NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Super Jenius Kultivasi 2

BAB 1 ~ RENCANA MEMBENTUK FAKSI ~

Di puncak gunung tertinggi di ibukota kekaisaran Chen, seorang pemuda tampan berambut merah berdiri tegak, dengan tangan di balik punggungnya. Matanya yang hitam legam memandang ke bawah, menyapu pemandangan kota yang indah dengan tenang.

Angin sejuk berhembus, mengibaskan rambut merahnya yang berantakan dan jubah hitam elegannya. Rambutnya berkerudung seperti kobaran api yang menyala-nyala, menambahkan kesan mistis pada sosoknya.

Pemuda itu terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri, seolah mencari jawaban atas pertanyaan yang terus menghantui hatinya. Angin gunung yang berhembus pelan-pelan menambahkan kesan misterius pada suasana tersebut.

Langkah kaki lembut terdengar mendekati, diikuti suara merdu yang mempesona. "Chen Xuan, kapan kita akan berangkat?" Suara itu bagaikan alunan melodi yang memikat, membangunkan pemuda berambut merah dari lamunan.

Chen Xuan berbalik perlahan, mata hitam legamnya bertemu dengan sosok cantik berjubah putih. Wanita itu berjalan dengan langkah anggun, seolah-olah dewi turun dari lukisan. Wajahnya halus dan seputih salju, menawan hati siapa pun yang memandang.

Rambut hitam panjangnya tergerai indah di belakang, berkibar-kibar di angin sejuk. Setiap langkahnya membuat giok kaki jenjangnya berkilau, menambahkan kesan elegan. Angin gunung seolah-olah menghormatinya, berhembus lembut untuk mengiringi keanggunannya.

Chen Xuan terpesona, mata tidak berkedip memandang kecantikan yang berdiri di hadapannya.

Melihat kecantikan di hadapannya, tatapan Chen Xuan perlahan turun ke bawah, tertahan pada dua gumpalan daging yang montok dan seimbang, terbalut jubah putih ketat yang menonjolkan bentuk tubuhnya.

Matanya kemudian mengamati lekuk tubuh menawan dan pinggang langsing yang diikat sabuk biru terang, menambahkan kesan anggun dan elegan. Ekspresi serius pada wajahnya berkontras dengan kecantikan yang mempesona, membuat Chen Xuan merasa terpesona dan tidak berkedip memandangnya.

Senyum tipis muncul di wajah Chen Xuan. "Sekarang aku benar-benar sadar, istriku sungguhlah cantik luar biasa," katanya dengan suara lembut penuh kasih sayang.

Xu Murong menoleh ke samping, wajahnya terlihat dingin. "Cih, Kamu semakin licik berbicara," katanya dengan nada acuh. Namun, senyum tipis di bibir merah cerinya mengungkapkan perasaan sebenarnya, menunjukkan kesenangan yang tidak dapat dia sembunyikan.

Chen Xuan tertawa lembut melihat reaksi Xu Murong, lalu kembali menatap kota di bawah dengan ekspresi serius. "Aku memiliki firasat bahwa perjalanan ini penuh bahaya," katanya dengan suara tenang. "Sebelum berangkat, aku ingin memperkuat posisi kita di wilayah timur. Ini akan menjadi landasan yang kokoh untuk perjalanan kita selanjutnya."

Xu Murong mengangkat alisnya, rasa penasaran terlihat di matanya. "Apa strategimu, Chen Xuan?" tanyanya dengan suara lembut, ingin tahu rencana suaminya.

Chen Xuan mendongak ke langit, telapak tangannya menutupi cahaya matahari, membayangkan kekuasaan yang akan datang. "Aku akan menciptakan Faksi yang begitu perkasa, sehingga dapat menutupi seluruh langit Benua Timur dengan satu tangan," ucapnya dengan tekad.

Matanya berkilau dengan ambisi. "Kemudian, Faksi itu akan kukembangkan hingga menjadi kekuatan yang disegani, setara dengan Faksi-Faksi kuat di Benua Tengah!"

Xu Murong mengangguk percaya diri. "Dengan kemampuanmu yang luar biasa sekarang, aku yakin rencana itu dapat terwujud dengan mudah," katanya dengan senyum penuh keyakinan.

Chen Xuan berbalik, menatap Xu Murong dengan mata yang penuh kasih sayang. "Kemari," ucapnya lembut, mengundangnya untuk mendekat.

