NovelToon NovelToon

Menaklukkan Nyonya Misterius

Prolog

Seorang gadis kecil meronta-ronta saat dibawa paksa oleh dua pria berbadan besar, sepertinya itu adalah penculik. Seorang pria yang melihat hal itu segera berlari menyelamatkan gadis kecil itu.

Setelah perkelahian antara pria itu dan kedua penculik, pria itulah yang menjadi pemenangnya. Ia sudah bisa menyelamatkan gadis kecil itu.

Karena sangat shock atas penyulikan yang terjadi padanya, gadis kecil itu belum juga berhenti menangis. Pria itu menghampirinya berusaha menenangkan anak kecil itu. "Sudah nangisnya dong cantik, kan sudah om selamatkan dari penculik tadi," katanya sambil mengusap air mata gadis kecil itu.

"Aku sudah selamat ya, Om. Enggak diculik lagi? Om bukan penculik juga kan?" Pria itu tersenyum mendengar ucapan gadis kecil itu yang terdengar sangat lucu. "Om bukan penculik kok, kamu tenang saja. Bahkan Om akan antar kamu pulang agar bisa bertemu dengan orang tuamu."

"Aku tadi takut banget, Om."

"Sekarang sudah sama Om, jadi kamu nggak perlu takut lagi ya cantik. Kenalin nama Om Arzian, kamu bisa panggil Om Arzian," katanya mengenalkan diri, "kalau kamu namanya siapa cantik?"

"Aku Meyza Aulia Kavendra, Om." Saking gemasnya pria yang mengaku bernama Arzian itu mencubit pipi gembul Meyza. "Nama kamu cantik seperti orangnya."

"Terima kasih, Om. Kata Mama aku memang cantik kok," jawabnya dengan begitu PD.

"Kamu tau alamat rumah kamu enggak? Biar Om antarkan kamu pulang?" Gadis kecil bernama Meyza itu menggeleng, karena ia memang tidak tahu alamat rumahnya. Perkiraan Meyza juga baru 4 tahun, wajar belum bisa hafal alamatnya sendiri.

Arzian terdiam, sambil memikirkan sesuatu. "Tadi Meyza di mana kok bisa diculik?"

"Tadi aku itu lagi main ke taman sama Mama dan Tante, Tante izin ke kamar mandi. Sedangkan Mama beliin aku es krim, soalnya aku lagi pengen es krim. Sedangkan aku diminta nunggu di kursi taman, Om," ceritanya dengan lucu.

Arzian tahu, dekat dari sini memang ada sebuah taman. "Om antar kamu ke taman buat cari Mama dan Tante kamu ya, Om yakin sekarang mereka juga bingung banget cariin kamu. Kalau di taman mereka sudah tidak ada, Om antar kamu ke kantor polisi saja. Biar kantor polisi yang cari alamat kamu." Meyza mengangguk setuju.

Arzian menggandeng tangan Meyza, mereka berdua pergi ke taman untuk mencari Mama dan Tante Meyza. Benar saja, tak selang beberapa lama Arzian mendengar seorang wanita berteriak-teriak memanggil nama Meyza. Arzian langsung mengajak Meyza menghampirinya.

Setelah bertemu Meyza dan wanita itu langsung berpelukkan. "Mama takut banget kamu hilang, Nak. Mama sama Tante udah cari kamu ke mana-mana, akhirnya kita ketemu juga."

"Jadi Anda Mamanya Mezya?" Wanita yang mengaku Mama Meyza itu memincing, menatap Arzian dari atas sampai bawah. "Siapa kamu? Kamu yang sudah menculik anak saya ya!" ucapnya emosi. Bahkan wanita itu memukuli Arzian dengan tasnya. Hingga Arzian mengaduh ke sakitan.

"Mama jangan sakitin Om, Om itu yang sudah menyelamatkan aku dari penculik!" teriaknya berusaha menghalangi Mamanya yang memukuli Arzian. Mendengar hal itu, Mama Meyza langsung berhenti memukuli Arzian. Ia sangat malu karena sudah salah sangka, pada pria yang sudah menyelamatkan anaknya.

"Maafkan saya, saya kira kamulah penculiknya."

