"Selamat kepada Andika pratama yang telah memperoleh nilai terbaik di sekolah SMA Jakarta ini. Sebagai penghargaan atas hasil yang telah dicapai Andika, pihak sekolah akan memberikan sebuah hadiah."
"Untuk kepala sekolah SMA Jakarta waktu dan tempat kami persilahkan. " ucap sang pembawa acara dari pihak sekolah.
"Sorakan dan tepuk tangan yang meriah bersambut mengiringi langkah kaki seorang pria tua yg berjalan ke atas panggung,yang tak lain adalah kepala sekolah SMA Jakarta."
"Dan didampingi disamping kepala sekolah adalah guru wali kelas dari Andika pratama."
"Selamat ya nak, atas prestasi yang kamu dapatkan, semoga dengan prestasi yg kamu dapatkan ini tidak lantas membuatmu menjadi sombong dan tetaplah jadi anak yang rendah hati. Dan semoga kecerdasan ini bisa berguna di kehidupan masa depanmu kelak. "ucap kepala sekolah kepada Andika memberikan nasehat sambil memberikan sebuah piala serta uang kado sebesar 3 juta rupiah kepada Andika.
" Senyum lebar juga nampak di wajah wali kelas Andika yg merasa sangat bangga atas prestasi yg didapat anak muridnya."
"Sebelumnya saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua guru yang telah mendidik saya sampai seperti sekarang ini, dan juga semua teman-teman yang selalu bisa membuat saya nyaman dalam belajar di sekolah ini. Tanpa kalian semua belum tentu saya bisa sampai saat ini,diatas panggung ini." ucap Andika terharu sambil menerima piala dan uang kado yang diberikan kepala sekolah.
Andika pratama adalah seorang pemuda rupawan dengan potongan rambut rapi sedikit menutupi telinganya. Badannya yang atletis seperti olahragawan membuatnya menjadi idola para gadis-gadis di sekolahnya.
Ditambah lagi dengan kecerdasan yang dia miliki yang hampir mendapatkan nilai sempurna membuat para gadis-gadis bermimpi ingin menjadi pacarnya.
!!! Andika !!!.....!!! Andika !!!
"Aku padamu"
"Aku cinta padamu"
Teriak para gadis-gadis yang mengaguminya. Hampir semua gadis-gadis di sekolah tergila-tergila padanya.
Namun yang cukup mengejutkan adalah kenyataan Andika sama sekali tidak tertarik kepada gadis-gadis yang berteriak kepadanya.
Karena hatinya selalu setia kepada gadis yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, yaitu Nova maharani namanya.
Tatapan Andika kali ini hanya tertuju pada gadis cantik yang berambut hitam lurus yang kini duduk di kursi bagian tengah. Yang memberikan senyuman tipis nan manis sesaat kepada Andika walau hanya beberapa saat saja, sebelum akhirnya andika kembali fokus ke dalam acara yang sedang berlangsung.
Jika dilihat dari luar kehidupan Andika terasa sangat sempurna.Memiliki wajah yang rupawan, tubuh yang atletis dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta memiliki pacar yang sangat cantik jelita membuat semua itu terasa benar-benar terlihat sempurna.
Apalagi yang kurang?!
Namun semua itu berbeda dengan apa yang dijalaninya, tidak sesempurna yang semua orang lihat.
Tak lama, acara pemberian penghargaan kepada Andika pun selesai dan dibubarkan diiringi tepuk tangan yang sangat meriah dari semua guru dan siswa-siswi SMA Jakarta.
"kreeek"
Suara pintu terbuka setibanya Andika sampai di rumah dan segera meletakkan piala yang baru saja dia dapatkan berjejer dengan piala yang lainnya, karena piala seperti sudah sering ia dapatkan.
"Aku pulang, Bapak, Ibu. "ucap Andika setelah meletakkan pialanya.
" Selamat ya, Nak!! Bapak dan Ibu melihatnya kamu benar-benar luar biasa, selalu bisa membuat bangga kedua orang tuamu."ucap Ibunya yang sudah agak tua itu.
