Note : bukan cerita Time Travelling
*****
Deburan ombak, angin laut, seruan awak kapal terus terdengar nyaring ditelinga Gadis kecil yang Asyik membaca buku tebalnya.
"Hey... Kau gadis kecil jangan duduk terlalu pinggir bisa-bisa kau jatuh ke laut" pekik seorang awak kapal
Gadis itu menoleh sekilas ke arah empunya suara "Aku takkan jatuh... selama kapal ini berdiri kokoh tuan!" teriaknya sebelum kembali membaca bukunya
Diatas kapal tak bisa jika hanya bersuara pelan, apapun yang kau katakan kau harus berteriak agar kedengaran
Tanpa disadari gadis itu Sang Kapten menghampirinya "Sudahlah kau pergi saja sana, biar aku yang bicara padanya"
Ucap Kapten pada awak kapalnya.
Sang Kepten menepuk bahu gadis kecil itu dari belakang "Bagaima Dr. Alin Craetta apa kau menikmati perjalanan ini?" tanya sang kapten seraya duduk diatas kotak besar menghadap gadis kecil itu
Alin melipat ujung lembar buku yang dia baca sebelum menutupnya "Saya merasa terhormat kapten bisa berada diatas kapal ini bersama dengan kau dan para awak lainnya" ucapnya dengan Formal
"Ho... ho... ho...., beginikah wujud asli sang gadis kecil 10 tahun yang lalu" kapten terkekeh
"Sudahlah Paman, jangan mencoba menggodaku aku bukanlah lagi gadis kecil yang bisa kau takut-takuti seperti dulu" Alin tertawa mengingat kejadian 10 tahun diatas kapal yang sama
Sang kapten menatap alin dengan bangganya "Wah... Ternyata gadis kecilku sudah tumbuh dewasa!" kapten menepuk nepuk punggung Alin yang berbalut mantel cukup tebal
Sang kapten melirik kearah pedang Anggar yang terkumpul disebelah Alin
"Kau mau coba keahlianmu 10 tahun yang lalu" ucap kapten itu seraya menunjuk kearah pedang disampingnya
Gadis itu berdiri dan tanpa ragu memegang pedang itu layaknya pisau bedah
"Sepertinya pagi ini kita punya pertunjukan Captain Samy" teriak Alin pada sang Kapten
Sang kapten tertawa seraya berteriak
"Itulah SEMANGAT ANAK ABAD 21!" kapten itu mengayunkan pedangnya ke arah alin. Alin yang sudah mangantongi bukunya membalas uluran pedang sang Kapten dengan tak kalah cepatnya
Diatas kapal mereka berdua menjadi pusat perhatian para Awak "Ayo... Kapten kalahkan Gadis kecil itu" pekik Para Awak. Permainan Anggar diatas kapal itu berlangsung cukup lama, keringat telah mengalir dari kening Alin
dengan gerakan cepat dan tak terduga gadis itu mampu melempar kan pedang kapten ke laut bukan hanya itu bahkan kapten telah terpojokan diujung kapal oleh serangan pedangnya
"Kau Salah Memilih Lawan Captain Samy!" gumam gadis itu seraya menarik kambali pedangnya. Sang kapten tertawa "Kau sungguh hebat Alin kecil, Walaupun lama diLondon kau tak melupakan pedangmu!" ucapnya. Alin menghelus pedangnya "Tentu saja... Diselang waktu belajar aku melatih pedangku dengan bermain anggar" gumamnya pada kapten. Para awak kapal bersorak meriah "Hidup Nona Alin!" teriak mereka bersamaan "Baik-baik untuk merayakan kemenanganku kali ini Sang Captain Samy akan mentraktir kalian makan sepuasnya setibanya disana" gadis itu berteriak menambah kemeriahan dikapal. Sang kapten terkekeh melihat sifatnya yang masih sama seperti dulu "Kau yang bayar Captain!" ejek gadis kecil itu saat melewati dirinya.
Alin Craetta, gadis itu sangat menikmati perjalanannya diatas kapal. Dia memandang jauh mencari sebuah banyangan dari kota yang telah dia lupakan "Apa-Apa semua orang disana berubah?" gumamnya pada diri sendiri. Dia belajar kedokteran di sekolah kedokteran Harvard, sangat jauh dari rumahnya. Dia bukanlah anak orang kaya, ayahnya bahkan dulu seorang Nelayan bagi dirinya dia adalah orang yang paling beruntung karena ada seorang bangsawan inggris yang mau mengangkatnya sebagai anak bahkan menyekolahkannya awalnya dia tinggal dilondon tapi kemudian ayah angkatnya pindah ke AS.
