" Tuan...tolong, tolong jangan jatuhkan hukuman seberat itu pada ayah saya...saya mohon..." seorang gadis cantik dengan wajah ayunya tengah memohon di hadapan seorang pria muda,berlutut di depan gerbang sebuah rumah mewah,di bawah derasnya hujan.
Sepasang mata menatapnya tajam,bak elang yang siap memangsanya,pria muda di depannya menatap wanita menyedihkan itu,dress panjang berwarna hijau botol yang ia pakai menutupi seluruh tubuhnya, kepalanya terbungkus hijab lebar berwarna senada,namun tak membuat pria dingin itu merasa kasihan.
Yang ada dalam hatinya hanya kebencian dan kebencian,atas kecelakaan yang menimpa Pria yang ia panggil papa hingga harus kritis dan di nyatakan koma sampai waktu yang tidak dapat di tentukan.
" Tuan..nona ini putri dari tersangka sabotase mobil tuan besar, ayahnya bekerja di servis langganan tuan besar sebagai montir senior, ibunya pernah bekerja sebagai art di mansion utama, karena sakit sudah berhenti sejak satu tahun terakhir" bisik seorang pria berusia sekitar 30 tahunan pada pria ber jas hitam di samping nya.
Setelah mendengar penjelasan asisten nya,pria itu menatap intens wanita yang masih berlutut di hadapan nya, derasnya hujan mengguyur tubuh gadis itu,masker yang menutupi sebagian wajahnya tak menutupi bahwa wanita itu cantik,bahkan hanya dengan melihat matanya saja, membuat pria tampan dengan tubuh tegap itu tersenyum smirk.
Wanita di depannya, memiliki kulit seputih susu, terlihat dari jari jemarinya, pipinya terlihat begitu halus dan chuby, tubuhnya tinggi standard gadis Asia, matanya bulat dengan bulu mata lentik, alisnya tebal tersusun rapi,dialah gadis bernama Adiba Khanza...
" Apa yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi hukuman ayah mu? Hem?" tanya pria itu sinis, tatapan nya penuh dengan permusuhan.
" Apapun...saya akan melakukan apapun yang anda inginkan tuan" Gadis bernama Adiba menjawab dengan yakin.
" Kamu yakin akan melakukan apapun yang saya inginkan? " tanya pria yang berdiri di depan nya dengan memegang payung itu.
Adiba mengangguk dengan yakin, tubuhnya terasa sangat dingin,hingga bergetar.
" APAPUN?" ulang pria itu dengan nada menekan setiap huruf dari kalimat nya.
" Ya apapun itu" jawab Adiba yakin.
Mendengar jawaban wanita di depannya,pria itu berjongkok,melipat kedua lututnya mensejahterakan dirinya dengan wanita yang masih bersimpuh di hadapan nya itu.
Pria itu menyentuh dagu Adiba dan mengangkatnya agar mereka saling menatap,menarik masker yang menutupi sebagian wajah Adiba,sentuhan telunjuk pria itu membuat Adiba refleks menghindar,membuat pria itu tersenyum smirk' Menarik ' batin nya,matanya menatap intens bibir bervolume berwarna pink alami itu, yang terlihat mulai memucat dan membiru karena terlalu lama kehujanan.
" Jadilah partner ranjang ku,tidak hanya hukuman ayah mu yang aku ringankan,tapi aku juga akan membayar mu" ucap pria itu tenang,namun terdengar begitu arogan dan menjijikan di telinga Adiba.
Adiba menatap tak percaya pria di depannya,pria dewasa dengan wajah tampan, hidungnya mancung khas pria Turkey, bibirnya berwarna merah bervolume, matanya tajam dengan bola mata berwarna biru khas keturunan eropa, dengan alis yang tebal dan tersusun rapi,rambutnya berwarna hitam kecokelatan, tubuhnya terlihat begitu atletis, gambaran pria idaman para wanita...dialah pria bernama Abizar Albern Foster, menunjukkan darimana asal keturunan keluarga nya.
Adiba masih menatap pria yang katanya adalah putra tunggal keluarga konglomerat itu,ini pertama kali ia melihat keturunan dari keluarga Foster itu, keluarga yang sangat terkenal dengan kekayaan dan kejayaan nya, bahkan hingga ke Eropa, keluarga yang merajai beberapa bisnis,di antaranya perusahaan rokok ternama,dan juga bekerja sama dengan perusahaan penerbangan asia,dan beberapa rumah sakit yang sudah beroperasi puluhan tahun dan dikenal sebagai salah satu rumah sakit terbaik di setiap daerah nya, dengan fasilitas memadai dan mewah.