Mendengar panggilan suaminya, Xu Murong merasakan firasat tidak enak. Wajahnya memerah, namun dia tetap berjalan mendekati Chen Xuan dengan langkah lembut dan patuh.

Saat tiba di depan Chen Xuan, pinggang ramping Xu Murong segera dilingkari oleh tangan suaminya. Dengan lembut, Chen Xuan menariknya ke dalam pelukannya yang hangat.

Xu Murong membenamkan wajahnya di dada Chen Xuan, merasakan kehangatan dan kenyamanan. "Kamu mengejutkanku," bisiknya lembut.

Chen Xuan tersenyum, mata berkilau. "Hehe, karena kecantikanmu semakin mempesona."

Lalu, suaranya berubah serius. "Besok, beritahu Patriark Xu untuk mengirim surat undangan ke semua Klan penguasa di Kekaisaran Chen. Kami akan memulai dari sini."

Xu Murong mengangguk patuh. "Baik, aku akan melaksanakannya."

...

Keesokan harinya, langit cerah menyambut pagi dengan sinar matahari yang terang. Ibukota Chen kembali hidup dengan keramaian arus manusia yang berlalu-lalang di jalan utama, membangkitkan energi kota yang tak pernah tidur.

Di dalam aula pertemuan istana kekaisaran, suasana berbeda terasa. Kaisar Chen dan para petinggi istana berkumpul dengan wajah-wajah serius, membahas berita yang baru saja mereka terima. Atmosfer tegang mengisi ruangan, seolah-olah setiap kata dan keputusan yang diambil akan menentukan nasib kekaisaran.

Mata-mata para petinggi istana bersinar dengan kekhawatiran dan kebingungan, mencoba memahami implikasi berita tersebut. Kaisar Chen, dengan wajah yang kerut dan mata yang tajam, memimpin diskusi dengan tekad dan kebijaksanaan yang teruji.

Old White menatap tajam ke arah utusan yang berdiri di tengah aula, suaranya penuh kekhawatiran. "Apakah benar informasi ini? Chen Xuan berniat membangun sebuah Faksi yang akan menantang kekuasaan kita?"

Pria itu mengangguk serius, "Benar, Tuan. Kami menerima informasi ini langsung dari Tetua Klan Xu. Sebelum berangkat, Chen Xuan dikabarkan berencana membangun Faksi yang ambisius, dengan tujuan menguasai seluruh Benua Timur dan menyaingi kekuatan Kekaisaran Chen."

Old Black mendengus dingin, wajahnya merah padam. "Cih! Chen Xuan benar-benar berani berpikir besar! Dia ingin menyatukan seluruh Benua Timur? Apakah dia sudah kehilangan akal?" katanya dengan nada marah dan tidak percaya.

Chen Zuan berbicara dengan nada dingin, "Chen Xuan mungkin merasa bahwa kita takut kepadanya, sehingga dia berani membangun Faksi baru untuk menyaingi kekuatan Kekaisaran Chen. Ini adalah tindakan pemberontakan yang tidak dapat ditolerir!"

Chen Mui mengungkapkan ketidakhadirannya dengan nada sinis. "Aku sudah menduga dari awal, bocah itu memiliki pemikiran licik dan ambisius."

Chen Lao berbicara dengan nada serius dan dingin, "Ayahanda, menurutku, kita harus bertindak cepat. Membunuh Chen Xuan sekarang juga sebelum dia semakin kuat dan mengancam kekuasaan kita. Jika tidak, dia akan menggantikan Keluarga Kekaisaran sebagai penguasa absolut."

Kaisar Chen mengerutkan keningnya, ekspresi wajahnya mencerminkan kecemasan mendalam. Dia terlihat sangat tertekan, seperti beban berat menindih bahu kekaisarannya. Kekhawatiran akan masa depan keluarganya memenuhi pikirannya.

Sekte Laut Biru sebelumnya telah menjadi ancaman besar, menggores kekuasaan Keluarga Kekaisaran. Namun, ancaman itu belum mencapai titik kritikal yang memaksa mereka bertindak langsung. Akan tetapi, kemunculan Chen Xuan seperti menandai awal dari era baru yang penuh ketidakpastian.

