"TOLONG!" teriakan seorang wanita.
Beberapa pria tengah berjalan melewati lorong mendengar teriakan dari seorang wanita tanpa mempedulikannya. Bagaimana tidak, sudah tau ini tempat club' malam, otomatis membawa dirinya ke dunia malam yang hancur. Banyak pria berhidung belang memanfaatkan situasi. Pikir salah satu pria tersebut.
Saat ini tiga pria tampan yang sedang memakai pakaian serba hitam sedang berjalan masuk kedalam lorong menuju ruang VVIP bersama pria yang seumuran 42 tahun. Dia manager dari club' malam yang bernama manager Cu.
"Mari silahkan, Tuan Albert."
"Apa wanita itu sudah ada?" tanya salah satu pria, sebut saja Albert Smirt, ketua mafia yang terkenal dingin dan jahat di kalangan mafia dan gangster. Ia dikenal sebagai mafia yang tak memiliki hati dari para lawannya. Ia juga memiliki beberapa perusahaan yang sangat terkenal dan beberapa club' malam. Contohnya club' malam 'Night Club' yang ia kunjungi saat ini.
"Dia sudah ada di kamarnya Tuan," jawabnya.
"Kalau buat kami berdua bagaimana?" tanya pria yang satunya yang bernama Joe Smirt.
"Cih.. aku tak sudi dengan wanita-wanita disini. Kalau kau mau kau saja yang bersenang-senang. Aku kembali kebawah," decih Frans menolak apa yang kedua pria itu inginkan.
Joe dan Frans adalah anggota Albert Smirt. Mereka saudara sepupu Albert yang sama-sama besar dari kalangan mafia. Mereka juga tinggal bersama dan hidup bersama melawan kerasnya dunia mafia saat orang tua mereka semua sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ralat, kedua orang tua Albert Smirt sudah tiada saat mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan anggota Smirt. Smirt adalah nama ayah dari Albert, sedangkan ibunya bernama Alice.
Kita kembali ketiga pria ini.
Sekarang Albert masuk kedalam ruang VVIP begitupun dengan Joe. Sedangkan Frans hanya memilih turun dan minum di bar sekaligus menikmati alunan musik yang dimainkan para DJ di atas sana.
"Halo Tuan Albert?" sapa wanita itu.
Albert duduk dengan kedua paha yang terbuka sedikit. Ia menepuk-nepuk pahanya agar wanita malam itu menghampirinya dan duduk disana.
"Sangat tampan," gumam wanita itu tersenyum manis.
Wanita yang memakai pakaian seksi dengan gundukan keny4l yang terlihat berjalan berlenggak lenggok menghampirinya. Dengan tangan yang memegang gelas dan satu botol wine.
Wanita itu duduk di pangkuan Albert lalu menuangkan minuman dan memberikannya pada Albert dan baiknya Albert menerimanya lalu diteguknya hingga tandas.
"Layani aku!" bisik Albert dengan bernada dingin. Wanita itu mengangguk lalu dengan cepatnya memajukan wajahnya bermaksud untuk mencium pria yang ada di hadapannya.
Akan tetapi, Albert malah memalingkan wajahnya, "Jangan pernah kau menyentuh wajahku apalagi menyentuh bibirku!"
"Ba baik!" jawab wanita itu, "Jadi aku harus apa sekarang ha?" Wanita itu bermaksud menggoda, akan tetapi, Albert tak suka dengan perilakunya. Ia lalu mendorong tubuh wanita itu menjauh darinya lalu berdiri merapikan pakaiannya.
Bukk
"Ahh!!" ringis wanita itu kesakitan dibagian bokongnya.
"Cih!" Albert melud4hi wajah wanita itu dan pergi."
"Tuan! panggil wanita itu yang tak dihiraukan oleh Albert.
Bukk
Suara bantingan pintu kamar terdengar keras dibanting oleh Albert membuat wanita itu berdecih kesal sambil mengacak rambutnya.
Sementara Joe sudah melakukan pergulatan dengan wanita seksi berambut pirang sebahu. Saat ini Joe berada di bawah dengan wanita itu memimpin.
"Bagus!" Satu pujian keluar di mulut Joe, "Kau sangat lihai dengan gerakanmu itu, Sayang."
Saat ia menikmati permainannya, suara ponselnya berdering membuat dirinya meraih ponsel yang ada diatas nakas lalu menggeser icon hijau.
"Humm, ada apa sih Frans, ck!" tanyanya di akhiri decakan kesal.
