"Saudara Damar Adhitama Bin Adhitama, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan seorang gadis bernama Ajeng ayesha binti alm Abdullah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin emas seberat 2 gram dibayar tunai." Ucap seorang penghulu yang menjabat tangan seorang laki laki.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ajeng Ayesha binti alm Abdullah halal bagi saya dengan mas kawin tersebut, Tunai." Ucap laki laki bernama Damar itu dengan suara lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu pada para saksi.
"Sah." Jawab para saksi yang hadir bersamaan.
"Alhamdulillah" Semua yang hadir serentak mengucapkan syukur atas bersatunya cinta kedua orang yang saling mencintai.
Riuh do'a terucap saat penghulu dan para saksi mengucap kata sah. Semua orang menadahkan tangan, mereka berdoa dengan dipimpin oleh penghulu.
Pernikahan yang di lakukan di kantor KUA itu hanya di hadiri oleh beberapa saksi saja, dan semua saksi berasal dari keluarga mempelai wanita.
Sementara untuk keluarga mempelai laki laki hanya ada para sahabat dari Damar yang datang, untuk keluarganya satu pun tidak ada yang datang, karena mereka menentang pernikahan ini, namun Damar yang begitu mencintai wanita bernama Ajeng memaksa untuk tetap menikahinya walau tanpa restu dari kedua orang tuanya, bahkan Ia kabur dari rumah dan memilih hidup sederhana bersama wanita yang dia cintai.
Damar memasangkan Cincin di jari Manis sang istri lalu Ajeng mencium tangan sang suami, Damar pun mencium kening sang istri sembari membaca doa di ubun ubun sang istri.
Sahabat Damar yang merupakan seorang fotografer tak lupa memotret setiap momen tersebut. Kebahagiaan terus terpancar dari wajah sepasang pengantin baru itu.
Setelah akad selesai, mereka pun segera memutuskan untuk pulang, begitu juga para saksi yang datang, tidak ada resepsi sama sekali, karena keterbatasan biaya.
Turun dari motornya, Damar membopong tubuh sang istri dan membawanya masuk ke kontrakannya yang cukup sederhana, tanpa mereka sadari, seseorang tengah memantau mereka dari kejauhan.
"Lihat saja Damar, aku akan membuat kamu meninggalkan istrimu dan kembali pada keluargamu serta menjadi milikku." Ucap seorang wanita yang sedang memperhatikan mereka dari jauh lalu dia pun kembali melajukan mobilnya.
Damar membawa Ajeng ke kamarnya lalu merebahkan tubuh sang istri di atas ranjang.
"Sayang, aku sangat bahagia, akhirnya kita resmi menjadi sepasang suami istri." Ucap Damar yang tidur miring di samping sang istri sembari tangannya menahan kepalanya. Hingga dirinya bisa menatap wajah wanita yang baru hari ini sah menjadi istrinya.
"Iya Mas, aku juga bahagia akhirnya kita bisa bersatu, Tapi..."
"Sstttt, jangan bicarakan hal lain." Sela Damar dengan meletakan jari telunjuk nya ke bibir sang istri.
"Kita nikmati saja dan biarkan semua berjalan apa adanya, yang pasti sampai kapan pun aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dalam keadaan apapun sayang, kita akan tetap bersama sampai maut yang memisahkan kita." Sambungnya lalu segera meraup bibir Ajeng, Ajeng melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami.
Hingga akhirnya sepasang pengantin baru itu menyatu untuk pertama kalinya.
***
Pagi menyapa, suara Ayam berkokok terdengar begitu nyaring di telinga Damar. Damar menggeliat kan tubuhnya lalu perlahan membuka matanya dan tersenyum saat melihat wajah cantik sang istri yang masih tidur begitu lelapnya.
"Alhamdulillah, sudah Adzan subuh, lebih baik aku mandi dulu, baru nanti aku bangunkan ajeng biar kita bisa sholat subuh berjamaah." Gumam Damar kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Damar yang masih mengenakan handuk segera membangunkan sang Istri yang masih terlelap.
"Sayang, Bangun Yuk, kita Shalat Subuh dulu, nanti keburu lewat waktunya." Ucap Damar sembari mengusap lembut lengan sang istri.
"Jam berapa Mas?" Tanya Ajeng saat mulai membuka matanya sembari menggeliat kan tubuhnya.
