...Episode 1...
Pada suatu hari di sebuah desa yang 'kecil yang tersembunyi di balik pegunungan, hidup seorang anak yatim piatu bernama Hu Zi. Meski kesulitan selalu mengintainya, bocah 14 tahun itu tetap ceria. Kecerdasannya dan rasa ingin tahu yang besar membuatnya pun disukai oleh warga desa setempat karena ia sering membantu mereka dengan pekerjaan kecil dan menghabiskan waktu bermain di hutan.
Namun, hari itu segala nya berubah.
Sore itu, seperti biasa, Hu Zi menjelajahi hutan. Ia menemukan sebuah gua yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Udara di dalam gua terasa dingin, dan dindingnya dipenuhi ukiran-ukiran aneh yang tampak berumur ratusan tahun. Dengan rasa penasaran yang membuncah, ia melangkahkan kakinya untuk masuk.
Di tengah gua, sebuah mutiara merah besar bersinar lemah di atas altar batu. Cahaya itu seolah olah memanggilnya.
"Apa ini?" gumam Hu Zi, matanya berbinar penuh keheranan.
Ia mengulurkan tangan, menyentuh mutiara itu. Seketika, gua pun mulai bergetar hebat. Mutiara tersebut melesat ke udara dan masuk ke tubuh Hu Zi melalui dadanya.
"A-Apa ini?!" serunya, terjatuh dengan napas tersengal.
Tubuhnya seketika terasa panas, seolah olah terbakar dari dalam. Saat ia mencoba bangkit, sebuah suara menggema di kepalanya:
"Pewaris yang baru... Keseimbangan dunia kini berada di tanganmu."
Setelah kejadian di gua, Hu Zi kembali ke desa dengan tubuh lemah. Malamnya, ia diserang mimpi aneh. Dalam tidurnya, ia menyaksikan perang besar terjadi antara manusia dan iblis. Sosok sosok raksasa bertempur di langit gelap, sementara darah membanjiri tanah.
Ketika terbangun, ia merasakan dada kirinya panas. Di sana, sebuah tanda merah menyala jejak dari Mutiara Merah.
Sementara itu, di tempat yang jauh dari desa, seorang pria berdiri di atas bukit. Wajah nya dingin, auranya kelam. Dialah Qi Xuao Xuan, seorang master iblis yang ditakuti.
"Akhirnya... setelah bertahun-tahun, Mutiara Merah muncul lagi," gumamnya dengan tatapan nya tajam ke arah desa Hu Zi.
Malam itu, ketukan keras membangunkan Hu Zi dari tidur nya. Dengan enggan, ia membuka pintu dan mendapati seorang pria misterius menatapnya tajam.
"Kau," kata Qi Xuao Xuan, suaranya datar. "Berikan Mutiara Merah itu."
Hu Zi tergagap. "Apa... Mutiara Merah?"
Qi Xuao Xuan mendekat, mengulurkan tangan nya. "Jangan berpura pura. Aku tahu kau memilikinya. Jika kau tidak menyerahkannya, aku akan mengambilnya langsung dari tubuhmu."
Merasa terancam, Hu Zi berlari ke hutan. Namun, Qi Xuao Xuan dengan mudah untuk mengejarnya. Bayangan hitam muncul dari tangannya dan mengikat tubuh Hu Zi.
"Tunggu! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!" Hu Zi berteriak, berusaha untuk melepaskan diri.
Qi Xuao Xuan mengangkat tangan untuk mengambil paksa mutiara itu. Namun, sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Cahaya merah seketika menyala dari tubuh Hu Zi, membakar bayangan hitam yang mengikatnya.
"Apa-apaan ini?!" Qi Xuao Xuan terkejut, dan mundur beberapa langkah ke belakang.
Hu Zi menatap kedua tangan nya yang bergetar. "Apa yang terjadi padaku?"
Qi Xuao Xuan pun mencoba untuk mendekat lagi, kali ini dengan tatapan serius. "Kau tidak tahu apa yang telah kau lakukan, bukan?" katanya.
"Mutiara itu kini menyatu denganmu. Mulai saat ini dan sekarang, hidupmu sudah tidak akan pernah sama lagi."
...Bersambung....
