Ehem, like dude jangan cuma baca aja gitu. Like lah okeh?!
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Entah bagaimana caranya dan mengapa, sebuah gerbang dari Dunia lain terbuka di Dunia yang bernama Bumi, Dunia nya para Manusia.
Gerbang tersebut terbuka di sebuah hutan yang di tumbuhi oleh pohon-pohon raksasa yang tinggi nya lebih dari 1 kilo meter. Para Mystical Beast keluar dari gerbang itu.
Mystical Beast adalah Ras dari Dunia lain, mereka merupakan sosok Monster yang sangat kejam, dan juga suka sekali mengacau.
“Hah~ Akhirnya tiba juga di Bumi. Yang lainnya pasti sudah sampai ke tujuan mereka masing-masing.”
Seorang pria berbadan besar, tinggi dan berbulu cokelat terlihat sedang meregangkan badan nya di belakang lautan Mystical Beast. Dia tersenyum menyeringai. “Saat nya bersenang-senang.”
Para Mystical Beast yang sejati nya merupakan Monster yang suka sekali membuat kekacauan pun, langsung memporak-porandakan kota-kota terdekat dari hutan tersebut.
Dalam waktu singkat saja, kabar tentang gerbang dari Dunia lain itu segera menyebar ke seluruh orang di Benua Altesia.
Five Great Kingdom yang mendengar nya, langsung merasa sangat marah. Lima Kerajaan yang tadi nya saling bermusuhan, kini malah beraliansi untuk menghadapi Mystical Beast.
Tidak hanya Five Great Kingdom, tapi Seven Great Nobles juga ikut dalam menyumbang banyak kekuatan.
Dan dari situlah sebuah perang besar di mulai. Sebuah perang antara Manusia melawan Monster, yang berlangsung selama puluhan ribu tahun.
Perang tersebut amatlah dahsyat, banyak daerah yang rusak atau bahkan hancur akibat perang besar itu. Tidak ada yang bisa berternak, bertani, bahkan nelayan sekalipun tidak bisa pergi melaut.
Pada masa itu Bumi benar-benar rusak, langit sudah tidak lagi berwarna biru melainkan berubah menjadi merah darah. Hampir seluruh tumbuhan mati, dan sangat susah untuk menemukan sumber mata air.
Kelaparan saat itu juga sedang meraja rela, apalagi di daerah-daerah terpencil, yang mana hampir mustahil untuk menemukan makanan di sana.
Korban jiwa yang berjatuhan akibat perang besar sudah tidak dapat di hitung lagi. Orang-orang tidak bersalah juga ikut menjadi korban akibat perang besar itu.
Mereka yang tidak memiliki kekuatan hanya bisa diam sambil terus berharap semua nya akan segera selesai, lalu Bumi kembali damai.
Sedangkan yang memiliki kekuatan akan turun tangan ke medan perang, memperjuangkan kemanusiaan, dan keberlangsungan hidup Manusia.
Setelah lima puluh ribu tahun, perang pun akhirnya usai. Namun tidak ada yang menang, yang dua ras itu terima hanyalah kerugian, kerugian dan kerugian.
Mereka semua terkapar, memandangi Bumi yang telah hancur lebur. Tidak ada satu tempat pun di Bumi ini yang masih terlihat indah.
Saat semua orang berharap Bumi akan kembali seperti semula lagi setelah perang usai, dua Mystical Beast bersaudara yang tak dikenal malah bertarung tanpa alasan yang jelas.
Yang Kakak merupakan seekor Naga Putih sedangkan si Adik adalah Serigala Hitam. Mereka berdua muncul begitu tiba-tiba, tidak ada yang tau siapa mereka dan dari mana asalnya.
Tapi yang pasti, mereka berdua tidak dapat ditandingi oleh satupun mahluk hidup yang ada di Bumi. Bahkan jika Kelima Kerajaan Besar dan Emperor Mystical Beast berkerja sama, itu tidak akan cukup untuk menghentikan dua bersaudara itu.