Kekuasaan Chen Xuan yang terus berkembang dan ambisinya untuk mempersatukan Benua Timur telah memicu kekhawatiran bahwa keluarganya mungkin akan kehilangan tahta. Kaisar Chen merasa terjepit antara keinginan untuk mempertahankan kekuasaan dan keharusan menghadapi ancaman baru ini dengan bijak.

Seorang pelayan berlari masuk ke aula pertemuan, wajahnya penuh kekhawatiran. "Yang Mulia, ada seseorang yang ingin bertemu Anda," katanya tergesa-gesa.

Kaisar Chen menoleh, rasa penasaran memunculkan kerutan di keningnya. "Siapa?" tanyanya.

Pelayan itu menarik napas. "Dia tidak menyebutkan namanya, tapi dia mengaku utusan dari Klan Xu."

Suasana di aula menjadi tegang. Kaisar Chen mengerutkan kening lebih dalam. "Suruh dia masuk."

Pelayan itu mengangguk dan berlari keluar, meninggalkan para hadirin dengan berbagai spekulasi. Apa yang terjadi? Apakah ini terkait dengan Chen Xuan dan rencana ambisiusnya? Semua orang menunggu dengan ketegangan.

Beberapa saat kemudian, pelayan itu kembali bersama seorang pria paruh baya berjubah putih yang berwibawa. Pria itu membungkukkan badannya dan menyampaikan salam hormat. "Salam, Yang Mulia."

Kaisar Chen menatapnya tenang. "Kamu utusan Klan Xu?"

Pria paruh baya itu mengangguk. "Benar, aku diutus Patriak Xu untuk menyampaikan pesan penting."

Kaisar Chen menunjuk. "Apa itu?"

Pria itu mengeluarkan surat dari cincin penyimpanannya dan menyerahkannya kepada pelayan. Pelayan itu menghantarkannya ke Kaisar Chen.

Setelah membaca surat, ekspresi Kaisar Chen berubah drastis. Old White penasaran bertanya, "Kaisar Chen, apa yang terjadi?"

Kaisar Chen menatap surat itu dengan mata keruh. "Chen Xuan meminta kita menghadiri pertemuan untuk mendiskusikan pembentukan Faksi baru. Jika kita tidak hadir, berarti kita berdiri di pihak lawan dan mengibarkan bendera perang!"

...

BAB 2 ~ Pesan Mu Xue ~

Di dalam kamar mewah Klan Mu, seorang pria paruh baya bertubuh kekar mengenakan jubah hijau longgar duduk tenang di atas kursi batu. Ekspresinya serius dan tenang ketika jari-jarinya yang kuat menjepit kuas, melukis kata-kata indah di atas permukaan gulungan kulit. Cahaya lembut memancar dari lampu gantung, menerangi ruangan dengan hangatnya.

Tiba-tiba, ketukan lembut terdengar dari pintu kamar, mengganggu konsentrasi pria itu. Dia menghentikan gerakan kuas, menatap pintu dengan sedikit keheranan. Suasana tenang kamar tersebut terganggu oleh kehadiran tak terduga ini.

Pria paruh baya itu menghela nafas dalam-dalam, wajahnya yang keriput menunjukkan ketidakpuasan dan kekesalan. "Aku sudah berulang kali meminta untuk tidak diganggu hari ini!" katanya dengan nada kesal.

Suara muda yang santai dan sedikit acuh tak acuh terdengar dari balik pintu, "Hei, Pak Tua, rupanya Anda punya hobi menulis juga!"

Mendengar suara itu, pria paruh baya terkejut dan langsung bangun dari duduknya. "Chen Xuan!" serunya sambil berjalan cepat menuju pintu kayu, raut wajahnya menunjukkan keheranan dan penasaran.

Dengan suara berderak, pintu kayu terbuka lebar. Sosok pemuda tampan berambut merah yang mencolok muncul di ambang pintu, menarik perhatian pria paruh baya. Mata pemuda itu berkilauan dengan semangat muda, kontras dengan ekspresi serius pria tua.

Chen Xuan tersenyum tipis, matanya berkilauan. "Patriak Mu, sepertinya saya mengganggu waktu tenang Anda," katanya dengan nada sopan.

Patriak Mu tertawa hangat. "Tuan Muda Chen, Anda bersikap modest. Bagaimana mungkin kehadiran jenius nomor satu Kekaisaran Chen seperti Anda mengganggu pria tua ini?" Dia melanjutkan dengan senyum lebar, "Silakan masuk, Tuan Muda!"