"Tidak, papa, Mbak. Lain kali jangan asal menuduh sebelum tahu yang sebenarnya." Wanita itu meringis mendengar balasan dari Arzian.

"Saya Serra Ananda Kavendra. Mama Meyza, saya sangat berterima kasih pada Mas karena sudah menyelamatkan putri saya, saya tidak tahu lagi jika tidak ada Mas bagaimana nasib Meyza tadi," ujarnya tulus.

"Nama Omnya Om Arzian, Ma."

"Terima kasih sekali lagi, Mas Arzian."

"Sama-sama Mbak Serra, besok-besok jangan tinggalkan Meyza sendirian lagi. Sekarang sedang rawan sekali penculikkan."

"Iya, Mas. Ini sebagai ucapan terima kasih karena Mas Arzian sudah menyelamatkan putri saya " Serra memberikan beberapa lembar uang seratus ribu untuk Arzian, tetapi pria itu dengan sopan menolaknya. Karena ia menyelamatkan Meyza tulus tanpa mengharapkan apapun.

Serra tidak mau memaksa, jika Arzian tidak mau menerimanya. Namun, dalam harinya Serra bertekad akan membantu Arzian jika sedang membutuhkan bantuan. Meyza sangat berharga untuk Serra, ia bahkan tak akan segan melakukan apapun demi putrinya.

Ponsel Serra berbunyi, ternyata Tante Meyzalah yang telah menelfonnya. Serra langsung memberitahukan keberadaannya dan Meyza, hingga tak perlu waktu lama sebuah mobil mendekat ke arah mereka. Tentu saja itu adalah Tante Meyza.

"Saya pulang dulu bersama Meyza dan Kakak saya, apa kamu mau kami antarkan dulu kamu pulang biar sekalian."

"Tidak usah, Mbak. Saya ada urusan lain kok di sekitar sini."

Tante Meyza yang berada di dalam mobil berseru menyuruh adik dan keponakkannya segera masuk mobil, karena mereka harus segera pulang. Tante Meyza sama sekali tidak berniat untuk keluar dari mobil.

"Yasudah." Serra dan Meyza segera masuk mobil, mereka melambaikan tangan pada Arzian.

Setelah kepergian mobil Meyza, Arzian segera pergi ke tempat yang seharusnya ia datangi sejak tadi.

"Aduh terlambat ini," keluhnya.

Arzian langsung berlari ke tempat yang ia tuju, sampailah di depan kontrakkan bercat pink. Arzian terdiam sejenak. "Semoga aja enggak marah deh, gara-gara aku terlambat datang. Ini terlambat kan gara-gara bantuin anak kecil tadi, masa enggak mau ngerti sih."

Pria itu mengetuk pintu perlahan, beberapa ketukkan barulah pintu terbuka, munculah seorang wanita cantik dengan rambut terurai.

"Maafin, aku ya. Aku terlambat, soalnya tadi-" Wanita itu memotong ucapan Arzian. "Aku enggak mau dengerin apapun penjelasanmu, sekarang ayo kita segera berangkat ke rumah Om Faisal. Kita sudah ditunggu tau dari tadi."

Arzian menyergitkan keningnya bingung dengan ucapan kekasihnya.

"Kok malah diam, ayo kita berangkat sekarang."

"Fiza sayang, kita mau ke rumah Om kamu, kamu kok nggak bilang dari awal sih. Emang ada acarakah di sana? Atau ada apa?" tanyanya beruntun. Wanita cantik itu adalah Herfiza Dwi tidak lain adalah kekasih Arzian, mereka sudah menjalin hubungan hampir 2 tahun. Arzian sendiri biasa memanggilnya dengan panggilan Fiza.

"Dadakkan, oh iya tadi kata kamu beliin sesuatu buat aku. Mana?" Herfiza melihat apapun ditangan Arzian.

Arzian menepuk keningnya pelan. "Aku lupa sayang." Arzian benar-benar lupa tentang beberapa makanan yang kekasihnya pesan, sehingga tidak ia belikan. Hari minggu memang waktunya keduanya bertemu, Arzian akan datang ke kontrakkan Herfiza untuk menjemputnya atau hanya sekadar bertemu dan menghabiskan waktu berdua di kontrakkannya.

Kontrakkan Herfiza sendiri tidak terlalu jauh dari kontrakkan yang Arzian tempati, tetapi karena ingin memberikan beberapa pesanan kekasihnya. Arzian harus melewati jalan dekat dengan taman, dan malah melihat penculikkan yang terjadi tadi.

Wajah Herfiza merah padam. "Gimana sih, tadi di telfon kamu nanya mau dibeliin apa, sedangkan sekarang saat aku udah pesan kamu malah nggak dibawain. Kamu sayang enggak sih sama aku, yang."

"Kok kamu gitu sih, tanpa harus tanya kamu pasti tau dong sesayang apa sama kamu. Oke, aku salah sudah terlambat dan sudah lupa membeli pesanan kamu. Tapi bisa menjelaskan semuanya, aku tidak sengaja melakukannya."

"Sudahlah tidak perlu, sekarang kita pergi ke rumah Om Faisal saja," ajaknya.

"Motor kamu mana yang?"

"Motorku lagi di bengkel, yang. Tadi aja aku jalan kaki ke sini."

"Yaampun ada aja sih."

"Kamu tenang, aku pesankan taksi online. Sebentar aja kok." Herfiza menghela nafas, ia kini hanya bisa menurut. Ia pun tidak punya kendaraan, sedangkan jalan kaki ke rumah Omnya jelas itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukannya.

Sambil menunggu taksi online, Arzian berusaha menjelaskan semua yang tadi terjadi padanya. Agar kekasihnya tidak lagi marah padanya.

MNM -01- Sebuah Misi

Seorang pria menatap gedung perusahaan besar, sungguh tak menyangka ia harus berada di tempat ini. Apalagi dengan tujuan melamar pekerjaan, bukan sebagai pegawai di kantor itu. Melainkan, menjadi seorang pelayan untuk mansion Kavendra. Jika tidak karena paksaan Faisal dan Herfiza, pria itu tidak akan mau melakukannya.

Pria itu sendiri tentu saja Arzian Farelly, demi cintanya pada Herfiza. Arzian mau melakukan apapun, termasuk masuk ke mansion Kavendra demi misi mencari bukti. Arzian mengusap keringat di wajahnya, ia terpaksa mengantri sejak pagi demi melamar pekerjaan itu.

Arzian teringat pada kejadian beberapa hari lalu.

Arzian dan Herfiza baru saja sampai di rumah Faisal, mereka pun langsung dipersilahkan duduk oleh tuan rumahnya.

"Ehmm... jadi gini Arzian, tujuan Om meminta Fiza untuk datang bersamamu. Karena Om ingin meminta bantuan padamu," katanya tanpa basa-basi.

"Memang bantuan apa yang bisa saya lakukan, Om? Jika saya bisa melakukannya, saya pasti tidak akan keberatan membantu, Om. Apalagi Om adalah Om Fiza, pengganti orang tua Fiza. Sedangkan Fiza adalah kekasih saya, wanita yang sangat saya cintai," jawabnya dengan tersenyum.

Herfiza mendengar ucapan Arzian seketika hatinya berbunga-bunga, kemarahannya tadi kini sudah sirna.

"Begini, kamu pernah mendengar Kavendra Group?" Arzian memgangguk, siapa yang tidak pernah mendengar nama perusahaan besar itu.

"Om dulu pernah kerja di sana berpuluh tahun yang lalu, Om tahu sekali banyaknya kecurangan dan kejahatan yang telah keluarga Kavendra lakukan. Terlebih sekarang, dalam pimpinan Yumna. Om dengar dari teman, Om. Bahwa mereka bahkan melakukan bisnis ilegal. Banyak yang mengetahui hal itu, tetapi mereka tidak memiliki bukti sehingga mereka sampai sekarang masih aman saja. Om rasa mereka keluarga jahat, mereka sudah menfitnah Om dulu kala. Bahkan juga membuat Om masuk ke penjara selama beberapa waktu. Dan sekarang, Om di sini memohon bantuan kamu untuk mencari bukti kejahatan keluarga Kavendra. Membuat mereka segera merasakkan masuk ke dalam penjara, karena jika dibiarkan saja mereka akan semakin berbuat seenaknya."

Mendengar penjelasan panjang lebar dari Faisal, Arzian mencoba mencernanya dengan perlahan.

"Saya? Apa Om yakin saya bisa melakukannya?"

"Sangat yakin, Om sudah lama mengenalmu, Arzian. Om rasa kamu sangat pantas melakukannya, kamu mau kan menolong Om. Bukan hanya untuk Om, kamu juga bisa menyelamatkan banyak orang dari keserakahan serta kekejaman keluarga Kavendra."

"Apa yang harus saya lakukan, Om. Kalau saya masuk ke perusahaan, lalu mencuri data-data. Saya rasa tidak alan semudah itu, mereka pun tidak akan sebodoh itu, Om.

"Bukan itu caranya, kita akan membuat rencana yang sangat bagus. Sehingga kemungkinan gagalnya sangatlah kecil."

"Memangnya apa rencananya?"

"Rencananya, kamu akan melamar pekerjaan sebagai pelayan pria di masion. Tidak mudah masuk ke mansion, informasi yang Om dapat. Kemungkinan bukti itu adanya di mansion, bukan di kantor mereka. Om akan memastikan bahwa kamu pasti bisa diterima kerja di sana, setelah mendapatkan pekerjaan itu. Kamu akan tinggal di sana, dengan mudah kamu bisa mencari bukti-bukti itu."

"Kerja di sana sebagai pelayan pria, Om? Yang benar saja, saya kan sudah punya pekerjaan, Om. Walau hanya sebagai karyawan swasta, tetapi gajinya kan pasti lebih dari hanya bekerja sebagai pelayan pria di masion itu."

Faisal tersenyum sinis. "Kamu kira gaji menjadi pelayan pria di masion Kavendra rendah, bahkan gajinya lebih besar dari pada gajimu sekarang. Tapi kamu kan kerja di sana hanya sementara saja, Arzian. Sampai dapat bukti dan mereka bisa mendekam ke penjara. Setelah itu kamu bebas mau kerja di mana saja."

Arzian tidak tahu harus bagaimana sekarang, oke untuk gaji lumayan. Namun, bagaimana dengan keselamatannya. Arzian jelas tidak mau mengantarkan nyawanya sendiri, tentu Arzian yakin bahwa melakukan tugas ini tidak akan semudah itu.

Herfiza menarik tangan Arzian, membawanya keluar rumah untuk berbicara berdua dengannya.

"Sayang, Arzianku. Tolonglah lakukan apa yang Om Faisal mau, bantulah Omku. Demi aku yang, lakukanlah sesuai rencananya," pintanya dengan menangis.

"Yang, ini tidak akan mudah. Bagaimana di sana aku malah ketahuan, mereka malah membunuhku. Apa kamu mau kehilanganku?" Herfiza menarik tangan Arzian, membawa kepelukkannya. "Kamu tidak akan kenapa-napa, sayang. Aku yakin, kekasihku sangatlah pintar. Dalam waktu singkat bukti itu bisa di tanganmu, setelah itu kamu bisa menikahiku. Kita akan menikah setelah kita memenangkan misi penting ini.

"Yang."

"Demi aku, kalau kamu benar mencintaiku, aku butuh bukti. Kamu bisa membuktikannya dengan cara melakukan misi itu. Ayolahh, kekasihku bukanlah seorang pengecut. Kamu pemberani, tidak akan ada hal buruk terjadi padamu, sayang."

Arzian menghela nafas panjang, sebelum mengambil keputusan dengan cepat. "Oke , aku mau. Ini semua aku lakukan demi kamu, sayang. Kamulah cintaku, sekalipun aku akan mati di sana. Aku tidak akan takut atau menyesal, karena ini semua untukmu Fizaku sayang."

Herfiza tersenyum senang, mendengar persetujuan Arzian. Setelah itu, mereka masuk kembali. Herfiza segera memberitahukan pada Omnya, keputusan yang baru saja Arzian ambil. Jelas Faisal sangat senang sekali, ia langsung memberitahu semua informasi tentang keluarga Kavendra.

