Elena Maria Lombardi seorang wanita yang menjadi agen rahasia FBI telah menjalani beberapa misi dan selalu berhasil dalam semua misinya sampai saat ini.
Lalu suatu hari dirinya mendapatkan misi untuk menyelinap dan mengambil sebuah informasi dari Mafia berbahaya yang tidak tersentuh bernama Luca Francesco Rossi.
Pada awalnya dia tidak merasa takut, dia adalah wanita yang selalu menyukai tantangan dan menghadapi apapun yang akan menjadi tantangan. Dan lagi dia akan menganggap tantangan itu adalah hal yang menyenangkan karena sifatnya.
Lumina adalah julukan milik Elena. Lumina berarti cahaya dari Italia. Dan julukan itu lebih cocok dengan Elena yang memiliki kemampuan untuk menjadi ceria dan periang meskipun dirinya bekerja di bidang berbahaya yang selalu mengancam nyawanya.
"ahh~"
Elena memunguti pakaian miliknya dan berjalan perlahan menuju meja kerja Luca. Dia memasukan flashdisk kecil dan langsung dengan cepat bekerja.
Dia melakukannya diam-diam dan memakai pakaiannya dengan berhati-hati agar tidak membangunkan orang yang masih tidur dengan telanjang di kasur saat itu.
Orang yang telah tidur dengannya semalam, orang yang tidak memiliki kelembutan sama sekali. Punggungnya terasa seperti akan patah dan pinggulnya juga terasa sangat nyeri.
Setelah berhasil menyimpan semua data ke flashdisk kecil miliknya. Elena segera mencabut miliknya dan berjalan ke pintu. Dia menatap Luca yang masih tertidur. Dia sengaja memasukan obat tidur semalam di wine milik Luca.
Itulah kenapa pria itu benar-benar tertidur pulas.
ΩΩΩ
"Apa kamu berhasil mendapatkannya?" Suara seseorang segera bertanya saat Elena berjalan masuk ke dalam ruangan kepala FBI.
Dia memberi hormat dan meletakan flashdisk kecil di meja kepala FBI itu dan berdiri tegak.
Kepala FBI terlihat senang dengan pekerjaannya yang benar-benar diselesaikan dengan cepat. "Bagus, Agent Lumina. Jika kamu terus bekerja seperti ini, kamu mungkin bisa dapat promosi dengan cepat dan kamu tidak perlu bekerja terlalu keras lagi."
Agent Lumina adalah nama panggilan untuknya. Seorang agent memang dipanggil dengan nama panggilan dan bukan nama asli. Karena sesuatu mungkin akan terjadi pada seorang agent jadi mereka tidak ingin informasi agent akan didapatkan dengan mudah oleh para musuh.
Sama halnya dengan Elena. Karena dia adalah agent mata-mata khusus yang sudah sering berhasil. Para senior dan junior hampir mengenal nama agent Lumina yang melegenda dan setelah ini. Mungkin namanya akan lebih besar lagi.
Dia telah mendapatkan informasi bisnis gelap dari mafia ternama yang berbahaya.
ΩΩΩ
Tapi sepertinya hanya berlaku sebentar, Elena berjongkok di toilet dan merasa sangat pusing sambil memegang testpack dengan dua garis disana.
"Sialan..."
Suaranya serak karena tenggorokannya terus mual sejak tadi. Dan benar seperti dugaannya.
Dia hamil.
Dia yang seorang agen mata-mata yang bekerja di bidang dan tempat berbahaya harus mengandung seorang anak? Dia pasti akan langsung mati.
Mengandung bayi bisa menjadi kelemahannya.
Tapi dia juga ragu untuk membunuhnya.
ΩΩΩΩ
4 tahun kemudian.
Anak kecil berumur 3 tahun berlari dengan riang mengelilingi ruang tengah sambil memeluk boneka ditangannya.
Suara tawa anak kecil dan suara hentakan kakinya yang tidak terlalu keras terdengar nyaman di telinga siapapun.
"Sayang, kamu bisa jatuh tersandung mainan. Kemari, kita makan bersama. Mommy memasakan makanan kesukaan kamu." Elena berjalan keluar dari dapur membawa dua piring pasta dikedua tangannya.
Elena meletakan piring kecil di meja dan Shopia berlari pada Elena. Dia bersorak dan melompat kecil dengan kaki pendeknya. Rambut pirang miliknya terlihat cantik bersinar dibawah sinar matahari.