"Sudah jam setengah lima sayang, bangun yuk, mandi terus kita shalat berjamaah." Jawabnya lalu mengecup kening sang istri.
"Iya Mas, aku mandi dulu ya." Ucap Ajeng turun dari ranjang dan gegas pergi ke kamar mandi.
"Tungguin ya Mas, jangan di tinggal." Ucapnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Iya sayang." Sahut Damar.
"Oh ya Mas, tolong ambilkan baju aku ya, biar sekalian aku ganti baju disini." Ucap Ajeng yang kembali membuka pintu kamar mandi.
"Oke sayang, sebentar aku ambilkan." Ucap Damar kemudian mengambil baju Ajeng di lemari, setelahnya segera memberikannya pada Ajeng.
"Terimakasih Mas." Ucapnya tersenyum lalu segera menutup pintu kamar mandi.
Damar hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang istri yang menurutnya sangat lucu. Damar kembali berjalan menuju lemari untuk mengambil sajadahnya dan juga seperangkat alat sholat yang menjadi Mas kawin untuk menikahi Ajeng selain cincin.
"Kata orang mahar seperangkat alat Sholat itu berat, tapi aku akan menjadikan ini penyemangat untuk aku membimbing istriku agar tetap berada di jalan Allah." Gumam nya lalu segera menggelar dua sajadah di lantai lalu menaruh mukena di atas sajadah milik sang istri.
Lima belas menit menunggu, akhirnya Ajeng keluar dari kamar mandi dan sudah rapih mengenakan bajunya. Ajeng segera mendekati sang suami.
"Sayang, sebentar ya, aku mau ambil wudhu dulu." Ucapnya.
"Iya Mas." Sahutnya lalu mengambil mukena yang sudah di siapkan oleh Damar dan segera memakainya.
Damar yang sudah selesai wudhu segera berdiri di atas sajadahnya, untuk pertama kalinya, Damar dan Ajeng Shalat berjamaah. Damar dengan suara lantang nan merdu membaca lantunan ayat ayat suci Al Quran membuat Hati Ajeng bergetar.
Setelah selesai Sholat, Ajeng mencium tangan suaminya dengan takzim.
"Sayang, hari ini ngga apa apa ya aku tinggal, kebetulan ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ucap Damar.
"Iya Mas ngga apa apa, lagian kamu pergi kan untuk kerja, mencari nafkah buat aku, mana mungkin aku melarang kamu Mas." Jawab Ajeng.
"Terimakasih sayang." Ucap Damar lalu mencium kening sang istri.
"Mas aku ke dapur dulu ya, mau nyiapin sarapan buat kamu." Ucap Ajeng yang langsung gegas pergi ke dapur setelah mendapat anggukan dari sang suami.
Sementara Damar, seperti biasa setelah Sholat subuh dia akan membaca beberapa ayat suci Al Quran. Ajeng yang berada di dapur masih bisa mendengar suara sang Suami yang sedang melantunkan ayat ayat suci Al Quran.
"MashaAllah, Adem banget dengernya." Puji Ajeng saat sedang memotong sayuran.
***
Selesai masak, Ajeng segera merapihkan dan membersihkan kontrakan kecil itu, disaat bersamaan Damar sedang bersiap untuk berangkat kerja.
"Sayang, kita sarapan dulu yuk, kamu jangan mengerjakan pekerjaan rumah sebelum sarapan, aku ngga mau kalau nanti kamu sakit." Ucap Damar sembari mengambil sapu yang sedang di gunakan Ajeng untuk membersihkan rumah.
"Tapi Mas..."
"Jangan membantah, ingat harus nurut sama suami." Sela Damar.
"Iya Mas." Jawab Ajeng tersenyum saat mengingat dirinya sudah menjadi istri sah laki laki yang sangat di cintainya.
Damar segera menggandeng tangan sang istri ke depan, dilihatnya makanan sudah tersaji di atas tikar yang ada di ruang tamu.
"Masak apa sayang?" Tanya Damar.
"Wanginya enak banget loh, bikin Mas tambah lapar." Puji Damar lalu segera duduk di atas tikar.
"Aku masak sayur Sop Mas, sama tempe dan juga sambal." Jawab Ajeng yang segera membuka tudung saji lalu menyendokan nasi beserta lauknya ke piring dan memberikannya pada Damar.
"Terimakasih sayang." Ucapnya lalu segera melahap masakan sang istri.
