Hari ini, langit tampak suram. Awan mendung tebal, menggantung di langit dengan angin dingin yang membawa aroma hujan. Cuaca yang bertolak belakang dengan suasana bahagia, membawa keheningan yang memaksa diri untuk merenung karena merasa kekosongan di dalam hati.
Itulah, yang Keyra rasakan saat ini. Hari ini adalah hari bahagianya, dimana ia akan menikah dengan pria pilihannya. Namun, semua terasa percuma karena orang-orang yang ia sayang, tidak nampak di barisan kursi terdepan.
Ya, keluarga Keyra menentang pernikahannya dengan sang kekasih karena menganggap jika kekasihnya, bukanlah pria baik-baik. Tapi, karena ia bertekad untuk meneruskan hubungan mereka ke jenjang pernikahan, keluarganya hanya membantu menyiapkan pesta dan enggan untuk menghadiri pernikahannya.
Sakit, itu yang Keyra rasakan sekarang.
"Semua sudah siap, Key," ujar Amelia.
"Baik," sahut Keyra, tanpa menoleh sedikitpun. Dia masih menatap cuaca tak bersahabat di luar sana, dari kaca jendela.
"Ada apa, Key?" tanya Amelia. Dia adalah satu-satunya sahabat Keyra yang selalu ada untuk Keyra. Seperti saat ini, di saat keluarga Keyra tidak hadir di pernikahannya, tapi Amelia berdiri di samping gadis itu untuk memberi dukungan padanya.
"Tidak apa-apa, Mel. Terima kasih, sudah membantuku sejauh ini," seru Keyra.
"Apa yang kau katakan? Kita ini sudah kenal sejak lama, kau sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Jadi, jangan pernah menganggap jika kau sendirian," ujar Amelia.
"Tapi, Key, apa kau yakin dengan keputusan mu ini?" tanya Amelia memastikan.
"Apa kau juga meragukan keputusan ku?" tanya Keyra.
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya bertanya saja." Amelia memeluk Keyra dari samping dan berkata, "aku akan selalu mendukung apapun keputusan mu."
"Terima kasih, Mel. Kau yang terbaik," seru Keyra.
"Ya sudah, lebih baik kita ke sana sekarang. Semua orang sudah menunggu." Amelia menuntun Keyra, keluar dari ruangan tersebut, menuju ballroom, dimana Keyra dan kekasihnya akan mengucapkan janji suci.
Mereka berjalan beriringan melewati lorong hotel dengan senyum merekah yang tidak luntur dari wajah Keyra. Namun, langkah keduanya terhenti saat mendengar suara seseorang yang tidak asing bagi mereka.
"Ah, itu terlalu dalam, sayang."
"Tapi, kau menyukainya, bukan."
"Aku sangat menyukainya. Tapi, bukankah kau berjanji akan menikahi ku? Kenapa sekarang kau justru menikah dengan wanita itu?"
"Tenang, sayang. Walaupun aku menikah dengannya, tapi aku tidak mencintainya. Di hatiku, hanya kau yang aku cintai. Hanya kau yang selalu membuatku puas. Ouh, ini benar-benar nikmat."
"Key!!"
Tubuh Keyra mematung untuk beberapa saat. Lalu, ia melangkah perlahan, mendekati pintu kamar hotel yang sedikit terbuka.
Deg
Jantungnya berdegup kencang, seolah-olah waktu berhenti sejenak. Raut wajahnya seketika pucat dengan kedua mata yang terbuka lebar saat melihat adegan di depannya.
Ia terpaku, tubuhnya terasa kaku. Untuk sesaat, ia merasa dunianya berhenti berputar. Ia tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat saat ini.
Perasaan yang sebelumnya penuh dengan impian indah, seketika berubah menjadi mimpi buruk. Tangannya yang memegang buket bunga, terlihat bergetar, dan ia nyaris terjatuh jika saja Amelia tidak menopang tubuh Keyra dari belakang.
"Key, kau tidak apa-apa?" tanya Amelia khawatir.
Keyra hanya menggelengkan kepalanya. Dia merebut tas Amelia dan mengambil ponsel milik wanita itu. Dengan tangan gemetar, ia merekam setiap adegan gila yang ada di depannya.
"Kita ke ballroom sekarang," ujar Keyra.