Chen Xuan mengangguk dan masuk ke dalam ruangan dengan tenang, lalu duduk di kursi batu yang baru saja ditinggalkan Patriak Mu. Patriak Mu memandanginya dengan hormat, berdiri di depan Chen Xuan karena tidak ada pilihan kursi lain.

Chen Xuan menatap gulungan kulit di atas meja batu, matanya memindai kata-kata yang tertulis. Patriak Mu menunggu dengan sabar, menantikan kata-kata Chen Xuan. Suasana menjadi tenang dan hormat.

Chen Xuan mengangkat alisnya, "Patriak Mu, Anda sedang menciptakan Teknik Tempur yang luar biasa!"

Patriak Mu tertawa, "Hanya iseng-iseng, Tuan Muda. Aku ingin mencoba sesuatu yang baru."

Chen Xuan mengangguk, "Hum, aku melihat potensinya. Tapi ada beberapa kesalahan di sini."

Dengan santai, Chen Xuan mengambil kuas dan menulis beberapa kata di atas gulungan kulit kosong. Gaya tulisannya tampak santai dan spontan, seolah-olah hanya coretan biasa.

Patriak Mu mengerutkan kening, "Tuan Muda Chen, aku menulisnya dengan penuh perjuangan dan dedikasi, tapi Anda mengoreknya dengan begitu santai?"

Patriak Mu memandang Chen Xuan dengan rasa hormat bercampur keheranan. "Tuan Muda Chen, apakah ini...?"

Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, wajahnya berubah, menunjukkan ekspresi takjub. Matanya terpaku pada tulisan di atas gulungan kulit yang bersinar emas, memancarkan aura kuat dan indah.

Chen Xuan meletakkan kuas di atas meja kayu, lalu menatap Patriak Mu dengan ekspresi menyesal. "Maaf, sepertinya aku telah merusak karya Anda," katanya dengan nada santai.

Patriak Mu terdiam, bingung menjawab. Tulisan Chen Xuan sebelumnya muncul dari gulungan, mengambang di udara, dan memancarkan cahaya emas yang menyilaukan mata.

Meski Patriak Mu bukan ahli rune, dia memahami bahwa tulisan yang memancarkan cahaya emas telah terhubung dengan energi alam semesta dan mencapai kesempurnaan teknis, sehingga disetujui oleh hukum alam.

Hanya mereka yang menguasai segel rune dan ilmu Dao yang mampu menciptakan karya semacam ini, menunjukkan penguasaan spiritual dan teknik yang tinggi.

Melihat tulisan yang mengambang, Patriak Mu membaca setiap huruf dengan cermat. "Teknik Tempur: Segel Tangan Membalik Laut, kelas Bumi-Rendah. Penjelasan: teknik ini mengumpulkan air laut untuk membentuk telapak tangan raksasa, menyebabkan kerusakan besar pada tubuh musuh. Jika dilakukan dengan kekuatan penuh, setara dengan Teknik Tempur Kelas Bumi-Puncak."

Patriak Mu menghela napas dalam-dalam, lalu menatap Chen Xuan dengan rasa takjub. "Bagaimana kamu bisa menciptakan teknik seperti ini?"

Bibir Chen Xuan mengembang senyum tipis. Dengan nada santai, dia menjawab, "Itu rahasia."

Patriak Mu menyatakan dengan penuh penghormatan, "Tuan Muda Chen, Anda layak menjadi Praktisi Muda terbaik di Benua Timur."

Chen Xuan melambaikan tangan dan berkata, "Lupakan pujian itu. Kamu pasti tahu alasan aku datang ke sini."

.Patriak Mu bertanya dengan penasaran, "Apakah ini terkait pesan yang ditinggalkan Nona Mu?"

Chen Xuan mengangguk singkat.

Patriak Mu menghela napas, lalu cincin penyimpanannya berkedip. Sebuah surat muncul di telapak tangannya. "Ini surat yang ditinggalkan Nona Mu sebelum berangkat," katanya, menyerahkan surat tersebut kepada Chen Xuan.

Chen Xuan melirik gulungan kertas yang terikat cahaya biru samar. Dengan sekilas pandang, dia mengenali cahaya biru tersebut sebagai Formasi Tingkat Tiga yang sangat rapat dan belum pernah dibuka.

