkan 06.30. Itu artinya tidak ada kesempatan baginya untuk sarapan terlebih dahulu, perjalanan menuju sekolah memakan waktu 20 menit.

Belum waktu yang berkurang karena menunggu bus yang mungkin memakan waktu 10-15 menit. Ziya memutuskan berangkat tanpa sarapan.

"Ibu ini sudah siang Ziya tidak ada waktu buat sarapan, nanti Ziya bisa terlambat," jelas Ziya

"Ini juga hari senin upacara bu," Ziya menghampiri ibu di meja makan mengulurkan tangan dan mengecup tangan ibunya sebagai tanda pamitan.

"Ziya berangkat bu," pamit Ziya, "Assalamualaikum," sebelum benar-benar pergi Ziya mengucap salam.

Ziya melangkah keluar rumah menuju halte yang tak jauh dari rumahnya. Tak menunggu lama bus tujuan sekolah Ziya berhenti di depan Ziya, bus tampak padat karena takut terlambat Ziya tetap memilih naik.

-------

Sesampai di halte yang berada depan gerbang sekolah, Ziya turun dari bus dan berlari menuju gerbang, beruntung ia tidak terlambat.

Ziya menghentikan langkahnya setelah memasuki gerbang sekolah untuk menetralkan detak jantung yang berpacu, napasnya terengah-engah ia kelelahan berlari dari depan sekolah hingga ke depan gerbang.

"Woy!" tepukan di pundak mengejutkan Ziya membuat ia menjadi kesal.

"Kamu mengejutkanku," Ziya menatap tajam orang yang baru saja membuat ia terkejut yang ternyata temannya yang bernama Khaira.

"Kamu kenapa ngos-ngosan gitu," ledek Khaira "kebiasaan telat jangan di piara," Khaira tertawa melihat Ziya masih dengan napas terengah-engah

Ziya diam tak menanggapi perkataan Khaira, baginya tidak ada waktu berdebat dengan Khaira karena waktu upacara akan di mulai.

"Woy Ziya, tunggu aku!" pekik Khaira yang tak terima di tinggal begitu saja.

Ziya terus melangkah mengabaikan Khaira yang menggerutu, ia berjalan menuju kelas, ketika melintasi ruang kelas XII IPA 1 yang berada di sebelah ruang kelas Ziya, ia menabrak seseorang.

BRAKKK

"Aaww," Ziya yang merasa kesakitan di bagian bahu reflek menjerit.

"Sorry gak sengaja," ucap seseorang yang tak lain orang yang menabrak Ziya.

"Tuhkan kualat, ini nih akibat zholim sama teman sendiri," Khaira yang kesal karena di tinggal Ziya

Seseorang yang menabrak Ziya berdecak kesal setelah sadar orang yang ditabraknya tidak lain adalah Ziya murid yang di kenal pendiam.

Ziya yang sedari tadi menunduk seketika mengangkat kepala untuk melihat orang yang ia yakini orang itu adalah Reynan. Benar dugaannya, laki-laki ini Reynan.

Seketika nyali Ziya menciut melihat tatapan tajam dari Reynan, terlihat jelas wajah kesal Reynan.

"Kalau jalan pake mata!" perkataan Reynan penuh penekanan "Gak lihat orang segede gini di tabrak juga," Reynan berlalu setelah meluapkan kekesalannya.

"Kasar banget jadi cowok, ganteng sih iya, kelakuan gitu aku mah ogah," Khaira kesal sahabatnya di perlakukan seperti itu.

"Udah Key, gak ada gunanya kamu ngomel, orangnya juga udah pergi," kata Ziya

"Biar plong, aku gedeg ngeliat kelakuan cowok kasar gitu, kayak banci," timpal Khaira

"Biarin aja, lagian memang aku nabrak dia tadi, wajar aja di marah," kata Ziya

"Tapi kamu kesakitan Ziya, lah dia baik-baik aja tuh, berarti dia yang salah di sini. Dia yang nabrak kamu bukan kamu yang nabrak kunyuk itu," Khaira kesal Ziya yang jelas di rugikan di sini justru membela Reynan.