"Tapi, Key ... "
"Aku baik-baik saja, Mel. Aku akan memberi pelajaran pada bajingan itu " Keyra mengangkat gaunnya dan berjalan dengan langkah yang lunglai, menuju lift. Sedangkan Amelia, terlihat mengirim pesan pada seseorang, sebelum menyusul Keyra yang berjalan lebih dulu.
...****************...
Tap ...
Tap ...
Tap ...
Pintu ballroom terbuka dan terlihat seorang wanita berjalan dengan anggun dalam balutan gaun pengantin putih yang elegan. Potongan gaun itu membentuk siluet tubuhnya dengan sempurna, dihiasi renda halus dan payet berkilau yang menangkap cahaya lembut di sekitarnya.
Keyra Arvina Dirgantara , itulah wanita yang saat ini menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. Wajahnya memancarkan kebahagiaan yang tertutup oleh kerudung tipis, yang membingkai rambutnya yang disanggul rapi. Ia tampak seperti sosok dari mimpi, melambangkan kemurnian dan harapan di hari istimewanya.
Keyra berhenti di altar dan membalikkan tubuhnya, menghadap kearah tamu undangan. Dia menegakkan wajahnya dan berusaha untuk tersenyum, seolah tidak terjadi apapun padanya.
Brakh
Pintu ballroom kembali terbuka, dan kali ini mempelai pria berjalan dengan langkah yang cepat, menghampiri Keyra yang sudah lebih dulu berdiri di altar pernikahan.
"Maaf, aku terlambat, sayang. Harusnya, kau menungguku tadi. Jadi, kita bisa datang bersama-sama," ujar Frans.
"Aku takut mengganggu kesenangan mu, Frans," ujar Keyra.
"A-apa maksud mu?" tanya Frans.
"Maaf, bisa kita mulai acaranya?" tanya pendeta, menyela pembicaraan kedua mempelai.
"Tentu saja, silahkan ... "
"Tidak, pernikahan ini batal," ucap Keyra tiba-tiba yang membuat semua orang terkejut, terutama Frans.
"Apa maksud mu, Key? Kenapa kau membatalkan pernikahan kita? Kau tidak lihat jika semua sudah siap dan tamu undangan sudah hadir. Apa kau tidak waras, hah?" pekik Frans.
Keyra menatap Frans dengan sorot mata yang tajam. Dia berdiri tegak dengan kedua lengannya yang bersilang di depan dada. Dia menyipitkan matanya, memandang hina pria yang berada di depannya.
Tidak hanya marah, tapi ia juga merasa jijik dengan pria yang hampir saja menjadi suaminya itu. Beruntung, ia di perlihatkan tentang kenyataan, seperti apa pria itu sebenarnya.
"Kau ingin tahu maksud ku?" Keyra memberi kode pada Amelia untuk mendekat. Dia menengadahkan tangannya, meminta ponsel milik sahabatnya itu. Kemudian, ia memperlihatkan adegan tak senonoh Frans dengan seorang wanita. Bahkan, Keyra memperbesar volumenya, sehingga semua orang bisa mendengar dengan jelas pembicaraan Frans dengan wanita itu.
"Ti-tidak, semua itu tidak benar," hardik Frans.
"Masih mau menyangkal, hah? Bahkan aku melihat dengan kedua mata ku sendiri saat kau bercumbu dengan wanita itu di kamar hotel. Cuih, menjijikan," ujar Keyra.
Wajah Frans berubah tegang, matanya membelalak seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Tidak, Key, kau salah paham. I-itu semua tidak benar," ucap Frans dengan suara gemetar tetapi tegas. Dia menggelengkan kepala, menyangkal kenyataan yang tidak ingin ia terima. "ITU TIDAK BENAR!" Suara Frans meninggi, di selingi nada putus asa. Apalagi saat mendengar suara bisik-bisik dari tamu undangan yang hadir di sana.
Dia terus membela diri di depan Keyra dan semua orang. Tapi lagi-lagi, sebuah bukti muncul di depan mata mereka semua, dimana sebuah video terputar di laptop yang terhubung dengan proyektor, sehingga semua orang bisa menyaksikan dengan jelas, setiap adegan di dalam video tersebut.
"Astaga, aku tidak menyangka jika pria itu sangat menjijikan."
"Dia benar-benar gila."
"Pria bajingan."
Begitulah bisik-bisik dari semua tamu setelah melihat video tersebut. Berbeda dengan Keyra yang hanya terdiam dengan tatapan yang kosong, tidak ada gerakan, tidak ada reaksi. Bahkan di saat suara-suara sekitar semakin keras, ia tetap diam.