Di AS alin mendapat biaya siswa penuh untuk sekolah kedokteran semua keluarga angkatnya begitu menyayanginya dan membanggakannya.
Walaupun sangat jauh dari orang tua dan keluarga kandung dia tetap menjalin komunikasi dengan surat bahkan ia tak lupa mengirimi orang tuanya uang setiap bulannya, dia pun pernah mencoba mengirimi orang tuanya sebuah ponsel pintar yang telah dia paketkan namun ayahnya membalasnya dengan surat dan mengatakan bahwa tak ada seorang pun di keluarganya yang mengerti cara pemakaiannya. Alin kembali karena menurut beberapa profesor gurunya
Pulau asalnya lah yang punya berbagai jenis tanaman obat.
Alin mengeluarkan ponselnya saat sebuah telfon masuk dari ayah angkatnya
"Halo... Ayah ada apa?" tanya Alin. Suara ditelfon kurang terdengar jelas karena emang saat ini dirinya berada ditengah laut "A.. Alin.... Zzzz... Saat disana kau boleh memakai Villa keluarga pakailah villanya agar tak terus menerus kosong....zzz" Alin mendekatkan ponselnya lagi ketelinganya "Halo ayah apa tadi?" suara disebrang sana berubah menjadi suara yang lembut "Alin sayang bunda sudah menaruh kunci Villa dalam kopermu ajaklah teman dan keluarga mu berlibur kesana... Zzz... " Alin tau itu suara ibu angkatnya "Tapi bun... " Suara disebrang sana terdengar naik satu oktaf "Tak ada tapi tapian Alin sayangku, disana banyak tanaman... Semoga kau ketemu tanaman yang kau cari" Suara bunda terpotong oleh ayah angkatnya "Sudah dulu Alin sayang suaranya disini mulai tak jelas" Alin menggenggam ponselnya
"Sampai jumpa ayah, bunda I Love you All!" ucapnya sebelum telfon terputus
Hembusan angin semakin kencang bahkan kapal sempat berubah haluan
Rasa takut menghampiri Gadis kecil itu bayang-bayang akan perubahan besar dalam hidupnya, jika saja dirinya tak ditugaskan untuk memberikan bantuan medis dan obat mungkin dirinya tak kan kembali secepat ini ke Kampung halamannya pada awalnya dia bertekad kembali setelah memiliki keluarga kecil yang bahagia namun apa daya dirinya yang seperti kapal yang kini ia tumpangi.
"Aku adalah diriku, kan ku biarkan Angin membawa diriku berpetualang meski harus menyebrangi samudra, ataupun melewati padang pasir aku tetap lah diriku yang bebas!" ucap Alin seraya mengulang setiap kata yang ada dibuku yang ia baca
•••
Turun dari kapal alin disambut dengan keramaian pelabuhan... Sungguh ramai hingga membuat badan sulit untuk digerakkan
"Alin... " pekik pria paru baya dari tempat yang tak cukup ramai.
Senyuman terukir diwajah alin dilewatinya lautan manusia dengan berlari "Papa!!!" Alin memeluk pria paru baya itu dengan sangat erat.
Kapten Samy dan para awak kapal yang membawakan barang barangnya gadis itu ikut terharu akan pertemuan Alin dan ayahnya
"Pa dimana mama?"
"Mamamu dirumah menjaga
restoran..."
"Apa dirumah ada oma?"
"Papa rasa bukan hanya oma yang ada, tapi kakakmu dengan suaminya juga ada disana!"
Glek
Seketika senyuman hilang dari wajah gadis itu ntah mengapa Firasatnya buruk.
•
•
•
Gadis kecil itu masuk kedalam restoran namun yang diliatnya bukanlah wajah senang dari ibunya tersayang
"Terus AJA Kalian Sibuk dengan urusan Masing-Masing, NGGAK USAH PULANG ke rumah Sekalian! Punya Anak 3 kok nggak ada benernya"
Alin menelan ludahnya melihat ibunya menyemburkan Amarah kepada Kakak dan Kakak Iparnya. beruntung Adik kecilnya tak ada disini
Alin hanya diam mematung didepan pintu tak berani menyela amarah
ibunya. Yang ada kalau dia menyela dia juga bakal terkena Amarah sama dengan nasib kedua orang yang sedang berlutut dikaki ibunya
"Tapi Ma... Alin juga pergi dan tinggal ditempat yang jauh, mama nggak tegasin sama dia!"