Elena mempunyai rambut hitam sedangkan putrinya memiliki rambut pirang dan mata biru yang cantik. Jelas sekali putrinya ini lebih mirip dengan ayahnya, Luca.
"Pasta! Pasta! Pasta!" Sophia terlihat gembira dan sedikit melompat kecil.
Elena tertawa mendengar antusiasme Shopia dan dia perlahan membuat batita itu duduk dengan tenang di atas karpet. "Pegang garpunya atau kamu ingin mommy menyuapi kamu?"
"Aku mau sendiri! Aku udah besal!" ucap shopia dengan suaranya yang masih kekanak-kanakan.
4 Tahun yang lalu saat Elena berada didalam masa sulit, dia akhirnya tidak mengambil langkah yang akan membuatnya menyesal. Dia berakhir mengandung, melahirkan dan membesarkan putrinya sendiri.
Dan dia juga mengambil cuti setahun selama dia mengandung, dia tidak ingin semua rekan kerjanya mengetahui jika dirinya menyimpan anak rahasia dari musuh mereka.
4 tahun lalu benar-benar masa yang sulit dan bahagia. Karena dia mendapat promosi lalu dia juga berhasil menangkap beberapa rekan bisnis milik Luca dengan informasi yang dia dapat.
Dia mendapatkan semua pujian dan kekaguman dari junior maupun senior yang bekerja disana.
Tetapi pada akhirnya. Disinilah dia, dia tidak mengambil misi secara terus-terusan sekarang dan dia juga tidak mengambil misi yang akan membuatnya pergi jauh dari rumah terlalu lama.
"Pasta! Lihat aku mama! Aku hebatkan?"
"Kamu hebat."
Toh, semuanya sepadan dengan apa yang dia dapat sekarang. Dia memiliki putri yang menggemaskan dan cantik. Apalagi saat dirinya tidak pernah mendapat kehangatan dari sebuah keluarga.
Dia merasa semua kerja keras yang telah ia buat dan semua rasa sakit saat mengandung dan melahirkan sepadan saat melihat wajah cantik putrinya.
Senyuman paling manis yang pernah ia lihat adalah senyuman milik putri kecilnya itu.
***
Disisi lain kediaman Luca.
Pria itu masih terlihat pemarah dan menyeramkan, wajah tampannya terlihat sangat mengerikan jika dipandang. Seolah dia bisa mengoyak daging dengan tangan kosong.
"Sudah bertahun-tahun dan kalian tidak bisa mendapatkan informasi dari wanita jal*ng itu?! Apa kalian benar-benar bekerja?!"
Memang benar, selama beberapa tahun. Luca terus mencari wanita yang telah menipu dan membuat setengah bisnis miliknya menghilang.
Dia bahkan tidak tahu jika wanita itu sebenarnya musuhnya? Agen atau suruhan mafia dari keluarga lain.
Benar-benar tidak berguna.
Luca melemparkan berkas pada pria-pria yang berdiri dengan membungkuk takut. "Kalian dipecat jika tidak bisa menemukan wanita jal*ng itu selama satu minggu!"
"BAIK!!"
Serentak mereka terlihat siap untuk bertempur dan Luca melirik pada bawahannya. "Pergi sekarang!"
Melihat ruang kerja miliknya akhirnya kosong, dia mengambil nafas panjang dan mengambil cerutu miliknya. Menghisap tembakau disana dan memijat pelipisnya kesal.
"Wanita jal*ng si*lan. Akan kubunuh dia dan kupotong seluruh tubuhnya. Bahkan ku potong semua jari miliknya dan membuang jantungnya untuk dijadikan makanan babi. Aku bersumpah akan membunuh wanita itu!"
...To Be Continue......
Terimakasih yang udah mampir. Jangan lupa like. Ini novel dark romance pertamaku di noveltoon semoga kalian suka.
Oh iya ada visualnya kok.
...Elena Maria Lombardi...
...Luca Francesco Rossi...
...Shopia Isabella...
Misi baru.
Elena berjalan masuk ke gedung kantor FBI dan langsung pergi ke lantai dimana kepala FBI sedang menunggu.
Pagi hari sebelum matahari benar-benar muncul, dia mendapatkan sebuah pesan kode jika dia akan memiliki misi untuknya.
"Selamat pagi, pak kepala,"
Orang dengan jenggot itu terlihat berbalik. Rambutnya putih beruban tapi wibawanya masih terasa. Aura old money.