Hu Zi menatap Qi Xuao Xuan dengan campuran ketakutan dan kebingungan. Tubuhnya masih terasa panas, tanda dari kekuatan misterius Mutiara Merah yang kini menyatu dengannya. Sementara itu, Qi Xuao Xuan, pria yang sebelumnya tampak tak terkalahkan, kini berdiri diam, seolah tengah menimbang sesuatu.
"Kau masih terlalu lemah untuk memahami apa yang kau miliki," Qi Xuao Xuan akhirnya berkata. Nada suaranya lebih tenang, tetapi tetap mengintimidasi.
"Kalau kau tidak belajar mengendalikannya, kau hanya akan jadi santapan empuk bagi mereka yang memburumu." Hu Zi, meski masih ketakutan, berusaha memberanikan diri.
"Siapa mereka? Dan apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar. Qi Xuao Xuan hanya menyeringai tipis.
"Mutiara itu adalah sumber energi Yang yang mendalam. Ia bukan hanya benda biasa, tapi juga kunci untuk membuka kekuatan yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan dunia.
Banyak yang menginginkannya, tapi hanya sedikit yang bisa mengendalikannya. Sayangnya untukmu, kau adalah target paling mudah sekarang."
Tanpa banyak penjelasan, Qi Xuao Xuan memaksa Hu Zi mengikuti langkahnya meninggalkan desa. Hu Zi berusaha melawan, tetapi setiap kali ia mencoba kabur, Qi Xuao Xuan dengan mudah menangkapnya.
"Diam dan ikut aku. Kalau tidak, mereka akan datang," ujar Qi Xuao Xuan sambil menatap gelapnya malam.
"Siapa mereka?!" Hu Zi hampir berteriak, frustrasi dengan ketidakjelasan situasinya. Tak lama setelah ia bertanya, jawabannya muncul dalam bentuk sekelompok bayangan gelap yang melayang di antara pepohonan.
Mata mereka bersinar merah darah, tubuh mereka seperti asap yang bergerak dalam bentuk manusia.
"Para pemburu iblis," bisik Qi Xuao Xuan, suaranya rendah namun tajam.
"Mereka mencium aroma Mutiara Merah dari tubuhmu." Bayangan-bayangan itu mendekat dengan kecepatan mengerikan. Salah satunya mengulurkan tangan, mencoba menyambar Hu Zi. Tapi sebelum ia berhasil, Qi Xuao Xuan melangkah maju. Dengan satu gerakan tangannya, Qi Xuao Xuan menciptakan lingkaran sihir bercahaya biru yang menyelimuti dirinya dan Hu Zi. Bayangan itu menyerang, tapi lingkaran tersebut memantulkan mereka seperti dinding baja.
"Jangan bergerak," perintah Qi Xuao Xuan kepada Hu Zi.
"Kau hanya akan membuat ini lebih sulit." Hu Zi memperhatikan dengan mata terbelalak saat Qi Xuao Xuan melawan bayangan-bayangan itu.
Setiap gerakan pria itu terlihat seperti tarian yang anggun namun mematikan. Bayangan yang menyerangnya hancur menjadi serpihan asap setiap kali pedang energi yang muncul di tangan Qi Xuao Xuan menebas mereka. Namun, salah satu bayangan berhasil menyusup ke dalam lingkaran pelindung. Ia menyerang Hu Zi langsung, membuat anak itu terjatuh. Dalam kepanikan, tubuh Hu Zi kembali mengeluarkan cahaya merah yang sama seperti sebelumnya. Cahaya itu begitu terang sehingga seluruh bayangan mundur, memekik ketakutan.
"Aku bilang jangan bergerak!" Qi Xuao Xuan berteriak sambil melompat ke arah Hu Zi, melindunginya dari serangan lebih lanjut. Setelah pertarungan selesai, Qi Xuao Xuan menatap Hu Zi dengan tajam.
"Kau tidak punya pilihan lain sekarang. Kau harus ikut denganku. Kalau tidak, kau akan mati." Hu Zi yang masih gemetar hanya bisa mengangguk perlahan.
Ia tak lagi memiliki desa untuk kembali, dan ancaman para pemburu iblis itu terlalu nyata untuk diabaikan. Saat malam semakin larut, Qi Xuao Xuan memimpin perjalanan mereka melalui hutan. Di bawah sinar rembulan, ia mulai menjelaskan lebih banyak tentang Mutiara Merah.