Oh... Shit, mendengar namanya dibawa-bawa oleh kakaknya sendiri membuat telinga Gadis kecil itu memerah. Dia pikir untuk apa seorang Alin Craetta merantau ke negeri orang, kalau saja bukan untuk belajar dan bekerja restoran ini nggak akan pernah ada.
"Alin kenapa kau menghalangi pintu?!" ucap Ayahnya seraya mendorong masuk tubuh gadis kecil itu. Semua didalam terlonjak kaget dengan kedatangannya
"Halo... Semua apa kabar? Aku harap tak ada yang mencemooh tentangku selama 10 tahun berlalu!" Alin tersenyum lebar sehingga memberikan kesan yang cukup menyeramkan kepada kedua kakaknya itu.
Alin memeluk satu persatu anggota keluarga hanya kurang sang adik dan oma kesayangannya. Saat kakaknya hendak bangkit dari lantai untuk menyambut gadis kecil itu ibunya langsung mendaratkan pandangan mematikan pada keduanya
"Mau kemana kalian berdua? Mama belum selesai marah!"
The Hell, bahkan Alin yang hendak mengambil air didapur mengurungkan niatnya "Alin juga sini kau!" ucap
ibunya tegas seraya menarik satu telinga Alin. Alin berteriak dalam pikirannya
'KYAAA... Ouch Sakit! "
Kini tiga orang itu berlutut
dihadapannya
"Maaf Ma...!"
"Maaf Ma... Ampuni Alin, disana Alin menjaga sikap kok alin hanya terus belajar dan bekerja disana. Alin juga nggak melakukan hal bodoh yang tak senonoh seperti yang dilakukan kakak Amy" Alin mencoba membela dirinya agar terlepas dari hukuman maut sang ibu bahkan ia tak Tak peduli dengan tatapan menguliti dari orang disampingnya.
Bagi Alin itu salah kakaknya sendiri bermain Pisau dengan mulut manisnya.
"Kalian akan Mama hukum, untuk kalian berdua mama akan kasih keringanan untuk membersihkan kandang angsa selama dua minggu dan kau Alin_-"
Brakk...
Seorang anak membanting pintu restoran seraya histeris mencari seseorang "Mrs. Sofia, dimana OMA ibu saya perlu bantuan untuk melahirkan?!"
Anak itu sangat histeris sehingga tak sadar dia berteriak-teriak didalam restoran. Omanya Alin bukan seorang dokter maupun bidan ia hanyalah seorang tabib tua yang sudah pensiun.
"Tadi Mama lagi ada urusan mendesak di kerajaan! Tapi pasti bentar lagi kembali" ucap ibunya Alin seraya menenangkan anak itu. Alin kira ibunya itu telah melupakan amarahnya namun "Alin hukumanmu akan mama berikan nanti setelah yang satu ini!"
Alin menggeram dengan kesal, saat ibunya hendak pergi alin menahannya
"Ma... Alin ikut biar alin yang tangani!" pintah Alin yang dibalas anggukan oleh sang ibu
Alin membawa tas medisnya dan berlari kerumah anak itu.
30 menit
Seorang malaikat kecil kini telah ada ditangannya. gadis kecil itu melakukannya dengan sangat baik dan cepat bahkan dirinya sudah memberikan infus pada sang ibu yang melahirkan.
"Ibu jangan dilepas infusannya ya! Tunggu infusannya habis baru boleh dilepas"
Alin mengelap keringat di dahinya, bagi dirinya cukup menegangkan mendengar suara teriakan dari ibu-ibu yang dalam proses persalinan. Untunglah pasien ibu yang satu itu sudah pembukaan 4 saat dirinya sampai.
"Terima kasih ya Dr. Craetta berkat anda saya bisa melahirkan dengan selamat"
"anak mrs.sofia emang hebat tak sia-sia dia belajar di luar negeri !"
Muka Ibu nya Alin terlihat senang dan bangga "Ho... ho... ho... Anakku ini emang pinter banget bahkan diluar sana dia sekolah gratis!" alin menepuk dahinya dengan kasar ibunya terlalu berlebihan membanggakan dirinya
•
•
•
Dan apa-apaan ini?