Hingga pada akhirnya, Dunia bernama Bumi hancur itu akibat pertarungan dahsyat mereka berdua. 12 Dewa dan Dewi yang melihat hal itu dari Surga pun dengan cepat kembali memperbaiki Bumi.
Namun Bumi di perbaiki dengan cara di satukan dengan Dunia para Mystical Beast, hingga jadilah sebuah Dunia baru yang bernama Asgrad.
<----<>---->
Lima ribu tahun setelah peristiwa terbentuk nya Asgrad, Di depan sebuah makam, seorang pemuda yang berumur sekitar 14th sedang jongkok sambil membawa setangkai bunga.
Tangan kirinya bergerak mengambil tangkai bunga yang sudah layu dan tangan kanan nya meletakan setangkai bunga yang baru.
Izura Kaira si pemuda itu, mengusap batu nisan yang sudah di penuhi oleh debu di hadapan nya. Dan saat debu nya sudah bersih, terlihat sebuah tulisan, yaitu. “Izura Zhen — God of the Alchemist.”
Kaira tersenyum tipis setelah menyebut nama tersebut. “Kakek, aku sekarang sudah berumur 14 tahun, dan sudah siap untuk menjadi petualang seperti yang kakek harapkan. Jadi...”
Kaira menghirup nafas dalam-dalam, sebelum bersujud di hadapan makam Kakek nya itu. “Cucu mu ini meminta izin padamu!”
WUSH!!!
Angin kencang bertiup tepat setelah Kaira selesai mengucapkan kalimat nya. Angin itu sangat kencang hingga membuat beberapa pohon ambruk seakar-akarnya.
Tapi Kaira masih tetap pada posisi nya, menandakan tubuh pemuda itu sudah cukup kuat. “Aku anggap angin tadi merupakan tes yang Kakek berikan.”
Apa yang baru saja Kaira lakukan merupakan pemanggilan roh. Hal ini bisa di lakukan jika ada mahluk hidup yang mengajak orang mati untuk berbicara.
Syarat yang di perlukan hanya satu, mahluk hidup itu harus berada di tempat terakhir orang mati yang ingin dia ajak bicara.
Kaira pun bersujud sebanyak tiga kali di hadapan makam Kakek nya, sebelum akhirnya kembali ke Kota Sera, yang merupakan tempat tinggal salah satu keluarga cabang dari Keluarga Izura.
Hanya perlu berjalan santai selama sepuluh menit saja untuk sampai ke Kota Sera dari Pemakaman.
Saat melewati gerbang Kota, Kaira langsung melesat ke arah rumah nya. Itu karena dia melihat di kejauhan ada orang yang paling dia benci.
Demi menghindari masalah yang tidak penting, Kaira memutuskan untuk cepat-cepat kembali ke rumahnya saja.
Sesampainya di rumah, Kaira langsung mengemasi barang-barang apa saja yang penting menurut nya untuk di bawa.
Kaira sempat berpamitan dengan beberapa orang yang selama ini telah merawat nya setelah Zhen meninggal.
Menghirup nafas dalam-dalam, sebelum memulai perjalanannya, Kaira melakukan hal tersebut untuk membuang semua ketengan nya.
Sambil membawa sebuah ransel di punggung nya, Kaira terus melesat dengan mengandalkan kekuatan nya saat ini.
Sesekali dia berhenti untuk makan beberapa potong daging kering, atau untuk bermalam. Dan sisa nya dia habiskan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa hari Kaira menempuh perjalanan. Akhirnya dia sampai di sebuah Kota tempat berkumpul nya para Petualang, yaitu Kota Luizis.
Halangan yang Kaira hadapi sepanjang perjalanan tidak terlalu berarti, hanya beberapa hewan buas dan bandit lemah.
Kaira pun memasuki Kota tersebut dengan sangat antusias, karena pemandangan yang di sajikan benar-benar berbeda dengan Kota Sera.