"Agen Lumina, aku senang kamu cepat tanggap dan datang kemari. Aku membutuhkan bantuanmu."
Elena mengangguk dan berdiri tegak. Dia selalu siap kapanpun misi memanggilnya.
Dan tentang Sophia, dia menitipkan putrinya ke pengasuh bayi yang sudah ia percayai selama dia mengambil misi.
"Ya saya siap kapanpun dengan misi apapun. Apa yang akan saya lakukan kali ini?"
"Tidak akan berbahaya, kamu hanya menyamar menjadi wartawan dan mengambil informasi. Ada pembunuhan yang terjadi di belakang gedung pabrik itu. Kamu pasti mendengarnya kan?"
Elena mengangguk dan Pak kepala terlihat mendesah gusar, "Banyak wanita dibunuh. 5 dari mereka adalah gadis yang belum menikah jadi kamu selidiki disana."
"Tetapi itu akan sulit pak, bukankah semua itu tanggung jawab polisi setempat?"
"Itulah kenapa aku memilihmu untuk menjalankan misi ini. Karena penyamaran adalah keahlianmu, aku akan memerintahkan Hawk untuk mengawasi mu dari jauh jika tiba-tiba ada masalah."
Hawk? Seorang sniper terkenal milik FBI. Dia terkenal dengan kemampuannya menembak dari jarak jauh dan selalu tepat mengenai kepala.
"Aku tidak memerlukan dia, aku akan bekerja dengan hati-hati." ucap Elena. Dia memang jarang bekerja dengan rekan karena pekerjaannya lebih bahaya jika ada dua orang. Mereka tidak bisa terus berkomunikasi untuk mengambil langkah jika terpojok.
Berbeda jika dirinya sendiri yang bekerja sendiri. Dia selalu bisa mengambil langkah terburuk menjadi kesempatan yang bisa ia gunakan.
"Aku tahu kamu bisa, tapi aku hanya memikirkan sesuatu yang kemungkinan akan terjadi. Karena pembunuh berantai itu sepertinya mengincar perempuan. Jika kamu menyamar menjadi perempuan disana, aku khawatir kamu akan tertangkap oleh dia."
"Maka itu bagus, saya bisa jadi umpan untuk kalian." ucapnya dingin.
Pak Kepala terlihat menghela nafas, "Agen Lumina, aku juga memikirkan anak-anak yang menjadi bawahan ku apalagi agen wanita seperti kalian. Aku tidak ingin kalian gugur saat bekerja. Meskipun itu adalah sebuah kebanggaan, tapi aku lebih suka jika kamu bisa pulang dengan selamat. Keluargamu pasti menunggu."
"Keluarga? Lucu, saya tidak punya—" Ah? Elena terdiam. Dia mempunyai keluarga sekarang. Dia mempunyai Sophia yang harus ia lindungi sekarang. Benar, demi keamanan dirinya dan agar dia bisa melindungi Sophia terus. Dia harus mengambil bantuan dari orang lain. "Baiklah, tapi saya tidak ingin dia mengangguku dari jarak dekat. Dia pasti bisa mengintai ku dari jarak jauh dengan mata elangnya kan?"
"Luar biasa. Jelas dia bisa. Kalau begitu kamu bisa bersiap dan mengambil senjata mu. Aku menunggu keberhasilan mu lagi."
"Baik,"
...ΩΩΩ...
Dengan itu, disinilah Elena sekarang. Dia berjalan masuk dibelakang gedung dan langsung ditahan seseorang berpakaian polisi disana.
"Gadis manis, kamu tidak boleh kemari sekarang. Kamu tahu berbahaya di tempat ini, sebaiknya kamu pulang. Apalagi cuaca sudah akan hujan." Polisi itu terlihat dengan ramah berbicara padanya.
Elena tersenyum dan akhirnya memperlihatkan jurnal dan kamera yang tergantung di lehernya. Dia cemberut, "Ah... sayang sekali. Padahal aku cuman mau liput untuk pekerjaanku. Aku seorang jurnalis pak, bisakah aku melihat disana sebentar? Aku janji tidak akan lama. Aku juga tidak akan merusak TKP."
"Tidak bisa nona muda, sebaiknya anda pulang saja kerumah. Anda bisa meliput sesuatu yang lebih keren dan tidak berbahaya." ucap polisi itu.