"Mutiara itu diciptakan 500 tahun lalu, pada masa perang besar antara manusia dan iblis. Ia menyerap energi Yang yang paling murni untuk mengimbangi energi Yin yang mencemari dunia. Namun, ia terlalu kuat. Hanya sedikit orang yang bisa menampungnya tanpa kehilangan akal." Hu Zi menatap tanda merah di dadanya.
"Jadi, aku... aku akan gila?" tanyanya pelan.
"Belum tentu," jawab Qi Xuao Xuan.
"Tapi kau harus belajar mengendalikannya. Itu sebabnya kau ikut denganku." Hu Zi mendesah panjang.
Dunia yang ia kenal kini terasa begitu jauh. Ia hanya seorang anak yatim piatu yang biasa, tapi kini ia terjebak dalam sesuatu yang jauh lebih besar daripada dirinya.
"Apa aku bisa kembali ke kehidupanku yang dulu?" tanya Hu Zi dengan suara lirih. Qi Xuao Xuan menatapnya sekilas, lalu melanjutkan berjalan tanpa menjawab. Diamnya pria itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan Hu Zi. Di kejauhan, di luar hutan, sebuah kastil megah berdiri di atas bukit yang gelap. Di dalamnya, seorang pria tua dengan wajah penuh bekas luka menatap bola kristal yang memancarkan cahaya merah.
"Jadi, Mutiara Merah telah muncul kembali," gumamnya sambil tersenyum sinis.
"Bawa dia padaku. Segera."
Bayangan-bayangan gelap kembali bergerak, kali ini dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Hu Zi dan Qi Xuao Xuan terus berjalan menuju dunia baru yang penuh bahaya, sementara ancaman terus mengintai di setiap sudut.
Udara dingin malam perlahan tergantikan oleh embusan angin pagi yang hangat. Setelah melewati malam penuh ketegangan, Hu Zi dan Qi Xuao Xuan akhirnya keluar dari hutan menuju sebuah jalan setapak yang mengarah ke desa kecil. Langkah Hu Zi terasa berat, tubuhnya masih lemah setelah kejadian aneh tadi malam. Qi Xuao Xuan melangkah tanpa sedikit pun menunjukkan kelelahan.
"Kita tidak bisa berhenti di sini terlalu lama," ujar Qi Xuao Xuan tanpa menoleh.
Hu Zi menghentikan langkahnya, terengah-engah sambil memegangi lutut. "Aku ini manusia biasa, kau tahu? Aku butuh istirahat!"
Qi Xuao Xuan akhirnya berhenti, berbalik, dan menatap Hu Zi dengan dingin. "Kau bukan lagi 'biasa'. Mutiara itu telah mengubahmu. Tubuhmu hanya perlu waktu untuk beradaptasi."
"Aku tidak minta untuk diubah!" bentak Hu Zi.
Tatapan Qi Xuao Xuan mengeras. "Tak ada yang peduli apa yang kau inginkan. Dunia ini tidak peduli pada kehendakmu. Jadi jika kau ingin bertahan, kau harus berhenti mengeluh."
Hu Zi terdiam, tapi dalam hati ia merasa marah sekaligus tidak berdaya. Ia tahu pria itu benar, tapi sulit menerima kenyataan yang tiba-tiba menghantam hidupnya.
Langkah mereka akhirnya membawa mereka ke desa kecil yang tampak sunyi. Penduduknya terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing, namun atmosfer desa itu terasa aneh. Tidak ada suara burung, tidak ada angin yang berhembus di antara pepohonan. Keheningannya membuat Hu Zi merasa tidak nyaman.
"Ada apa dengan tempat ini?" bisik Hu Zi, memandang sekeliling dengan waspada.
Qi Xuao Xuan berhenti melangkah, memandangi salah satu rumah dengan pintu setengah terbuka. "Jaga jarak. Ini bukan desa biasa."
Hu Zi menelan ludah, mengerutkan kening. Saat ia hendak bertanya lebih lanjut, Qi Xuao Xuan tiba-tiba mengangkat tangan, menciptakan lingkaran energi bercahaya biru di udara. Dalam sekejap, kabut tipis yang tidak terlihat sebelumnya mulai menyebar, mengungkapkan bayangan-bayangan gelap yang tersembunyi di sudut-sudut desa.
Sebelum Hu Zi sempat bertanya apa yang terjadi, salah satu bayangan melesat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa. Qi Xuao Xuan bergerak cepat, menciptakan perisai energi yang memantulkan serangan itu. Dengan satu gerakan tegas, pedang energi muncul di tangannya, dan ia menebas bayangan itu hingga lenyap menjadi asap.