Di sepanjang jalan Kota, terlihat banyak sekali orang yang berlalu lalang sambil membawa sebuah senjata. Tidak hanya itu, bangunan-bangunan yang ada di Kota Luizis ini benar-benar luar biasa.
Bangunan-bangunan nya di bangun menggunakan sebuah bahan yang belum pernah Kaira lihat, di tambah ukurannya yang besar dan tinggi tentu akan membuat orang yang baru pertama kali melihat nya merasa terkagum-kagum.
Setelah memandangi Kota Luizis selama beberapa menit, Kaira pun pergi menuju ke sebuah tempat yang bernama Guild Association. Di sana Kaira bisa mendaftar sebagai seorang Petualang yang disebut sebagai Sraye.
Will Continue In Chapter 2 >>>
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Oke ini ceritanya gk kecepatan atau apa, tapi karena memang cerita dasarnya bakal di mulai di sini, jadi... ya begitulah.
Ngelawak adalah jalan ninjaku!
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kaira mengikuti arah yang di tunjukan oleh papan petunjuk di sudut-sudut jalan. Dengan begitu rasa kawathir Kaira jika tersesat sudah lenyap seutuh nya.
Dia berjalan sambil menikmati pemandangan Kota Luizis yang begitu indah, sesekali dia juga berhenti untuk melihat atraksi jalanan.
Sebagai sebuah Kota tempat berkumpul nya para Petualang, di Kota Luizis ini sangat banyak orang-orang yang membuat sebuah acara hiburan, untuk menghibur para Petualang yang sudah lelah setelah berkelana.
Saat sedang asik-asik nya menikmati pemandangan, Kaira tidak sengaja melihat seorang pria berpakaian lusuh yang berumur sekitar 20 tahunan, sedang duduk di pinggir jalan.
Seketika Kaira langsung ingat dengan ajaran dari Kakek nya untuk selalu membantu orang yang sedang kesusahan. Saat ingin mendekati pria tersebut, tiba-tiba ada seorang pria berwajah garang menepuk pundak nya.
“Jangan nak, dari pada kau menggunakan Koin mu untuk membantu orang lain, lebih baik kau gunakan untuk dirimu sendiri.”
Kaira menengok ke belakang. “Tapi kan Paman, apa anda tidak kasihan melihat nya?”
Pria itu menghela nafas. “Kuberi tau nak, Dunia ini kejam jadi kau harus bisa melindungi dirimu sendiri baru orang lain.”
Setelah berkata demikian, pria itu pun langsung pergi sambil berteriak. “Semua nya terserah padamu, nak!” Dia juga melambaikan tangan nya.
Kaira memandangi punggung si pria yang semakin menjauh, sampai orang yang telah menasehati nya itu menghilang di antara kerumunan.
Mengingat-ingat perkataan pria tadi, Kaira langsung menggeleng-gelengkan kepala nya. ‘Aku kan hanya ingin memberi sedikit, tapi ya... Paman itu ada benarnya sih.’
Kaira pun mendekati pria berpakaian lusuh itu, kemudian dia berjongkok di hadapan nya. Karena si pria memakai sebuah kerudung dan menundukkan kepala nya, Kaira jadi tidak bisa melihat wajah nya.
Pemuda itu pun menyerahkan sebuah kantung kain kecil yang berisi beberapa keping perak. “Paman terimalah, kau bisa memakai nya untuk membeli makanan.”
Mendengar ucapan Kaira, pria itu malah tertawa. “Kau sungguh lucu, apa kau tidak mendengar kan nasehat Petualang tadi?”
Kaira memiringkan kepala nya. “Memang apa salah nya aku memberikan ini kepada Paman? lagian aku masih punya banyak.”
“Hihihi... Kau masih terlalu naif untuk menjadi seorang Petualang.” Pria itu terkekeh, kemudian membuka kerudung yang menutupi wajah nya. “Dan kau juga pemuda paling baik yang pernah kutemukan.” Dia tersenyum tipis.