"Baiklah, tapi apa anda ingin permen? Pasti pak polisi lelah menjaga tempat ini."
"Yah, permen juga boleh. Aku selalu lelah menjaga tempat mengerikan ini sendirian. Aku heran kenapa aku harus menjaga tempat ini. Padahal cuman psikopat saja yang akan datang ketempat TKP lagi."
Elena mendengarkan keluhan pak polisi itu sambil menyerahkan permen yang masih dibungkus plastik itu.
Saat pak polisi itu memakan permen.
"Benar... Tapi aku punya pekerjaan. Tapi apa boleh buat." Elena cemberut dan akhirnya mengangguk. Dia berbalik dan perlahan berjalan menjauhi TKP.
"Selamat tinggal nona, hati-hati dijalan— eh?" Pak polisi itu terlihat bingung saat tubuhnya terjatuh ke tanah sedangkan Elena tersenyum dan berjalan kembali ke arah TKP yang sudah bergaris polisi itu.
"Mari kita lihat~" Dia berjalan melompati tubuh polisi yang tertidur itu dan mengambil beberapa foto dan juga mengamati TKP dimana korban keenam dari pembunuh berantai itu dibuang disana.
Dari berita yang ia lihat, ditemukan kepala perempuan dibungkus koran didalam plastik hitam yang diletakan ditempat sampah.
Cukup sadis. Dia tahu TKP ini tidak akan ada mayat lagi, tapi petunjuk kecil juga penting. Dia pasti bisa mendapatkan sesuatu yang penting dari tempat yang ini.
...ΩΩΩ...
Tiga botol Vodka tergeletak di meja dan Luca menegak botol keempat sendirian sekarang. Dia sudah sangat frustasi dan ingin sekali membunuh wanita yang telah menghancurkan sebagian bisnis miliknya.
Asisten dan juga orang-orang kepercayaan Luca terlihat cemas dengan keadaan Bosnya. Mereka ingin sekali menemukan wanita yang telah bosnya cari. Tapi mereka bahkan tidak tahu bagaimana rupa wanita itu.
Semuanya hampir terasa menyesakan.
Sampai dimana seorang bawahannya berteriak dan berlari masuk kedalam ruangan secara paksa. Dia terlihat berkeringat dan Luca langsung melemparkan botol kaca itu pada orang yang baru saja masuk.
Tapi dia terlihat bisa menghindar. Dan dia tetap berdiri dengan tenang, "Bos! Saya menemukan wanita itu!"
Dengan perkataan itu, Luca terlihat mendongak dan akhirnya menatap bawahanya yang baru masuk. Dia berdiri dan berjalan mendekat pada bawahannya.
"Siapa dia? Kamu tahu namanya?"
"Saya tidak mengenali dia, bos. Tapi saya melihat dia baru saja. Sepertinya dia berada di gedung milik bos yang berada di pinggir kota. Gedung yang terlantar itu."
"Gedung?"
Asisten Luca terlihat mendongak dan dia menyadari sesuatu, "Ah? Gedung yang menjadi tempat pembunuh berantai meletakan kepala gadis kelima yang dia bunuh?"
"Benar!"
Luca mengangguk dan akhirnya dia mengambil sebuah pistol. Bahkan dia mengambil dua peluru. "Cepat kita pergi kesana. Bunuh wanita itu tanpa ampun, bahkan jika perlu buang seluruh potongan tubuhnya untuk menjadi makanan babi."
"Baik!"
Luca langsung berjalan keluar rumah diikuti dengan bawahannya yang terlihat menyiapkan beberapa mobil untuk mereka dan mobil untuk Luca.
Luca menoleh pada asisten miliknya dan berkata dengan suara dingin. "Penggal kepala wanita itu dan kamu harus memajangnya. Dia pasti agen CIA, polisi atau bisa saja FBI. Jadi buat pesan peringatan pada mereka."
"Baik, pak."
Sophia terlihat gelisah sejak tadi, dia merengek ingin menemui mommy nya jadi pengasuh miliknya, Bi Buna. Menelfon Elena dengan segera.
"Halo nyonya,"
”Ada apa bi? Kenapa nelfon? Apa Sophia rewel banget hari ini?"
"Benar, nyonya. Dia jadi lebih rewel dan terus mengatakan jika ingin melihat nyonya."
"Tapi saya sedang bekerja bi. Apa Sophia tidak bisa dibujuk?"