"TI-TIDAK, I-ITU TIDAK BENAR," teriak Frans. Dia memegang kedua bahu Keyra agar menatap dirinya. "Kau harus percaya padaku, Key. Itu semua tidak benar."
Keyra menyingkirkan kedua tangan Frans dan menatap dingin pria itu. "Bagiku, apa yang aku lihat, itu sudah cukup jelas. Pernikahan ini, batal." Keyra berjalan, meninggalkan altar pernikahan.
Hari yang seharusnya menjadi momen terindah, berubah menjadi luka yang tak terlupakan. Kata-kata indah yang dulu pernah ia dengar, kini menjadi bualan menjijikkan. "Kenapa?" Satu kata yang terus terngiang di telinganya, tanpa ia tahu jawabannya.
"KAU PIKIR DENGAN MEMBATALKAN PERNIKAHAN INI, KELUARGAMU AKAN MENERIMAMU KEMBALI, HAH?"
Deg
Langkah Keyra terhenti mendengar teriakkan Frans. Ia seolah tersadar dengan pengorbanan keluarga nya demi memenuhi keinginannya. Dan jika ia membatalkan pernikahan begitu saja, maka keluarganya yang akan menanggung malu karenanya.
"Kau sudah tidak mempunyai siapapun lagi, Key. Bahkan keluargamu tidak peduli padamu. Kau pikir, jika kau membatalkan pernikahan ini, ada pria lain yang mau menerima mu, hah? Hanya aku, pria yang mau dengan wanita murahan seperti mu," sentak Frans.
"Kau benar." Keyra membalikkan tubuhnya, menatap Frans, dan kembali berkata, "pernikahan ini akan tetap di laksanakan."
Frans tersenyum puas mendengarnya, tapi kalimat terakhir Keyra, membuatnya terdiam dengan kedua mata yang membelalak sempurna.
"Tapi, aku akan mengganti mempelai pria nya," ucap Keyra.
Deg
"Apa kau bilang? Kau ingin mengganti mempelai pria? Kau pikir, siapa yang mau dengan wanita bekas seperti mu, hah?" sentak Frans.
Keyra tidak menanggapi ucapan Frans. Dia menatap satu persatu tamu undangan dan berkata, "ya, aku akan mencari pengganti mu agar pernikahan ini tetap berlangsung. Jadi, siapa diantara kalian yang mau menikah denganku, hari ini?"
Semua orang tercengang mendengar penuturan Keyra. Mereka menoleh kesana kemari, mencoba mencari siapa yang bersedia menikah dengan wanita itu.
Ya, mengetahui siapa Keyra, membuat mereka semua berfikir dua kali untuk menerima pinangan wanita itu. Entah apa alasan keluarga Dirgantara memutuskan hubungan dengan wanita itu, tapi tetap saja mereka tidak mempunyai nyali yang besar untuk berurusan dengan keluarga terpandang tersebut.
Namun tidak dipungkiri, dengan menikah dengan Keyra, tentu kehidupan mereka akan terjamin karena keluarga Dirgantara adalah keluarga yang sangat kaya.
"Hahaha, kau lihat! Tidak ada yang mau menikah denganmu, Key. Jadi, kau terima saja kenyataannya jika hanya aku yang mau denganmu," seringai Frans.
Keyra tidak merespon apapun yang Frans katakan. Dia lebih memilih fokus pada semua pria yang ada di sana, berharap salah satu dari mereka bersedia menikah dengannya.
Tapi sepertinya, benar apa yang Frans katakan jika tidak ada pria yang mau menikah dengannya. Sampai seorang pria berdiri, yang membuat kedua mata Keyra berbinar. Wanita itu menghampiri pria itu dan langsung memeluk lengannya.
"Aku akan menikah dengannya," ucap Keyra.
Pria itu melebarkan kedua matanya terkejut, mendengar Keyra yang ingin menikah dengannya. Dia mencoba menyingkirkan tangan Keyra yang memeluknya dan mencoba menyangkalnya. "Apa yang kau katakan, hah? Siapa yang mau menikah denganmu?" ucap pria itu pelan.
"Tadi kau berdiri, itu artinya kau bersedia menikah denganku, bukan?"