"Emmmm, enak banget sayang makanannya." Puji Damar saat suapan pertama sudah masuk di mulutnya dan masakan Ajeng ini memang tidak pernah gagal di lidahnya.
"Cuma sayur Sop Mas, mujinya kaya aku masak daging aja." Ledek Ajeng.
"Walau pun cuma sayur Sop tapi masakan kamu memang enak banget sayang." Ucap Damar kembali memuji masakan sang istri dan terlihat Damar makan begitu lahapnya hingga tak butuh waktu lama sepiring nasi itu pun habis tak tersisa.
Setelah sarapan, Damar segera berpamitan pada sang istri untuk berangkat bekerja, saat ini Damar bekerja di caffe milik sahabatnya.
"Mas pergi dulu ya sayang, kamu jaga diri baik baik, selama Mas pergi kamu jangan kemana mana ya." Pamit Damar.
"Iya Mas, aku akan tetap di rumah kok, kamu hati hati ya Mas kerjanya." Ucap Ajeng lalu mencium tangan sang suami.
"Iya sayang, Assalamualaikum." Ucap Damar yang segera naik ke atas motor yang sudah Ia Parkir di halaman kontrakan.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ajeng lalu melambaikan tangannya saat motor yang di kendarai sang suami sudah melaju meninggalkan halaman kontrakannya.
Ajeng hendak masuk kembali ke dalam rumah dan berniat melanjutkan pekerjaan rumah yang tadi sempat tertunda karena menemani sang suami untuk sarapan.
"Ekhmmm, Rupanya pengantin baru ini terlihat begitu bahagia." Ucap seseorang yang tiba tiba terdengar tepat dari belakang Ajeng.
Ajeng segera menoleh, dan sedikit terkejut saat melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
..."Ekhmmm, Rupanya pengantin baru ini terlihat begitu bahagia." Ucap seseorang yang tiba tiba terdengar tepat dari belakang Ajeng....
...Ajeng segera menoleh, dan sedikit terkejut saat melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini....
...***...
"Mbak Kayla." Kaget Ajeng.
"Hallo Ajeng, Apa kabar? Sepertinya kamu sangat bahagia setelah menikah dengan Damar?" Ucap wanita yang bernama Kayla yang merupakan wanita yang dijodohkan dengan Damar oleh keluarganya namun Damar selalu menolaknya.
"Ternyata kalian bisa bahagia juga ya walaupun menikah tanpa restu dari kedua orang tua Damar." Sambungnya terus berusaha mendekati Ajeng dengan melipat kedua tangannya di dada.
Ajeng yang ketakutan terus berjalan mundur menjauhi Kayla, hingga akhirnya mentok di dinding rumah kontrakan itu.
"Kenapa? kamu takut? aku tidak akan menyakiti kamu, jadi kamu tenang saja." Ucap Kayla dengan nada sedikit lembut.
"By the way, kamu mau kan menjadi temanku? aku sudah ikhlas kalau Damar memilihmu, jadi tidak ada salahnya kan kalau kita berteman." Sambung Kayla lalu mengulurkan tangannya.
Ajeng mengangkat tangannya untuk menjabat tangan Kayla walau dengan perasaan takut dan ragu sembari berkata, "I.. iya Mbak.. ki. kita berteman sekarang." ucapnya terbata menjabat tangan Kayla.
"Terimakasih Ajeng, kamu memang wanita yang baik, pantas Damar lebih memilih kamu." Puji Kayla.
"Sama Sama Mbak." Sahut Ajeng.
"Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya, Bye." Ucap Kayla dan berlalu sembari melambaikan tangannya.
Ajeng menatap kepergian Kayla dan segera masuk saat Kayla sudah melajukan mobilnya.
"Hufffttt, semoga mbak Kayla memang tulus ingin berteman denganku." Gumam Ajeng lalu kembali melakuan aktifitas membersihkan rumahnya.
***
"Kamu pikir aku akan membiarkan kalian hidup bahagia, kita akan lihat, bagaimana aku akan menghancurkan kebahagiaan kalian ini." Ucap Kayla saat menghentikan mobilnya tak jauh daro kontrakan Damar.
Kayla mengambil ponsel yang ada di Tasnya, lalu menghubungi seseorang.
"Lakukan apa yang aku minta sekarang, aku sudah mengshare lokasinya dan aku sudah pastikan dia hanya sendiri di rumah." Ucap Kayla memberikan perintah saat panggilan terhubung.