Chen Xuan mengambil gulungan kertas tersebut dari tangan Patriak Mu, katanya, "Surat ini sepertinya sangat rahasia."

Patriak Mu menambahkan, "Nona Mu sangat berhati-hati dan tidak mempercayai siapa pun, bahkan aku."

Chen Xuan mengangguk. Lalu, kekuatan spiritualnya melonjak, menghantam cahaya biru yang mengikat surat. Cahaya itu segera hancur dan tersebar ke udara, membuka segelnya.

Patriak Mu terkejut, matanya membesar. "Bagaimana dia bisa menghancurkan Formasi Tingkat Tiga dengan begitu mudah?" katanya, takjub.

Saat itu, Chen Xuan membuka gulungan kertas dan membaca isi surat dengan saksama. Ekspresi wajahnya berubah-ubah, dari serius menjadi tenang lalu kembali serius lagi, memicu rasa penasaran Patriak Mu.

Setelah beberapa saat, Chen Xuan menyelesaikan pembacaan surat. Tanpa menunda, kobaran api merah gelap muncul di telapak tangannya, membakar surat hingga menjadi abu yang tersebar di udara, menghilangkan jejak apa pun.

Chen Xuan bangkit dari kursinya, menandai akhir pertemuan. "Patriak Mu, saya sudah selesai di sini dan tidak akan tinggal lebih lama," katanya dengan tegas. Dia berjalan menuju pintu keluar, namun tepat sebelum melewati ambang pintu, langkahnya terhenti.

Dia berpaling, menatap Patriak Mu dengan serius. "Teknik Tempur itu, ambillah. Ini adalah hadiah dari saya. Selain itu, saya berencana mendirikan Faksi baru. Jika Anda tertarik, silakan bergabung. Jika tidak, tetaplah di belakang dan jangan mencoba apa pun!" Chen Xuan menekankan setiap kata dengan penekanan kuat.

Setelah menyampaikan pernyataannya, Chen Xuan melanjutkan langkahnya dan menghilang di balik pintu kayu, meninggalkan Patriak Mu dengan kebingungan dan kepenasaran.

Patriak Mu menatap pintu yang baru saja dilewati Chen Xuan, terdiam dalam keheningan. Dia merasa bahwa Chen Xuan memiliki misteri yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan Mu Xue.

Ini adalah kali pertama Patriak Mu merasa kagum kepada pemuda selain para jenius dari Klan-Klan Kuno. Chen Xuan telah meninggalkan kesan mendalam pada dirinya.

BAB 3 ~ CLAN YUN KEMBALI ~

Di tengah hutan lebat yang menjulang tinggi, sebuah jalan setapak yang sempit dan berliku-liku terlihat dipenuhi rombongan orang yang menunggang kuda dengan gagah. Di tengah-tengah rombongan tersebut, gerbong kereta kuda yang elegan dan kokoh bergerak perlahan, membawa simbol kekuasaan dan kehormatan. Pada sisi gerbong, tulisan "Klan Yun" terukir dengan indah, memancarkan kebanggaan dan kekuatan. Rombongan ini bergerak menuju gerbang megah ibukota kekaisaran, menyembulkan rasa penasaran dan kekaguman dari mereka yang menyaksikannya.

Di bawah naungan kekaisaran Chen, empat klan bangsawan berpengaruh—Klan Yun, Klan Mu, Klan Xu, dan Klan Yan—selama ini telah memainkan peran penting sebagai penguasa. Namun, keadaan berubah dramatis seiring kebangkitan Chen Xuan yang menggelegar. Saat ini, Klan Yun yang tadinya berada di luar wilayah kekaisaran, kini baru saja kembali ke ibukota setelah menyelesaikan urusan penting di perbatasan. Kepulangan ini menimbulkan berbagai spekulasi dan kepenasaran tentang dinamika kekuasaan yang akan terjadi selanjutnya.

Di dalam gerbong kereta kuda yang mewah, terdapat seorang pria paruh baya berjubah brokat merah yang elegan. Dia duduk dengan postur tegak, menunjukkan kekuasaan dan wibawa yang tak terbantahkan. Iris matanya tajam, memancarkan kebijaksanaan dan pengalaman. Aura mengesankan yang terpancar dari tubuhnya membuat siapa pun dapat merasakan kehadiran seorang pemimpin sejati.

Pria paruh baya ini tidak lain adalah Yun Ma Xing, pemimpin Klan Yun yang dihormati. Sebagai satu-satunya praktisi Dao Spirit King di Klan Yun, kekuatan dan otoritasnya tidak diragukan lagi. Kehadirannya membawa atmosfer tenang namun penuh wibawa, mencerminkan kedalaman spiritual dan kekuatan batin yang luar biasa.

Di samping Yun Ma Xing, duduklah seorang wanita cantik yang mempesona, mengenakan gaun merah terang yang elegan. Wajahnya sempurna seperti porselen, tanpa cela atau kekurangan. Kulitnya putih bersih, seperti salju murni. Pupil mata coklatnya jernih bagai permata, memancarkan pesona yang tak terhingga, seolah-olah menarik orang ke dalam lautan biru yang tak berbatas.

Aura murni dan elegan yang terpancar dari dirinya membuatnya tampak seperti makhluk surgawi yang tak ternoda oleh kekotoran dunia. Keindahannya sangat alami dan tak terkalahkan, seolah-olah dia adalah personifikasi kecantikan dan kesucian. Setiap gerakannya memancarkan keanggunan dan kehalusan, membuat siapa pun terpikat dan terpesona.

Rombongan Klan Yun kini memasuki gerbang ibukota kekaisaran Chen dengan langkah perlahan.

Semua orang yang melihat kereta dan rombongan penunggang kuda tersebut segera menyingkir, karena mereka menyadari bahwa rombongan ini adalah wakil dari Klan Yun, salah satu faksi penguasa yang sangat berpengaruh dan ditakuti di kekaisaran Chen.

Yun Ma Xing menatap wanita bergaun merah dengan penuh hormat dan berkata, "Nona Duan, kita telah tiba di kota Kekaisaran Chen. Sebentar lagi, kita akan memasuki wilayah Klan Yun."

Wanita itu mengangguk singkat dengan ekspresi acuh tak acuh, lalu menutup matanya dan terlihat santai, seolah tidak terlalu peduli dengan sekitarnya.

Jika ada orang lain yang berespons seperti itu, Yun Ma Xing pasti akan marah besar. Namun, dia justru memasang senyum manis dan bersikap sangat hormat di hadapan wanita itu, seperti seorang pengikut yang setia dan taat.

Yun Ma Xing menyambut dengan hormat, "Kehormatan besar bagi Klan Yun-ku menyambut kedatangan Nona Duan. Semoga Anda merasa nyaman berada di sini."

Wanita bergaun merah itu mengangguk santai, lalu menatap Yun Ma Xing dengan serius. "Jangan bersikap terlalu hormat, Ma Xing. Kita tidak ingin menarik perhatian. Identitas saya harus tetap tersembunyi sampai misi selesai."

Yun Ma Xing menjawab dengan sungging senyum sopan, "Baik, aku mengerti."

Suasana di dalam gerbong kereta kembali tenang dan sunyi. Sementara itu, di luar, rombongan Klan Yun melanjutkan perjalanan mereka menyusuri jalan utama yang dipadati oleh arus manusia yang tak kunjung berhenti. Di tengah kerumunan itu, seorang pria misterius menarik perhatian. Seluruh tubuhnya terbungkus jubah hitam yang sederhana, dengan tudung yang menutupi kepalanya, membuatnya hampir tidak terlihat di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang. Meskipun tidak mencolok, kehadirannya seolah membawa aura misterius yang membangkitkan rasa penasaran.

Sambil melangkah di tengah kerumunan, pria misterius itu beberapa kali memandang ke arah toko-toko kecil di seberang jalan dengan pupil mata hitam legamnya yang tajam dari balik tudung hitamnya. Tiba-tiba, langkahnya terhenti di depan sebuah toko kecil sederhana bertuliskan "Toko Shen".

Toko Shen tampak begitu kuno dan terlupakan, seolah-olah waktu telah berhenti baginya. Atap bangunan yang berlubang dan kusam membiarkan cahaya matahari menerobos masuk, menciptakan efek dramatis di dalam ruangan. Dinding dan tiang-tiang kayu yang rapuh tergerogoti rayap, menampilkan jejak-jejak kerusakan dan keausan. Semua itu menciptakan kesan bahwa toko ini telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, terlupakan oleh waktu dan dunia luar.

Pria berjubah hitam itu mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan keheranan. "Benarkah ini toko yang dimaksudkan Mu Xue?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Tidak mungkin! Ini tampak seperti bangunan tua yang terlupakan, bukan tempat pertemuan rahasia."

Pria berjubah hitam itu adalah Chen Xuan yang menyamar. Ia datang ke Toko Shen karena terdorong oleh isi surat Mu Xue. Surat tersebut mengungkapkan bahwa Kekaisaran Chen memiliki lapisan kekuasaan yang lebih dalam, tidak seperti yang terlihat di permukaan. Keluarga Chen berhasil bertahan selama ratusan tahun bukan hanya karena kekuatan Kaisar Chen, melainkan karena dukungan kuat dari balik layar.

Mu Xue menulis bahwa Empat Klan Penguasa dan Sekte Laut Biru tidak pernah berani menyatakan perang terbuka melawan kekaisaran karena adanya kekuatan tak terlihat ini. Surat itu juga menyebutkan bahwa pendukung keluarga kekaisaran adalah orang-orang kuat dari Benua Barat yang melakukan pertemuan rahasia di Toko Shen setiap malam.

Chen Xuan melangkahkan kaki ke arah toko bobrok tersebut, namun sebelum dia bisa melanjutkan langkahnya, suara teriakan keras tiba-tiba memecah kesunyian dan memasuki telinganya.

"Hey, bodoh. KELUAR DARI JALAN!"

Wajah tampan Chen Xuan yang tersembunyi di balik tudung hitamnya berkerut ringan, menunjukkan kesabaran yang mulai teruji. Kilatan dingin sejenak muncul di dalam pupil mata hitam legamnya saat dia berbalik menghadap ke arah datangnya suara kasar tersebut.

Begitu Chen Xuan berbalik, pandangannya langsung tertuju pada rombongan pria berkuda yang gagah serta gerbong kereta kuda yang melaju kencang ke arahnya. Suara tapak kuda yang menggema di jalan utama menambah dramatisasi kesan kekuatan dan kekuasaan.

Melihat rombongan tersebut, Chen Xuan merasa jengkel. Dia berdiri di pinggir jalan dengan ruang luas di sebelah kanan, sehingga rombongan itu bisa saja berbelok sedikit untuk melanjutkan perjalanan tanpa mengganggu. Namun, mereka malah memilih untuk melaju terus, memaksa orang-orang mengosongkan jalan.

"Orang-orang sombong," gumam Chen Xuan dengan nada dingin.

Sementara itu, pria kekar di barisan depan rombongan memandang Chen Xuan dengan wajah muram, tidak senang melihat pria berjubah hitam itu tetap berdiri tenang, seolah tidak terpengaruh oleh teriakannya.

Pria kekar itu marah, matanya memancarkan kemurkaan. "Kamu mencari kematian, bodoh!" teriaknya, sambil mengacungkan cambuk panjang berduri yang telah dia pegang. Dengan gerakan kejam, dia mengayunkan cambuk tersebut ke arah Chen Xuan, berseru, "Mati!"

"Whoosh!!"

Cambuk panjang berduri melintas dengan kecepatan tinggi, memancarkan suara mendesis yang menakutkan saat merobek angin di udara. Bayangan hitam cambuk itu terlihat jelas di hadapan Chen Xuan, membawa ancaman maut yang menghantui. Duri-duri tajam yang terpasang di sepanjang cambuk berkilauan dalam cahaya matahari, menambahkan kesan kekejaman dan kehancuran.

Semua orang di sekitar sudut jalan menatap Chen Xuan dengan rasa iba dan takjub. Mereka sudah membayangkan tubuhnya akan hancur terkena cambuk berduri yang mengancam jiwa itu.

Semua mata terpaku pada pemandangan yang tak terduga. Saat cambuk berduri akan mengenai Chen Xuan, api merah gelap tiba-tiba meledak dan melahapnya. Dalam sekejap, cambuk itu berubah menjadi tumpukan abu yang melayang di udara, seolah-olah tidak pernah ada.

Wajah pria kekar itu menunjukkan kejutan ekstrem, mata melotot tidak percaya. Dia menatap Chen Xuan dengan rasa terkejut dan bingung, tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi. Suasana sekitar menjadi tegang dan sunyi, semua orang terpaku pada kejadian ajaib tersebut.

...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!