(Cihh sialan kau. Ayo kita pulang!)
"Apa?" Seketika mata Joe membola. Bagaimana tidak, dia lagi enak-enaknya bersama wanitanya malah diajak pulang, "Ahh! Aku tidak bisa Frans aku sedang menikmati ini," jelasnya menolak.
(Sialan kau) dumel Frans lalu mematikan sambungannya.
Albert yang melihat wajah Frans berdecih kesal, "Dia sedang ngeong, ngeong dengan wanitanya," ujar Frans dengan suara lantangnya karena musik yang ada disana terlalu besar.
Tak ambil lama, Albert beranjak dari sana disusul oleh Frans. Saat ia sampai di loby, pintu mobil terbuka karena para bodyguard yang selalu setia menunggunya.
"Ya sudah kita kembali ke mansion," ucap Frans pada supir.
"Baik Tuan," jawabnya mengangguk lalu beranjak dari sana.
Drtt
Drtt
Suara telpon masuk ke ponsel Frans, "Iya ada apa? Ha, oke!"
"Bert, markas utara diserang oleh John Gotti," ucap Frans memberitahukan.
"Tunggu apalagi, kita kesana! Hubungi yang lain untuk segera kesana! Dan hubungi Mark, apa dia baik-baik saja," ucap Albert.
Albert memberi kepercayaan pada Mark, untuk memegang markas dibagian Utara. Dimana Mark adalah pria yang kuat dan pintar, ia juga salah satu sahabat dari Albert sejak kecil, "Hubungi juga Joe!"
Frans mengangguk dan menuruti perintah dari Albert.
Sementara disisi lain seorang gadis cantik, berkulit putih sedang berdiri di pinggir jalan, berniat untuk menyebrang. Saat ia menyebrang, sebuah lampu menyorot kearahnya.
Cittt
"ARGHHHHHH! Bukk!" teriak gadis itu lalu jatuh.
Sontak orang-orang didalam mobil terkejut saat mobil yang mereka kendarai berhenti tiba-tiba. Dan juga beberapa mobil yang bersama mobil itu ikut berhenti dibelakang. Beda dengan Albert, ia terlihat santai dengan wajah dinginnya.
"Ada apa ini?" tanya Albert menatap supirnya dingin.
"Maaf Tuan!" kata anak buah Albert yang tengah menyetir.
"Sepertinya, kita hampir menabrak seseorang," ujar Frans.
"Shitt!" Albert dengan emosinya membuka pintu mobil dan membantingnya dengan kasar. Disusul oleh Frans. Bagaimana tidak, ia sedang terburu-buru untuk mendatangi markas utara karena sedang ada masalah, malah mereka harus berhenti karena orang didepan itu.
"Hey! Kau tidak punya mata apa?" kesal Albert menunjuk wanita itu.
Frans dengan sigapnya menatap gadis yang masih duduk dengan kedua tangan memeluk lututnya langsung membantunya berdiri.
Yang penting Frans masih bisa bersikap manusiawi.
"Anda tidak apa-apa Nona?" tanya Frans yang masih membantunya.
"Lepas!" Wanita itu memperbaiki penampilannya lalu menatap kedua pria yang ada dihadapannya
Cantik.
Albert terpukau dengan paras wanita yang ada di depannya itu.
"Kalian bisa nyetir tidak? Kalau saya ditabrak bagaimana?" kesalnya menunjuk pria-pria itu.
Albert yang tadinya memuji paras gadis itu dengan sigap memperbaiki kemejanya, "Kau yang tidak punya mata. Kenapa menyebrang tidak lihat-lihat dulu," ucap Albert, "Cantik-cantik buta," lanjutnya pelan.
"Apa kamu bilang?" tanya wanita itu.
Tatapan Albert berubah menjadi tajam saat gadis itu menaikkan telunjuknya dihadapan Albert. Membuat Albert kesal dibuatnya. Baru kali ini, ada orang yang berani padanya, apalagi dia seorang wanita.
Melihat tatapan pria itu wanita itu langsung bergidik ngeri, "Ka kamu yang duluan! Ka--
"Sudah-sudah! Maaf Nona, kami buru-buru!" potong Frans menghentikan perdebatan mereka. Albert yang tak mau ambil pusing kembali kedalam mobil dengan sikap dinginnya.
"Si--
"Sekali lagi maaf! Permisi!"
Saat mobil kembali berjalan, gadis itu kembali melanjutkan jalannya untuk pulang kerumah.
Saat tiba di rumah, wanita itu di hadapkan masalah.