"Diam di belakangku, bocah bodoh," perintah Qi Xuao Xuan.
Bayangan-bayangan lainnya mulai bermunculan, menyerang mereka dari segala arah. Qi Xuao Xuan bergerak seperti angin, setiap tebasannya menghancurkan satu bayangan. Namun, jumlah mereka terlalu banyak, dan beberapa berhasil menyelinap mendekati Hu Zi.
Hu Zi panik, berusaha menghindar, tapi tubuhnya terasa berat. Salah satu bayangan melingkarkan "tangannya" yang berbentuk asap di lehernya. Dinginnya menusuk hingga ke tulang.
"Tolong!" teriak Hu Zi.
Tubuhnya tiba-tiba memancarkan cahaya merah terang, sama seperti malam sebelumnya. Cahaya itu begitu kuat sehingga bayangan yang menyentuhnya langsung terpental sambil menjerit. Namun, cahaya itu tidak berhenti. Hu Zi merasakan tubuhnya semakin panas, seolah-olah ada kekuatan besar di dalam dirinya yang ingin keluar. Tanpa sadar, ia mengangkat tangannya, dan semburan energi merah menghancurkan bayangan yang mendekat.
Qi Xuao Xuan meliriknya sekilas. "Kau mulai menunjukkannya," gumamnya.
Namun, energi itu semakin liar. Tubuh Hu Zi bergetar hebat, dan ia jatuh berlutut. "Aku... tidak bisa menghentikannya!"
Qi Xuao Xuan bergerak cepat, meletakkan tangan di kepala Hu Zi. Energi biru mengalir darinya, menyeimbangkan kekuatan dalam tubuh Hu Zi. Perlahan, cahaya merah itu mereda, dan Hu Zi terjatuh ke tanah dengan napas tersengal.
Bayangan-bayangan yang tersisa menyadari bahwa mereka tidak bisa menang. Mereka mundur, menghilang ke dalam kegelapan desa.
Setelah keadaan tenang, seorang wanita tua keluar dari salah satu rumah. Ia membawa tongkat kayu, wajahnya penuh kerutan, namun matanya tajam dan penuh kewaspadaan.
"Kalian... siapa kalian?" tanyanya dengan suara parau.
"Kami hanya melewati desa ini," jawab Qi Xuao Xuan singkat.
Wanita itu menatap mereka lama, terutama Hu Zi. "Bocah itu... kau membawa sesuatu yang berbahaya," katanya.
Hu Zi hanya bisa menatap wanita itu dengan bingung. "Apa maksudmu?"
"Mutiara itu," jawab wanita itu. "Energinya mengganggu keseimbangan desa ini. Ia membawa malapetaka."
Hu Zi menunduk, dadanya terasa sesak. Ia tidak ingin menjadi penyebab bencana, tapi kenyataan itu semakin sulit ia hindari.
"Dia tidak punya pilihan," Qi Xuao Xuan menjawab dengan nada dingin. "Mutiara itu memilihnya, dan sekarang dia harus belajar mengendalikannya."
Wanita itu mengangguk pelan, tapi raut wajahnya masih muram. "Kalau begitu, tinggalkan desa ini. Kami sudah cukup menderita."
Qi Xuao Xuan menarik lengan Hu Zi dan berjalan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Setelah beberapa saat, Hu Zi akhirnya membuka mulut. "Kenapa semua orang memandangku seperti aku ini bencana? Aku tidak pernah minta ini terjadi, Qi Xuao Xuan!"
Qi Xuao Xuan berhenti, menatap Hu Zi dengan tajam. "Kau memang bukan bencana, tapi kau membawa cahaya yang akan menarik kegelapan. Dunia tidak peduli pada kehendakmu, Hu Zi. Yang mereka pedulikan adalah kekuatan yang ada dalam dirimu."
Hu Zi menggigit bibirnya, berusaha menahan emosi.
Sementara itu, di kejauhan, seorang pria bertopeng berdiri di atas bukit, mengamati mereka dari jauh. Senyum tipis muncul di wajahnya.
"Jadi, pewaris Mutiara Merah telah ditemukan. Mari kita lihat seberapa lama dia bisa bertahan," gumamnya sebelum menghilang ke dalam kegelapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!