Adiba menggeleng setelah mendengar permintaan pria di depannya,pria yang masih menatap nya menunggu jawaban,apakah ia tak salah mendengar.
Sedangkan Abizar tersenyum tipis saat melihat Adiba menggelengkan kepalanya,wanita di depannya ini adalah wanita pertama yang berani menolaknya,apakah ini trik tarik ulur yang di buat oleh wanita ini.
Abizar berdiri,dia adalah Abizar Albern Foster, seorang pebisnis kelas kakap di negara Eropa dan sangat di segani karena kejeniusan dan kekejaman nya,ia tak akan melakukan tawar menawar,dan hal itu juga berlaku untuk wanita di depannya itu.
Abizar membalikkan badannya akan meninggalkan gerbang,hujan semakin deras,ia tak ingin berlama-lama di luar,namun suara lembut Adiba kembali menghentikan langkahnya.
" Tuan..." panggil Adiba .
" Saya mohon, berikan syarat lainnya,saya bahkan bersedia menjadi pelayan di rumah anda,asal jangan melakukan perbuatan haram itu,saya takut Allah melaknat kita" ucap Adiba setengah berteriak, karena derasnya hujan.
Abizar membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Adiba yang terlihat sudah berdiri,semakin jelas postur tubuh wanita itu,masker di wajahnya juga sudah terlepas membuat Adiba menundukkan wajahnya.
" Saya bukan pedagang kaki lima yang memiliki kesabaran dengan transaksi tawar menawar,bahkan kau tak pantas sekedar untuk menjadi pelayan di mansion ku" ucap Abizar tegas.
Abizar kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan niatnya untuk meninggalkan Adiba,namun suara lembut Adiba kembali menghentikan langkahnya.
" Baiklah...saya setuju dengan syarat dari anda,tapi saya juga punya syarat" ucap Adiba dengan penuh keterpaksaan.
Abizar tersenyum smirk sebelum kembali membalikkan tubuhnya menghadap Adiba, mangsanya masuk perangkap.
" Apakah kamu berhak memberikan syarat?" tanya Abizar dingin.
" Hanya satu... selebihnya terserah anda " jawab Adiba yakin.
Abizar diam sejenak" katakan " perintah nya, asistennya masih setia mendampinginya dengan memegang payung berukuran jumbo.
" Nikahi saya,maka saya akan menjadi partner anda sampai waktu yang anda tentukan" ucap Adiba sendu, hatinya begitu sakit saat mengatakan hal itu,ia merasa seperti wanita murahan yang menjual tubuhnya.
Abizar tersenyum mengejek,ia menatap benci wanita di depannya, dimatanya Adiba tak lebih dari wanita munafik yang menutupi kelicikan dan kebusukan nya di balik pakaian nya.
" Menikahi mu? " tanya Abizar meyakinkan pendengaran nya.
Dengan cepat Adiba mengangguk, membuat Abizar tersenyum smirk, tangannya meraih dagu Adiba dan menatap nya tajam.
" Kau pikir kau siapa Hem ingin menyandang gelar nyonya muda Foster Hem? Kau dan keluarga mu hanya lah sampah, yang bermimpi menjadi hebat, bahkan untuk pelayan pun aku tak Sudi membiarkan wanita murahan seperti mu,paham" hina Abizar seraya mencengkram kuat dagu Adiba dan menghempaskan nya dengan kasar.
Adiba terdiam,air matanya luruh begitu saja saat mendengar hinaan dari pria di depannya,begitu hina kah orang miskin sepertinya di mata orang-orang seperti mereka.
" Saya tidak meminta menyandang gelar nyonya muda di keluarga anda tuan, pernikahan siri,hanya pernikahan siri yang saya minta,agar tidak menjadi dosa besar jika anda menginginkan tubuh saya" Adiba menjelaskan alasan nya minta di nikahi.
Abizar tampak berfikir sejenak, setelah nya ia mengangguk,malam ini temui saya di alamat yang akan di berikan asisten saya" ucap Al menyetujui persyaratan dari Adiba,Abizar merasa itu tidak sulit, karena mereka tidak memiliki ikatan legal.