Plak
"Ahh!" ringisnya.
"Darimana saja kau? Dasar gadis murahan. Sudah tau ini malam, kenapa baru pulang sekarang hah? Apa kau tidak berpikir kalau ini sudah malam? Cih!!" celoteh seorang wanita paruh baya.
"Be Bella dari tokoh, Ma. Bella habis membeli barang keperluan Bella," jawabnya gugup dengan wajah menatap lantai. Bella adalah gadis cantik yang tak tau siapa orang tuanya. Ia di angkat oleh keluarga kaya yang sebentar lagi jatuh bangkrut akibat bisnisnya kalah saing dan mempunyai banyak hutan. Ia di asuh oleh Resky dan Ambar, sepasang suami istri yang memiliki satu anak yang bernama Aqila. Gadis manis yang jahat dan sombong.
Plak
Lagi-lagi tangan Ambar mendarat tepat di wajah Bella, hingga wajah itu menoleh kesamping akibat tamparan yang diberi Ambar.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria paruh baya.
"Ini nih, anak kamu, anak angkat kamu," sembari menunjuk kepala Bella, "Dia baru pulang."
"Apa benar itu Bell?" tanya Resky.
Bella mengangguk, "Bella habis dari toko Ayah," jawabnya.
"Ohh.. dia kan dari toko Ma. Ya sudah, kamu kekamar sekarang!" ucap Resky.
"Iya Yah," jawabnya berlalu. Ambar dan Aqila yang tak menerima atau tidak puas dengan pelajaran yang ia berikan pada Bella hanya bisa bersedekap dada. Menatap kepergian gadis cantik itu.
"Sial4n!" maki Aqila dalam hati.
"Ayah gimana sih? Dia pulang telat, kenapa Ayah tidak memarahinya," kesal Aqila berlalu.
Ambar yang juga merasa jengkel pada suaminya hanya bisa menatap sinis lalu pergi. Membuat Resky menggeleng.
Hanya Resky lah yang sayang pada gadis malang itu. Reski sudah menganggap Bella seperti anaknya sendiri. Semoga!
****
Do0rr
Do0rr
Do0rr
Suara tembak4n terdengar keras di markas Utara. Hingga semua lawan dari kalangan John gotti habis tak tersisa.
"Aku ingin kau menjaga markas Utara ini dengan baik Mark! Dan kau Frans hubungi anggota barat dan timur untuk berjaga-jaga! Jangan sampai John Gotti kembali menyerang disisi lain."
"Iya baik!"
Kini Albert sudah berada di dalam kamarnya sedang menikmati wine yang ia teguk secara kasar dan menaruhnya kembali. Tak lupa pula ia menghisap tembak4u dan mengulurkan buliran asap indah di udara lewat mulut dan hidungnya.
Hingga terlintas bayangan seorang gadis yang hampir tertabrak tadi.
Cantik.
Albert menggelengkan kepalanya cepat untuk menghilangkan wajah gadis itu. Umur yang dibilang masih mudah diusianya 29 tahun membuat jiwa lelakinya merontah. Ia memegang juniornya yang kini tiba-tiba merontah didalam sana. Membuat dirinya berdecih kesal. Apalagi hasr4tnya di club' malam tadi tidak tertuntaskan karena wanita malam itu tak membuatnya respect sama sekali.
"JOE!" teriak Albert. Dan dengan sigapnya Joe muncul tanpa menunggu lama.
"Hum, ada apa?"
"Aku ingin kau memanggil Chelsea kemari! Aku ingin menyelesaikan hasr4tku yang tertunda!"
Joe mengernyitkan alisnya, "Bukannya tadi kau--
"Cukup Joe! Cepat laksanakan perintahku!" potong Albert kesal.
Joe pun dengan cepat menghubungi Chelsea, wanita pengh1bur Albert dikala Albert ingin menuntaskan hasr4tnya. Hanya dialah yang bisa membuat Albert lega saat seperti ini. Menurutnya.
Setelah beberapa menit kemudian, Chelsea pun datang memasuki kamar bos mafia itu dengan gaya berlenggak-lenggoknya yang seksi. "Hay Albert?" sapa wanita itu.
Albert tersenyum devil. "Ayo kita lakukan di tempat biasa!" ajak Albert berlalu di ikuti Chelsea.
Sesampai dikamar yang terbilang ruangan biasa oleh Albert, ia segera menyuruh Chelsea melakukan apa yang ia inginkan.