"Udah ah gak usah di bahas lagi," ucap Ziya yang malas berdebat dengan Khaira yang selalu tidak mau kalah.

"Kamu tu terlalu baik," kata Khaira, "jadi orang jangan terlalu baik, kena tindas mulu kan," sambung Khaira.

"Iya Mak," Ziya hanya mengiyakan untuk menyudahi omelan Khaira yang terdengar seperti Emak-Emak di telinga Ziya. Mood ziya yang kurang baik karena insiden tadi tidak ingin bertambah buruk mendengar omelan Khaira.

"Aku heran, Si kunyuk kasar gitu kok bisa banyak fans ya?" gerutu Khaira

"Udah gak usah ngomongin dia, ngurangin pahala aja," kata Ziya

Ziya dan Khaira bergegas menuju kelas, tiba di kelas Ziya meletakkan tas dan berbalik menuju keluar kelas begitupun Khaira. Mereka berdua melangkah menuju lapangan upacara yang sudah di penuhi peserta upacara.

--------

Reynan Prayoga

Cowok tampan dan populer di sekolah, mempunyai kulit putih, postur badan tinggi, atletis. Tidak hanya populer karena ketampanan yang dimilikinya, dia juga di kenal berprestasi. Terlahir dari keluarga kaya tidak membuatnya sombong dan angkuh. Begitu murid mengenalnya.

Reynan di kenal pribadi yang ramah, supel, mudah bergaul, humoris dan suka bercanda, semua sifat yang dimilikinya menjadikan dia mudah mempunyai banyak teman.

Ziya mengenal sosok Reynan yang ramah pada semua orang merasa heran mendapat perlakuan berbeda, setiap kali dia berhadapan dengan Reynan akan mendapatkan perlakuan kurang baik dengan kata-kata pedas dan kasar.

Ziya bertanya dalam dirinya, kesalahan apa yang pernah dia lakukan sehingga Reynan terlihat sangat tidak menyukainya.

-------

Waktu upacara telah usai, seluruh murid berhamburan menuju kelas masing-masing, tapi tidak sedikit yang menuju kantin.

Ziya berjalan menuju kelas dengan jalan menunduk, wajahnya yang di penuhi keringat menunjukkan ia merasa kepanasan.

Rasa haus yang mendera membuat Ziya mempercepat langkahnya menuju kelas untuk mengambil minum, bayangan minum mengalir membasahi tenggorakan membuat Ziya tak sabar. Sehingga tak menyadari di depannya ada murid sedang berdiri tegak memegang botol minum.

Brakk

Lagi-lagi Ziya nabrak seseorang, air di botol minuman tumpah membasahi baju Si empunya minum.

Cafe Santuy

"Aaww," Ziya merasakan dahinya sakit terbentur benda keras yang tidak lain botol minuman milik seseorang yang dia tabrak.

Sadar dia menabrak seseorang Ziya mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk, seketika wajah Ziya pucat, dia terkejut dan panik seseorang itu adalah Reynan, yang lebih mengejutkan baju seragam Reynan tampak basah kena tumpahan air dari botol minum yang dia pegang.

Oh my God

Ziya terpaku, terdiam melihat tatapan tajam Reynan terlihat jelas kemarahan di wajah itu. Ziya yang bingung tidak mampu melakukan apapun untuk menebus rasa bersalahnya.

"Heh, kalau jalan lihat ke depan, pake mata!" Reynan yang geram membentak Ziya.

"Lihat seragam aku basah, udah nabrak diam aja," sambung Reynan

Ziya sedari tadi diam karena belum bisa menguasai keterkejutannya dengan cepat minta maaf setelah sadar kemarahan Reynan serasa di puncaknya.

"Maaf Reynan, aku benar-benar gak sengaja," Ziya meminta maaf sembari mengibas baju Reynan di bagian dada seakan tindakannya mampu mengurangi basah di seragam Reynan.

Reynan salah sangka, dia semakin geram dengan tindakan Ziya.