Pria itu ingin menjelaskan, tapi Keyra sudah lebih dulu menariknya ke altar pernikahan. "Tolong nikahkan kami," pinta Keyra.
"Ta-tapi ... "
"Kami akan mengurus berkas-berkasnya, nanti di catatan sipil. Sekarang, tolong nikahkan kami."
"Baiklah, siapa namamu?" tanya pendeta
"A-aku Alexio C ... "
"Baik, tuan Alex, nona Elisha, kita mulai acaranya."
Alex, pria yang saat ini berdiri di samping Keyra, terlihat linglung. Awalnya ia ingin menerima telepon yang masuk, tapi karena di dalam ballroom sangat ramai, akhirnya ia memutuskan untuk mencari tempat yang sepi untuk menerima telepon tersebut. Tapi saat ia berdiri, wanita yang memakai gaun pengantin ini, justru menariknya dan memaksanya untuk menikah.
Dia ingin menolak, tapi ia terlihat bagaikan boneka kayu yang bergerak bukan atas kehendaknya. Wajahnya yang datar, tanpa ekspresi terlihat seolah di kendalikan saat mengikuti setiap arahan yang di berikan padanya untuk mengucapkan janji suci.
"Dengan begini, saya nyatakan kalian sah menjadi suami istri. Silahkan kalian memakaikan cincin di jari pasangan masing-masing, kemudian kalian boleh berciuman."
Keyra menatap Amelia yang mendekat dengan membawa nampan berisi dua buah cincin di sana.
Keyra memegang tangan Alex yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Dia mengarahkan tangan pria itu untuk mengambil cincin tersebut dan memakaikan nya padanya. Setelahnya, ia melakukan hal yang sama dengan menyematkan cincin di jari suaminya.
"Apa kau tahu, apa yang kau lakukan, nona?" tanya Alex.
"Maaf, tapi ini yang harus aku lakukan." Keyra berjinjit dan mencium bibir pria itu, membuat Frans yang melihatnya hanya bisa mengumpat kesal.
"Brengsek! Beraninya Keyra melakukan hal ini padaku. Dan pria itu ... Bahkan aku belum pernah mencium Keyra. Argh!!" umpat Frans dalam hati.
Semua tamu undangan bertepuk tangan dan mengucapkan selamat atas pernikahan Keyra dan suaminya. Begitu juga dengan Amelia. Ia mengabadikan momen bahagia tersebut dengan ponselnya dan berharap jika sahabatnya itu akan hidup bahagia dengan suaminya.
...****************...
Setelah acara selesai, Keyra membawa Alex ke kamar pengantin yang sudah di siapkan oleh keluarga nya. Wanita itu terdiam sejenak melihat kamar yang sudah di dekorasi dengan sangat romantis. Kamar ini yang seharusnya menjadi saksi saat ia bermesraan dengan pria yang ia cintai. Tapi, semua tinggal angan-angan saja.
Keyra tidak mau mengingatnya lagi, ia melepas semua aksesoris yang menempel di tubuhnya, tanpa menghiraukan suaminya yang terus meminta penjelasan dari wanita itu.
"Apa kau sudah gila, hah? Kita tidak saling mengenal, tapi tiba-tiba kau menarik ku untuk menikah denganmu. Bagaimana jika aku, pria yang sudah beristri, apa kau mau bertanggung jawab, hah?"
Keyra menuangkan wine kedalam gelas dan menghabiskan nya dengan sekali tenggak.
"Aku berbicara denganmu, Keyra!" sentak Alex.
Keyra memandang pria di depannya dengan tatapan kosong, seolah seluruh dunia telah runtuh di hadapannya. Air mata menggenang di matanya, tapi ia mencoba menahannya dan terlihat tetap tegar meski dadanya terasa sesak.
"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut Keyra, membuat Alex mematung. Dia seolah tahu apa yang Keyra rasakan saat ini.
Pengkhianatan itu terasa seperti Pisau tajam yang menikam jantungnya. Tapi lebih menyakitkan karena hal itu datang dari orang yang paling kita cintai. Bahkan setiap janji dan kata manis yang pernah di ucapkan, terasa bagaikan racun yang membunuhnya secara perlahan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Alex.
"Tentu saja aku baik-baik saja. Kau tidak lihat ekspresi bajingan itu? Aku sangat puas karena berhasil membuatnya malu." Keyra tertawa dan kembali menenggak wine nya.
"Berhenti minum, kau sudah mabuk, Key."
"Tidak, aku tidak akan berhenti minum. Malam ini, kita harus merayakan pernikahan kita. Ayo, kita minum sampai puas." Lagi dan lagi, Keyra melampiaskan rasa sakitnya dengan menghabiskan beberapa gelas wine. Hingga tidak berapa lama, Keyra mabuk berat dan tertidur dalam pelukan Alex.
"Ck, dasar menyusahkan," gerutu Alex.
...****************...
Matahari berada tepat di atas kepala, memancarkan sinar teriknya di segala penjuru. Langit biru membentang luas tanpa awan yang membuat udara terasa hangat, bahkan sedikit menyengat.
Tapi hal itu tidak mengganggu Keyra yang masih meringkuk di bawah selimut. Sampai terdengar suara ketukan pintu yang membuat wanita itu, menggeliat dengan mulut yang terus menggerutu tidak jelas.
Tok Tok Tok
"Ck, siapa sih? Mengganggu saja." Keyra menyibak selimut dan turun dari tempat tidur dengan tubuh yang terhuyung akibat rasa sakit di kepalanya. "Astaga, kepalaku pusing sekali," gumamnya.
Tok Tok Tok
Lagi-lagi, suara ketukan pintu terdengar, membuat Keyra berjalan pelan dengan tangan yang berpegangan pada dinding untuk menopang tubuhnya.
Cklek
"Selamat pagi, nona. Saya datang untuk mengantar baju dan makanan untuk anda," ucap pelayan.
"Oh, silahkan masuk!" Keyra memberi jalan untuk pelayan itu masuk dan meletakkan makanan dan paperbag di meja.
"Apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya si pelayan.
"Tidak ada, kau boleh pergi."
Pelayan itu menunduk, sebelum keluar dari kamar Keyra.
"Sepertinya, aku tidak memesan makanan," gumamnya. "Astaga, kepalaku sakit sekali." Keyra menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menyandarkan kepalanya. Dia menghela nafas panjang dengan mata yang terpejam.
Sejenak, ia teringat dengan pengkhianatan yang di lakukan mantan kekasihnya. Hal itu membuat kedua matanya mulai berembun. Dia ingin berteriak, ingin menangis, namun hanya keheningan yang keluar dan perasaan hampa menyelimuti dirinya, menggantikan cinta yang dulu memenuhi hatinya. Rasa sakit yang ia rasakan, menyerap ke dalam tulang, meninggalkan rasa dingin yang menyiksa.
"Kenapa, Frans? Kenapa kau tega melakukan hal itu padaku?" lirih Keyra.
"Sampai kapan kau akan menangisi pria brengsek itu, hah?"
Deg
Keyra terkejut dengan suara seseorang di dalam kamarnya. Dia buru-buru membuka matanya dan memandang Alex yang tengah berdiri dengan memakai jubah tidurnya.
"Si-siapa kau?" tanya Keyra.
Alex menaikkan kedua alisnya, ekspresinya penuh dengan kejutan yang bercampur dengan rasa tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kau bertanya, siapa aku? Kau tidak ingat apa yang sudah kau lakukan kemarin, hah?" tanya Alex.
Keyra terdiam dengan alis yang mengkerut, seolah mengingat kembali apa yang terjadi?
"K-kau ... "
"Sudah ingat? Kalau begitu, mari kita bahas ganti rugi yang harus kau bayar karena sudah membuatku terjebak dalam masalah mu," ujar Alex.
"A-apa? Kenapa begitu?"
"Kau masih bertanya kenapa? Kau sudah membuatku susah, nona. Jadi, aku ingin kau membayar ganti rugi."
"Ta-tapi, kita sudah menikah. Apa itu perlu?" tanya Keyra pelan.
"Apa kau tidak tahu siapa aku, hah?" tanya Alex
Keyra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menampilkan deretan gigi putihnya, yang membuat pria itu menghela nafas panjang.
"Baiklah, aku akan perkenalkan diriku sekali lagi. Namaku, Alexio Charles Wiratama."
Deg
"WHAT?"
Keyra mencuri pandang dengan pria yang saat ini duduk di depannya. Alexio Charles Wiratama, mendengar nama itu membuat Keyra berfikir jika pria itu berasal dari keluarga Wiratama, keluarga terpandang yang merupakan saingan dari keluarga Dirgantara.
Tapi, menurut kabar yang ia dengar, Keluarga Wiratama mempunyai seorang putra yang saat ini tinggal di luar negeri setelah bercerai dengan mantan istrinya.
Jika benar, pria yang saat ini duduk di depannya adalah tuan muda Wiratama, itu artinya dia menikah dengan seorang duda, bukan?
"Berhenti menatap ku dan cepat habiskan makanan mu. Setelah ini, kita harus mengurus surat pernikahan kita ke catatan sipil," ujar Alex.
"Uhuk, uhuk uhuk." Keyra terbatuk tiba-tiba dengan mata yang membelalak dan nafas yang tertahan. Dia meraih gelas di depannya, menenggaknya perlahan dengan tangan yang memegangi tenggorokannya untuk meredakan rasa nyeri dan panik yang muncul secara bersamaan. "A-apa?" pekik Keyra dengan ekspresi terkejut dan rasa frustasi atas ucapan tak terduga yang keluar dari mulut Alex.
"Kenapa? Bukankah itu yang kau katakan kemarin? Jangan bilang kau akan mengingkarinya karena setelah ini, kita akan pergi menemui orang tuaku." Alex mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah pesan pada Keyra. "Baca baik-baik pesan ini!" perintah Alex.
Keyra mengambil ponsel Alex dan membaca pesan tersebut. Lagi-lagi, kedua matanya membelalak lebar, tidak percaya dengan apa yang ia baca. "I-ini ... "
"Itu pesan yang di kirim mommy pagi ini," ucap Alex.
Keyra menelan ludahnya kasar dan kembali membaca pesan tersebut berulang kali.
"Bagus sekali, kau menikah tanpa memberitahu mommy dan Daddy. Apa ini yang kau dapat selama tinggal di luar negeri, hah? Mommy tidak mau tahu, hari ini juga, bawa istrimu kemari."
Begitulah, isi pesan dari ibu mertua Keyra, yang membuatnya, mau tidak mau harus ikut dengan pria itu.
"Kenapa semua jadi begini?" batin Keyra frustasi. Awalnya ia hanya ingin membalas Frans dengan mencari penggantinya. Setelahnya, ia berencana untuk berpisah tanpa harus mengurus surat pernikahan ke catatan sipil. Tapi ternyata, semua tidak semudah itu karena yang ada di hadapannya sekarang adalah pria dari keluarga besar seperti dirinya. Itu sebabnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, selain mengikuti perintah Alex.
...****************...
Setelah semua siap, Keyra dan Alex meninggalkan hotel begitu saja. Kemudian, mereka mengurus surat pernikahan ke catatan sipil yang sudah di siapkan asisten Alex sebelumnya. Baru setelah semua beres, mereka langsung meluncur ke rumah milik keluarga Wiratama.
Dan sekarang, di sinilah mereka berada. Di depan sebuah rumah mewah yang di hiasi pilar-pilar tinggi bergaya klasik, berpadu sempurna dengan dinding marmer putih dan jendela-jendela besar.
"Wow," gumam Keyra kagum.
"Sebenernya, kau benar-benar dari keluarga Dirgantara atau bukan?" ledek Alex
Keyra melirik sinis Alex tanpa mau meresponnya. Dia memang berasal dari keluarga kaya, tapi bukan berarti dia tidak bisa mengagumi hal baru yang menurutnya bagus di depan matanya.
"Ayo, masuk!" ajak Alex yang berjalan lebih dulu.
Keyra menghela nafas panjang dan mulai melangkah, mengikuti Alex. Mereka berdua berjalan beriringan, masuk ke rumah mewah tersebut. Tapi, baru beberapa langkah melewati pintu, mereka justru di kejutkan dengan seluruh pelayan yang berbaris rapi, menyambut mereka.
"Selamat datang, tuan muda dan nyonya muda," sapa mereka serempak.
Keyra menarik pelan baju Alex dan berbisik pelan. "Apa ini tidak berlebihan?"
"Kau tanyakan saja langsung padanya," sahut Alex.
"Padanya? Maksud mu ... "
"Akhirnya kalian datang juga."
Deg
Ucapan Keyra terhenti saat mendengar suara seorang wanita dari ujung barisan para pelayan. Dia menelan ludahnya kasar, melihat wanita paruh baya yang melangkah anggun, dengan mengenakan gaun sederhana namun elegan.