"Bapak juga benar-benar bangga kepadamu, Nak!! "imbuh Bapaknya dengan kulit yang menghitam karena kerja keras di bawah terik sinar matahari.
" Maafkan anakmu, pak, bu. Aku hanya bisa mendapatkan hadiah segini."ucap Andika sambil memberikan hadiah uang kado yang tadi ia terima dari kepala sekolah atas kecerdasannya.
"Tak apa-apa, Nak!! Tidak masalah. Yang terpenting sekarang adalah masa depanmu, semoga saja kecerdasan yang kamu miliki ini bisa berguna kelak di masa depanmu.
Untuk saat ini kamu tidak usah memikirkan masalah uang, soal itu biarkan bapak dan ibumu yang berusaha. "balas pria tua yang tersenyum bangga kepada anaknya sambil menutupi rasa lelah di wajahnya.
" Itu benar, Nak! Sekarang ayo kita makan terlebih dahulu, Ibu sudah menyiapkan masakan kesukaan kamu. Tara!!"ucap ibunya dengan senyum lebar sambil membuka tudung saji dan memperlihatkan 3 ekor lele bakar dilengkapi dengan sayur lalapannya.
"Terima kasih, pak, bu!! balas Andika singkat sebelum mengambil nasi yang sudah dingin yang disiapkan di atas meja oleh Ibunya.
'Plaak! Plaak! Plaak!
Sesekali Andika memukulkan sendoknya ke wadah nasi yang hampiri semut untuk mengusir semut-semut itu. Walaupun sebenarnya wadah nasinya sudah diletakkan di atas piring yang sudah lapisi air diatasnya.
Andika memang nampak tidak mempermasalahkan sedikitpun tentang semua ini, karena memang ia sudah terbiasa dengan pola hidup seperti ini. Karena itulah Andika belajar mati-matian sampai saat ini
Namun di dalam hati kecilnya, ia ingin merubahnya dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Masih sambil menikmati makanannya Andika mengutarakan sesuatu hal penting untuk masa depannya nanti kepada kedua orang tuanya.
"Pak, Buk... Sebenarnya aku sudah memperoleh ini beberapa hari yang lalu, tapi aku baru bisa menyampaikan ini sekarang." ucap Andika sembari menyodorkan sebuah kertas dan meletakkannya di atas meja untuk diberikan kepada kedua orang tuanya.
Merasa sangat penasaran Bapaknya pun membuka surat yang diberikan oleh anaknya itu dengan sangat hati-hati.
Dan ternyata apa yang ada di dalamnya, membuat ia terharu dan menangis bahagia setelah tau tentang apa yang telah di peroleh anaknya itu.
'Nak! Nak! . . . . Ini serius!!!
"Iya pak,aku mendapatkan beasiswa.Nampaknya aku telah diterima masuk di sebuah Unversitas ternama di Bandung. Universitas Teknologi Komputer." balas Andika sedikit menjelaskan beasiswa yang ia dapatkan kepada Bapaknya.
Walaupun Andika tidak memiliki komputer atau laptop di rumahnya, tetapi ia memang anak yang lumayan cerdas di bidang komputer. Ia memang selalu belajar dengan mengandalkan komputer yang ada di sekolahnya dulu. Kadang kala juga meminjam milik temannya untuk sekedar belajar atau menyelesaikan tugas dari sekolah.
"Selanjutnya aku berencana akan menggunakan hadiah yang telah aku dapatkan untuk membeli laptop bekas agar harganya sedikit lebih terjangkau, sedangkan sisanya bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari untuk keluarganya." ucap Andika kepada kedua orang tuanya.
"Tentu!! Tentu saja, Nak!! Bapak benar-benar sangat bangga kepadamu.... "
"Ibu juga sangat bangga, Nak."
Kedua orang tua itu pun langsung memeluk Andika dengan erat sambil meneteskan air mata bangga tanda kebahagiaan atas semua apa yang didapatkan oleh anaknya itu.
Andika serta keluarganya pun selalu mensyukuri keberuntungan yang telah di dapatkan selama ini, tentunya dengan segala usaha dan kerja keras yang dilakukan. Semua terbayar dengan indah.