"Maaf nyonya, dia terus menangis."
Bi Buna mendengar helaan nafas dan Sophia terlihat masih menangis disampingnya. Bi Buna tidak tahu apa yang membuat bayi ini terlihat gelisah dan terus terganggu sejak tadi.
Sophia terlihat memiliki perasaan buruk jika dia tidak menemui mommy nya sekarang. Jadi dia terus menangis dan BI Buna akhirnya mengalah.
"Apa nyonya masih disana?"
"Iya, Tapi saya masih bekerja. Tapi tidak apa, tolong bawa Sophia berjalan-jalan ditaman. Bilang padanya aku akan menyusul dia."
"Baiklah, nyonya. Maaf menganggu waktu nyonya."
"Tidak apa, terimakasih sudah menjaga Sophia yang masih nakal."
Panggilan berakhir dan BI Buna terlihat membujuk Sophia. Pada akhirnya bayi berumur tiga tahun itu terlihat mengangguk dan setuju untuk menunggu ibunya ditaman.
...ΩΩΩ...
"Agen Lumina, cepat pergi darisana. Aku melihat ada beberapa mobil mencurigakan bergerak ke arah anda."
Elena menoleh saat mendengar instruksi dari rekan miliknya. Mereka memakai alat yang bisa membuat mereka berkomunikasi.
"Baiklah, berapa mobil?"
"Sekitar 5."
Sialan.
Elena akhirnya mengambil tas miliknya dan buku jurnalnya. Dia berlari memutar gedung karena gedung itu tertutupi pagar besi. Entah bekas pabrik apa. Dia tidak tahu.
Tapi ini merepotkan.
Dia berlari sekuat tenaga dan saat dia hampir bisa keluar dari area gedung. Dia malah melihat sebuah motor masuk.
Elena akhirnya berhenti berlari dan segera bersembunyi.
"Siapa pria disana? Cepat keluar saja. Mobil-mobil yang mendekat padamu terlihat mencurigakan."
Elena berdecak saat Hawk terus mengatakan instruksinya. Dia juga tahu akan lebih bahaya jika dia terus disini.
Saat dia hendak mengambil langkah dan menyerbu pemotor itu.
Dia melihat Luca.
Orang itu adalah Luca. Mafia berbahaya yang selama ini mengincar kepalanya.
Dia berhenti bergerak dan kembali bersembunyi. Tidak baik, meskipun dia bisa mengalahkan Luca. Tetap saja akan membuang waktu jika dia berkelahi dengan Luca. Pasti mobil-mobil yang dibicarakan oleh Hawk adalah mobil bawahan Luca.
Dia harus mengambil langkah berani. Tapi pada akhirnya, dia akan mati ditangan Luca atau mati ditangan anak buahnya.
Tidak. Dia harus bertahan.
"Lumina, sepertinya mereka anak buah Luca."
Elena tahu!
"Aku tidak bisa membantumu. Dengan jarak ini aku hanya bisa menembak sekitar delapan orang. Tapi sepertinya Luca membawa 20 orang."
20?! Bukankah itu gila?!
Apakah Luca segila itu padanya?
Elena menghela nafas dan kembali bersembunyi. Dia melihat Luca yang perlahan membuka helmnya dan mengisi pistolnya menggunakan peluru.
Gila. Pria ini jelas sekali tidak main-main.
Dia akan mati malam ini? Tapi dia tidak ingin mati. Dia punya janji bertemu Sophia di taman. Dia tidak ingin menjadi ibu yang tidak menepati janjinya.
Bawahan Luca satu persatu datang dan berjalan keluar dari mobil. Mereka langsung berpencar seperti instruksi Luca dan mereka berlari masuk gedung, berlari disamping kanan dan kiri gedung.
Mereka mengepung seluruh gedung itu.
Elena menghela nafas ditempatnya bersembunyi. Pria ini berbahaya.
...ΩΩΩ...
Sophia terdiam dibangku taman. Dia masih merasa gelisah dan dia melihat Bi Buna yang duduk disebelahnya dan juga menunggu kedatangan ibu Sophia.
Tapi semakin lama dia menunggu, dia semakin bosan dan semakin terganggu.
Dia menoleh ke lingkungan disekitar dan menarik lengan Buna, "Bibi, aku ingin berjalan-jalan. Aku bosan."
"Apa kamu bosan? Yasudah kita bisa jalan-jalan sebentar sambil menunggu mommy datang ke kamu."