Adiba mengangguk setuju,ia melihat punggung Abizar yang langsung meninggalkan nya setelah mendapatkan jawaban anggukan dari nya, sedangkan pria yang sejak tadi mendampingi Abizar mengulurkan selembar kertas bertuliskan sebuah alamat pada Adiba.
Adiba melihat alamat yang tertulis pada kertas di tangan nya" Terimakasih tuan" ucap Adiba sopan pada pria yang ia yakini adalah asisten kepercayaan pria kejam itu.
Pria itu hanya mengangguk,pria yang memiliki wajah tak jauh berbeda dengan bos nya,tampan dan juga dingin,irit bicara,namun masih memiliki belas kasih.
Adiba menatap kepergian semuanya, menghilang di balik gerbang megah yang secara otomatis tertutup setelah semua orang masuk.
Adiba menjatuhkan tubuhnya di aspal jalanan yang masih berada di depan gerbang rumah megah itu,ia menangis sejadi-jadinya, hingga tubuhnya bergetar,ia ingin menumpahkan semua tangisnya dalam derasnya hujan,agar tak akan ada yang mendengar dan melihat ia menangis.
Puas menangis,Adiba bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan area perumahan mewah itu,Adiba menghentikan sebuah taksi saat sudah berada di depan gerbang perumahan, lumayan cukup jauh ia berjalan kaki untuk tiba di gerbang itu.
" Pak tolong antarkan saya ke jalan xx,tapi maaf pakaian saya basah" Adiba berbicara lembut pada supir taksi.
" Tidak apa non, terkadang orang dewasa juga butuh menyegarkan pikiran,dengan bermain hujan seperti ini juga salah satu solusinya" Jawab Supir taksi tersebut.
Adiba tersenyum mendengar jawaban si supir taksi,ia memeriksa isi tas sandang nya apakah basah semua atau tidak, untungnya tidak banyak bareng yang berada dalam tas itu,hanya ponsel,dompet dan beberapa jenis obat,Adiba meminta taksinya berhenti sebentar saat melihat sebuah kios pinggir jalan,ia membeli satu botol air mineral dan langsung meminum beberapa butir obat.
" Sudah sampai non" ucap supir taksi itu menyadarkan Adiba dari lamunannya.
Adiba turun dari taksi setelah menyerahkan satu lembar uang berwarna merah dan mengucapkan terimakasih kepada sang supir taksi.
" Non ini kembaliannya" ucap pria paruh baya itu.
" Ambil untuk bapak saja pak,sekali lagi maaf sudah membuat taksi bapak basah" ucap Adiba .
Supir taksi itu tersenyum ramah" ga apa apa non,bapak juga sudah berencana akan pulang, hujannya terlalu deras dan juga sudah hampir Maghrib, terimakasih banyak ya non,semoga Allah permudah segala urusannya,di lancarkan semua rencananya dan di berikan kesabaran yang berlipat ganda, diberikan kesehatan jasmani dan rohani " doa tulus sang supir taksi segera di amin kan oleh Adiba, dadanya terasa sedikit lega,masih ada yang begitu baik memberikan nya doa terbaik dan tulus.
" Amin... allahumma amin.. terimakasih doa nya pak" ucap Adiba tulus.
" Dan satu lagi non,semoga di pertemuan dengan jodoh yang baik,non pasti masih gadis kan? Masih muda juga,carilah pria terbaik yang menyayangi dan menghargai perempuan " tambah supir taksi itu.
Mendengar doa selanjutnya dari sang supir taksi itu wajah Adiba berubah sendu,hatinya tercubit mengingat ia baru saja membuat perjanjian luar biasa dengan seorang pria.
Namun dengan Adiba merubah ekspresi wajah nya dengan memaksakan senyuman di hadapan supir itu,baru setelah supir itu meninggalkan nya Adiba kembali meneteskan air matanya dan dengan segera ia mengusap nya, ibunya tidak boleh melihat air matanya.
Adiba melangkahkan kakinya memasuki rumah sederhana minimalis,tempat ia dibesarkan hingga kini usianya menginjak 20 tahun,rumah yang penuh dengan kenangan indah bersama kedua orang tuanya,entah kapan itu akan kembali terulang, mengingat saat ini ayahnya berada di balik jeruji besi, ibunya sakit-sakitan dan dirinya harus banting tulang untuk mencukupi biaya koas,biaya makan dan menebus obat untuk sang ibu,masih untung ibunya masih sanggup beraktivitas ringan di rumah, sehingga ia bisa mencari pekerjaan part time di sela-sela kesibukan koas nya.
" Assalamualaikum ... Bu.." Adiba memasuki rumah yang tampak sepi, ibunya yang biasa menyambutnya tak terlihat,membuat Adiba melangkah menuju dapur namun tak juga sang ibu terlihat, kakinya melangkah menuju kamar nya untuk berganti pakaian nya yang basah,Adiba berfikir mungkin ibunya sedang berada di kamar karena ini sudah waktunya Maghrib.
Adiba selesai melakukan kewajiban tiga rakaat nya,ia keluar dari kamar nya dan menuju kamar ibunya,berniat memanggil sang ibu untuk mengajak wanita paruh baya itu makan malam.
" Bu" panggil Adiba, karena tak ada jawaban akhirnya ia membuka pintu kamar kedua orang tuanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat ibunya yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
" Astaghfirullah...Bu .." pekik Adiba dengan suara tertahan,ia segera menghambur menghampiri sang itu,memeriksa titik vital sang ibu,memastikan wanita tersayang nya itu masih bernyawa.
Adiba bernafas lega saat menemukan denyut nadi San ibu masih teraba, walaupun sedikit melemah,ia segera berlari ke kembali ke kamar nya,mengambil ponselnya menghubungi ambulans di rumah sakit tempat ia magang sebagai koas.
Setelah mendapatkan jawaban pasti dari sang supir ambulan,Adiba segera memanggil salah satu tetangganya yang merupakan pasangan suami istri yang berusia tak jauh beda dari kedua orang tuanya,usia kisaran 45 tahun.
" Assalamualaikum...paman,Bibi...ini Diba tolongin Diba BI" panggil Adiba seraya menggedor pintu rumah yang berjarak sekitar dua meter saja dari rumah orang tuanya,ya mereka tinggal di salah satu komplek perumahan sederhana di pinggiran kota.
" Waalaikumsalam.. astaghfirullah..Diba..ada apa nak? " wanita paruh baya yang di panggil bibi oleh Adiba itu keluar masih menggunakan mukena nya,di pastikan baru saja menyelesaikan ibadah shalat Maghrib.
" Ibu Bi,ibu pingsan,tolong Diba angkat ibu ya Bi" pinta Adiba sedih, wajahnya di penuhi oleh airmata.
" Astaghfirullah.. sayang, tunggu sebentar ya nak,bibi panggil paman, sekalian bibi ganti baju" secepat kilat tetangga Adiba itu kembali memasuki rumah nya untuk berganti pakaian dan memanggil suaminya,meninggalkan Adiba di depan pintu.
Melihat tetangga nya bersiap, Adiba pun memutuskan untuk kembali ke rumah nya, menyiapkan keperluan sang ibu saat di rumah sakit.
Tiba di rumah Adiba segera menyiapkan segala keperluan dan memasukkan nya ke dalam sebuah tas berukuran sedang,ia juga menyiapkan dirinya,mengganti pakaian nya dengan dress panjang, yang awalnya ia memakai piyama tidur,Adiba juga mengganti hijabnya dengan hijab instan yang lebih panjang,menutupi dada nya.
" Diba... yang sabar ya nak,kamu sudah telfon ambulan?" wanita yang di panggil bibi oleh Diba itu mengusap lembut punggung Adiba, memberikan ketenangan pada putri tetangganya, hubungan mereka cukup baik.
Adiba mengangguk " sudah Bi, sekarang pasti sedang dalam perjalanan" Jawab Adiba,apalagi yang harus ia katakan, rasanya langit seakan runtuh menimpa dirinya,ia yang biasanya hidup tenang dan damai, walaupun kehidupan keluarganya pas-pasan dan ia harus bekerja,tapi mereka bisa mengatasinya bersama.
Tapi sekarang,ia harus berfikir dan bertindak seorang diri,ayah nya bahkan tidak bisa ia temui sebelum sidang di putuskan, sedangkan penyakit ibunya semakin meradang akibat dari rasa terkejut karena masalah yang menimpa sang suami.
Belum lagi ia harus menghadapi pria yang sore tadi ia temui,pria yang memintanya untuk menemukannya pukul sepuluh malam nanti di suatu tempat,pria yang akan menikahinya dan menjadikan nya wanita simpanan, partner ranjang nya sampai waktu yang ia pun belum tau, demi keluarga nya Adiba rela mengorbankan dirinya, asalkan tidak melakukan perbuatan haram, itulah yang Adiba pikirkan.
Suara sirine mobil ambulans menyadarkan Adiba dari lamunan menyakitkan nya,ia segera bangkit dari duduknya yang tadi memangku sang ibu, bersama paman dan bibi tetangga Adiba mengangkat ibunya menuju ambulans,di bantu oleh seorang perawat dan supir ambulans.
" Ayo nak,biar paman yang mengunci pintu nya" ajak bibi tetangga Adiba.
Dengan segera Adiba memasuki ambulan setelah meraih tas punggung mini miliknya dan juga tas berukuran sedang yang berisi pelengkapan sang ibu.
Dua puluh menit kemudian ambulan yang membawa ibu Adiba memasuki gerbang rumah sakit sederhana,dan berhenti tepat di depan pintu unit gawat darurat.
Ibu Adiba segera di tangani di IGD,Adiba terus mendampingi sang ibu, walaupun ia calon dokter ia tak ingin ikut campur dalam menangani sang ibu di rumah sakit tersebut, walaupun ia adalah salah satu dokter koas di rumah sakit itu.
" Bagaimana keadaan ibu kamu Diba?" tanya bibi Santi saat melihat Adiba keluar dari ruangan itu.
" Alhamdulillah sudah lebih baik Bi,cuma tinggal nunggu sadar nya aja,tapi detak jantung nya sudah normal,ibu terlalu banyak pikiran dan shock kata dokternya, mungkin karena kejadian yang menimpa ayah Bi" Adiba sedikit menjelaskan pada bik Santi.
" Alhamdulillah...lega rasanya,kamu sudah sholat Maghrib?"
" Sudah bik,tadi abis sholat mau ajak ibu makan, tau-tau nya rupanya ibu sudah tergeletak tak sadarkan diri gitu" Adiba menjawab pertanyaan bik Santi.
" Bibi udah makan ? Atau bibi mau pulang? Kasian paman di rumah sendirian " Adiba merasa tak enak sangat merepotkan tetangga nya, walaupun hubungan mereka sudah selayaknya saudara.
" Alhamdulillah sudah nak,kamu ini,jangan terlalu sungkan seperti itu sama bibik atau paman, kamu itu udah bibik anggap seperti putri bibik , adiknya mas Adam" ujar bik Santi lembut.
Pasangan suami istri tetangga Adiba itu memang sangat menyayangi Adiba, mereka bertetangga sejak Adiba kecil, bahkan Adiba mengambil kuliah kedokteran karena memang terinspirasi dari putra bik Santi yang seorang dokter dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis bedah.
" Terimakasih ya bik,maaf selalu merepotkan bibi,sebentar lagi ibu akan di tempatkan di ruangan,tapi kalau boleh Diba mau minta tolong bibik temani ibu dulu, karena Diba masih ada pekerjaan sebentar di luar" ucap Adiba , ia ingat harus menepati janjinya pada pria yang ia temui sore tadi.
Wanita yang di panggil bibi itu mengangguk pasti,beliau mengira Adiba harus kembali ke tempat kerjanya, karena beliau tau Adina bekerja di sebuah klinik swasta, karena klinik tersebut menerima Adiba yang bekerja sesuai jadwalnya koas.
" Pergilah, selesaikan pekerjaan mu,ibu mu biar bibik yang temani, katanya paman juga akan menyusul malam nanti setelah warung tutup" bik Santi dan suami adalah pemilik warung bakso yang lumayan besar dan memiliki beberapa karyawan,dari situlah mereka membiayai pendidikan sang putra.
" Terimakasih bik,maaf lagi-lagi merepotkan bibi dan paman" rasanya Adiba merasa sangat sungkan,tapi mau bagaimana lagi,ia dan kedua orang tuanya tak memiliki keluarga lainnya yang tinggal di kota yang sama,ibu nya memiliki seorang kakak yang tinggal di kota lain, sedangkan ayahnya memiliki seorang ibu dan adik yang juga tinggal di kota lain juga, bahkan berbeda daerah dan pulau,dan kehidupan keluarga mereka sama-sama sederhana dengan perekonomian menengah ke bawah, walaupun hubungan mereka cukup baik.
" Sudah..ga perlu sungkan,pergilah,bibi tau kamu sangat sibuk akhir-akhir ini,kamu masih butuh banyak biaya,bibi tau itu" bik Santi tau karena saat ada waktu senggang Adiba juga sering membantu di warung bakso beliau,menjadi karyawan dadakan.
Adiba mengangguk seraya memaksakan senyuman nya,ia bersyukur karena memiliki tetangga sebaik mereka, bahkan putra bik Santi sangat perhatian dan baik padanya,Adiba seperti memiliki seorang kakak jika saat bersama Adam.
Ibu Adiba di tempatkan di ruangan kelas tiga, fasilitas ruangan itulah yang Adiba mampu bayar, baginya yang terpenting ibunya mendapatkan perawatan.
" Bik Diba tinggal ya,kalau ibu siuman tolong bilang Diba kembali ke klinik" pesan Adiba pada bik Santi.
" Ia nak, jangan khawatir, pergilah,kerja yang tenang" nasehat bik Santi.
Adiba mengangguk dan meninggalkan ruangan perawatan sang ibu,sebelum pergi ia menyempatkan mengecup singkat kening sang ibu,wanita kesayangan nya itu.
Tak mengatakan apapun lagi,Adiba meninggalkan ruangan itu dan memesan ojek online untuk mengantarkan nya ke alamat yang tadi ia dapatkan dari asisten pria itu.
Ojek online yang membawa Adiba berhenti tepat di depan sebuah gedung yang bertuliskan Lembaga pemasyarakatan kelas xx.
Adiba mengerutkan keningnya setelah membaca tulisan itu,ia berfikir keras apa yang akan pria itu lakukan pada nya di gedung itu? Untuk apa mereka bertemu di gedung tahanan itu? segala macam pertanyaan muncul di benak Adiba.
" Mari nona,tuan muda sudah menunggu" ucap seorang pria yang ia lihat sore tadi bersama pria yang ia temui.
Adiba mengangguk, walaupun bingung,tapi ia berusaha menuruti perintah pria asing itu,Adiba berharap semuanya berjalan lancar.
Hingga tiba di sebuah ruangan,Adiba melihat seorang pria duduk memunggungi pintu,Adiba juga melihat ayah nya duduk di balik jeruji besi dan tengah menatap sendu padanya.
" Ayah... assalamualaikum" sapa Adiba lembut,ia lebih dulu menyapa cinta pertama nya itu,menghambur memeluk tubuh yang tampak tak terurus,namun masih bisa berusaha menunjukkan senyuman nya.
" Waalaikumsalam..putri ayah" jawab ayah Adiba seraya membalas pelukan sang putri, mengecupi puncak kepala nya yang tertutup hijab"
Adiba begitu bahagia bisa melihat, bertemu dan berbicara dengan ayahnya,ia memeluk erat tubuh sang ayah dengan penuh haru dan sayang, sampai-sampai ia tak menyadari seseorang tengah menatapnya dengan tatapan mematikan.
" Bisa kita segerakan? saya tidak punya banyak waktu?" tanya suara dingin menyadarkan Adiba yang tengah memeluk sang ayah.
Dengan sangat terpaksa dan berat hati,pria yang bergelar ayah itu mengangguk, menyegerakan apa yang pemuda di hadapannya inginkan, mereka sudah berbicara di awal sebelum kehadiran sang putri.
" Sudah Tuan, silahkan" Jawab ayah Adiba lirih, sedangkan Adiba diam memperhatikan interaksi keduanya, kecerdasan nya mulai aktif dan menerka apa yang akan terjadi, untuk itu Adiba menggenggam erat tangan sang ayah.
" Ayah..." panggil Adiba lirih.
" Ayah mengerti nak, maafkan ayah yang tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup mu,membuatmu terpaksa harus mengambil jalan ini" di luar dugaan ayah Adiba justru terlihat begitu tenang.
Adiba mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang ayah, apakah ayah nya salah paham? Sedangkan pria yang duduk di depan nya terlihat begitu tenang dengan wajah angkuh dan dinginnya.