~•Flashback on
Sepulangnya dirumah alin membenahi jas dokternya dan meletakkan perlengkapan medisnya dikamar.
Sialnya
Kamar yg ditempatiya dulu telah dipakai oleh Pasutri mesum dihadapannya jd dia memakai kamar adiknya.
"Papa, Alin ikut mancing malam ini ya?!"
Gadis kecil itu trus mengikuti ayahnya pergi.
"Ekhm... Alin kau lupa hukumanmu?!"
Shit... Alin mengacak rambutnya dengan kasar Kenap ibunya masih ingat dengan masalah hukuman
"Hukuman apa? Nanti ajalah Ma hukumannya, alin kan lelah!" ayah alin mencoba membela anak gadisnya yang sudah nampak sangat frustrasi
"Jangan mencoba membela anakmu Mr. Raf!"
"Ya... Ya... Sudah jangan berantem biar saja mama menghukum ku tapi janji ma,
Setelah ini mama nggak akan marah lagi sama aku. Aku kesini itu mau bekerja dan membantu tenaga medis yang kurang. Aku nggak mau jadi anak manja yg hanya bisa bergantung pada orang tua!"
Alin menatap mamanya dengan dalam
"Ok Fine, mama turuti janjimu!"
"Sekarang apa hukumannya?"
~•Flashback off
The Hell untuk semua tradisi yg nggak berguna ini, teganya seorang ibu menghukum anaknya untuk mengisi sumur kosong sampai penuh bukan hanya itu air yg diambil hrs dari dermaga yg ada disungai walaupun sudah membawa dua ember yg dijinting dengan bambu dipundak, itu tetap saja sangat melelahkan ditambah lagi jarak sungai dan rumahnya cukup jauh.
"Bagaimana bisa ini tradisi untuk anak gadis yg meninggal kan kampung halaman nya! Kalau gadis lain pasti sudah pingsan sedari tadi!" Alin melihat jam tangannya
Shit... Sudah pukul 23.00 pantesan saja pundaknya terasa sakit. Alin meletakkan kedua ember ketanah dengan sangat hati-hati, dia duduk sambil menatap bintang dilangit
"Opah, mama keterlaluan kan! Gimana kalau anak gadisnya ini diculik atau dibawa lari orang?!" gumamnya seraya menatap jauh ke sungai
Ya... Kakek nya sudah meninggal sejak alin berusia 5 tahun, dia adalah seorang Jendral Angkatan laut yg tewas ditengah peperangan
Desiran Angin semakin terasa jas dokternya bahkan tak mampu menghangatkan dirinya untung lah Alin masih menyimpan pisau kecil setajam pedang yang merupakan pemberian ayahnya 10 tahun yang lalu.
"Apa aku perlu membuat obor?!" gumamnya pada diri sendiri
Alin membuat obor dengan pematik api yang ia bawa. tepat saat dia selesai membuatnya sebuah pesan dari profesor Alpha masuk ke ponselnya
"Oenothera biennis, tanaman medis yang mekar dimalam hari! Cepat dicari karena semua bagian tumbuhan itu bisa dijadikan obat" Alin membaca Pesan itu perlahan.
"Aku tau semua itu, nggak perlu dijelaskan lagi. Seingatku orang disini menyebutnya Evening Primrose menurut buku tumbuhan itu berwarna kuning saat mekar, paling rendah tanaman itu tumbuh diketinggian 3 - 5 meter dengan lebar bunga 0.78-2 inci. Aku bisa membuat nya jadi berbagai macam obat akan tetapi di mana aku harus mendapatkan nya?!"
Alin mencoba berpikir. dahulu saat kecil dia pernah membuat obat bersama neneknya dari tanaman itu, dia memetiknya dari hutan dekat makam sang kakek.
"Oh iya, hutan itu! Semoga saja tanaman itu masih berada disana, aku nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan yg ada" gumamnya dengan bersemangat
Tanpa menunggu dan berpikir lagi Alin bersama obornya langsung pergi ke hutan itu
•••
Sedikit demi sedikit tanaman semak yang menganggu jalan didepannya di tebas. Alin hanya fokus pada setiap tanaman medis yg ia temukan, pisau kecil ditangannya sangat berguna
"yg ini Moon Flower!"
Bukannya mendapat tanaman medis yg ia cari Alin malah menemukan beberapa tanaman langkah
"Eh... Bukan kah ini Saussurea obvallata?!"
Kenapa tanaman ini ada disini. seperti mendapat Jackpot Alin bersorak gembira. Saussurrea obvallata adalah tanaman medis asli Cina, India, dan burma. Hanya mekar setahun sekali dimalam hari.
"Nggak nyesel aku disini, ini seperti keberuntungan besar aku datang ke hutan ini"
Alin mencabut beberapa bunga yg mekar itu, dia bahkan membawa 1 bibit kecil untuk ditanamnya di rumah. dia nggak menggondol habis tanaman yg ia cabut karena tanaman itu sangat langka kalau dihabiskan maka tidak akan ada lg bunga seperti itu.
"Sekarang tinggal Evening Primrose!"
Alin lanjut melangkah kan kakinya, dia nggak peduli akan waktu dan biarpun disekelilingnya gelap gulita dia masih memiliki obor yang ia buat tadi.
Semakin lama dia semakin dalam masuk ke hutan. Hingga dia mendengar suara gemercik air dan berjalan ke arahnya
"Waah! Air terjun ini masih sama"
Alin mencelupkan salah satu kakinya ke air, dan menikmati setiap dingin yang menusuk kulitnya
Matanya tidak bisa tak menatap kilau air terjun yang sangat indah. Saat matanya menyapu bagian dinding air terjun sebuah bunga kuning dengan cantik terjuntai diatasnya
"my precious Evening Primrose!"
Gadis kecil itu berjinjit untuk menggapainya.
"Ya... Sedikit lagi! demi tanaman langka" gumamnya yg masih berusaha
"eh nona,Kamu ngapain?!" sebuah suara ntah dari mana langsung terdengar ditelinga alin
"Nggak liat ni aku lg memetik bunga!" ucap Alin tanpa melihat sosok yang diajaknya bicara
"Bunga apa?! Apa kau sampai?"
Suara berat dan sedikit serak itu memiliki nada yang meremehkan
"Hey... Tuan, anda nggak perlu tau! Jika anda tidak berniat membantu lebih baik anda pergi sekarang!" ucap Alin acuh tak acuh jika bunganya lambat diambil maka bunga itu akan layu
"Aku ke sini cuman ingin meminta Api dari obormu, kalau perlu aku akan membawa obormu bersamaku!" ucap pria itu
Alin masih sibuk dengan bunga yg ingin ia petik, dia melirik sekilas pria itu lalu melanjutkan kegiatannya
"Apa kau tak malu tuan?! kau ingin mengambil barang milik seorang gadis. Apa kau sebagai pria tak bisa membuat obormu sendiri?!" ucap Alin dengan nada yang tak kalah meremehkan.
"Hey, Nona kau seharusnya tidak berada di hutan ini!"
"Apa kau pemilik hutan ini?! Sejak kecil aku sudah terbiasa disini!" ucap Alin dengan sedikit kesal
Alin mengambil bunganya dan beralih ke pria muda itu "Apa kau mabuk tuan?"
Bau amis Tercium dihidung gadis kecil itu
'Apa aku bocor? Tapi celanaku nggak basah dan lengket, dr mana bau ini?!' pikir Gadis kecil itu.
"Aku tidak mabuk! Aku kesini awalnya juga karena ingin mencuci pedang ku"
Alin melirik pedangnya yg masih dipenuhi darah yang menetes
'Apa dia seorang psikopat?!' ucap alin dalam hati
"Ya sudah segeralah cuci pedang mu! baunya sungguh nggak enak"
Ucap Alin sebelum bergegas pergi
Belum ada 5 langkah bergerak pria itu memanggil Alin "Hey... Nona bukankah td aku meminta Api di obormu?"
Perawakan pria itu cukup bagus, namun sangat disayangkan dia sangat dingin. "Aku tidak akan memberikan nya pada mu tuan, dan oh ya aku saranin jangan mengotori Air terjun ini dengan darah yang ada dipedangmu tuan!"
"Beraninya kau, kalau tuanku ada disini ku pastikan kau nggak akan selamat dari pedangnya!"
Alin berbalik dan menatap pria itu jas dokternya masih berkibar tertiup angin
"aku nggak peduli pada tuanmu"
Tiba-tiba sesosok orang datang dari kejauhan, dia memiliki aura dingin lebih dingin dari pria dihadapannya. Saat dia berdiri didepan pria dihadapannya, pria itu berlutut "Maaf tuan, hambamu ini hanya ingin membersihkan pedang dan meminta obor untuk pencahayaan mu!"
Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya didepan orang itu
"Trus kenapa kau lama sekali?!" orang itu menatap tajam pria dihadapannya
"Tuan Nona ini tidak mau memberikan api obornya dan dia bahkan memperingatkan ku untuk tidak membersihkan pedang disini"
Tatapan orang itu beralih ke alin, dia menatapnya dari atas ke bawah membuat alin memegang jaket dokternya dengan sangat erat
"Apa yg kau tatap?!" tanya alin ketus
Orang itu menggelengkan kepalanya "Tidak ada" ucapnya singkat. Matanya kembali beralih ke pria yang berlutut dihadapannya
Awalnya alin kira orang itu adalah seorang wanita karena rambut panjang yang berkibar begitu cantik bahkan mengalahkan dirinya, wajahnya sangat sempurna bagaikan lukisan dewa yunani tubuhnya yg tinggi besar dibalut dengan kain panjang membuat penampilan nya begitu elegan dan murni seperti malaikat
"Ini bahkan mengalahkan banci Thailand!" gumam Alin tak percaya
"Banci?"
Ckrekk... Ckrek... Ckrek...
Tanpa peduli dengan tatapan dingin pria itu Alin mengambil beberapa gambar nya dengan blitz
"Hey, Nona cahaya apa itu?!"
Eh... Mereka nggak pernah melihat blitz.
mungkin dia akan marah jika tau aku memotretnya
"Ini bukan apa-apa. Abaikan saja aku dan teruskan kegiatanmu!" ucap Alin seraya tersenyum canggung
"Apa alasannya melarang kau membersihkan pedang disini?! Cepat selesaikan masalah mu ini, kalau perlu bunuh saja dia!"
"Baiklah tuan" pria yang berlutut itu mendekati Alin
Bunuh
Setelah mendengar kata itu pandangan alin menjadi gelap dan udara disekitar tubuhnya pun ikut mendingin
"Hey, apa yg kau lakukan? Menjauhlah dari ku!" ucap Alin dengan wajah dinginnya, suaranya pun tidak gemetar
"Apa alasanmu nona? Kalau alasanmu bagus dan kau meminta maaf padaku dan tuanku, aku akan mengampuni mu!"
Pria itu tertawa sinis
Alin tertawa merendahkan "Aku nggak perlu pengampunan mu! asal kau tau saja air di air terjun ini sangat suci dan murni dari pegunungan, air ini bahkan mengalir ke pemakaman yang sudah menjadi tempat yang sangat suci didaerah ini. Kau tidak bisa mengotori airnya dengan darah!"
Tuan dari pria itu menyeringai ke arah alin, matanya yang tajam menatap alin namun tidak mebuat gadis kecil itu gentar "Kalau aku mau kenapa tidak bisa?!" Suaranya yang berat dan serak seperti alunan lagu di malam hari
Namun setiap kata yang dikeluarkan nya membuat emosi gadis kecil itu memuncak "Apa kau bego?! Nggak mikir apa ini air bukan hanya untuk keperluanmu, yang lain juga makai bahkan ada yang pakai untuk minum. Jika kamu mencelupkan pedang itu darah berserta bau amisnya akan tercampur dengan air membuat air itu kotor dan tercemar dan itu sama saja kau meracuni orang lain, syukur syukur kalau darah itu tidak membawa bakteri atau jamur berbahaya kau bisa bayangkan jika satu desa aja yang mengonsumsi air ini maka kau bisa meracuni dan bahkan membunuh semua orang, oh bukan hanya orang saja tp juga hewan" Alin meluapkan semua emosinya hingga ia merasa puas.
Kedua orang itu melongo tak percaya bahwa kata-kata itu keluar dari seorang gadis kecil "Beraninya kau mengatakan tuanku bego!"
Dengan tatapan mengejek Alin terkekeh geli "Apa kau tau Artinya 'Bego'?!"
Pria itu menggelengkan kepalanya dengan malu. Tuannya hanya diam dan beralih melihat sekelilingnya
"Begini aku tau kalian hidup dikeluarga besar yang terpandang, tapi berusahalah untuk tidak sombong jangan berpikiran sempit dan hanya mementingkan diri kalian sendiri. Kalau kalian tidak bisa mengikuti gaya hidup masyarakat disini setidaknya Kalian harus bisa bertoleransi dengan kehidupan masyarakatnya"
Kalau saja ini di Boston tempat Alin berkeja sudah pasti dirinya akan meminta bayaran untuk konsultasi
"Karena kau telah menjelaskan panjang lebar aku akan berbaik hati Nona, kami nggak akan mencuci pedang dengan mencelupkannya ke air tapi kami akan tetap mengambil air disini untuk menyiram pedang itu dibawah lubang pohon"ucap tuan tampan itu
"Itu lebih baik dan oh... Ya aku akan memberikan obor ini jika kau mau membayarku dengan uang!" Ntah pemikiran dari mana yg masuk diotaknya kali ini
"Uang?"
Alin tertawa dia memasang topeng bisnis diwajahnya "Iya uang. Kau tidak akan mau nama keluargamu jadi jelek karena meminta atau mengambil paksa barang milik seorang gadiskan?! Sebab itu aku berbaik hati menjualnya"
Seringai muncul diwajah tuan itu "Huh? Itu Ide yg bagus!" namun pria disampingngnya menatap alin dengan bingung
"Nona kalau kau menjual obormu, bagaimana caramu keluar dari hutan ini?"
Dengan santainya gadis kecil itu menjawab "Aku bisa membuatnya lagi! Bahkan aku bisa membuat lebih banyak"
"Itu berarti dia memiliki pematik api!" tuan itu tidak mengubah seringai diwajahnya
Tuan itu tidak sebodoh yang dipikirkan alin pada awalnya "Aku akan membeli pematik apimu juga! Berapa harga yang kau berikan?" tanya tuan itu
Alin tau maksud dibalik perkataan Tuan itu jika dia menjual pematik api dan obor secara bersamaan dia tidak akan punya cara untuk membuat obor baru dan itu artinya dia harus menunggu pagi tiba untuk keluar dari hutan ini.
'Dia kira aku cuman punya obor dan pematik api apa? Aku masih punya ponsel dan bahkan ponsel itu ada senternya!' ejek gadis kecil itu dalam hatinya
"Berapa uang yang kau bawa?"
Pria disamping tuannya menjawab "Kami punya check senilai 2000 Emas bersama kami"
Alin memutar otak nya diabad 21 sekarang dia hanya tau belanja dengan E-Money atau uang biasa dia tidak pernah membeli emas jadi dia tidak tau harga emas disini "Apa kau tak memiliki dolar?"
"Dolar itu mata uang luar nona, disini nggak ada yang memakai dolar selain pedagang luar"
Seringai muncul diwajah gadis kecil itu dia tak peduli dengan jumlah yang akan dia katakan "Ok, aku berbaik hati berikan aku check 1000 Emas dan aku akan memberikan keduanya pada kalian!"
"Apa 1000 Emas?! Kau merampok kami nona!" Pria itu berteriak tak percaya
"Ini bukan merampok melainkan bisnis. jika tidak mau ya sudah, disini sangat jarang ada seorang gadis yang mau berjualan ditengah hutan!"
Wajah Tuan pria itu berubah menjadi gelap "berikan dia 2000 emas yg kita miliki!" suaranya sangat dingin dan menusuk orang disekitarnya
"Tapi tuan jika kita memberikan semuanya_-" pria itu hendak protes namun dihentikan tuannya
"Berikan Saja!"
Pria itu langsung berlutut ketakutan didepannya "Baiklah tuan"
Alin tersenyum puas dia tak meyangka tuan dihadapannya begitu berbaik hati
"Kau tidak akan menyesal tuan!" alin mengeluarkan pematik api dari jas dokternya lalu dia menyalakannya di depan wajah tuan itu
"Liat tuan pematik api yang saya miliki punya api berwarna biru dan ini asli saya beli di UK bahkan di korek ini tertera nama dan tempat pembuatannya"
Tuan mengambil pematik itu dari tangan alin dan memberikannya sebuah kotak uang berisi 2000 emas "Sudahkan ayo pergi!" ucapnya dingin
Sebelum mereka pergi jauh alin menyalakan senter ponselnya dan berteriak pada mereka
"Terimakasih Tuan, kau sangat tampan dan baik hati. Api dari pematik itu tidak bau sehingga tak akan mengotori tanganmu"
Wajah tuan pria itu yang sedari tadi gelap sedikit mencerah dia tersenyum dan bergumam "Dasar Gadis Gila!"
•••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!