Pria itu pun berdiri, kemudian mengibaskan tangan nya dan dari udara muncul kobaran api berwarna biru yang langsung menyelimuti tubuh si pria.
Kaira yang melihat itu sempat panik, namun kepanikan nya hilang seketika saat Api Biru itu menghilang dan memperlihatkan sosok pria yang tadi nya berpakaian lusuh dan tubuh nya kotor, kini berubah menjadi pria tampan yang elegan.
“Kau bilang tadi ingin menjadi petualang bukan? Sebagai hadiah atas ketulusan hati mu, aku akan membimbing mu.”
Mendengar itu mata Kaira langsung melebar. “Anda serius Paman?!” Kaira bertanya antusias.
“Aku bukan Paman mu dan aku tidak setua itu untuk di panggil Paman.”
‘Ya... Walaupun aku sudah berusia 50 tahun lebih sih.’
“Panggil saja aku Balft.”
“Baiklah Tuan Balft!”
“Itu lebih baik, kalau begitu ikuti aku.”
Tanpa bertanya, Kaira langsung mengekor di belakang Balft. Sambil berjalan Kaira terus berpikir, siapa sebenarnya Balft ini?
<----<>---->
Setelah berjalan selama beberapa menit, akhirnya mereka berdua sampai di depan sebuah Bar yang terlihat sangat sepi bahkan tidak ada pengunjung nya. Balft pun mengajak Kaira untuk masuk ke dalam.
Walaupun tidak ada pengunjung nya, tapi di beberapa meja ada gelas-gelas yang nampak bekas untuk minum Arak. Jadi bisa di simpulkan bahwa Bar ini akan ramai di kunjungi pada waktu tertentu.
“Laurent! Bawakan kami minuman terbaik mu, tapi bukan Arak!”
“Ya ya, aku tau kau sedang membawa bocah di bawah umur.” Dari balik pintu sebuah ruangan, keluar seorang pria berjenggot panjang dan bertubuh gemuk.
Dia pun langsung menuju tempat minuman-minuman yang akan dia jual di simpan, kemudian menyiapkan nya di sebuah wadah.
Di sisi lain, Balft dan Kaira sudah duduk di salah satu meja. Di sana Balft menjabarkan sebuah Peta yang sangat besar. “Untuk menjadi Petualang itu tidak perlu tergesa-gesa, pelajari saja dasar nya dulu.”
Kaira hanya mengangguk, dan dari perkataan Balft tadi dia menyadari bahwa niat nya yang ingin langsung mendaftar sebagai seorang Sraye itu terlalu terburu-buru.
“Kau lihat Peta ini, ini adalah gambaran seluruh daratan dan lautan Asgrad.”
Balft menjelaskan bahwa Asgrad di bagi menjadi dua Benua besar yaitu Altesia dan Auretesia. Dulu saat Bumi masih utuh, daratan itu hanya ada Benua Altesia saja.
Dan sekarang saat sudah menjadi satu dengan Dunia nya Mystical Beast, Bumi berubah nama menjadi Asgrad dan memiliki dua daratan besar.
“Jadi apa kau faham kenapa aku mengajarkan ini pada mu?”
“Untuk pengetahuan umum,” jawab Kaira polos.
“Ya, jawaban mu tidak salah dan tidak benar.”
“Minuman sudah siap!”
TAK!
Laurent menaruh nampan yang di atas ada se guci minuman dan beberapa gelas yang terbuat dari logam di atas meja. Dia pun mengambil kursi kemudian duduk di samping Balft “Kau ajarkan apa pada bocah ini?”
“Hanya dasar-dasar untuk berpetualang.” Balft melirik Kaira. “Minumlah, aku akan melanjutkan penjelasan nya.”