Ayah Adiba mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Abizar, keduanya terlihat begitu serius, mengucapkan kata-kata sakral yang dapat mengubah status Adiba sebagai seorang anak menjadi seorang istri.
Sah
Sah
Sah
Kata itu menyadarkan Adiba kembali pada kenyataan di hadapannya, seorang pria yang mungkin berstatus sebagai ustadz mengucapkan selamat atas pernikahan Adiba dan Abizar,tak lupa pria berjubah putih itu membacakan beberapa doa.
Pernikahan selesai,ayah Adiba kembali di bawa ke tahanan nya, yang di iringi dengan lelehan bening sang putri disertai tatapan sendu.
Sedangkan di ruangan berkunjung itu hanya tinggal Adiba,Abizar dan pria yang selalu berada di sisi Abizar,siapa lagi kalau bukan asisten pribadi nya.
" Berikan padanya" perintah Abizar pada asistennya.
Dengan paruh sang asisten menyerahkan sebuah map,satu lembar cek bertuliskan nominal uang yang tadi di jadikan sebagai mahar.
" Nona silahkan tanda tangan" perintah asisten Abizar sopan.
Adiba mengangguk,tapi sebelumnya ia lebih dulu membuka dan membacanya,tak ada satupun dari isi perjanjian itu yang menguntungkan dirinya,kecuali jumlah uang yang di janjikan sebagai kompensasi atas pelayanan yang akan ia berikan untuk pria di depannya itu.
Adiba menarik nafasnya dalam-dalam dan meng hembuskan secara perlahan,walau ragu,namun ini sudah terlanjur dan demi kebebasan sang ayah,Adiba menandatangani surat perjanjian itu,Abizar berjanji hanya akan memenjarakan ayah Adiba selama dua tahun,dari awalnya 15 tahun.
" Tuan, bolehkah saya mengajukan satu permintaan saja?" tanya Adiba seraya menatap wajah lawan bicaranya.
" Katakan" perintah Abizar tegas.
" Selama perjanjian ini belum berakhir,saya ingin anda tidak tidur dengan wanita lain,selain dari itu saya tidak masalah" pinta Adiba jelas,namun wajahnya bersemu merah.
Abizar tersenyum mengejek mendengar persyaratan dari Adiba " ternyata hanya wajahmu Saja yang polos, pikiran mu ternyata serakah,kamu kira kamu berhak mengatur ku? Hem?" bukan nya menjawab, Abizar justru menghina Adiba,dan itu membuat mental gadis berhijab itu sedikit down.
Adiba menundukkan wajahnya,kedua tangannya saling meremas kuat, keringat bercucuran di tubuhnya" maaf" hanya kata itu yang terlontar dari bibir mungilnya.
" Kamu itu hanya jalang ku,jalang berkedok istri siri,derajatmu sama dengan wanita simpanan,ingat itu" hina Abizar pedas.
Deg...
Kata demi kata yang Abizar ucapkan bagai sebilah pisau tajam yang menghujam tepat di jantung dan ulu hatinya.
Namun begitu Adiba tetap mengangguk patuh, dadanya terasa begitu sesak,sekuat tenaga ia tidak ingin meneteskan air matanya di hadapan pria yang telah menghinanya dengan sangat kejam itu.
" Bawa dia" perintah Abizar pada asistennya setelah melihat Adiba menandatangani perjanjian yang ia buat, yang secara terang-terangan hanya menguntungkan dirinya.
" Baik tuan muda" patuh asisten Abizar.
" Mari nona " ajak asisten Abizar sopan,dalam hatinya begitu iba melihat Adiba,ia yakin gadis cantik yang baru saja di nikahi tuan muda nya itu adalah wanita baik-baik.
Lagi-lagi Adiba mengangguk patuh, mengikuti langkah lebar pria di depannya,Adiba di bawa menggunakan mobil terpisah dengan Abizar,pria tampan itu memasuki sebuah sport car mewah buatan eropa, sedangkan Adiba di bawa menggunakan mobil yang tidak pernah ada yang tau bahwa mobil itu milik Abizar.
" Silahkan nona,tuan muda telah menunggu anda" ucap asisten pribadi Abizar,pria itu membawa Adiba ke sebuah rumah yang terdapat di pinggiran kota,lebih tepatnya seperti sebuah villa sederhana,jauh dari rumah lainnya.
Adiba mengangguk patuh, ia menekan handle pintu, matanya memindai keseluruhan ruangan yang terlihat seperti ruang tamu dan menyatu dengan dapur yang di lengkapi kitchen set minimalis dan sebuah mini bar,satu set kursi makan sangat minimalis.
" Tuan berada di kamar ini nona" Adiba mengikuti petunjuk pria yang membawanya itu, terlihat ada dua buah pintu, yang artinya villa itu memiliki dua kamar tidur.
Adiba membuka pintunya, melangkahkan kakinya memasuki kamar yang terlihat cukup mewah,tak kalah dengan kamar hotel, terdapat tempat tidur yang lumayan besar dan satu buah lemari pakaian dan satu set meja rias,juga terdapat satu buah sofa.
Adiba melihat Abizar duduk di sofa membelakangi pintu,pria itu terlihat sedang menatap jendela, kakinya ia silangkan.
" Lakukan tugas mu" perintahnya pada Adiba tanpa basa-basi.
Adiba yang bingung,merasa kikuk,ia tidak paham apa yang Abizar perintahkan, berfikir sejenak hingga ia tersadar akan statusnya di hadapan Abizar.
Dengan tangan bergetar hebat dan keringat mulai membasahi keningnya,Adiba memulai dengan melepas hijabnya, hingga tampak rambut panjang indahnya yang ter sanggul rapi, memperlihatkan leher jenjangnya.
Sedangkan Abizar tak sedikitpun melihat nya.
Adiba melanjutkan dengan mulai membuka satu demi satu kancing dress panjang nya, hingga akhirnya berada di kancing terakhirnya,dan dengan tangan yang semakin bergetar,Adiba menurunkan dress panjang nya hingga jatuh menyentuh lantai,kini yang melekat di tubuhnya hanya kain segitiga yang menutupi area paling sensitif nya dan benda berbentuk kacamata yang menutupi dua gunung kembarnya.
Adiba berdiri kaku, tubuhnya terasa ingin jatuh,kedua tangannya tersilang di dua tempat sensitifnya yang berusaha lebih ia tutupi,saat ini Adiba merasa dirinya hancur,tapi sekuat tenaga ia menyadarkan pikiran nya dengan menganggap bahwa ini adalah kewajibannya sebagai seorang istri,melayani suaminya.
Setelah menunggu beberapa menit Adiba tak menghampirinya, membuat Abizar bangkit dari duduknya dan membalikkan tubuhnya menghadap wanita yang ia katakan sebagai budak nya.
Deg...deg..deg..
Sungguh jantung Abizar berdetak begitu kencang,seakan akan melompat dari tempatnya, darahnya seakan terpompa,ia bahkan tak berkedip walau sedetik pun melihat pemandangan tak terduga di hadapannya saat ini.
" Indah, sempurna" kata itulah yang muncul dalam benak nya saat menatap wanita di depannya.
Dan entah mengapa,jiwa kelelakian nya muncul tanpa harus di sentuh, tubuhnya bereaksi dengan cepat, darahnya seakan terpompa dengan sangat kencang,namun sekuat tenaga Abizar mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat bahwa saat ini ia begitu ingin menerkam mangsanya.
Abizar melangkah mendekati Adiba, membuat wanita cantik itu memundurkan langkahnya saat menyadari Abizar mendekati nya, wajahnya semakin tertunduk dalam, hingga berujung ia harus berhenti karena punggungnya terbentur pintu.
" Ternyata kau lebih jalang dari yang ku bayangkan, bahkan kau tak ingin menolak saat aku memintamu untuk memulai, sudah berapa laki-laki yang menikmati tubuh mu ini Hem?" lagi-lagi Abizar mengatakan kata-kata yang sangat menyakiti hati Adiba.
Abizar seakan memiliki dendam pribadi selain tentang kasus sabotase mobil kedua orang tuanya,Abizar seperti sudah mengenal Adiba.
Greb...
Hanya dengan satu tarikan,Adiba sudah berada dalam dekapan Abizar,pria itu merengkuh erat pinggang ramping Adiba, mengusapnya naik turun,membuat tubuh Adiba meremang,ia memejamkan matanya, sekuat tenaga menahan agar bibir nya tak mengeluarkan suara-suara aneh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!