Bersambung...
Beberapa minggu telah berlalu setelah hari kelulusan waktu itu.
Sekarang, saatnya Andika berangkat ke Bandung untuk melanjutkan sekolah yang di inginkannya melalui beasiswa, Universitas Teknologi Komputer di Bandung. Dengan harapan, mungkin bisa merubah keadaan keluarganya kelak di masa depan.
Semua barang yang akan dibawa pun sudah Andika siapkan jauh-jauh hari agar tidak ada yang tertinggal.
"Apakah laptopnya sudah dibawa?! " tanya Ibu Andika khawatir ada barang yang tertinggal sebelum berangkat.
"Sudah, Bu. " jawab ia singkat.
"Kalau... Apa itu namanya... Charger? "sambung Bapaknya ikut sedikit khawatir.
" Charger, sudah aman Pak. Insya allah tidak ada barang yang tertinggal. Terima kasih, Pak, Bu, sudah mengingatkan."balas Andika dengan ramah dan sopan.
"Lalu bagaimana dengan uangnya? Apakah nanti cukup untuk biaya hidupmu di sana? "tanya Ibu sekali lagi khawatir kepada Andika.
" Beasiswa, sudah mencukupi biaya kuliah dan kehidupan saya nanti di sana, Bu. "balas Andika sambil sekali lagi mengecek Hp jadulnya, untuk memastikan uang yang telah diterimanya.
"Kalau begitu, kamu nanti di sana hati-hati ya, Nak. Belajar yang giat dan tekun agar bisa tercapai cita-citamu. Kami di sini akan selalu menantikan kabar baik darimu." sambung Bapaknya Andika.
"Tentu.Aku pamit ya, Pak, Bu. Doakan yang terbaik untuk anakmu ini." balas Andika sambil berjalan memasuki bus.
Andika duduk di depan pintu belakang di sebelah samping kiri, yang memberikan sekali lagi kesempatan untuk melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya.
'Breeem! Breeem!
Suara dari bus yang mulai berjalan. Yang akan mengantarkan Andika dari Jakarta menuju ke Bandung tempat ia melanjutkan belajarnya demi meraih cita-citanya.
Bus yang ditumpangi Andika terbilang tidaklah terlalu penuh, jadi mungkin ada sebagian orang yang duduk tidak semestinya, tidak duduk di kursi aslinya.
Sementara itu....
'Ting'.... 'Ting'...
Sebuah notifikasi telpon dari hp Andika berbunyi mendapatkan sebuah pesan. Yang tak lain adalah pesan chat dari pacarnya yang sebelumnya sudah memberitahunya jadwal keberangkatannya ke Bandung.
Nova :"Hati-hati di sana ya, sayang. Aku di sini akan selalu menunggumu."
Andika :"Kamu juga hati-hati ya di sana. Semangat juga belajarnya."
Nova :"Tentu dan pastinya. Love you. "
Andika :"Love you too. "
Setelah selesai bertukar pesan singkat dengan Nova, Andika pun menyenderkan badannya di kursi sembari menikmati pemandangan di sepanjang perjalannya. Sambil sesekali tertidur.
Uang yang di dapatkan Andika tiap bulan kini hany tinggal 1,5 juta setelah dipotong untuk biaya kuliahnya. Karena memang untuk melanjutkan kuliah sekarang membutuhkan banyak biaya.
Mengingat uang yg diterimanya tinggal 1,5 juta Andika harus benar-benar bisa memanfaatkannya dengan baik karena hidup di Bandung pastinya biaya hidupnya juga cukup mahal.
Namun Andika juga ingin tinggal yang agak lebih nyaman demi kelancaran belajarnya. Karena itu Andika memilih sebuah kos yang agak bagus dan sedikit luas seharga 900 per bulan. Namun sebagai gantinya Andika harus tinggal bersama satu orang asing di dalam kos itu.
"Itu tidak jadi masalah walau ada orang asing bersamaku di dalam kos, semoga saja nanti kita bisa cocok. Yang jadi masalahnya kini, bisa kah aku menghemat sisa uangku yang tinggal 600 ribu ini untuk biaya hidupku selama satu bulan dan di setiap bulan selanjutnya. "pikir Andika di dalam hati kecilnya sambil memandangi pemandangan langit sore hari.
Sambil memikirkan banyak hal, sampai tak sadar Andika telah tiba di terminal. Banyak tukang ojek yang menawari Andika untuk mengantarkannya ke kos yang akan menjadi tujuannya.
Karena sudah merasa pegal-pegal dan rasanya ingin cepat sampai ke kosan untuk istirahat,Andika pun langsung naik ojek menuju me kosnya.
Tak butuh waktu lama, setengah jam perjalan dari terminal, akhirnya Andika tiba di kosnya.
Kos Cemara Putri, itulah nama kos yang akan menjadi tempat tinggal Andika selama belajar di Bandung. Bangunan dua lantai. Totalnya kamar yang ada kurang lebih 12 an kamar kos. Setiap kamar kos bisa diisi sendiri atau setidaknya dua orang.
"Hmm.... Lantai dua, Kamar nomor 12...paling ujung sendiri ya." gumam Andika sambil melihat tulisan yang dikirimkan pemilik kos, karena Andika sudah memesannya beberapa hari yang lalu dan membayarnya lewat transfer sebelum ia berangkat ke sini.
Setelah melihat ponselnya, ia kemudian menuju pos satpam untuk menunjukkan bukti pembayarannya kalau ia akan tinggal di kos Cemara Putri ini.
"Sebentar ya, Dek. Saya akan panggilkan si Bos." ucap si satpam kepada Andika, yang kemudian langsung menelpon ke si pemilik kos ini.
"Ok.Sudah clear semuanya. Ini kunci kosnya, Dek. Yang rukun ya sama teman kos sekamarnya."ucap si satpam sambil menyerahkan kunci kos label plastik yang bertuliskan angka 12.
" Terima kasih pak. "ucap Andika yang kemudian berjalan memasuki kamar kosnya menaiki tangga.
" Hah.... Lelah sekali, badan terasa pegal-pegal. Selanjutnya aku ingin mandi dan beristirahat sejenak membaringkan badan. "gumamnya di dalam hati sambil membuka pintu kamar kosnya dengan kunci yang baru saja ia dapatkan.
'ckleek.... 'ckeeek...
Suara Andika membuka pintu kamar kosnya.
"Permisi, aku penghuni kedua di kamar kos ini. Mohon kerja samanya ya.. "ucap Andika sedikit canggung dan betapa terkejutnya ia setelah masuk kamar.
Bagaimana tidak? . . . . .
Karena, ternyata teman satu kosnya bukanlah seorang laki-laki, melainkan seorang wanita yang bahkan saat ini masih berganti pakaian.
Rambut panjangnya yang basah serta handuk yang masih di lehernya menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi.
"Ehhh... "teriak wanita itu spontan kaget sambil sedikit melangkahkan kakinya mundur karena ketakutan.
Andika pun sekali lagi melihat kunci yang ia pegang untuk memastikan kalau dia tidak salah kamar.
" A... Anu... Mmmm.. Mungkin saya salah kamar?! Ta... Tapi ini benar kamar no. 12?! Tanya Andika sambil memastikan nomor yang di kunci sama dengan nomor yang di pintu.
Berulang-ulang kali Andika memastikan nomor kunci dan nomor yang berada di pintu, dan hasilnya pun tetap sama saja tak ada bedanya sedikitpun.
Kini kehidupan barunya di kota Kembang telah di mulai dari sekarang. Dan nampaknya semua tidak sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan sebelumnya, karena ternya teman satu kosnya adalah seorang wanita.
"Entah ke arah yang lebih baik atau mungkin malah ke arah yang buruk. "
'Plaaak....
Sebuah sandal melayang tepat mengenai kepala Andika yang tak lain adalah karena lemparan dari si wanita tadi. Sekaligus membuyarkan pikiran Andika yang tengah melamun.
Dengan muka kesal terlihat jahat wanita itu menatap Andika yang baru tiba membuka kunci kamar kosnya..
"Aduh..." ucap Andika memegangi kepalanya yang terkena lemparan sandal dari si wanita tadi.
Bersambung....
Setelah terkena lemparan dari sang gadis, akhirnya Andika pun menjelaskan tentang kesalahpahaman yang terjadi seketika itu.
Andika pun menjelaskan panjang lebar kepada si gadis tersebut hingga akhirnya, ia dipersilahkan masuk oleh sang gadis.
Walaupun sudah diperbolehkan masuk oleh sang gadis, tetapi Andika harus menunggu sebentar dan hanya dipersilahkan duduk di sudut ruangan dekat pintu dan tidak boleh bergerak sedikitpun.
Sementara itu gadis yang satu kamar dengannya yaitu Ana Maulida terlihat sedang menelpon seseorang dan sedikit marah-marah dengan orang yang sedang di telponnya itu.
Benar saja, ternyata Ana sedang menelepon si bos pemilik kos ini.
"Enggak bisa gitu dong, Pak Dani! Kan saya sudah menempati kamar kos ini sajak setahun yang lalu! " teriaknya kepada pak Dani si pemilik kos sambil mengeluhkan atas kedatangan Andika yang satu kamar kos dengannya.
"Kenapa semuanya menjadi seperti ini, tak seperti dengan apa yang aku bayangkan sebelumnya. "pikir Andika di dalam hati yang semuanya tak seperti yang ia bayangkan.
" Hah?! Kok gitu sih?! Ini semua kan salah Bapak kenapa jadi saya yang disalahkan."
"Eh... Bentar... " tiba-tiba nada tinggi Ana yang mengeluh kepada si bos pemilik kos menghilang. Tergantikan suara lirih dan gemetar saat ia melihat sesuatu di layar komputer miliknya.
Merasa penasaran, Andika pun mencoba sedikit meliriknya, dan ternyata itu adalah halaman e-mail miliknya.
"Be... Benar juga Pak. "balas Ana dengan nada lirih dan tak berani membentak Pak Dani.
Bahkan karena saking lirihnya suara balasan Ana kepada pak Dani, Andika sampai-sampai bisa mendengar balasan dari pak Dani walau sedikit samar-samar.
"Kan satu minggu yang lalu, bapak sudah memberitahukan kepada Dek Ana, kalau kamar kos Dek Ana akan kedatangan penghuni kos baru.
Dan Dek Ana cuma balas mau-mau aja selama biaya kosnya menjadi turun. Tapi yah, sebelumnya Bapak minta maaf juga karena bapak lupa memberitahukan kalau penghuni kos baru yang akan satu kamar sama Dek Ana adalah cowok. " balas Pak Dani di sambungan telepon itu.
Dan kini Ana pun hanya bisa terdiam.
Untuk penampilannya sendiri, Ana adalah gadis yang sangat cantik. Itu semua terlihat jelas, bahkan tanpa riasan make-up sekalipun di wajahnya.
Dengan rambut panjang yang sedikit mengombak dihiasi warna sedikit merah maroon agak gelap itu, menambah nilai tersendiri dari penampilannya.
Tubuh Ana sendiri terbilang cukup berisi, dengan tinggi sekitar 163 cm ditambah lagi wajah manis yang nampak jelas terlihat membuatnya sedikit terkesan seperti anak nakal, dengan rambut yang diberi warna itu.
Siapapun itu cowok yang melihat Ana, pasti akan langsung tertarik padanya.
Namun untungnya Andika adalah cowok yang sangat setia. Sekalipun harus berhubungan jarak jauh dengan pacarnya, ia berjanji tidak akan tergoda dengan apa pun yang terjadi di sini. Andika pun juga tak ingin memikirkan hal yang tidak-tidak, karena kedatangannya kesini tak lain adalah menuntut ilmu demi kedua orang tuanya serta masa depannya kelak.
Tapi masalahnya.....
"Kalau begitu ada kamar kosong lain gak Pak? Biar ini, Andika bisa pindah kamar,Kasian juga kan, Pak? " tanya Ana kepada pak Dani di sambungan teleponnya.
Mendengar dari percakapannya Ana dengan Pak Dani di telepon penilaian Andika terhadap Ana di pertemuan awalnya sedikit memudar.
Meskipun sedikit galak dan terkesan terlihat kayak gadis yang nakal, ternyata Ana sendiri adalah gadis yang baik.
"Soal itu, Dek Ana. Mohon untuk bisa sabar sebentar saya, dikarenakan sekarang ini tahun ajaran baru, jadi semua kamar kos penuh, tidak ada yang kosong. "balas Pak Dani menyuruh Ana untuk sedikit bersabar dengan penjelasannya.
" Hah... Memang nggak ada yang sendirian gitu pak, selain kamar kos aku? "tanya Ana dengan sedikit panik.
" Enggak ada Dek. Jadi Bapak mohon kepada Dek Ana untuk sabar sebentar. Nanti kalau ada yang pindah atau sudah ada yang kosong nanti baru Bapak usahain."balas Pak Dani.
"Hmmm... Bagaimana jika uang kos ku dikembalikan saja, biar aku bisa cari kos lain." tanya Andika kaku dan sedikit canggung.
"Nah, ada benar juga tu pak kata Andika. Balikin aja uang dia. Nanti biar dia yang cari kos lain. "ucap Ana dengan senyum lebar di wajahnya.
Karena dengan itu, mungkin masalahnya akan segera terselesaikan.
Hanya saja......
" Maaf Dek.... Bapak sudah memakai uangnya untuk membeli mobil baru. Jadi uangnya sudah tidak bisa dikembalikan lagi, he..he..he.. "ucap Pak Dani dengan sedikit tertawa ringan.
" Hehe darimana!! Dasar pemilik kos nggak becus. Ini masalah masa depanku yang dipertaruhkan."gumam Ana di dalam hati sambil marah-marah kembali.
"Ayolah Dek, padahal bapak udah tutup mata setiap kali Dek Ana mengajak pacarnya nginep kan? Atau mau bapak laporin.. Hehe.
" Sudahlah, sabar sebentar sama Andika ya. Bapak mau pergi jalan-jalan dulu.Dah."balas Pak Dani dengan sedikit candaan beserta ancaman sekaligus menutup teleponnya karena tidak mau terus berdebat.
Di Satu sisi Ana juga merasa bersalah karena asal menerima tawaran penurunan biaya kos yang awalnya dari 1,5 juta perbulan untuk seorang diri, kini hanya menjadi 900 ribu per bulan. Dan sebagai gantinya kini ia harus berbagi kamar berdua.
Sebenarnya Ana merasa senang karena kini biaya kosnya menjadi berkurang karena sekarang di bagi dua untuk biayanya. Tapi yang membuat Ana tidak nyaman adalah harus satu kamar dengan seorang cowok. Andai saja teman satu kamarnya adalah seorang gadis juga, mungkin dia tidak akan pernah mempermasalahkan semua ini.
Namun di sisi lain Pak Dani selaku kos juga bersalah, karena tak jeli dalam memasangkan pasangan untuk satu kamar kosnya.
Sementara Andika juga tak mempunyai pilihan lain selain tinggal satu kos bersama Ana. Setidaknya untuk satu bulan ke depan. Karena sekarang ia hanya memiliki uang sisa cukup untuk kehidupannya untuk sebulan ke depan. Itu pun tak tahu cukup apa tidak.
"A... A... Anu.... " ucap Ana kaku sedikit memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
"Maaf, tadi aku nggak sengaja mendengar. Kamu juga sudah ada pacar kan? Tenang saja aku juga sudah. Setelah mandi aku akan tidur di bawah untuk beristirahat. Aku janji nggak akan ganggu kamu." ucap Andika sembari mengambil pakaian ganti dan alat mandinya.
"Dika maaf. . Aku tadi tidak bermaksud buruk sama kamu. Dan terima kasih, ya."Ucap Ana sedikit merasa bersalah.
Ia lalu berjalan menuju kamar mandi dengan badan yang lemas.
" Tenang tidak apa-apa, aku juga sudah terbiasa kok tidur di lantai."balas Andika sambil memberikan senyuman tipis di wajahnya.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!