Balft pun melanjutkan penjelasannya sambil minum, Kaira dan Laurent hanya diam menyimak. Ya walaupun apa yang Balft jelaskan itu tidak berguna bagi Laurent.
“Inti nya, jika kau menghafal Peta di luar kepala, perjalan mu akan lebih mudah dan resiko akan tersesat pun berkurang.” Balft menutup penjelasan nya.
Kaira mengangguk pelan. “Kalau begitu apa Tuan bisa mengajari ku cara nya menggunakan Elemental Magic?”
“Bisa.” Balft mengeluarkan sebuah batu berbentuk segitiga yang memiliki ukiran unik berbeda di setiap sisi nya. “Alirkan Magi mu ke batu ini.”
“Untuk apa?”
“Untuk melihat Elemen milik mu,” celetuk Laurent.
Kaira menelan ludah nya sendiri, sebelum menyentuh batu itu lalu mengalirkan Magi milik nya. Cahaya berwarna biru muda keluar dari telapak tangan Kaira dan langsung di serap oleh batu itu.
Dan salah satu sisi dari batu itupun bersinar, dari batu itu terpancar cahaya berwarna biru muda disertai dengan hawa dingin.
“Oh... Kau teryata ber-Elemen Es, tapi sayang kau hanya memilki satu Elemen,” ujar Balft.
“Memang kalau hanya satu Elemen itu kenapa?”
“Tidak apa-apa sih, tapi kalau memiliki dua atau tiga Elemen maka akan lebih bagus. Namun terlepas dari semua itu, kau memiliki Elemen Es, Elemen yang sangat langka.”
“Jadi kau akan benar-benar mengangkat bocah ini untuk menjadi murid mu?” Laurent melirik Balft.
“Niatku sejak awal memang begitu, dan apa kau punya keahlian Kaira?”
“Aku ahli dalam hal-hal yang berhubungan dengan Alchemy.”
“Pffftt.” Balft menyemburkan minuman nya. “HUH?!”
Will continue in Chapter 3 >>>
NANIII?!! kalian belum Like? CK CK CK, sungguh perbuatan yang tidak dapat di contoh.
Like sekarang ato... ded
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kaira memiringkan kepala nya. “Memang nya kenapa Tuan? Apa aku salah?” tanya nya polos.
“Uhukk!! Uhuk!” Balft mengelus-elus dadanya. “Tidak bukan begitu, tapi... Elemen mu Es sedangkan untuk menjadi seorang Alchemist di perlukan minimal Elemen Api.”
Suasana ruangan seketika langsung hening, Balft sempat berpikir bahwa Kaira akan putus asa setelah mendengar ucapan nya. Balft ingin melanjutkan, namun suasana masih terlalu canggung sekarang.
Di saat yang bersamaan, Laurent sedang mengusap-usap wajah nya yang basah akibat semburan minuman dari Balft. Dan dirinya yang hanya diam semakin menambah kecanggungan.
Balft menghela nafas panjang, setelah diam selama beberapa menit. “Kalau boleh tau kau belajar Alchemy dari mana?” Balft berusaha mencari topik pembicaraan.
“Kakekku! Beliau sangat hebat dalam bidang tersebut, aku yang penasaran pun meminta nya untuk mengajari ku dan aku faham sedikit-sedikit.”
Pria berambut biru itu mengelus-elus dagu nya. “Hmm... Kau bilang dia sangat hebat kan? Kalau boleh tau siapa nama nya?”
Kaira tersenyum sumringah. “Aku yakin Tuan pasti tau nama nya, Beliau itu bernama Izura Zhen sang God of the Alchemist.”
“Pffftr!” Lagi-lagi Balft menyemburkan minuman nya ke arah wajah Laurent.
BRAK!
Balft menggebrak meja, raut wajah nya berubah menjadi serius. “Kau tidak bercanda kan?! Kau cucu nya si Kakek tua itu?!”
Kaira hanya mengangguk.