Mereka berjalan disekitar taman dan Sophia terus memegang boneka beruang miliknya. Sampai dimana dia tidak tahan lagi dan akhirnya menunjuk ke arah sebuah gedung.
"Bibi ayo kita jalan-jalan kesana."
Buna awalnya ragu tapi dia tidak bisa mengatakan tidak jadi dia membungkuk dan menggendong gadis kecil itu. "Baiklah, tapi nona kecil harus digendong bibi okay? Gak boleh lari-lari."
"Oke!"
"Baiklah."
Kaki Buna akhirnya bergerak dan berjalan masuk ke jalanan dimana beberapa meter darisana. Luca dan Elena berada.
...ΩΩΩ...
Lima belas menit berlalu.
Dan Luca masih tidak menyerah, pria itu bahkan menyuruh bawahannya untuk menelusuri gedung itu sekali lagi lagi sampai Elena benar-benar ketemu.
Tapi sampai kapanpun dia tidak akan ditemukan. Dia bersembunyi diluar gedung di sebuah sumur yang tidak terlalu dalam. Jika mereka mencari di dalam gedung. Mereka tidak akan menemukan dirinya.
Tapi tiba-tiba seseorang berteriak dari lantai tiga. Menunjuk tempat persembunyian Elena sejak tadi. "Disana! Dia bersembunyi disana!"
Dor!
Pria yang menunjuk Elena langsung tertembak dikepala. Pasti itu adalah tembakan dari Hawk.
"Agen Lumina! Cepat kabur aku akan membuat jalan untukmu."
Baik.
Elena akhirnya melompat dari sumur dan Luca melotot melihat itu, dia akhirnya bisa melihat wanita yang telah lama ia benci. Luca langsung mengangkat pistolnya dan menembak Elena.
Dor!
Dor!
Dor!
Suara tembakan terdengar jelas disana. Elena berlari zig-zag menghindar dari peluru yang datang dari arah manapun. Hawk juga menembak beberapa bawahan milik Luca namun Luca tidak peduli. Dia bersembunyi menghindar dari sniper Hawk.
Tapi tangannya sibuk menembak Elena.
"AHHH—"
Elena berteriak saat peluru itu menembak ke perutnya. Dia tanpa sadar hampir terjatuh ke depan tapi tetap bertahan.
Luca tersenyum lebar saat tembakannya mengenai wanita yang lincah itu. Dia mengangkat tangannya dan mengarahkan pistolnya ke arah kepala Elena. Satu tarikan saja dan masalah miliknya yang selama ini ia cari akan hilang.
"Mommy?!"
DOR!
Luca terkejut saat dia melihat bayi berlari di padanya. Anak kecil itu memeluk kaki Luca.
"Mommy, mommy, mommy jangan sakiti mommy Pia!"
Dor!
Suara peluru sniper terdengar kembali. Luca melihat bawahannya terjatuh dari atas gedung.
"Mommy Pia gak jahat..."
Elena mendongak saat dia mendengar suara anak kecil yang familiar. Dia segera berdiri dengan susah payah dan berusaha berlari pada Luca.
Tidak.
Jangan putrinya.
"Aku akan menembak Luca, jangan mendekat pada dia."
"JANGAN!" Bentak Elena pada Hawk. Hawk jelas terlihat terkejut dan Luca juga terkejut. Dia menoleh dan kembali tersadar. Dia akhirnya mengarahkan pistolnya kembali pada Elena yang berusaha berjalan padanya.
"Luca... Aku akan menyerah. Jangan sakiti anak itu, jika kamu ingin tubuhku aku akan menyerahkannya, jika kamu ingin kepalaku. Aku akan menyerahkannya. Tapi jangan dia. Kumohon... Kumohon..."
Suara Elena terputus, tapi dia tetap masih ingin berjalan mendekat.
Sedangkan Luca terlihat berpikir sebentar dan dia menunduk melihat wajah anak kecil yang menangis disana.
"Cukup jawab iya atau tidak, aku akan menembak mu dan membiarkan anak ini hidup." Luca mengeratkan jarinya dan melihat wajah anak kecil disana. Dia melihat mata biru yang khas di mata kecil anak itu. Jelas dia tahu mata itu. Karena itu adalah matanya. Gadis kecil ini memiliki mata miliknya.
"Dia anakku?"
"Ya."
DOR!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!