"Baik Bos." Sahut seseorang di sebrang sana.
"Kita lihat saja Ajeng, apa setelah ini kamu masih bisa tersenyum seperti sekarang." Gumam Kayla dengan seringai di wajahnya setelah panggilan terputus.
***
Tok Tok Tok
Sebuah ketukan terdengar dari pintu rumah kontrakan itu, Ajeng yang masih membersihkan kamar menghentikan aktifitasnya, di letakan nya sapu yang sedang Ia pegang di sisi Ranjang, Ajeng mengelap keringat yang ada di dahinya lalu segera mencuci tangannya.
"Siapa ya? apa mungkin Mas Damar, tapi baru jam segini masa pulang sih." Gumam Ajeng saat suara ketukan pintu masih terdengar.
Dengan penuh ragu Ajeng segera membuka kunci pintu lalu membuka pintunya.
"Ma..maaf ka..kalian si..siapa ya?" Tanya Ajeng yang ketakutan saat melihat empat orang laki laki sedang berdiri di hadapannya.
Keempat laki laki itu langsung masuk sembari menyeret tubuh Ajeng, salah satu orang itu segera mengunci pintu kontrakan dan membuang kuncinya sembarang, sementara mulut Ajeng langsung di bekap.
"Hmmmm, Hmmmm." Ajeng terus berontak mencoba melepaskan diri dari ke tiga pria yang memegangnya.
Ajeng di dorong dengan kasar ke atas ranjang. Ajeng yang panik tak sengaja melihat sapu yang ada di pinggir ranjang, Ia pun segera mengambil sapu yang tadi belum sempat Ia simpan di dapur, Ajeng memukul keempat laki laki itu dengan sapu, lalu segera melarikan diri dari kamar.
Ajeng meraih ponselnya sambil terus berlari hendak keluar rumah, namun pintu terkunci dan kuncinya entah ada di mana sepertinya laki laki itu membawa kuncinya.
Ajeng berusaha menghubungi sang suami, namun saat panggilan terhubung, salah satu laki laki itu menampar wajah Ajeng hingga Ajeng jatuh terkapar di lantai dan ponsel Ajeng pun langsung di injak oleh salah satu laki laki itu hingga remuk.
"Kau pikir bisa melarikan diri dari sini." Ucap laki laki yang menginjak ponsel Ajeng.
"Ayo lah cantik, kita akan bersenang senang. Kami jamin kamu akan merasa puas, hahaha" Ucap laki laki yang tadi menampar Ajeng.
"Tolong.... tolong..." Teriak Ajeng dengan suara yang begitu keras. Namun detik berikutnya seorang laki laki memukul kepalanya hingga Ajeng tak sadarkan diri.
"Hei, kenapa kau memukul kepalanya, kalau sampai dia mati bagaimana?" Protes seorang laki laki yang sedari tadi tidak melakukan apapun, dia merasa iba pada wanita yang sekarang sudah tak sadarkan diri.
"Berisik lu, mau dia hidup atau mati yang pasti kita bisa bersenang senang dengan tubuhnya sekarang" Bentak Seseorang lainnya.
"Kalian saja, aku yang akan mengawasi tempat ini." Ujarnya lalu ketiga laki laki itu membawa Ajeng yang sudah tak sadarkan diri dikamar, sementara dia hanya berjaga di depan pintu kamar. Menunggu ketiga temannya yang sedang menggilir wanita malang itu.
***
Sementara di tempat lain, Damar yang baru saja menerima panggilan dari sang istri merasa khawatir saat panggilan tiba tiba terputus, namun dia seperti mendengar benda yang terjatuh.
"Vin, tadi istriku telpon tapi pas aku angkat panggilannya langsung terputus, perasaan ku jadi tidak enak begini, aku izin pulang saja ya, kita lanjutkan pekerjaanya nanti saja. aku takut istriku kenapa kenapa." Ucap Damar izin untuk pulang lebih dulu.
"Ya sudah, tidak apa apa, saya izinkan kamu pulang, maaf ya, harusnya kamu mendapat cuti tapi karena tadi ada acara di caffe jadi saya meminta semua karyawan untuk datang, karena ini demi kepuasan pelanggan yang sudah membooking Caffe di acara pertunangannya." Ucap Kevin yang merupakan sahabat sekaligus pemilik Caffe tempat Damar bekerja.