Chelsea yang sudah tau langsung melakukan apa yang seharusnya ia lakukan pada pria itu tanpa berpikir lama.
"Ya, lakukan dengan baik Chelsea!!" perintah Albert dengan mata yang sayu mendongak keatas dan menunduk singkat melihat permainan wanita itu.
"Ayo! Naik!" Chelsea yang mendengar perintah Albert dengan cepat wanita itu pun melakukannya.
sementara di luar sana Joe dan Frans tengah asik dengan urusan mereka masing-masing.
***
"Oke kau boleh pergi!" usir Albert.
Chelsea menyunggingkan senyumnya. "Apa seperti ini Albert?" tanyanya kecewa.
Albert berdecih kesal, "Cih, terus apalagi Chelsea? Apa kau menginginkan lebih dariku?" tanya Albert dingin.
"Aku ingin bersamamu lebih dulu Albert." Dengan anggunnya Chelsea duduk dipangkuan Albert dan mengalungkan tangannya dileher pria itu.
"Lepas!" cerca Albert dingin. Chelsea pun melepas tangannya. "Sekarang aku ingin kau pergi, aku ingin istirahat!" lanjutnya berdiri dan beranjak dari sana.
Chelsea yang diperlakukan seperti itu merasa kesal, dirinya tertawa sembari mengepalkan tangan. "Sungguh terlalu!" ucapnya pergi dari kamar itu.
Albert merasa lega, karena hasr4tnya bisa tersalurkan. Ia menutup masuk kedalam kamar mandi dan merendam tubuhnya di bathtub, ia menutup mata dan sosok gadis yang hampir ditabrak itu kembali muncul dalam pikiran Albert.
"Wajah cantik, tubuh indah, rambut panjang, aku akan mendapatkanmu. Aku menginginkanmu," lirih Albert. Ia membuka mata lalu berjalan masuk kedalam pintu rahasia yang terhubung dengan kamarnya.
***
Duduk di sudut kamarnya, Bella hanya bisa menangis dalam kesedihan merenungi nasib yang selama ini dijalani bersama keluarg Reski apalagi mama angkatnya yang menyakitinya. Namun, di antara kesakitan itu, ada rasa bersyukur yang tumbuh, masih ada Resky yan menyanyanginya dan tanpa mereka, bukan tidak mungkin ia bisa berada di sini, berhasil bersekolah tinggi, meskipun ia tahu itu berkat beasiswa yang ia peroleh melalui kerja kerasnya sendiri.
"Sungguh aneh rasanya, di satu sisi mereka menyakitiku tapi di sisi lain, apa yang aku miliki sekarang juga tak lepas dari kontribusi mereka," gumam Bella pelan, merasa bingung dengan perasaan yang ada.
Tangannya mengepal lalu mengusap wajah yang dipenuhi dengan air mata. Seakan menenangkan diri dan menutup perasaan campur aduk itu. Bella mencoba melupakan kesedihan hatinya sejenak dan mulai melihat tumpukan tugas mata kuliah yang sempat tertinggal karena lamanya merenungkan nasibnya tadi. Ia berkonsentrasi dan menenangkan pikiran agar bisa menyelesaikan tugas tersebut. "Kusadari bahwa aku harus tetap semangat dan terus belajar demi meraih masa depan yang lebih baik," desah Bella dalam hati, sembari mencoba untuk tidak terjebak dalam pilu kesedihan yang tengah menyelimutinya.
Apalagi dalam pikirnya, pasti ada kebahagiaan setelah rasa sakit yang ia arasakan di keluarga ini. Dan juga, ia akan berusaha agar bisa membuktikan pada mereka semua bahwa ia akan membanggakan mereka atas apa yang ia capai nantinya.
Apalagi Bella anak mahasiswi semester lima yang sebentar lagi akan lulus dan mendapat gelar sarjana management.
***
"Hey Frans, gimana wilayah utara, aapa sudah aman?" tanya Joe yang baru saja datang dan mendaratkan bokongnya tepat di kursi yang ada di dalam ruagan Frans.
"Aman," jawab Frans singkat. "Ngomong-ngomong, Albert ada dimana?" lanjutnya bertanya.
"Dia ada di kamarnya bersama Chelsea, wanita bay4ran Albert," jawab Joe.
Frans mengangguk. "Kapan kalian bisa sadar?" tanya Frans menatap Joe.
Joe mengernyit dikala mendapat serangan pertanyaan dari Frans. "Ayolah Brother. Itu sudah kebiaasaan kaami mencari hiburan," jelas Joe.