Balft menggaruk-garuk kepalanya, dia berusaha untuk mencerna keadaan dan situasi yang sangat tidak terduga ini. Apakah ini hanya kebetulan? pikir nya.
“Kalau begitu sudah benar niat ku untuk mengangkat mu menjadi murid ku.” Balft kembali duduk, lantas melipat tangan nya di depan dada.
Dengan wajah datar, Laurent memperhatikan mereka berdua secara bergantian.
“Sebenar nya masih ada harapan untuk mu, kau masih bisa menjadi seorang Alchemist.”
“Benarkah itu Tuan?!” Kaira terlihat sangat antusias ketika mendengar nya.
“Ya, kau bisa menyerap salah satu dari ketiga puluh Magic Fire. Namun, eee... Biar aku jelaskan.”
Magic Fire merupakan Api yang terbentuk di saat yang bersamaan dengan terbentuk nya Asgrad, dan dari ketiga puluh yang lokasi nya sudah di temukan baru 19.
Magic Fire yang sudah berhasil di serap total nya ada tujuh, dan dari ke tujuh Api itu masing-masing di miliki oleh satu orang.
Berkat bantuan Magic Fire, tujuh orang itu dapat menjadi sangat kuat. Tapi harga yang harus di bayar untuk sebuah kekuatan yang besar itu tentu saja tidak murah.
Mereka bertujuh bertaruh nyawa untuk menyerap Magic Fire mereka. Karena untuk menyerap Magic Fire di perlukan mental dan fisik yang sangat kuat.
Jika dua syarat itu tidak di penuhi maka hal yang akan terjadi berikutnya adalah, sebuah abu berwarna hitam yang memiliki bau seperti daging bakar akan menghiasi udara.
Ya, orang yang mental dan fisik nya lemah, tapi masih nekat untuk menyerap Magic Fire akan langsung terbakar lalu mati.
Selain susah untuk di serap, lokasi dari Magic Fire yang sudah di ketahui juga sangat susah untuk di jangkau dan tentu nya berbahaya.
Jadi tidak heran jika baru tujuh Api saja yang sudah berhasil di serap, sedangkan dua belas sisa nya masih berada di tempat.
Mendengar penjelasan Balft, Kaira hanya bisa menelan ludah berat. Sepertinya impian nya untuk menjadi seorang Alchemist tersohor seperti Kakek nya akan lenyap.
Balft menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskan nya secara perlahan. “Tenang saja, jika kau sudah menjadi cukup kuat, kau pasti akan bisa menyerap Api-Api itu. Cukup sudah untuk hari ini besok kita lanjutkan lagi.”
Kaira mengangguk, dia hanya menuruti apa yang Balft katakan.
Mereka berdua pun berdiri, lantas berjalan menuju ke arah pintu Bar. Meninggalkan Laurent yang tertidur saat Balft menjelaskan tadi.
Tiba-tiba Balft berhenti di daun pintu Bar. “Carilah Penginapan, besok pagi temui aku di gunung sebelah Utara di bawah pohon raksasa. Kau akan ku latih di sana.”
WUSH!!
Setelah berkata demikian, Balft langsung melesat. Lalu menghilang dalam sekejap.
<----<>---->
Tidak terlalu sudah untuk menemukan penginapan yang nyaman dan murah di Kota Luizis ini. Jadi dalam waktu beberapa menit saja Kaira sudah berada di atas ranjang sekarang.
Kaira merebahkan tubuhnya sambil mengingat-ingat apa yang baru saja dia pelajari dari Balft. Dia sempat larut dalam pemikiran nya selama kurang lebih 10 menit.
Kaira terpikirkan satu hal yang membuat lamunannya terpecah. Dia langsung membuka tas nya lalu mengambil sebuah kotak kecil yang terbuat dari kayu.
Pemuda berambut putih itu kemudian membuka kotak kecil tersebut, dan ternyata isi dari kotak kecil adalah sebuah Dimension Ring.