"Gak usah pegang-pegang," Reynan menepis tangan Ziya dari dadanya, "ganjen!" sambung Reynan berlalu meninggalkan Ziya dengan wajah marahnya.

Ziya terperangah akan perkataan terakhir Reynan.

"Ganjen," bisik hati Ziya, "Reynan ngatain aku ganjen," seketika hati Ziya merasa sakit, dia dengan niat baik ingin membersihkan seragam Reynan justru di nilai ganjen dengan tindakannya. Sungguh di luar dugaan Ziya.

Ziya sedih namun tak mau berlarut dia memilih melangkah menuju keĺas, tenggorokannya benar-benar kering di tambah perlakuan Reynan tadi membuat tanggorokannya tercekat sulit mengeluarkan kata-kata.

Tiba di kelas Ziya segera meneguk minuman yang dia selalu bawa dari rumah, rasa haus seketika hilang, namun hatinya belum tenang.

Tangannya terhenti ketika akan meneguk minum untuk kedua kali, teringat akan kata Reynan.

"Ganjen?" gumam Ziya," matanya menerawang mengingat kejadian yang baru saja terjadi, terlihat jelas tatapan tajam penuh amarah dari bola mata itu, bentakan dan penekanan itu membuat hatinya sakit, seketika matanya berkaca-kaca terlihat kilatan di matanya, tak terasa di ujung mata keluar tetesan air matanya.

Perasaannya yang sensitif sangat mudah terluka mana kala hatinya terasa sakit, terlebih perkataan kasar bernada bentakan keluar dari mulut laki-laki yang selama ini selalu ada di dalam benaknya.

Reynan, laki-laki yang mampu membuat Ziya berdebar-debar, berhasil membuat hatinya kacau saat berhadapan langsung dengannya, yang membuat Ziya tak mampu berkata-kata saat tatapan tajam itu mengarah padanya.

Ziya masih terdiam dengan tangan memegang botol minuman, terlihat pandangannya jauh ke depan, sedetik kemudian dia di kejutkan teriakan murid lain.

"Bu Meri datang!" Suara itu memecah lamunan Ziya.

Tidak lama masuk seorang wanita paruh baya yang ternyata guru matematika di kelas mereka, guru itu hanya memberikan tugas kemudian berbalik pergi meninggalkan kelas.

"Asyik hari ini kita bebas," kata Khaira

"Kamu kelihatannya gak seneng Ziy," Khaira melihat wajah sendu Ziya

"Aku lebih senang kalo belajar, gini kan mubazir kita berangkat hari ini," kata Ziya yang sebenarnya bukan itu yang membuat dia kelihatan tidak senang, kejadian tadi lah yang membuat ia sedih.

--------

Bel berbunyi tepat pukul 12.15 pertanda waktu jam pelajaran selesai, waktunya murid pulang sekolah.

Reynan berjalan keluar kelas menuju parkiran, sebelum sampai di parkiran dia berpapasan dengan Ziya dan Khaira.

"Salah apa aku harus ketemu dia lagi?" gumam Reynan menatap tajam Ziya

Ziya menunduk mendapat tatapan tidak suka dari Reynan, dia paham Reynan masih marah akan kejadian hari ini.

"Emang gak bisa di kasih muka nih cewek," Reynan berlalu menuju motor merah marun kesayangannya.

"Bertambah rasa tidak suka Reynan kepadaku," bisik hati Ziya, Ziya paham Reynan memang tidak suka kepadanya, dia tau perasaannya tidak mungkin berbalas, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan yang sudah ada selama 3 tahun ini. Iya, Ziya menyimpan rasa untuknya selama 3 tahun. Selama itu pula dia mendapat perlakuan tidak suka dari Reynan.

Perlakuan tidak suka yang di tunjukkan Reynan tidak mampu menghapus perasaan suka Ziya, bayang-bayang wajah Reynan memenuhi pikirannya, dia tidak tau perasaan apa itu, kagumkah? cinta? atau suka? yang Ziya tau wajah Reynan selalu ada di benaknya.

---------

Ziya tiba di rumah pukul 13.00, pulang sekolah Ziya harus bekerja di sebuah cafe, cafe besar tempat nongkrong anak-anak muda.

Sudah 2 bulan ini Ziya bekerja di Cafe Santuy namanya, ia bekerja untuk mendapat tambahan uang guna membantu membiayai hidup keluarganya. Kehidupan keluarga Ziya serba kekurangan, penghasilan orang tuanya hanya cukup untuk makan sehari-hari, beruntung rumah tidak mengontrak.

Dalam serba kekurangan Ziya tak pernah mengeluh, dia anak yang paham akan keadaan.

Tepat pukul 13.45 Ziya sudah siap dengan seragam kerjanya, dia bergegas menuju pintu keluar, karena tapat pukul 14.00 jam kerja akan di mulai.

"Ibu, Ayah, Ziya berangkat kerja dulu ya?" pamit Ziya, dia mengulurkan tangannya dan menyambut tangan orang tuanya kemudian mencium punggung tangan itu.

"Hati-hati di jalan, Kalau pulang jangan kemana-mana langsung pulang ke rumah," pesan ibu.

"Iya bu," jawab Ziya

Ziya melangkah menuju Cafe Santuy yang berada tidak jauh dari rumahnya, hanya memakan waktu 15 menit bila berjalan kaki.

Tampak dari seberang di tempat Ziya berada cafe itu tampak ramai, Ziya menghela nafas berat, dia bisa meprediksi hari ini akan melelahkan melihat ramainya tempat dia bekerja.

Mengingat waktu kerja yang tidak terlalu panjang yaitu hanya 6 jam tidak mungkin rasanya seorang pekerja merasa kelelahan, namun bila di lihat pekerjaan yang di jalani selama 6 jam itu dilakukan dalam keadan berjalan bolak-balik melayani pembeli, tanpa ada waktu untuk istirahat walau hanya untuk duduk sesaat. Sudah di pastikan siapapun itu akan kelelahan.

"Semangat!" Ziya menyemangati diri sendiri menghilangkan keluh kesah yang muncul di dalam hati.

"Aku harus semangat, demi ibu, demi ayah, demi adek!" bisik hati Ziya

Ziya menyebrang jalan, setelahnya masuk ke cafe menjalankan pekerjaannya sebagai Waitres.

Tidak berselang lama seseorang tampak masuk menyusul lengkah Ziya, masuk ke cafe duduk di meja paling depan menghadap ke jalan tampak sedang menunggu seseorang.

Ziya yang sudah berpakaian rapi siap bekerja mendapat tugas melayani meja yang di duduki seseorang yang tadi duduk di meja depan menghadap jalan.

Ziya tersenyum menghampiri meja itu "Mau pesen apa Mas?" tanya Ziya tersenyum.

"Silahkan, ini buku menunya," sambungnya lagi dengan senyuman

Sedetik kemudian senyumnya hilang setelah orang itu mengalihkan pandangan dari handphone yang di pegangnya kemudian melihat ke arah Ziya.

Ziya tertegun, terpaku, benar-benar terpaku.

Cinta Ini Menyakitkan

Ziya masih diam terpaku di tempat, melihat sosok di depannya saat ini benar-benar membuat Ziya lupa tujuannya datang kemeja itu.

Terlihat jelas pria tampan berpakaian casual dan celana jeans yang ia kenakan menambah ketampanan seorang Reynan, dari penampilannya saat ini siapapun tidak akan menyangka bahwa pria ini masih duduk di bangku SMA.

"Sampai kapan kau bengong begitu?" ketus Reynan

"Tidak usah kau tunjukkan kekagumanmu, apa kau baru sadar aku ini tampan?" Kata Reynan bersidekap dada menatap Ziya tidak suka.

Ziya sadar setelah beberapa detik terpaku melihat ketampanan sosok di depannya saat ini.

Ziya tersenyum, "Mau pesen apa mas, silahkan," Ziya tersenyum menyodorkan buku menu di atas meja.

Dia tetap professional dalam bekerja melayani pengunjung dengan tersenyum meski mendapat perlakuan tidak baik. Ya, itu peraturan mutlak bagi seorang Waitress di Cafe Santuy.

"Cih, dia pikir aku akan tergoda dengan senyuman itu," gumam Reynan

"Aku pesan dua Ice Capuccino " Reynan mengatakan pesanannya tanpa melihat Ziya.

"Makanannya mau pesan apa Mas?" tanya Ziya ramah

"Hanya minuman aku gak pesan makanan," kata Reynan fokus ke handphone yang ada di genggamannya.

"Apa ada lagi mas yang mau di tambahkan?" tanya Ziya masih dengan senyuman manisnya.

Berdecak kesal Reyhan beralih menatap tajam Ziya, "Kau tidak dengar apa yang aku katakan," ketus Reynan

"Hanya Minuman!" Reynan berkata penuh penekanan di setiap perkataanya, tatapan tajam mengarah ke dalam mata Ziya, tampak jelas kemarahan di wajah itu.

"Maaf, baiklah akan kami siapkan pesanan anda, terima kasih." Ziya tak ingin mendapat masalah, bergegas meninggalkan meja Reynan dengan wajah tetap tersenyum

"Dasar bodoh!" umpat Reynan. Moodnya berubah buruk setelah bertemu Ziya, Wanita itu selalu membuat hatinya buruk, wanita dengan kecerobohan dan kebodohannya. Itulah penilaian Reynan mengenai sosok Ziya.

"Dia selalu membuat hariku buruk," kata Reynan

"Dia selalu di mana-mana, bisakah sehari saja tidak melihat wajah menyebalkan itu," gerutu Reynan

Senyum di bibir Ziya menghilang setelah meninggalkan keramaian cafe bagian dalam menuju toilet, di sinilah ia meluapkan kesedihan yang ia tahan sedari dia berhadapan Reyhan tadi, dia menahannya dengan susah payah. Ziya menangis, benar-benar menangis. Dadanya sesak menahan sakit yang dia rasakan, untuk ke sekian kalinya dia menangis karena cinta.

Cinta terdalam yang menyakitkan, dia sadar cinta ini bukan cinta biasa. Cintanya tidak meminta untuk di balas, bukan berarti cinta itu harus tersakiti.

-------

Tidak lama Reynan melihat dari dalam cafe, seorang wanita yang sedari tadi dia tunggu berjalan mengarah ke pintu masuk cafe.

Wanita itu memasuki pintu cafe mengedarkan penglihatan. Reynan melambaikan tangan memberi kode kepada wanita itu.

Wanita cantik dengan gaun merah muda dan flatshoes berjalan menghampiri Reynan, kemudian duduk di depannya

"Kamu mau makan apa?" Reyhan membuka percakapan

"Aku minum aja, tadi sudah makan." jawab wanita itu

"Baiklah, aku sudah pesankan minuman untukmu." Reyhan tersenyum manis menatap lembut wanita itu

"Kau memesan minum untukku?" tanya Wanita itu "Bagaimana jika minuman yang kau pesan tidak aku sukai?" sambungnya lagi

Reyhan tersenyum kecil, "Apa yang tidak aku ketahui tentang dirimu, hem?" Reynan tersenyum menggoda

Mereka melanjutkan perbincangan, tampak akrab dan sangat dekat.

-------

Setelah merasa sedikit tenang, Ziya mencuci wajahnya dan merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Ziya berjalan keluar pintu toilet menuju ke dalam Cafe yang terlihat tidak seramai saat dia meninggalkan tempat itu tadi.

"Dari mana saja kamu Ziy, tugasmu kau tinggal begitu saja. Sudah tahu keadaan cafe rame, kamu malah pergi seenaknya," gerutu Tia teman sesama Waitress.

"Kamu tau, Kak Ical kesal saat dia tau kamu gak ada waktu dia akan memberikan pesananmu yang sudah siap," gerutu Tia

"Gak tanggung jawab betul kau ini," Tia terus menggerutu "Kalau bos besar tau, bisa di marahin kamu bahkan bisa di pecat!" Kata Tia

Ziya meringis mendengar kata pecat, "Maaf kak, tadi perutku mules gak tahan pengen ke toilet," Setelah berfikir Ziya mendapat alasan yang tepat untuk ia utarakan.