"Ck, terserah kau sajalah," decak Frans.
Bella yang baru saja selesai membuat sarapan pagi dan memakannya langsung keluar rumah untuk bergegas ke kampus. Ia semangat empat lima berjalan keluar dan menaiki motornya. Akan tetapi saat ia baru saja menyalakan mesin ia di panggil oleh mama angkatnya yang sudah bersama Aqila yang juga akan siap ke kampus.
"Sini kamu!" perintah mama Ambar dingin.
"I iya Ma," jawabnya saat tiba disana.
"Kamu mau kemana hah? Jangan pikir kamu bisa kuliah. Kamu nggak usah kuliah! Kamu lebih baik bersiap dan segera bertemu dengan seseorang," jelas Ambar bersedekap dada.
Bella mengernyitkan alisnya dikala ia tak mengerti apa maksud dari wanita itu, "Bertemu dengan si-- belum sempat Bella melanjutkan pertanyaanya Ambar sudah memotongnya.
"Sudah! Kamu jangan banyak tanya. Sekarang kamu masuk dan bersiap!" perintah Ambar.
"Tapi Bella sebentar lagi akan ujian Ma.. Bella nggak mungkin nggak masuk kuliah hari ini," tolaknya.
Plakkk
"Kamu mulai kurang ajar yah! Kalau aku bilang jangan pergi jangan!" ucapnya setelah mendaratkan satu tamparan di wajah gadis cantik itu.
"Hajar aja Ma. Rasain lo!" umpat Aqila terkekeh, "Ma.. kalau begitu Aqila kuliah dulu yah," sembari mencium pipi kanan pipi kiri Ambar.
"Awas lo!" Tubuh Bella didorong oleh Aqila dan berlalu. Bella hanya bisa diam sambil mengeratkan kedua tangannya dibawah sana.
"Tunggu apa kamu? Ayo masuk! Kalau nggak, aku akan menghentikan kamu kuliah!" ancam Ambar yang tak terlihat main-main. Bella hanya bisa menahannya lalu mengikuti apa yang wanita itu katakan. Tidak berani berbuat apa-apa kalau menyangkut kuliahnya. Ia masih ingin kuliah agar ia bisa mewujudkan impiannya untuk membahagiakan Reski ayah angkatnya yang selama ini menyayanginya.
"Hiks hiks kenapa sih, hidup aku kek gini banget. Kenapa orang tua aku malah buang aku ke orang seperti mereka. Memang dia yang membesarkan aku, tapi Mama Ambar tidak menyayangi aku seperti ia menyayangi Aqila anak kandungnya," ucapnya mengusap wajahnya yang dijatuhi air mata.
Tok
Tok
"Bella," panggil seseorang diluar kamar.
Dengan cepat Bella berjalan membuka pintu, "Iya Ma."
Ambar memperhatikan Bella dari ujung kaki ke ujung kepala sembari tersenyum, 'Anak pintar,'
"Ayo ikut sama Mama!"
Mereka pun keluar dari kamar lalu berjalan menuju ruang tengah. Yang ternyata disana sudah ada dua pria sedang berbincang-bincang. Salah satunya itu ayah Reski.
Mata pria paruh baya yang bisa dibilang usianya jauh dari Bella memperhatikan mereka berjalan. Dengan tatapan yang sangat dalam menatap netra mata Bella. Walau Bella menunduk, ia masih tetap melirik sedikit demi sedikit pria paruh baya itu.
"Hahah, ini anak saya Tuan Abi Nugraha," ujar Reski saat melihat kedatangan anak dan istrinya.
Abi Nugraha menyunggingkan bibir dan menatap Bella dengan tatapan seorang pria nakal akan kehausan dari seorang wanita.
"Wah.. anak anda sangat cantik. Tidak sia-sia anda memiliki hutan pada saya."
Apa hutang?
Mendengar itu, Bella menatap kedua orangtuanya secara bergantian, "Apa maksudnya Ma Pa?" tanya Bella ketakutan. Saat ini, tubuh gadis itu gemetar hebat dengan wajah yang sudah pucat.
"Kamu akan menjadi Istri dari Tuan Abi Nugraha Bella," jelas Ambar.
"Iya kamu akan menjadi Istri darinya Sayang. Papa ada pinjam dengan Tuan Abi, dan gantinya kamu," lanjut Reski memperjelas.
Bagai disambar petir, orang tua yang ia sayang dan ia cintai bagai orang tua sendiri rela menggantikannya dengan hutan piutang. Apalagi mendengar kata sang papa yang selama ini menyayanginya.