Jujur Kaira sendiri tidak tau apa isi dari Dimension Ring itu, tapi yang pasti di dalam nya ada sesuatu yang penting. Mengingat itu adalah cincin pemberian Kakek nya.
Kaira sudah mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan isi nya, namun hasil nya nihil. Sangat berbeda saat dia menggunakan Dimension Ring milik nya dulu.
Tapi sayang, Dimension Ring satu-satunya itu sudah di ambil secara paksa oleh seseorang yang paling Kaira benci.
Karena terlalu larut dalam pikirannya, Pemuda itu sampai tidak sadar bahwa dirinya sekarang ini sudah tertidur pulas.
Di sisi lain, Balft tengah duduk di atas sebuah dahan pohon besar, sambil menatap bulan purnama dengan tatapan sendu.
Beberapa menit kemudian, Balft merogoh saku bajunya dan dia mengeluarkan sebuah lencana berbentuk bulan sabit yang berwarna perak.
Pria itupun mengangkat lencana tersebut di depan mukanya. “Semoga kau masih baik-baik saja di sana, Triel.”
<----<>---->
Pagi-pagi buta, Kaira langsung turun dari lantai dua menuju ke lantai satu untuk memesan sarapan. Setelah selesai sarapan dia lantas melesat menuju gunung.
Jarak antara gunung dengan penginapan Kaira tidaklah terlalu jauh. Hanya butuh 15 menit melesat menggunakan kecepatan nya saat ini.
Sesampai nya di sana, Kaira tidak menemukan siapa-siapa. Dia celingukan kesana kemari mencari keberadaan Balft, namun tidak menemukan nya.
‘Apa aku salah pohon? Tapi sejauh mata memandang aku hanya bisa menemukan satu pohon raksasa saja.’
Kaira menggaruk-garuk kepalanya bingung, namun tanpa dia sadari ternyata ada sebuah tendangan yang sedang mengarah pada nya.
Saat merasakan ada hembusan angin di tengkuk nya, Kaira langsung merunduk dan ternyata, sebuah kaki melintasi di bekas tempat kepala nya tadi berada.
Setelah menunduk Kaira langsung melancarkan tendangan ke atas, namun kaki nya berhenti karena pergelangan kakinya di tangkap oleh tangan.
Mata Kaira langsung melebar saat menyadari, bahwa orang yang menyerang nya adalah Balft.
“Reflek mu bagus juga.” Kemudian Balft melepaskan cengkraman nya.
Kaira mengelus-elus kaki nya yang sedikit terasa sakit itu, sebelum kembali menatap Balft. “Kenapa anda tadi menyerang ku, Tuan?”
“Tidak ada apa-apa, itu hanya untuk pemanasan. Sekarang cepat berdiri sudah saatnya untuk memulai latihan fisik.”
“Tapi Tuan, aku sudah cukup percaya diri dengan kekuatan fisik ku yang sekarang.” Kaira menepuk-nepuk pundak nya.
Mendengar hal itu, Balft mengangkat sebelah alisnya. “Oh, begitu ya? Kalau begitu coba kau pelajari dan praktekan Jurus ini.” Dia melemparkan sebuah gulungan.
Kaira menangkap gulungan tersebut dengan sempurna, lalu membuka nya. Ternyata itu adalah Jurus tipe Movement, yang bernama Lightning Step.
“Kau pelajari saja dulu, aku sedang ada urusan.”
TAK! WUSH!!!
Setelah Balft menghilang entah kemana, Kaira langsung menuju sebuah batu besar yang bisa di gunakan untuk duduk.
Gulungan tersebut pun Kaira jabarkan di atas batu besar itu. Mata Kaira bergerak kesana-kemari mempelajari isi dari gulungan tersebut.
Tiga jam kemudian, dia sudah siap untuk mempraktekkan nya. Kaira melompat-lompat kecil sambil berusaha mengatur nafas nya.
Pemuda itupun mengalirkan Magi ke pergelangan kaki nya. