NovelToon NovelToon

Pertarungan Tanpa Henti

PAHLAWAN TAK TERDUGA

Di kota yang nggak pernah tidur, ada satu tempat yang semua orang tahu, bahkan kalau kamu cuma sekedar lewat tanpa berniat ikut, pasti bakal terjebak: Arena X. Tempat di mana orang-orang bertarung tanpa aturan, cuma ada dua pilihan—menang atau kalah. Gampang kan? Nah, itu cuma kalau kamu nggak ikut bertarung. Kalau sudah masuk ke dalam, ya siap-siap saja.

Aku, Riko, bukan petarung terkenal. Jujur, aku bukan orang yang punya bakat terpendam jadi juara. Aku cuma bisa bertarung karena dari kecil sering dikejar-kejar teman-teman yang nggak paham arti ‘teman sejati’. Tapi yang penting, aku bisa bertahan hidup. Kalau ada yang mau bilang aku ‘pahlawan tak terduga’, ya mungkin mereka benar. Tapi kalau ada yang bilang aku ‘sumber masalah’ di arena, itu juga nggak salah.

Hari itu, langit kelihatan mendung banget, dan rasanya kalau aku terus berdiri di luar arena, bisa-bisa aku ikut kehujanan. Tapi bukan hujan yang bikin ngeri, melainkan petarung yang bakal aku hadapi—Kuro. Nama Kuro ini sudah kayak legenda di Arena X. Orangnya gede banget, badannya kekar, seakan-akan dia habis makan satu truk penuh ayam bakar. Kalau aku melawan dia, bisa dipastikan aku cuma jadi tontonan.

Aku melangkah dengan kaki berdebar-debar, tapi Tatsu, pelatihku sekaligus sahabatku, tiba-tiba muncul. "Riko, serius nih? Kamu yakin mau lawan Kuro? Ini bukan main-main loh," kata Tatsu dengan ekspresi yang lebih khawatir daripada ibu-ibu yang nyuruh anaknya makan sayur.

"Serius dong, Tatsu! Kalau aku nggak terima tantangan ini, nanti dipanggil 'pecundang' sama orang-orang. Terus nggak ada yang mau temenan sama aku lagi!" jawabku, sambil berusaha terlihat sekuat mungkin.

Tatsu cuma menggeleng-geleng kepala. "Yaudah, semoga aja kamu nggak jadi pizza garing."

Aku cuma bisa nyengir sambil melangkah masuk ke dalam arena. Di dalam, suasana bising banget, kayak pasar yang lagi ada obralan diskon gede. Orang-orang teriak-teriak, pada ngajak taruhan, dan atmosfernya bikin aku sedikit pusing. Tapi aku mencoba tetap fokus. Aku nggak boleh tegang. Kalau tegang, nanti malah kepleset.

"Riko! Jangan bikin malu, ya!" Tatsu teriak dari pinggir arena, jelas dia lebih khawatir daripada aku.

Dan di tengah keramaian itu, aku melihat Kuro. Dia berdiri di sana dengan tenangnya, nggak bergerak sedikit pun. Kalau orang lain mungkin langsung ketakutan, aku justru berpikir, "Ya ampun, ini orang nggak pernah ketawa ya?" Wajahnya kayak batu, kok kelihatan kayak dia baru bangun tidur pagi-pagi dan belum ngopi.

"Riko, siap? Atau kamu mau cabut dulu beli roti?" Kuro tiba-tiba ngomong dengan suara berat, sambil nyengir sedikit. Mungkin dia pikir dia udah menang, cuma dengan ngomong gitu doang.

Aku ngelirik Tatsu, yang cuma bisa geleng-geleng sambil berbisik, “Kuro nggak pernah serius ngomong. Tapi kalau dia udah mulai becanda, itu tandanya kamu bakal jadi santapan makan malamnya.”

Aku cuma angguk-angguk sambil mengumpulkan keberanian. "Aku nggak takut sama kamu, Kuro. Kalau kamu mau ngalah, kita selesai lebih cepet, ya?"

Kuro cuma tertawa, kayak denger lelucon paling lucu sepanjang masa. "Hahaha... kamu lucu juga, Riko. Tapi yaudahlah, kita lihat aja nanti."

Dan begitu aba-aba dari wasit berbunyi, pertarungan dimulai.

Kuro langsung maju dengan kecepatan luar biasa, kayak nggak pakai rem! Tiba-tiba dia ngeluarin pukulan super cepat yang aku cuma bisa lihat bayangannya. Aku hampir ketabrak, tapi dengan refleks yang masih cukup tajam, aku melompat ke samping. Aku nggak tahu sih gimana, yang jelas kalau aku nggak lompat, mungkin aku udah jadi pancake.

"Wow, gerakanmu lumayan juga," kata Kuro sambil terus mengejar, "tapi apa itu cukup buat menghadapi aku?"

Aku nyengir. "Tunggu aja, yang lebih seru masih datang."

Dia nyerang lagi, kali ini dengan tendangan muter. Aku langsung menghindar, tapi malah kepleset karena lantainya licin banget. “Duh, kenapa sih nggak dibersihin dulu?” aku ngoceh sambil cepet-cepet bangkit. Kuro ngeliatin aku, sambil ketawa ngakak.

"Kayaknya kamu malah jadi komedian deh, Riko," kata Kuro sambil nyiapin serangan berikutnya. Tapi kali ini aku nggak mau salah langkah. Aku harus lebih cepat dari dia. Aku udah mulai ngerti pola serangannya. Kuro, meskipun gede dan kuat, dia juga suka mengulang-ulang gerakan yang sama. Makanya, aku siapin serangan balik.

Dia nendang lagi, dan kali ini, aku bukan cuma menghindar. Aku berhasil nahan kakinya, muterin tubuhnya, dan tiba-tiba dia kejatuhan. “Ya ampun, Kuro, kalau kamu ngantuk gitu, bilang aja! Gue siap nemenin tidur!” Aku senyum lebar, meski sebenarnya aku juga ngos-ngosan.

Kuro nggak marah, malah dia nyengir lebar. "Kamu bikin aku serius nih. Siap-siap deh!"

Pertarungan makin seru, dan ternyata, aku bisa menahan serangan-serangannya. Kuro mulai kelihatan capek juga, meskipun dia masih jago banget. Tapi entah kenapa, aku merasa dia mulai menghargai perjuanganku. Semua orang di sekitar jadi makin semangat, kayak nonton pertandingan sepak bola tim nasional.

Akhirnya, setelah beberapa waktu, aku bisa meluncurkan pukulan terakhir yang membuat Kuro jatuh ke tanah, nggak bisa bangkit lagi. Semua orang di arena terdiam, lalu mendadak meledak dalam sorakan. Aku berdiri dengan nafas terengah-engah, tapi hati gue? Rasanya kayak juara dunia.

"Jangan-jangan, gue jadi pahlawan sekarang, ya?" pikirku dalam hati, sambil melangkah keluar dari ring, dikelilingi sorakan. Kuro cuma bisa nyengir dari bawah. "Kamu menang, Riko. Tapi jangan kebanyakan sombong, ya. Next time, kita bisa rematch lagi."

Aku cuma ngangkat bahu. "Boleh, asalkan kali ini arena dibersihin dulu."

Dan begitu aku keluar dari arena, Tatsu nyamperin. "Wah, keren banget lo! Tapi gue nggak percaya lo bisa menang, serius deh!" katanya sambil tertawa ngakak.

"Apa, lo nggak percaya? Gue kan udah bilang dari tadi, gue bukan main-main, bro!" jawabku sambil ngelirik ke arah Kuro yang masih duduk sambil ngakak.

Hari itu mungkin aku menang, tapi yang paling penting—aku udah ngebuktiin, nggak ada yang nggak mungkin selama kita punya tekad dan sedikit keberuntungan... serta kemampuan untuk menghindar dan menertawakan diri sendiri.

BAYANGAN DIBALIK ARENA

Setelah kemenangannya yang mengejutkan melawan Kuro, Riko merasa seperti seorang selebritas yang tiba-tiba terkenal karena viral. Setiap langkahnya seolah-olah diikuti oleh sorakan orang-orang—meski itu hanya dalam imajinasinya sendiri. Sorakan itu terdengar keras di kepalanya, tapi sebenarnya, mereka hanya suara langkah-langkah kaki Tatsu yang berjalan di belakangnya.

"Tatsu, serius deh, gue kayaknya baru dapet Nobel," kata Riko sambil berjalan di trotoar, menghindari genangan air yang bisa membuat sepatu Adidas barunya rusak. "Gue kira, lo tau, kalau lo menang di arena, dunia bakal ngeliat lo kayak pahlawan gitu. Ternyata, gue malah dapetnya... sorakan dari tetangga."

Tatsu, yang tengah menyantap burger dengan mulut penuh, hanya meliriknya dan meringis. "Bro, lo itu baru menang satu pertarungan. Lo bukan jadi pahlawan, lo cuma jadi... bahan tontonan. Orang-orang cuma nunggu lo kalah buat ngeliat drama. Mereka lebih suka lihat lo jatuh daripada lihat lo jadi juara."

Riko berhenti sejenak dan menatap Tatsu dengan bingung. "Serius, Tatsu? Jadi gue nggak jadi pahlawan?"

Tatsu mengangkat bahu. "Tergantung gimana lo ngeliatnya. Kalau lo jadi pahlawan, berarti mereka semua bakal nyari lo buat nyelametin dunia. Kalau lo jadi bahan tontonan, ya... ya lo bakal jadi meme."

"Meme?" tanya Riko sambil memutar otak. "Jadi maksud lo, kalau gue kalah, mereka bakal bikin gambar gue lagi jongkok sambil nangis pake tulisan, 'Ketika lo pikir bisa menang, tapi malah jatuh kayak idiot'?"

Tatsu tertawa keras. "Persis. Makanya, hati-hati kalau lo terus-terusan pamer kemenangan lo. Gue tau lo excited, tapi dunia itu jahat, bro. Mereka nggak peduli lo menang, yang mereka peduliin cuma lo bakal bertahan sampai kapan."

Riko cuma bisa menghela napas. Kadang, Tatsu bisa jadi teman yang motivasional, kadang juga kayak orang yang mau bikin mental lo down. Tapi dia tahu, Tatsu selalu ngomong jujur. Mungkin terlalu jujur.

---

Keptesan Setiap Langkah

Seiring dengan berjalannya waktu, Riko mulai merasakan perubahan yang semakin jelas. Setiap langkahnya di jalanan terasa lebih berat, seperti ada yang mengawasinya dari kejauhan. Memang sih, dia nggak jadi selebriti dunia nyata, tapi bisa dibilang dia kayak selebriti lokal di lingkungan sekitar—tapi selebriti yang susah banget tidur karena takut ada yang ngintip lewat jendela.

"Lo merasa nggak sih, Tatsu? Ada yang aneh di sekitar sini?" Riko bertanya sambil melangkah dengan hati-hati, seperti lagi melintasi zona perang. "Seperti ada mata-mata yang ngeliatin gue dari setiap sudut."

Tatsu yang sedang menikmati secangkir kopi sambil duduk santai di bangku taman hanya menatapnya tanpa ekspresi. "Lo mulai paranoid, bro. Lo nggak bisa hidup terus-terusan dalam ketakutan kayak gitu. Coba pikirin, lo baru menang satu pertarungan, bukan baru dapet saham perusahaan besar."

Riko menggeleng, tetap merasa ada yang nggak beres. "Tapi gue nggak bisa ngerasain kelegaan, Tatsu. Ada yang selalu ngikutin gue. Dan itu bukan fans, bro. Gue lebih ngerasa kayak... target."

Tatsu menatap Riko dengan senyum setengah maksa. "Lo lagi kepikiran buat berhenti jadi petarung, ya? Jangan bilang lo pensiun gara-gara takut jadi bahan tontonan terus."

"Ya enggak juga," jawab Riko dengan cemberut. "Cuman gue ngerasa... kalau terus-terusan kayak gini, bisa jadi gue yang jadi meme selanjutnya."

Tatsu tertawa terbahak-bahak. "Tuh kan, akhirnya lo paham! Jangan mikir yang aneh-aneh, bro. Lo tuh masih muda. Dunia ini penuh dengan tantangan dan meme. Lo pilih mana, jadi meme atau jadi legenda?"

Riko hanya bisa menggeleng sambil nyengir. "Gue lebih milih jadi legenda yang nggak dikejar-kejar orang gila."

---

Pagi yang Aneh

Keesokan paginya, setelah Riko tidur hanya beberapa jam, dia terbangun dengan perasaan aneh. Seperti ada yang nggak beres. Mungkin ini akibat kebanyakan mikirin komentar orang di media sosial tentang kekalahannya nanti, atau mungkin karena malam itu Tatsu ngajak dia nonton film horror yang bikin tidur nggak tenang. Tapi apapun itu, pagi itu perasaan tidak nyaman itu semakin kuat.

Tatsu yang sedang sarapan sambil menatap layar ponselnya dengan serius tidak terlihat terpengaruh dengan suasana hati Riko. "Lo tahu, nggak, bro, kalau ada orang yang pengen ketemu lo?"

Riko yang baru selesai mengusap wajahnya, menatap Tatsu dengan heran. "Ketemu gue? Serius, siapa yang pengen ketemu gue? Gue baru menang satu kali, loh. Jangan-jangan... itu salah satu mantan pacar yang datang nuntut."

Tatsu hanya meringis dan mengangkat bahu. "Bukan. Dia bilang mau ngomong soal 'kesempatan besar.'"

Riko mengerutkan dahi. "Kesempatan besar? Lo yakin itu bukan jebakan? Ada yang mau jualan produk MLM apa gimana?"

"Ya lo nggak tahu juga," kata Tatsu, menyandarkan punggungnya di kursi. "Namanya Ryo, dia katanya petarung yang baru banget muncul di arena. Gue nggak tahu banyak tentang dia, tapi katanya dia punya hubungan dengan orang-orang penting yang bisa bantu lo untuk lebih terkenal."

Riko langsung mencocokkan hal itu dengan berbagai kemungkinan yang ada di kepalanya. "Oke, jadi sekarang gue diculik sama orang penting biar jadi petarung terkenal, atau... ya, mereka ngincer gue buat jadi headline baru di berita? Gue sih nggak yakin, Tatsu. Lebih baik gue pakai jas hujan kalau ketemu orang aneh gini."

Tatsu menepuk bahu Riko. "Gue bilang hati-hati, bro. Tapi lo juga harus ngambil langkah, atau lo nggak akan tahu apa yang bisa lo dapetin."

---

Dengan perasaan campur aduk, Riko akhirnya bersiap menemui Ryo. Dia nggak tahu apakah ini kesempatan emas atau cuma jebakan, tapi satu yang pasti: kalau ini jebakan, setidaknya dia bisa bikin komedi sambil berkelahi.

Dengan langkah pelan, Riko mengikuti Tatsu ke tempat yang sudah ditunjukkan Ryo. Namun, perasaan aneh itu masih terasa di hatinya. Apakah ini pertarungan yang akan mengubah hidupnya, atau cuma lelucon lain yang sedang menunggu untuk jatuh ke dalam perangkapnya?

PERTEMUAN DENGAN RYO

Riko dan Tatsu berjalan menyusuri gang sempit yang terletak di belakang gedung tua. Suasana malam itu terasa berbeda—sepi, hanya suara langkah kaki mereka yang mengisi udara. Riko merasa seolah-olah setiap sudut jalan menyembunyikan sesuatu yang menunggu untuk menyerangnya. Tatsu yang berjalan di depan tampak santai, hampir seperti mereka sedang menuju restoran favoritnya, padahal mereka tahu mereka akan bertemu dengan orang yang tak mereka kenal.

"Ada yang aneh nggak sih, Tatsu?" tanya Riko sambil melihat sekeliling. "Kenapa gue ngerasa kayak ini bukan tempat yang biasa-biasa aja, ya?"

Tatsu menoleh, menatap Riko dengan senyum santai. "Lo lagi paranoid lagi, bro. Kalau lo terus mikirin kayak gini, lo bakal susah tidur tiap malam. Tapi jujur aja, lo tuh keliatan kayak orang yang mau diserang sama film horor, bukan petarung."

"Serius, lo nggak lihat apa yang gue lihat?" Riko menunjuk ke arah bayangan gelap di ujung jalan. "Kayak ada orang nungguin kita, ya."

Tatsu menggelengkan kepala. "Itu cuma sampah terbang, Riko. Nggak ada yang ngikutin kita. Tapi kalau lo takut, gue bisa peluk dari belakang biar lo nggak sendirian."

Riko menatap Tatsu dengan mata tajam. "Gue bukan bocah kecil, Tatsu. Gue nggak butuh pelukan lo."

Tatsu tertawa. "Gue tau, bro, cuma bercanda. Tapi serius deh, kita udah hampir sampe. Jangan terlalu mikirin hal yang nggak perlu."

Riko menghela napas dan berusaha menenangkan dirinya. Mungkin dia memang terlalu terbawa perasaan, tapi perasaan aneh itu tetap tidak bisa dia hindari.

Akhirnya, mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah sebuah gedung besar. Lampu neon yang pudar di atas pintu memberi kesan suram, tetapi di baliknya, ada sesuatu yang tidak bisa dia abaikan. Sesuatu yang memanggilnya.

Tatsu mengetuk pintu dengan nada pelan. "Gue harap ini bukan jebakan, ya, Riko. Kalau ini jebakan, lo yang harus jawab nanti."

Riko menyeringai. "Tenang aja, gue bisa bawa diri gue sendiri. Gue udah biasa bertarung dengan hidup."

Pintu terbuka, dan seorang pria bertubuh besar dengan tatapan tajam menyambut mereka. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam, dan senyum kecil yang muncul di wajahnya sedikit mengerikan. Namanya Ryo, dan sepertinya dia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.

"Lo Riko, kan?" tanya Ryo dengan suara berat, tetapi ada nada ramah yang menyembunyikan sesuatu yang lebih dalam.

Riko mengangguk, menatap Ryo dengan waspada. "Iya, gue Riko. Lo yang ngajak gue ketemu?"

Ryo melangkah mundur sedikit dan menepuk kursi yang ada di dekat meja. "Ayo duduk. Kita ada banyak hal yang perlu dibahas."

Riko dan Tatsu duduk, namun Riko merasa agak canggung. Ditemani pria berotot besar ini, suasana terasa semakin menegangkan, meski Ryo mencoba tersenyum seperti orang biasa.

"Jadi, apa yang lo mau omongin?" tanya Riko dengan nada hati-hati.

Ryo menyandarkan tubuhnya di kursi, memandangi Riko dengan tatapan tajam. "Gue mau lo bergabung sama tim gue. Kita ada proyek besar yang bisa bikin lo jadi petarung yang lebih terkenal daripada sekadar juara lokal."

Riko tersenyum kecil. "Proyek besar? Gue kira lo mau ngajak gue buat jadi bintang iklan sabun cuci piring."

Tatsu melirik Riko dan mencubit lengannya. "Lo jangan bikin suasana jadi aneh gitu, Riko."

Ryo tertawa pelan, lalu menggeleng. "Nggak, bro. Ini jauh lebih besar dari sekadar jadi iklan sabun. Gue tahu lo udah menang lawan Kuro, dan itu nggak gampang. Tapi gue juga tahu lo cuma segelintir orang yang punya potensi buat bener-bener mendominasi dunia pertarungan. Kita butuh lo di tim kita. Ada banyak orang yang pengen lo, dan gue nggak suka orang lain ngerasa punya hak buat ngatur hidup lo."

Riko mengerutkan dahi. "Tim lo? Jadi lo nggak sendirian dalam ini, kan?"

Ryo mengangguk. "Betul. Gue punya tim yang sudah berpengalaman, dan gue yakin lo bisa jadi bagian dari itu. Tapi, gue nggak nyuruh lo langsung bergabung. Lo punya pilihan, tapi gue kasih waktu buat mikir."

Tatsu yang dari tadi diam, akhirnya berbicara. "Gue penasaran nih. Kalau lo udah tahu Riko bisa jadi bagian dari tim lo, kenapa nggak lo langsung minta dia bergabung aja? Kenapa mesti kasih waktu mikir segala?"

Ryo tersenyum. "Karena gue nggak suka maksa orang. Gue pengen mereka merasa keputusan itu datang dari hati mereka sendiri. Lagipula, Riko punya cara bertarung yang unik, dan gue nggak mau nyuruh orang yang nggak siap."

Riko merasa sedikit tertekan, tapi dia juga merasa ada sesuatu yang menarik. Dunia pertarungan ini memang brutal, tapi terkadang, kesempatan seperti ini datang sekali seumur hidup. "Oke, gue mikir-mikir dulu. Tapi, kalau lo ngajak gue cuma buat jadi boneka, gue nggak bakal bergabung."

Ryo tertawa lagi, kali ini lebih keras. "Boneka? Gue nggak butuh boneka. Gue butuh orang yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Yang bisa mengendalikan nasibnya."

Riko melirik Tatsu yang terlihat bingung, lalu kembali menatap Ryo. "Jadi, lo beneran yakin gue bisa jadi bagian dari tim lo?"

Ryo menatapnya dengan serius, namun dengan sedikit senyum di wajahnya. "Percaya gue, Riko. Kalau lo masuk tim gue, lo akan tahu rasa dari kemenangan yang sesungguhnya. Bukan hanya soal pertarungan, tapi tentang bagaimana mengendalikan semuanya."

Riko diam sejenak, mempertimbangkan semua yang baru saja dia dengar. Dia tahu, keputusan ini bisa mengubah hidupnya, tetapi dia juga merasa sedikit ragu. Dunia ini penuh dengan orang yang memiliki agenda tersembunyi, dan meskipun Ryo terdengar jujur, Riko tidak bisa begitu saja percaya begitu saja.

"Satu pertanyaan lagi," kata Riko sambil berdiri, "Kalau gue memutuskan untuk nggak bergabung, apa yang akan terjadi pada gue?"

Ryo tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum tipis, lalu berkata, "Kalau lo nggak bergabung, ya... lo tetap bisa hidup, bro. Tapi nggak ada jaminan lo akan bertahan di arena ini selamanya."

Riko menatapnya dalam-dalam. "Oke, gue akan mikir-mikir. Tapi ingat, kalau lo macem-macem, gue nggak segan-segan buat ngelawan."

Ryo tersenyum lebih lebar, seakan-akan dia justru menunggu jawaban itu. "Itu baru petarung sejati. Gue suka gaya lo, Riko. Kita akan lihat apakah lo benar-benar siap untuk tantangan besar ini."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!