Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
BRAKK !!
"Aduuuhh !" teriak seorang wanita tengah mengadu kesakitan karena tertabrak oleh tubuh Alden yang gagah nan tinggi tegap. Menyebabkan berkas-berkas yang dibawa oleh wanita itu pun berjatuhan di tanah.
"Kalau jalan itu pakai mata! Jangan pakai hidung!" umpat seorang wanita yang tengah menunduk untuk membereskan berkasnya yang terjatuh.
Ya, wanita itu adalah Yumna Salsabila. Wanita berusia tiga puluh tahun yang masih single alias statusnya belum menikah. Bahkan kekasih saja tidak punya.
Jangankan kekasih, mantan pacar juga tidak ada karena ia tak pernah pacaran. Padahal paras Yumna terbilang cukup cantik dan otaknya cukup cerdas terutama di bidang akademik. Namun perihal cinta, itu beda cerita.
Jika di kampus ada julukan mahasiswa abadi, maka Yumna dijuluki jomblo abadi. Yumna adalah alumni UGM jurusan Akuntansi. Sejak lulus kuliah, Yumna diterima bekerja di unit koperasi kampus bagian staf keuangan.
Alden yang mendengarkan wanita itu mengomel, hanya tersenyum lucu. Ia merasa tak bersalah, sebab ia berjalan biasa saja. Walaupun kepalanya menoleh ke sana kemari mencari arah yang dituju karena ia masih asing di kampus ini.
Lalu si wanita ini yang berjalan setengah berlari dan terlalu menunduk, sehingga tanpa sengaja menabrak tubuh Alden. Seketika kepala sang wanita pun mendongak setelah berkas-berkasnya sudah berada di tangannya kembali.
"Wow, pria bule ternyata. Tampan," batin Yumna yang mendadak terpesona oleh ketampanan Alden.
Padahal sebelumnya, ia sempat marah-marah dan memaki Alden sebelum melihat wajahnya.
Alden memang seorang blasteran. Ayah kandungnya seorang bule dari Inggris bernama George Bentley dan ibunya adalah warga negara Indonesia bernama Novi Kusuma Astuti. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat.
Yumna bertabrakan dengan Alden barusan karena dirinya sedang diburu untuk menyerahkan laporan keuangan sehingga tanpa sengaja tak fokus berjalan.
"Kenapa lihat-lihat aku? Tampan ya," ucap Alden yang terkenal narsis. Harap maklum karena jam terbang playboynya luar biasa dahsyat. Namun kini ia sudah menyandang status sebagai mantan playboy karena baru saja insaf.
Yumna langsung berdiri dan menatap tajam seolah membuka permusuhan dengan Alden. Padahal hatinya sejujurnya tersihir dengan pria bule yang tengah berdiri di hadapannya ini.
"Pede banget! Memangnya di dunia ini laki-laki tampan stoknya sudah habis, terus tinggal kamu doang!" seru Yumna mencibirnya.
"Jangan benci-benci, nanti jatuh cinta makin repot loh." Alden semakin meledeknya karena ia terpancing dengan reaksi Yumna.
Sungguh hal itu justru memacu adrenalinnya sebagai seseorang yang pernah menjadi playboy dengan jam terbang tinggi. Alden semakin tertantang sekaligus terpesona dengan Yumna.
"Ih, eggak sudi!" ketus Yumna.
Biasanya banyak wanita yang klepek-klepek dengan gombalan recehnya atau tersihir dengan wajah tampannya. Namun, ia baru bertemu Nanda yang menolaknya karena ia tahu wanita itu mencintai Langit. Dan baru kali ini juga ada wanita lain yang menolaknya lagi.
Melihat dari tampilan dan tutur bicaranya, sudah bisa Alden pastikan jika wanita yang tengah memelototinya saat ini masih jomblo alias single. Sepak terjang dan instingnya sebagai seorang playboy sangat lah tajam. Tak perlu diragukan lagi.
Jika ada I S O khusus untuk seorang Alden, maka ia pasti sudah mendapatkan I S O playboy kelas kakap. Bukan kelas bulu apalagi kelas teri jengki. Ia bisa melihat langsung pada diri wanita yang menjadi targetnya itu.
"Dasar bule jelek!!" umpat Yumna dengan nada kesal.
Sedangkan Alden tetap tersenyum tipis melihat tingkah Yumna yang terlihat menggemaskan baginya.
"Minggir. Aku mau lewat!" ketus Yumna.
"Lewat-lewat saja, Mbak. Monggo, gratis kok." Alden semakin meledek dan menggoda Yumna.
"Haishh! Jebule bulene ternyata isok Boso Jowo toh. Ngomong kek dari tadi. Tahu gitu enggak usah basa-basi pakai boso formal. Huft !!" gerutu Yumna seraya berjalan meninggalkan Alden.
Sedangkan Alden seketika berdiri mematung seraya menggaruk-garukkan tangannya di kepalanya. Tanda ia bingung.
"Cewek tadi bicara apa ya? Kira-kira di Mbah Gorgon ada terjemahannya apa enggak? Apa dia pakai bahasa planet dari dunia antah-berantah?" gumam Alden yang kebingungan dan tidak paham dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Yumna.
☘️☘️
Beberapa bulan berlalu, Malang.
Langit menggelar syukuran sederhana di kediaman orang tuanya karena kondisi sang istri sudah sehat kembali seperti sedia kala. Selain itu, ia ingin memperkenalkan Nanda yang secara resmi sebagai istrinya pada keluarga besarnya, teman dekat, dan beberapa koleganya.
Di sudut lain terdapat Alden tengah sibuk mendekati Yumna yang sedang mengambil makanan.
"Jadi, kamu sahabatnya Nanda?" tanya Alden pada Yumna.
"Iya," jawab Yumna singkat.
"Kenalin namaku Alden. Masih single. Lulusan terbaik di zamannya. Pekerjaan sangat mapan sebagai Executive Manager di hotel bintang lima yang ada di Bali. Punya usaha cafe dan kos-kosan 1000 pintu di Bali. Yang pasti sudah punya mobil dan rumah pribadi di Bali serta di London. Rumahnya sudah lunas cicilannya. Ingin cari istri, bukan cari pacar. Kalau iya, kita langsung ke toko berlian beli cincin kawin terus ke KUA. Gimana, diterima gak nih CV aku barusan?"
"Hah, CV?" Yumna pun hanya bisa terpelongo dengan penuturan panjang dari Alden yang ternyata CV barusan yakni laki-laki ini tengah melamarnya.
"Iya, CV cinta Alden Pratama Bentley untuk adinda Yumna Salsabila yang cantik jelita mempesona dan harum mewangi sepanjang hari,"
"What? Ini lamar anak orang apa pekerjaan, pakai CV segala?" cibir Yumna. Walaupun tak dapat dipungkiri mendadak hatinya muncul bunga-bunga bermekaran.
"Lamaran cinta lah. Kan pekerjaan tetap sudah punya dan kusebutkan juga tadi,"
"Apa aku enggak salah denger? Kamu kan belum kenal aku luar dalam begitu pun sebaliknya. Kok main lamar saja sih! Mana ngelamar di acara nikahan orang lain pula. Dasar enggak romantis dan enggak bermodal!" omel Yumna.
"Wohooo..." sahut Alden dengan cepat seraya tersenyum pada Yumna.
"Darling mau dilamar yang lebih romantis di mana? Kakandamu ini siap mengabulkannya dalam waktu tempo kurang dari 1x24 jam. Demi cintaku padamu dan juga keseriusanku. Supaya kita segera sah dan saling tahu luar-dalam seperti yang kamu bilang tadi. Bahkan kalau perlu sampai ke yang paling dalam biar cinta kita kekal abadi," sambungnya.
Alden terlihat jelas begitu mantap ingin melamar sekaligus menikah dengan Yumna. Cinta pada pandangan pertama.
"Astaga si bule ini kenapa mendadak begini? Aku kan jadi makin deg-deg an. Kalau aku terima dia, artinya aku harus siap sama senjata tempur dia yang konon kata orang-orang kalau barang import itu big and long. Beda sama lokal punya. Kekuatannya pasti tahan lama dan tahan banting. Alamat aku remuk redam. Bisa-bisa enggak bangun dari kasur 7 hari 7 malam. Tapi, emang cita-citaku pengen punya suami bule buat memperbaiki keturunan. Punya anak cakep dan cantik kan bangga. Ya Tuhan, bantu aku temukan jawabannya. Apa dia mau terima kekuranganku?" batin Yumna yang tengah dilanda kegalauan dengan lamaran Alden padanya yang serba mendadak seperti ketiban buah durian runtuh sepohon-pohonnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*boso\=bahasa
*Masih ingat kan Alden dan Yumna sebagai pemeran pendukung dalam novel judul : Permata Hatiku.
Sesuai janji Othor, mereka punya rumah sendiri. Inilah rumah mereka berjudul :
Kapan Nikah ?
Rumah Orang Tua Yumna, Bandung.
Yumna adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia punya seorang adik bernama Salwa yang memiliki jarak usia sepuluh tahun dengannya.
Yumna hidup berjauhan dengan keluarganya. Ia tinggal di sebuah kos sederhana yang tak jauh dari kampusnya di Yogyakarta. Sedangkan keluarganya tinggal di Bandung.
Ibunya bernama Ratih. Sedangkan ayahnya bernama Pak Latif dan sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena sakit. Sejak kepergian Pak Latif, Yumna yang membantu perekonomian keluarganya.
Dikarenakan sang ibu hanya menjadi tukang jahit rumahan. Terkadang menjadi juru masak jika ada tetangga yang hajatan sedang meminta bantuannya.
Hari ini Yumna sengaja bertandang ke Bandung karena tengah rindu dengan keluarganya. Kebetulan ada libur panjang yakni tanggal merah berjejer di akhir pekan.
Semalam Yumna menaiki kereta api Mutiara Selatan dari Yogyakarta dan baru tiba di Stasiun Bandung sekitar pukul setengah enam pagi. Jarak dari Stasiun Bandung ke rumah orang tua Yumna tak begitu jauh.
Dengan menaiki ojek motor sekitar dua puluh menit, Yumna tiba di rumah orang tuanya. Bu Ratih menyambut dengan penuh senyum kedatangan putri sulungnya itu.
"Assalammualaikum, Bu." Yumna mengucap salam ketika memasuki kediaman orang tuanya.
"Waalaikumsalam. Kamu pulang, Yum."
"Iya, Bu. Kan ada libur tanggal merah. Yumna di Bandung tiga hari setelah itu balik ke Jogja lagi," jawab Yumna seraya mencium tangan sang ibu penuh takzim.
"Ayo masuk. Kamu pasti capek dari perjalanan," ujar Bu Ratih menuntun putrinya itu masuk ke dalam rumah.
"Salwa mana, Bu?" tanya Yumna.
"Ada di kamarnya lagi tidur," jawab Bu Ratih.
Keduanya kini sudah duduk di ruang tamu.
"Salwa libur kerja hari ini, Bu?" tanya Yumna.
Salwa bekerja di salah satu gerai restoran cepat saji yang buka selama 24 jam. Tetap berada di kota Bandung.
"Salwa sudah enggak kerja di sana lagi," jawab Bu Ratih apa adanya.
"Loh, kenapa? Cari kerja kan susah, Bu."
"Salwa kan ada rencana menikah sama pacarnya. Kata Salwa, pacarnya itu kerjanya jadi manajer perusahaan properti. Nanti dia malu sama calon mertuanya kalau ketahuan kerja jadi pelayan restoran,"
"Mereka kan belum nikah, Bu. Memangnya pacarnya mau biayain hidup Salwa sama Ibu semuanya sebelum pernikahan terjadi?!" seru Yumna mendadak meradang setelah mendengar tingkah laku adiknya itu yang tak pernah berubah. Sok berduit dan suka flexing.
Padahal hidup mereka pas-pas an selepas kepergian Pak Latif. Yumna terpaksa harus banting tulang untuk mencukupi semuanya. Ia menjadi Generasi Sandwich, kata anak zaman now.
Generasi Sandwich adalah istilah yang menggambarkan kondisi seseorang yang harus menanggung beban finansial dan perawatan untuk dua generasi, yaitu orang tua dan anak-anak.
Tiba-tiba pintu kamar Salwa mendadak terbuka.
Ceklek...
Adik Yumna itu merasa terganggu dengan suara sang kakak yang cukup keras terdengar di telinganya ketika pagi hari saat ia tidur seperti ini. Salwa baru tidur sekitar tiga jam karena kemarin setelah resign dari tempat kerjanya, ia memutuskan pergi have fun dengan teman-temannya hingga larut malam.
"Pagi-pagi pera_wan tua sudah ngomel !! Kenapa sih suka ikut campur urusanku? Mending urusin hidupmu yang enggak nikah-nikah sampai sekarang!" seru Salwa seraya menatap tajam ke arah Yumna.
Seketika Yumna langsung berdiri dari kursinya.
"Mending aku belum nikah, tapi enggak nyusahin orang tua!"
"Memangnya aku nyusahin?" balas Salwa tak mau kalah.
"Sudah dibiayain kuliah ujungnya gak terus. Eh, malah duit SPP dipakai foya-foya enggak jelas! Itu duit bukan daun yang tinggal metik. Buat dapetin duit, butuh perjuangan dan kerja keras. Bukan enak-enak tidur, saat mata kita meeleek tuh duit jatuh sendiri ke muka kita. Itu mimpi namanya!"
"Terus, Mbak Yumna enggak ikhlas nih kemarin-kemarin biayain aku kuliah. Mbak enggak lupa kan sama pesan almarhum bapak sebelum meninggal. Mbak Yumna wajib sekolahin aku sampai kuliah. Apa Mbak sudah pikun?"
"Oh tentu Mbak enggak pikun. Mbak nepatin janji ke almarhum bapak kok. Sudah Mbak kuliahin kamu, terus hasilnya apa?!" jawab Yumna seraya menyindir balik Salwa.
"Tenang saja nanti kalau aku jadi menikah sama pacarku yang mapan itu, uang dari Mbak Yumna aku kembalikan seratus persen. Jika minta bunga deposito, aku berikan juga kok. Tenang saja,"
"Kamu pikir semuanya bisa dinilai begitu!" desis Yumna.
"Sudah cukup !!" pekik Bu Ratih berusaha melerai kedua putrinya yang tengah bertengkar hebat tersebut.
"Biarin, Bu. Sekali-kali nih anak perlu ditegesin. Kalau enggak, bisa ngelunjak dan semaunya sendiri."
"Sekarang yang perlu Mbak lakuin cuma satu," ujar Salwa.
"Apa?" tanya Yumna menantang Salwa.
"Kapan nikah?"
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
* Flexing adalah istilah yang menggambarkan perilaku memamerkan kekayaan, pencapaian, atau gaya hidup mewah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan.
Pertanyaan yang menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa, kini mencuat dari bibir Salwa yang tertuju pada Yumna. Pertanyaan yang dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang Yumna Salsabila.
Walaupun hal ini bukan terjadi untuk pertama kalinya. Sudah sering ia menerima pertanyaan tersebut baik dari Salwa, ibunya maupun rekan-rekan di tempat kerjanya.
Alhasil sering membuat Yumna stres dan paling malas untuk ikut acara reuni maupun kumpul keluarga. Lebih baik ia dikejar target menyelesaikan laporan keuangan yang rumit setiap menjelang tutup buku daripada target kapan menikah.
"Kenapa diam? Malu ya, enggak laku." Salwa pun mengejek Yumna.
"Kalau kamu mau menikah ya menikah saja. Tak perlu ngurusin kapan aku nikah," jawab Yumna.
"Ibu enggak akan merestuiku nikah kalau Mbak Yumna gak nikah duluan. Sampai sini paham, siapa yang bikin susah hidup orang?" sindir Salwa membalas Yumna.
Apa yang dikatakan Salwa sebagian ada benarnya. Bu Ratih memang melarang Salwa melangkahi kakaknya. Sehingga Yumna harus menikah dahulu daripada adiknya.
"Kamu enggak perlu cemas, aku akan segera nikah kok. Jadi setelah aku nikah, kamu bisa bebas kapanpun mau menikah sama pacarmu itu!" seru Yumna.
"Yang benar, Yum?" Bu Ratih begitu terkejut mendengarnya. Sampai-sampai ia berdiri dari sofa ruang tamu dan memandang wajah putri sulungnya yang tengah berdiri menatap Salwa.
"Iya, Bu. Ada pria yang sudah melamarku. Cuma aku belum kasih jawaban. Jika ibu merestuinya, aku akan menikah dengannya."
Salwa begitu heran mendengar ucapan Yumna barusan pada ibunya. Sungguh ia tak percaya jika sang kakak yang dijulukinya pera_wan tua, ada lelaki yang berniat melamarnya.
"Siapa laki-laki itu? Apa aku kenal?"
"Dia bukan orang sini,"
"Orang mana, Yum?" tanya Bu Ratih.
Lalu ketiganya pun memilih duduk bersama di ruang tamu. Kali ini mereka berbincang dengan kepala dingin dan berusaha memukul mundur emosi yang beberapa saat lalu mencuat.
Yumna pun bercerita singkat tentang Alden sebagai sosok pria yang melamarnya. Alden adalah sahabat Langit, suami dari Nanda saat ini.
Keluarga Yumna tentu tahu sekilas tentang Nanda. Dikarenakan Yumna dan Nanda bersahabat sejak menimba ilmu di UGM sekaligus teman satu kos yang sama ketika menjadi mahasiswi.
Akan tetapi, Yumna hanya bercerita jika Alden bekerja di salah satu hotel yang berada di Bali. Ia tak menyampaikan perihal rumah, mobil dan sebagainya yang dimiliki Alden.
"Jadi, dia sudah yatim piatu?" tanya Bu Ratih.
"Iya, Bu. Orang tua Alden sudah meninggal,"
"Terus gak ninggalin warisan sama pacarmu itu?" seru Salwa.
"Gak ada. Alden, orang yang sederhana. Walaupun agak narsis dan suka ceplas-ceplos," jawab Yumna.
Ia tak ingin memperlihatkan harta Alden pada keluarganya. Sebab, Yumna sendiri menilai Alden bukan dari hartanya. Baginya, harta atau uang bisa dicari bersama ketika nanti mereka berumah tangga. Tak perlu mengandalkan warisan dari orang tua.
"Bule keeree kok dipacarin," sindir Salwa. "Mending pacarku, Mas Romeo. Sudah ganteng, tajir, jabatannya manajer perusahaan properti terus mamanya punya salon kecantikan ternama di Jakarta," sambungnya.
Yumna tak menggubris sindiran Salwa barusan.
"Suruh pacarmu itu datang ke sini, Yum. Buat kenalan sama kita semua dan segera meresmikan hubungan kalian ke jenjang selanjutnya," tutur Bu Ratih.
"Iya, Bu. Nanti aku bilang ke dia," ucap Yumna.
"Jangan lama-lama. Biar Mbak segera lepas dari jabatan pera_wan tua dan rencana pernikahanku dengan Mas Romeo enggak kacau cuma gara-gara nunggu Mbak Yumna nikah duluan,"
Yumna hanya mampu mengelus dadanya karena menahan rasa sakit akibat ucapan sang adik. Ada sejumput rasa kecewa di hatinya karena setiap Salwa memojokkan dirinya, ibunya jarang sekali membelanya.
Salwa selalu menjadi anak kesayangan ibunya. Hanya mendiang ayahnya yang selalu berlaku adil baik padanya maupun ke Salwa.
☘️☘️
Keesokan harinya, Bu Ratih dan Salwa begitu terkejut hingga terpelongo melihat kedatangan seorang pria bule berpostur tubuh tegap hingga menjulang tinggi ke atas bukan melebar ke samping.
Bahkan punggungnya selebar pagar kabupaten ketika mereka menyuruh Alden untuk masuk ke dalam rumah. Parasnya sungguh tampan nan rupawan. Tak perlu diragukan lagi secara fisiknya. Ya, dia adalah Alden Pratama Bentley.
Semalam, Yumna menghubunginya. Ia menceritakan singkat, jika Alden memang serius padanya maka segera melamarnya di depan sang ibu di Bandung. Keduanya memang sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Walaupun baru seumur jagung, belum ada genap satu bulan ini.
Tanpa basa-basi, Alden langsung memesan tiket pesawat tanpa memberitahukan Yumna terlebih dahulu. Alden berangkat dengan penerbangan paling pagi dari Bandara Ngurah Rai, Bali, menuju Bandara Kertajati, Jawa Barat. Setelah itu ia menaiki taksi online dari Bandara Kertajati ke rumah orang tua Yumna.
Kini ketiganya sudah duduk di ruang tamu.
"Yumna mana, Bu?" tanya Alden usai memperkenalkan diri sebelumnya. Sebab, sejak tadi ia tak melihat kekasih hatinya itu. Padahal ia tengah rindu berat.
"Yumna lagi pergi ke pasar. Sebentar lagi juga pulang kok. Nak Alden mau minum apa?" tawar Bu Ratih.
"Oh enggak perlu repot-repot, Bu. Karena saya ke sini bukan untuk minum atau basa-basi. Saya berniat melamar Yumna, putri sulung ibu yang cantik jelita dan telah membuatku jatuh cinta." Alden langsung to the point.
Bu Ratih seketika tersenyum tipis mendengar gaya Alden berbicara. Romantis tapi lucu dan menggemaskan. Ada rasa bahagia hinggap di benak Bu Ratih karena Yumna sudah punya calon suami sehingga tak perlu dilangkahi oleh Salwa.
Keluarga Yumna tak tahu jika calon menantu yang ada di hadapannya sekarang ini adalah seorang mantan casanova yang sudah melanglang buana dari Kutub Utara hingga ke Kutub Selatan, dari Barat ke Timur hingga ke Tenggara. Sudah seperti kincir angin bukan mata angin lagi.
Bahkan sudah menembus cakrawala sur_ga dunia yang tak terhitung berapa banyak jumlahnya. Akan tetapi, senakal-nakalnya Alden di zaman baheeuula, ia belum pernah tidur dengan seorang pera_wan. Dominan mantan pacarnya di masa lalu sudah tidak gadis lagi.
Jadi, jika ditanya bagaimana rasanya pecah pera_,wan ?
Alden tak tahu. Karena ia belum pernah merasakannya.
Sebab prinsipnya, ia tak mau merusak wanita yang masih suci.
Tatapan menelisik secara tajam dilakukan oleh Salwa pada Alden. Sebab, ia curiga jika Alden hanyalah pria bayaran seperti di novel-novel halu yang pernah ia baca. Seorang pria bayaran yang tampan, kelihatan berduit, gaya parlente dan berpura-pura jadi calon suami kakaknya.
Ia sangat tahu pergaulan Yumna dan teman-teman sang kakak. Yumna dikenal sebagai pribadi yang tertutup, walaupun selalu ceria pada banyak orang di sekitarnya. Jadi, ia masih tak percaya jika Alden adalah benar-benar kekasih sekaligus calon suami sungguhan untuk Yumna.
"Apa modalmu menikahi kakakku?" tanya Salwa secara tiba-tiba pada Alden.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!