"Iya tidak apa apa Vin, kalau begitu saya permisi dulu ya." Ucap Damar lalu segera keluar dari Caffe setelah mendapat anggukan dari atasannya.
Damar segera menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, entah kenapa perasaannya saat ini benar benar tidak enak dan merasa sesuatu terjadi pada istrinya.
Jarak antara Caffe dan rumah memang cukup jauh, hingga memakan waktu hampir tiga puluh menit Damar baru hampir sampai di kontrakannya.
Damar semakin khawatir saat melihat dua motor yang baru saja keluar dari pekarangan kontrakannya dengan kecepatan tinggi. Damar hendak mengejarnya namun saat melihat pintu kontrakan yang terbuka, Ia mengurungkan Niatnya dan lebih memilih untuk melihat keadaan sang istri.
Damar masuk ke dalam rumah dengan kondisi rumah yang sudah sangat berantakan, tikar yang tadi pagi rapih kini begitu berantakan, sapu berserakan di lantai. Mata Damar tak sengaja menangkap ponsel Ajeng, Damar segera mengambil ponsel yang sudah remuk itu.
"Apa yang terjadi padamu Sayang." Gumam Damar lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah.
"Akhhhhhh." terdengar teriakan Ajeng dari dalam kamar, Damar pun langsung berlari masuk ke kamarnya.
Hati Damar begitu hancur saat melihat kondisi istrinya yang sangat mengenaskan dimana baju yang tadi pagi Ajeng kenakan begitu rapih kini penuh robekan di segala sisinya.
"Sayang." Teriak Damar lirih mendekati sang istri, namun saat hendak memeluknya, Ajeng justru histeris.
"Akhhh jangan.. jangan sentuh aku.. jangan.. sentuh aku... Mas Damar.. Tolong.." Teriaknya sembari terus menutupi tubuhnya dengan seprei.
"Sayang ini aku Damar, suamimu." Ucap Damar yang masih berusaha memeluk istrinya.
"Jangan... jangan sentuh aku.." Ajeng terus histeris, hingga akhirnya tak sadarkan diri lagi.
"Astagfirullah, Sayang." Panik Damar.
Sungguh hati Damar begitu sakit melihat wanitanya dalam kondisi seperti ini. Damar memeluk sang istri dengan tangisan yang begitu memilukan.
"Maafkan aku sayang, maafkan aku, aku tidak bisa menjaga mu." Sesal Damar yang kembali menangis.
...Sungguh hati Damar begitu sakit melihat wanitanya dalam kondisi seperti ini. Damar memeluk sang istri dengan tangisan yang begitu memilukan....
..."Maafkan aku sayang, maafkan aku, aku tidak bisa menjaga mu." Sesal Damar yang kembali menangis....
...***...
Damar segera mengganti pakaian Ajeng, dengan airmata yang terus mengalir di pipinya. Setelah mengganti pakaian, Damar membenarkan posisi tidur ajeng lalu menyelimutinya.
Kemudian Damar pergi ke puskesmas, meminta seorang dokter datang ke rumahnya untuk memeriksa Ajeng.
Tak lama, Damar kembali dengan seorang dokter perempuan yang akan memeriksa Ajeng.
Dokter itu segera memeriksa Tekanan darah, Suhu tubuh, nadi dan respirasi Ajeng. Kemudian memeriksa dada dan perut Ajeng menggunakan stetoskop nya.
"Apa yang terjadi dengan Ibu Ajeng Pak?" Tanya sang dokter saat melihat ada beberapa memar di tubuh pasiennya.
"Dok, istri saya... istri saya... baru saja mengalami pelecehan dok, dia di nodai oleh beberapa pria, saya baru saja pulang kerja dan melihat istri saya sudah seperti ini." Terang Damar dengan air mata yang berkaca kaca.
"Astagfirullah, siapa orang yang sudah tega berbuat keji seperti itu Pak?" Tanya dokter itu merasa prihatin pada wanita malang yang menjadi pasiennya saat ini.
"Saya tidak tau Dok." Jawab Damar yang memang belum mengetahui pelakunya.
"Tapi istri saya tidak apa apa kan Dok?" Tanyanya kemudian yang mengkhawatirkan kondisi istrinya.
"Kalau dilihat dari fisik mungkin hanya ada beberapa memar di kepala dan tubuhnya, tapi untuk Psikisnya bisa di pastikan Bu Ajeng akan mengalami Trauma Pak." Ucap sang dokter yang menebak Ajeng akan mengalami trauma.
"Oh iya dok, tadi istri saya memang sempat histeris." Ucap Damar.
"Saya turut prihatin ya pak, semoga apa yang saya khawatirkan tidak terjadi, dan Bapak yang sabar ya, apapun yang terjadi pada istri bapak, saya harap Bapak tidak meninggalkannya, karena apa yang terjadi dengan istri Bapak tidak pernah diinginkan oleh istri Bapak." Ucap sang dokter berusaha membesarkan hati Damar untuk menerima keadaan Ajeng.
"Baik dok, Terimakasih." Ucap Damar
"Kalau begitu saya harus kembali ke puskesmas, Bapak nanti bisa ambil obat di apotek yang ada di puskesmas Pak. Ini resepnya." Ucap Dokter itu lalu segera memberikan resep obat pada Damar.
"Baik dok, Mari saya antar ke puskesmas lagi dok." Ucap Damar setelah mengantongi kertas resep yang baru saja diberikan oleh dokter. Lalu segera mengantar dokter kembali ke puskesmas. Tak lupa Damar menebus obat di apotek puskesmas.
***
Setelah mengantar dokter ke puskesmas dan mendapatkan obat yang di butuhkan Ajeng, Damar segera kembali ke rumah. Dia masuk ke kamarnya dan tidur di samping Ajeng, lalu mengusap lembut wajah Ayu istrinya.
"Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sayang, apapun yang terjadi aku akan tetap di samping kamu, aku bersumpah akan mencari dan membalas orang orang yang sudah menyakiti kamu." Ucapnya yang kemudian teringat pada sahabatnya yang merupakan anggota kepolisian.
Damar segera mengambil ponselnya kemudian segera menghubungi sahabatnya itu.
"Hallo, Assalamualaikum." Sapa Riko sahabat Damar.
"Wa'alaikumsalam, Ko apa kamu sedang sibuk?" Tanya Damar.
"Tidak, kebetulan saya sedang lepas dinas." Jawab Riko.
"Ada apa, Damar?" Tanya Riko.
"Hmmm aku mau minta bantuan padamu Ko, apa boleh?" Jawab Damar.
"Kamu seperti sama siapa saja." Ucap Riko.
"Katakan apa yang bisa aku bantu?" Tanya Riko kemudian.
"Istriku ko, dia baru mengalami hal yang mengerikan, dia di nodai beberapa pria, aku ingin meminta bantuan mu untuk menyelidiki pelakunya." Jawab Damar dengan airmata yang kembali menetes setiap mengingat apa yang di alami istrinya.
"Astagfirullah, Oke aku kesana sekarang, kamu masih tinggal di kontrakan yang dulu kan?" Ucap Riko yang memang pernah datang kesana sebelumnya.
"Iya ko, aku masih di kontrakan." Jawab Damar.
"Oke, aku kesana sekarang, kamu Jangan sentuh apapun disana, takutnya akan merusak sidik jari yang bisa aku gunakan untuk menyelidiki para pelaku." Pintanya.
"Baik Ko." Sahutnya lalu segera mengakhiri panggilannya.
Saat pangilan berakhir Damar menaruh ponsel di samping bantal lalu kembali menatap wajah Ajeng yang meski pun tertidur namun airmatanya masih terus menetes, Damar pun menyeka air mata Ajeng.Tiba tiba saja Damar mendengar suara getaran ponsel, Ia pun segera meraih ponselnya, namun tidak ada panggilan dari siapapun di ponselnya. Dia pun mencari ponsel Ajeng yang Ia taruh di atas nakas, namun saat melihatnya ponsel Ajeng sudah tidak berfungsi karena hancur.
"Kalau bukan ponselku dan ponsel Ajeng, lalu ponsel siapa?" Gumamnya lalu segera mencari sumber suara getaran yang Ia dengar.
Damar menemukan sebuah ponsel di bawah tepat tidurnya, tapi dia tidak tau itu ponsel siapa, namun saat Damar hendak mengambil ponsel tersebut, Ia teringat dengan ucapan Riko yang memintanya agar tidak menyentuh apapun, akhirnya damar mengurungkan niatnya dan membiarkan ponsel itu terus berdering.
"Aahhhhh lepaskan,, lepaskan,, tolong jangan sentuh aku,,, lepaskan.. Mas Damar,,, Mas Damar.. tolong aku Mas,, mereka menyentuhku...Mas." Teriak Ajeng membuat Damar segera berdiri dan langsung menggapai istrinya lalu merengkuhnya kedalam pelukan.
Awalnya Ajeng terus memberontak namun Ajeng segera mempererat pelukannya saat menyadari orang yang sedang memeluknya adalah Damar suaminya saat Damar berkata, "Tenang sayang, aku sudah ada disini, semua akan baik baik saja." Ucapnya.
"Mas, mereka menyentuhku Mas, mereka..."
"Iya sayang, kamu yang tenang ya." Sela Damar mengusap tengkuk Ajeng lalu mencium keningnya.
Tak lama, terdengar deru mobil di depan rumahnya, Damar bisa menebak bahwa itu adalah Riko.
"Sayang, sebentar ya Mas ke depan dulu." Ucapnya melepas pelukan Ajeng, namun Ajeng menggelengkan kepalanya, dia seakan enggan di tinggal Damar lagi.
"Hanya sebentar sayang, sepertinya diluar ada tamu." Bujuk Damar.
"Jangan Mas, mereka orang jahat, Mas jangan buka pintu." Ucap Ajeng lalu kembali memeluk Damar.
"Tidak sayang, di depan ada temanku, dia akan membantu kita untuk menemukan orang orang yang sudah membuat kamu seperti ini." Bujuknya lagi.
"Assalamu'alaikum." Terdengar seseorang mengucap salam setelah mengetuk pintu.
"Tuh kan sayang, dia temanku, kamu tunggu disini sebentar ya?" Ucapnya, Ajeng pun melepas pelukannya.
"Sebentar ya sayang." Ucap Damar mengusap kepala Ajeng lalu segera keluar kamar untuk membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam." Ucapnya lalu membuka pintu kontrakannya lebar, menampilkan seorang laki laki yang merupakan sahabat baiknya saat SMA dulu.
"Masuk Ko." Ajaknya mempersilahkan Riko masuk.
Riko masuk sembari menelisik kontrakan yang dulu begitu rapih saat Ia berkunjung namun saat ini menjadi sangat berantakan.
Riko memakai sarung tangannya dan segera mencari sesuatu yang bisa saja menjadi barang bukti atau paling tidak ada sesuatu yang kemungkinan terdapat sidik jari para pelaku.
"Oh ya Ko, tadi aku melihat sebuah ponsel di bawah tempat tidur, itu bukan ponselku atau ponsel Ajeng, sepertinya ponsel itu milik salah satu dari pelakunya." Ucap Damar yang teringat dengan ponsel yang baru saja ingin Ia pegang.
"Kalau begitu kita lihat sekarang." Ajak Riko yang meminta Damar untuk menunjukan tempatnya.
Damar membuka pintu kamarnya, namun kembali mendapat sambutan teriakan dari Ajeng.
"Ahhhh, jangan mendekat, pergi... pergi.." Teriak Ajeng kembali yang kini duduk bersandar sembari menutupi tubuhnya dengan selimut, Damar berlari dan langsung memeluk sang istri.
"Tenang sayang, ini Mas sayang." Ucap Damar kembali menenangkan sang istri.
"Mas Damar." Lirihnya.
"Iya sayang." Sahut Damar, Ajeng pun langsung membalas pelukan Damar erat.
Riko yang melihat kondisi istri sahabatnya ikut merasa sedih, baru saja mereka bahagia karena sudah bersatu dalam ikatan pernikahan, namun ujian kembali datang menguji cinta mereka. Riko adalah sahabat Damar, sudah pasti dia tau bagaimana perjalanan cinta mereka.
Drettt Drettt Dretttt
Suara getaran ponsel kembali terdengar dari bawah tempat tidur, Damar menatap Riko seakan memintanya segera memeriksa ponsel yang ada di bawah tempat tidur.
Riko yang mengerti pun mendekat ke ke tempat tidur lalu berjongkok dan segera mengambil ponsel yang ada disana.
Riko segera menekan tombol berwarna hijau lalu menekan tombol untuk mengeraskan suara.
"Hei kalian, apa kalian begitu menikmati permainan kalian, hingga tidak sempat menerima panggilan ku." Suara bentakan terdengar dari ponsel itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!