Dia adalah Clarissa Ayana Wiratama, istri dari Alex Wiratama. Wajah wanita itu memancarkan ketenangan dengan garis-garis halus di wajahnya yang tidak membuat penampilan wanita itu terlihat menua.
"Apa dia, istrimu?" tanya Clarissa
"Jika bukan dia, siapa lagi?" Alex memberikan buku pernikahan pada ibunya sebagai bukti jika mereka adalah sepasang suami istri yang sah. "Apa mommy puas?" tanya Alex dengan wajah malas.
"Jadi benar, kau sudah menikah?" gumam Clarissa yang masih terdengar oleh Keyra yang sedari tadi terdiam. Dia masih memperhatikan wanita paruh baya yang saat ini berdiri di depannya. Entah mengapa, mulai ada rasa takut di dalam dirinya dan bayang-bayang mertua jahat yang ada di dalam cerita, mulai terngiang di pikirannya.
"A-apa aku akan bernasib sama dengan mereka? Menantu yang tertindas. Tidak, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," batin Keyra.
"Sekarang, terserah mommy mau apa, aq tidak peduli," ujar Alex yang berhasil membuat Keyra terkejut.
"Tidak bisa begitu," ucap Keyra tiba-tiba. "Ma-maksud ku, aku ini istrimu, kau tidak boleh, tidak peduli padaku. Iya, kan aunty?"
"Kau memanggil ibu mertuamu, aunty? Kau adalah istri dari putraku, jadi mulai hari ini, kau juga harus memanggil ku, mommy. Apa kau mengerti?" ucap Clarissa
"I-iya aunty, ma-maksud ku, mommy," sahut Keyra pelan.
"Kalau begitu, kalian istirahatlah dulu. Nanti saat makan malam, mommy akan memanggil kalian."
Alex memutar kedua bola matanya dan pergi begitu saja ke ruang kerjanya. Sementara Keyra, di antar oleh pelayan ke kamar milik untuk beristirahat.
"Hah!!" Alex menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menghela nafas panjang. Baru saja ia pulang dari luar negeri, tapi sekarang ia justru terjebak dalam pernikahan dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.
Dan bodohnya, ia tidak menolak saat wanita itu memaksanya untuk menikah. Gila, bukan? Tapi, anggap saja ia melakukan hal itu karena merasa kasihan dengan Keyra yang mendapatkan pengkhianatan dihari bahagianya, sebab ia sendiri pernah mengalami hal yang sama.
Ya, Alex pernah berada di posisi Keyra saat itu. Pernikahannya yang baru berumur sehari, harus kandas karena pengkhianatan yang ia dapatkan.
Awalnya, semua tampak baik-baik saja. Janji yang terucap diatas altar terasa tulus dan kebahagiaan itu tampak menyelimuti hari-hari pertama mereka.
Tapi semua berubah dalam sekejap. Malam itu adalah malam pertama mereka, tapi ia justru melihat istrinya bercumbu dengan pria lain. Dan ia baru mengetahui jika selama ini, istrinya mempunyai pria lain yang merupakan sahabatnya saat masih kuliah.
Tentu saja, hal itu membuat hati Alex hancur. Malam itu juga, ia memutuskan pernikahan mereka dan langsung terbang ke luar negeri.
10 tahun, ia mencoba melupakan rasa sakitnya. Dia berusaha menikmati kesendiriannya tanpa mau membuka hatinya untuk wanita lain. Sampai, ia mendapat telepon dari orang tuanya yang mengharuskan ia pulang.
"Seandainya aku tidak datang menggantikan Daddy untuk hadir ke acara itu, semua ini tidak akan terjadi padaku," gumam Alex.
BRAKH
Keyra membuka pintu dengan keras, membuat Alex terkejut karenanya. Rahang pria itu mulai mengeras, dengan tangan yang mengepal erat, iapun meninggikan suaranya. "APA KAU TIDAK BISA MENGETUK PINTU TERLEBIH DAHULU, HAH?" bentak Alex.
Keyra tertegun beberapa saat. Tapi kemudian, ia memberanikan diri untuk mendekat dan memberikan selembar kertas pada Alex.
"Maaf, tapi kita harus melakukan ini," ujar Keyra.
"Apa maksudmu?" tanya Alex. Dia membaca tulisan yang tertera pada kertas tersebut dengan kening yang mengkerut, hingga raut wajah pria itu berubah dengan mata yang melebar sempurna. "APA? SURAT KONTRAK PERNIKAHAN?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!