Setelah menunggu lama, akhirnya sekarang waktunya Arzian untuk di interview. Begitu terkejutnya Arzian, ketika yang menginterviewnya ada seorang gadis cantik bak bidadari turun dari kayangan. Tidak lain adalah Yumna Alesha Farhana, seorang Nyonya besar pimpinan Kavendra Group.

Padahal yang Arzian tahu dari teman-temannya yang juga mendaftar, orang yang menginterview mereka adalah HRD. Namun, mengapa dirinya berbeda. Hingga membuat Arzian bertanya-tanya di dalam hati.

Sebagai lelaki normal, jelas Arzian langsung terpesona dengan kecantikkan Yumna. Biasanya ia hanya mendengar namanya, atau melihatnya di internet. Sekarang ia bahkan bertemu langsung, bertatap muka tanpa ada halangan. Kecantikkan Yumna 100 kali lipat lebih cantik dari apa yang ia bayangkan, mungkin Arzian mulai jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yumna.

Namun, Arzian segera menyadarkan dirinya. Ia sudah memiliki kekasih walau memang tidak secantik Yumna, paling tidak untuk ukurannya Herfiza memang lebih pantas bersanding dengannya. Dibandingkan seorang Yumna, ia seperti pungguk merindukkan rembulan tak akan pernah bisa tercapai.

"Saya sendiri Yumna Alesha Farhana yang akan menginterview anda. Apakah anda akan keberatan?" tanyanya dengan tatapan tajam.

"Tidak, Bu," jawab Arzian cepat. Mana mungkin Arzian berani menjawab keberatan pada Yumna, itu sama saja mencari gara-gara pada wanita itu.

"Panggil saya Nyonya, saya tidak suka dipanggil Bu oleh siapapun termasuk kamu," titahnya tak terbantahkan.

"Jika seperti ini, auranya sungguh menakutkan," katanya dalam hati.

"Baik, Nyonya."

"Perkenalkan dirimu sekarang!"

"Baik, Nyonya." Arzian mengambil nafas sejenak. "Nama saya Arzian Farelly, usia 27 tahun. Saya pernah berkerja sebagai staff marketing beberapa tahun di sebuah perusahaan."

Selain memperkenalkan diri, Yumna juga meminta Arzian menjelaskan kekurangan serta kelebihannya. Yumna juga memberikan beberapa pertanyaan yang harus Arzian jawab, untungnya Arzian bisa menjawab semua pertanyaan yang Yumna berikan dengan cepat. Walau jantungnya berdeguk kencang, bukan karena apa, tetapi karena takut sekali. Hawa-hawa merinding mulai merasukki jiwa Arzian.

"Kamu saya terima bekerja sebagai pelayan pria di masion Kavendra, kamu bisa bekerja mulai besok. Persiapkan dirimu, besok orang kantor yang akan menjemputmu ke rumahmu pada pagi hari." Arzian mengangguk paham, ia tak menyangka ternyata bisa dengan mudah lolos interview.

"Tinggalkan alamat kamu di sana," titahnya sebelum pergi dari ruangan interview.

MNM -02- Herfiza Dwi

Pulang interview, Arzian tidak langsung pulang ke kontrakannya. Ia pergi ke kontrakan kekasihnya, jelas melepas rindu. Beberapa hari tak bertemu, apalagi setelah ini pun akan sangat susah untuk bertemu. Karena Arzian akan tinggal di Mansion yang membuatnya tidak bisa leluasa keluar masuk dari sana.

Pintu terbuka menampilkan Herfiza menggunakan baju seksi yang sangat menggoda, tanpa lama-lama. Arzian langsung menggendong tubuh wanitanya dan membawanya ke kamar Herfiza. Arzian mulai menciumi Herfiza dengan sangat buas, tetapi Herfiza suka banget sangat menikmati.

"Puaskan aku sekarang, sayang. Karena besok kita akan susah bertemu dan melakukan seperti ini lagi," katanya lalu mulai meraba buah dada milik Herfiza.

"Dengan senang hati sayang." Tangan Herfiza dengan lihainya membuka kemeja Arzian.

***

Arzian terbangun dari tidurnya, ia melihat jam yang berada di atas nakas. Cukup terkejut, karena ternyata hari sudah malam padahal tadi ia pulang masih siang. Arzian melihat kekasihnya yang tengah tidur di pelukkannya.

"Sayang bangun, sudah malam ini. Aku lapar, apa kamu tidak lapar?" Dengan malas Herfiza membuka matanya. "Kita lanjutin tidur aja ya, nanti juga laparnya ilang."

"Enggak bisa, sayang. Aku harus pulang ke kontrakan malam ini, karena aku harus menyiapkan barang-barangku. Karena besok pagi, sopir akan datang menjemputku untuk dibawa ke mansion," tolaknya halus. Arzian bangun sendiri, setelah berhasil melepaskan diri dari peluklan Herfiza.

Apa yang Arzian dan Herfiza lakukan memang sudah sangat biasa, walau mereka belum terikat suatu pernikahan. Yang penting saling menikmati, itulah kata mereka. Untuk menjalani pernikahan, Arzian ada rencana. Namun, tentu ia harus menyiapkan segalanya. Karena ia ingin memberikan yang terbaik untuk kekasihnya.

Arzian langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, tetap membiarkan kekasihnya tidur. Mungkin memang sangat lelah, setelah melakukan aktivitas tadi sampai akhirnya ketiduran.

Suara ketukkan pintu, mengagetkan Arzian yang baru saja selesai mandi. Ia segera keluar dari kamar mandi untuk membukakan pintunya.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah kurir makanan yang mengantarkan makanan yang telah Arzian pesan sebelum mandi. Arzian menerima makanan itu, lalu membawanya masuk.

Arzian mendekat ke ranjang, tempat sang kekasih masih tertidur pulang. Tangan kekar milik Arzian membelai rambuh Herfiza sambil memanggil nama Herfiza, agar wanita itu segera bangun.

"Bangun! Kamu makan dulu, sayangku. Aku sudah belikan makanan untuk kita berdua," pintanya dengan lembut. Herfiza memang masih ingin tidur, tetapi tidak bisa dipungkuri perutnya mulai berbunyi. Harus segera diisi makanan.

Herfiza memberikan tangannya sengaja, agar Arzian mau membantunya bangkit dari ranjang. Setelah bisa berdiri, Herfiza masuk kamar mandi.

Arzian sendiri menyiapkan makanan yang sudah ia beli di meja makan, tak perlu waktu lama Herfiza sudah keluar dari kamar mandi. Sepertinya wanita itu hanya mencuci muka saja, karena tak terlihat seperti habis mandi.

"Ayo makan," ajak Arzian. Pasangan itu makan-makanannya dengan sangat nikmat sekali, bahkan mereka juga saling menyuapi.

"Sayang, tadi gimana interviewnya lancar semua kan?" tanya Herfiza membuka obrolan ketika makanannya hampir habis.

"Lancar dong, kamu kan tau sepintar apa kekasihmu ini," ujarnya menyombongkan diri. Herfiza hanya terkekeh saja melihat tingkah kekasihnya itu. "Iyadeh tau."

Pendidikan Arzian memang tidak main-main, ia sangat pintar hingga sejak kecil terus menerus mendapatkan beasiswa atas kecerdasannya. Dan Arzian merupakan salah satu lulusan terbaik disalah satu kampus negri di Jakarta. Andai pria itu memiliki modal yang banyak, pasti dengan mudah membuat perusahaan sendiri. Agar tidak terus menerus menjadi bawahan orang lain. Karena keterbatasan uang, mau tidak mau Arzian hanya bekerja menjadi staff marketing di sebuah perusahaan. Itupun bukan perusahaan besar dan terkenal.

Apalagi sekarang untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah sulit, banyak yang memakai orang dalan. Arzian mana punya orang dalam, sedangkan dirinya adalah seorang yatim piatu yang tinggal panti asuhan sejak kecil. Bahkan sejak Arzian bayi malah. Tidak punya keluarga sejak bayi selain orang-orang panti, lalu bertemu dengan Herfiza yang bisa membuatnya jatuh cinta dan merasa disayang. Mendapatkan kasih sayang yang selama ini begitu Arzian inginkan, walau jelas berbeda kasih sayang orang tua dan kasih saya seorang kekasih.

"Sayang, saat aku jauh. Kamu tetap setia ya, jangan pernah hianati aku. Aku nggak tau gimana hidupku tanpa kamu nantinya." Herfiza bangkit, lalu duduk di paha Arzian. Membelai wajah kekasihnya dengan sangat lembut. "Sayangku, cintaku. Kamu tenang aja. Aku di sini nungguin kamu, enggak akan pernah pergi dari kamu. Apalagi kamu lakuin misi itu demi aku, demi cinta kita. Jadi mana mungkin berhianat."

Wajah mereka sangat dekat, mereka saling pandang-pandangan lumayan lama. "Aku percaya kamu, Fizaku sayang."

"Justru aku yang takut kamu ninggalin aku, enggak setia sama aku. Sedangkan aku tau, di mansion pasti banyak sekali perempuan cantik bahkan lebih cantik dari aku, yang." Arzian mencium bibir Herfiza sekilas. "Enggak ada yang lebih cantik dari kamu, bagiku kamu nomor satu sayang. Tidak akam terganti."

Lidah Arzian sedikit kelu karena baru saja memgucapkan sebuah kebohongan, padahal jelas-jelas tadi Arzian memuja kecantikkan Yumna bak bidadari turun dari kayangan.

Setelah puas bermesraan, hari pun sudah sangat larut. Namun, Arzian tetap nekat pulang ke kontrakkannya. Kalau tidak besok di jemput supir, tentu Arzian lebih memilih menginap saja. Agar bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan kekasihnya.

"Hati-hati ya, sayang. Kalau sudah sampai rumah jangan lupa kabarin, aku mencintaimu," kata Herfiza saat mengantar kekasihnya yang ingin pulang di depan pintu.

"Aku lebih mencintaimu, Herfiza Dwi."

***

Suara gedoran yang sangat kencang membangunkan tidur nyenyak Arzian. Matanya bahkan malas terbuka, karena masih mengantuk. Ia melihat jam dinding, terlihat baru pukul empat pagi. Entah siapa yang menggedor pintunya pagi buta seperti ini.

Dengan langkah gontai, Arzian berjalan ke depan pintu. Pintunya ia buka, tampaklah seorang pria dengan tatapan mencekam.

"Apa benar rumah ini rumah Mas Arzian Farelly yang kemarin baru lolos interview untuk bekerja di mansion Kavendra? Bisa saya bertemu dengan Mas Arzian Farelly?"  Arzian menangkap, jika pria di depannya itu mencarinya karena berhubungan dengan lolosnya ia diinterview kemarin.

"Iya, benar. Saya sendiri Arzian Farelly. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ditugaskan oleh Nyonya Yumna menjemput anda, dan dibawa ke mansion sekarang juga. Karena anda sudah harus mulai bekerja pagi ini." Ternyata pria itu yang diutus menjemputnya, Arzian kira siapa. Yah walau Arzian mendesah pelan, berusaha menahan kesal karena ini masih terlalu pagi.

"Saya baru bangun, belum mandi juga, saya tidak mengira bahwa akan di sejemput sepagi ini." Arzian mengusap wajahnya. "Bahkan ini juga masih pagi buta," lanjutnya dalam hati.

"Ambil barang-barang yang akan anda bawa, lalu masuk mobil. Kita harus sampai mansion sebelum pukul lima, Nyonya Yumna sangat disiplin sekali. Tidak suka keterlambatan apapun alasannya,"titahnya.

"Apa tidak bisa menunggu saya mandi sebentar, hanya sebentar saya janji," pintanya dengan tatapan memelas. Walau ia adalah pria, tetapi Arzian sangat suka kebersihan. Ia tidak akan bisa pergi tanpa mandi terlebih dahulu, apalagi sekarang kondisinya baru sana bangun tidur.

"Tidak bisa, ambil barangmu segera masuk mobil," titahnya lagi. Kali ini dengan menampilkan wajah garangnya, hingga Arzian terpaksa mengikuti perintah pria itu. Arzian masuk lagi ke dalam kontraknya, mengambil tas yang sudah ia persiapkan sejak semalam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!