"Setidaknya beritahu yang lain, supaya kami gak bingung nyariin orang yang menghilang tanpa izin," sindir Tia

"Iya kak, maaf," Ziya menunduk merasa bersalah.

"Ya sudah lanjut kerja lagi sana," perintah Tia

Ziya lanjut bekerja, menuju meja pesanan yang sudah siap dengan makanan dan minuman yang akan di antar ke meja pengunjung cafe.

"Ziya kamu antar ini ke meja No.12," perintah seorang Barista cafe yang bernama Ical, biasa di sapa Kak Ical.

"Siap kak," Ziya berkata dengan semangat

Ziya membawa pinggan berisi makanan dan minuman untuk diantarkan ke meja yang telah di tentukan.

Jarak Ziya sudah mulai dekat dengan meja yang di tuju, tapi langkahnya terhenti menyadari meja yang dia tuju tepat di sebelah meja Reynan.

Sedetik kemudian dia tersadar akan tugasnya, ia melanjutkan lengkah menuju meja No.12. Tiba di meja ia meletakkan pesanan dengan senyum terus mengembang di wajahnya sebagai bentuk pelayanan.

Di tengah meletakkan minumam, sayup-sayup Ziya mendengar perkataan Reynan.

"Aku menyukaimu Manda, maukah kamu jadi pacarku?" kata Reynan tersenyum, tangannya menggenggam lembut tangan wanita yang sedari tadi duduk bersamanya yang ternyata bernama Manda.

Bagai tertusuk jarum, hati Ziya sakit, sakit... sesakit-sakitnya. Kata-kata itu menusuk jantung hatinya hancur benar-benar terluka.

Beruntung posisinya saat ini berada di belakang Reynan, sehingga wajahnya tidak terlihat. Wajah yang tadi di hiasi senyuman berubah sedih sendu sedan.

Ziya dengan cepat menyelesaikan tugasnya dia tidak ingin Reynan menyadari keberadaannya di posisi ini, setelah selesai Ziya berlalu menuju meja kerja.

Melihat tidak ada makanan dan minuman yang perlu di antar, Ziya menyenderkan punggungnya ke dinding dengan wajah tertunduk.

"Cinta ini manyakitkan," bisik hati Ziya, "Benar-benar menyakitkan"

Dadanya mulai sesak, matanya panas, terasa sebentar lagi air mata itu akan jatuh. Sedih, kecewa, marah, cemburu merasuki Ziya. menghela napas berat Ziya menetralkan perasaan yang berkecamuk.

Ziya mendongak berharap air mata itu tidak jatuh, perasaannya hancur. Masih berusaha menetralkan perasaan itu, seiring kemudian musik berganti menambah pilu hati Ziya.

🎶🎶🎶Mungkin ini memang jalan takdirku

Mengagumi tanpa di cintai

Tak mengapa bagiku

Asal kaupun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu

Telah lama ku pendam perasaan itu

Menunggu hadirmu menyambut diriku

Tak mengapa bagiku

Mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku

Ku ingin kau tau diriku di sini menanti dirimu

Meski ku tunggu hingga ujung waktuku

Dan berharap rasa ini 'kan abadi untuk selamanya 🎶🎶🎶

Tepat di lirik terakhir itu Elin berjalan menunduk ke arah pintu belakang Cafe, Dia menangis! lagi lagi menangis! lagu dengan judul Cinta Dalam Hati itu seakan menggambarkan perasaannya. Lirik lagu yang di bawakan band Ungu ini membuat hati Ziya perih. Pembawaan lagu yang mendayu dengan perasaan terdalam persis yang terjadi dengan Ziya.

Lagu ini membuatnya lemah, terbawa perasaan lebih dalam meluluhlantahkan hatinya. Dia tidak kuat menahan rasa itu, air mata berlinang jatuh berderai tak tertahankan. Hati itu benar-benar terluka sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!