Bella menggeleng cepat, "Ini tidak mungkin kan Ma Pa? Papa ini tidak mungkin kan?" tanyanya masih tidak percaya.
"Ini sudah jelas. Kamu akan menikah denganku gadis cantik," ujar Abi tersenyum centil.
"Cih.. menjijikkan!" maki Bella berdecih, "Papa ayo jawab Bella! Kenapa Papa rela berbuat kayak gini sama Bella? Kira Papa tulus sama Bella, tapi kenapa Papa menjadikan Bella sebagai bayaran hutan Papa. Bella tau Papa punya banyak masalah, tapi Papa jangan buat Bella kayak gini."
Plak
Reski menampar wajah Bella hingga berdenyut hebat karena panas di pipinya, ia memegang wajahnya sambil terisak.
"Cukup kau banyak bicara! Sekarang kamu membayar semuanya setelah beberapa tahun ini kami mengurus kamu dari bayi. Sekarang pergilah bersama Tuan Abi Nugraha!" ucap Reski tak menatap wajah gadis itu.
"Bella kecewa sama Papa," lirihnya terisak.
"Bawa dia!" perintah Abi saat anak buahnya masuk kedalam rumah saat mendapat panggilan oleh atasannya.
Dengan perasaan berat dan sakit, Bella ditarik paksa oleh dua pria berjas hitam keluar dari rumahnya. Apa yang bisa dia perbuat saat ini. Ia harus menerima nasibnya yang akan menikah dan dimangsa oleh pria tua yang lebih tua dari papa angkatnya. Andai saja waktu bisa di ulang, lebih baik ia mati saat dilahirkan oleh ibunya daripada harus hidup di keluarga yang tak bisa menerimanya sebagai seorang anak. Ini malah parah, ia dijual oleh seorang pria yang sama sekali tidak ia cintai, pria tua yang sangat membuat dirinya jijik karena hanya masalah hutang.
"Ayo jalan!" perintah Abi yang dijalankan anak buahnya.
"Haha sekarang kita akan bersenang-senang Sayang. Kita akan mampir ke apartemenku lebih dulu sebelum kita menikah."
Bella menatap tajam, "Apa maksud anda?" tanyanya dengan bibir gemas. Ingin rasanya ia mencekik pria tua yang ada dihadapannya kalau dia punya keberanian.
"Kita akan bersenang-senang Sayang," ucapnya sekali lagi memperjelas dengan gerakan junior kecilnya dengan satu hentakan sambil tertawa.
'Sialan! Tua Bangka. Aku akan melarikan diri,' gumamnya. Walau ia wanita yang lemah di mata kedua orang tua angkatnya, tapi kalau Bella diluar dia menjadi wanita pemberani. Sebab ia berpikir, ia bebas melakukan apa saja diluar sana saat orang-orang menghakiminya.
Setelah sampai di lobby apartemen pria itu, ia siap-siap untuk melarikan diri. Saat pintu mobil terbuka, ia keluar sambil melihat-lihat sekeliling. Saat ia melihat sekeliling, ia tak sengaja melihat pria dingin yang sombong yang hampir menabraknya malam itu. Dengan cepat ia menginjak kaki Abi Nugraha bersamaan kaki anak buahnya hingga ia bebas berlari.
Ia berlari dengan sekuat tenaganya untuk bisa lepas dari pria tua itu, dan dengan kesalnya Abi memerintahkan anak buahnya mengejar Bella.
"Ya tuhan selamatkan Bella dari orang jahat ini," mohon-nya dalam hati. Ia bersembunyi di balik mobil-mobil yang terparkir sambil melirik sekeliling. Ia waspada, jangan sampai anak buah Abi Nugraha menangkapnya dan membawanya untuk bersenang-senang dengan tua bangka itu.
Bruk
"Dimana kau!" teriak anak buah Abi Nugraha.
"Mau kemana kau?" tanya anak buah Adi Nugraha.
Bruk
Bella melonjak saat menabrak tong sampah yang membuat dirinya ketahuan dari persembunyiannya. Ia kembali berlari dikala pria itu berlari menangkapnya. Hingga ia kembali bersembunyi di balik mobil-mobil terparkir itu lagi.
Saat ia melihat pria itu sudah dekat dengannya, ia tak sengaja memegang ganggang pintu mobil dan terbuka.
'Mobilnya tidak dikunci,' gumamnya.
"Dimana gadis nakal itu," geram pria yang mencarinya.
Bersambung!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!