My Beloved
Si kaya dan si miskin
Jauh hari sebelumnya, sekitar dua puluh delapan tahun yang lalu
Seorang anak laki-laki dari keluarga yang terhormat dan kaya melihat seorang gadis kecil yang lusuh dan kusam duduk didekat tempat sampah
Gadis itu terlihat begitu lemah
Tatapan matanya kosong seperti tidak ada jiwa didalam tubuhnya
Anak laki-laki dari keluarga kaya yang melihat gadis kecil itu pun merasa iba
Anak laki-laki tersebut yang sedang bersama dengan kedua orangtuanya, pergi menghampiri gadis kecil itu yang sedang duduk didekat tempat sampah
Orangtua dari anak laki-laki tersebut kaget dengan aksi yang mendadak dari anak laki-laki mereka dan segera berlari mengejarnya
Kedua orang tua anak laki-laki tersebut melihat jika anak mereka ingin gadis kecil itu menjadi temannya
Namun, melihat keadaan gadis kecil itu yang begitu malang, kedua orangtua anak laki-laki itu pun menanyakan asal dan tempat tinggalnya
Gadis kecil itu tidak menjawab apapun
"Apa kalian punya makanan...?"
Tanya gadis kecil itu dengan suaranya yang begitu lemah sambil menatap kosong kepada anak laki-laki itu dan kedua orangtuanya
Mendengar pertanyaan itu, sang anak laki-laki tersebut langsung mengeluarkan roti yang ada di kantong celananya
Anak laki-laki tersebut memberikan roti tersebut pada gadis kecil itu
Begitu roti itu diambil, gadis kecil tersebut langsung memakannya dengan lahap hingga habis
Ucap gadis kecil itu begitu roti yang dimakannya sudah habis
Ibu dari anak laki-laki itu pun mengajaknya makan di restoran terdekat bersama dengan anak laki-lakinya
Sedangkan, ayah dari anak laki-laki itu mencari informasi mengenai identitas gadis kecil tersebut kepada orang-orang disekitar
Beberapa jam berlalu, sang ibu sudah kembali bersama anak laki-lakinya dan gadis kecil tersebut ke mobil
Didalam mobil, sang ayah dari anak laki-laki berbisik pada sang ibu jika gadis kecil itu sudah terlantar dan tak terawat sedari lama
Bahkan, dalam waktu beberapa hari ini, gadis kecil itu belum makan dan akan segera jatuh sakit menurut salah satu orangtua yang terkadang mengawasi gadis kecil itu
Pada akhirnya, kedua orangtua dari anak laki-laki itu pun sepakat untuk merawat gadis kecil itu
Dua insan yang bertumbuh
Waktu berlalu, si anak laki-laki tumbuh menjadi pewaris kekayaan sekaligus penerus usaha kedua orangtuanya
Sedangkan, sang gadis kecil tadi tumbuh menjadi seorang pelayan di keluarga sang anak laki-laki tadi
Keduanya tumbuh dengan asuhan dan didikan yang berbeda
Sang anak laki-laki di didik oleh kedua orangtuanya secara langsung untuk menjadi penerus
Sang gadis kecil di didik oleh pelayan keluarga anak laki-laki hingga menjadi pelayan berikutnya
Relasi antara keduanya terbilang tidak terlalu dekat dan canggung
Si anak laki-laki menganggap gadis kecil itu sebagai temannya sejak kecil
Sedangkan, sang gadis kecil itu memandang sang anak laki-laki sebagai penyelamat, sekaligus majikannya
Dua sudut pandang yang berbeda ini menyebabkan setiap pertemuan diantara kedua orang tersebut menjadi aneh
Terlebih lagi, keduanya tidak saling mengetahui sudut pandang satu sama lainnya
Perbedaan sudut pandang itu terus berlangsung sampai kedua orangtua sang anak laki-laki meninggal dunia dan menyisakan mereka berdua saja di kediaman itu
Kisah mereka berdua pun dimulai disini
Antara sahabat dan majikan
Suatu hari, sang anak laki-laki tengah duduk bersantai di sofa kamarnya sambil membaca buku
M
Apakah anda mau secangkir kopi atau teh, tuan?
M pergi sejenak dan kembali dengan seperangkat peralatan minum teh
L
Loh, kenapa hanya ada satu cangkir saja?
M
Apa anda ingin cangkir lebih, tuan?
L
Tidak. Dimana cangkirmu, Milia?
M
Tidak perlu dipikirkan, tuan
L
Jangan terlalu formal begitu
M mulai menyeduh secangkir teh
M
Anda ingin berapa butir gula batunya, tuan?
L
Aturkan saja jumlahnya untuk ku
M
Saya khawatir tidak akan sesuai dengan selera anda
L
Jangan khawatir, aku tidak terlalu pilih-pilih soal rasa manis
M pun menambahkan gula batu sesuai dengan jumlah yang biasa digunakannya untuk dia minum
L menyodorkan cangkirnya pada M
M
Izinkan saya mengambil cangkir saya terlebih dulu, tuan
L
Tidak perlu, minumlah langsung dari cangkir ini
L
Nona itu mengajarkanmu untuk tidak menggunakan peralatan makan atau minum milik keluargaku?
L
Bahkan kau pun tidak pernah duduk sejajar denganku satu kali pun
Note: M selalu duduk ditempat yang lebih rendah dari L
L
Ayo, duduk disini dan minumlah teh itu
M pun duduk di sofa yang sama dengan L dan minum dari cangkirnya
M
’Bukankah hanya mendiang nona besar yang diizinkan untuk minum dari gelas yang sudah dipakai oleh mendiang tuan besar?’
(Artinya, hanya sepasang suami istri yang boleh saling makan/minum dari peralatan yang sama)
L
Bagaimana? Teh itu enak kan?
M
Ya, tuan. Terima kasih atas kemurahan hati anda
L
Tidak usah dipikirkan. Nanti daun teh yang kau minum akan sama seperti yang kuminum
L
Rasa dari daun teh yang kau selalu minum bersama nona itu dari dulu tidak pernah enak
L
Hanya kualitas teh sisa bukan?
Note: Daun teh yang berkualitas tinggi selalu diberikan pada keluarga majikan dan pelayan mengambil daun teh yang kualitasnya rendah
L
Tidak apa, lagipula aku tidak akan bisa menghabiskan semua daun teh itu sendirian
M selesai meminum habis tehnya
L
Kalau kau ingin tambah, seduh lah lagi
Note: Pelayan tidak boleh menambah apa yang sudah diberikan dan tidak boleh mengkonsumsi yang belum disentuh oleh majikannya
L pun menyeduhkan secangkir teh untuk M
M
Saya sungguh berdosa membuat anda melakukan semua ini
L
Tidak ada lagi majikan dan pelayan disini, Milia
L mengangkat dagu Milia sehingga kedua mata mereka saling bertatap-tatapan
L
Aku menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan
M yang selama ini tak diperbolehkan untuk berada dekat dengan keluarga majikan langsung tersipu begitu wajahnya berada begitu dekat dengan wajah L
M
Sa-saya harus pergi dulu mengerjakan hal lain, tuan
M segera meneguk habis teh hangat itu dan langsung membereskan peralatan minum teh milik L
M
’Aku sudah melanggar peraturan...’
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!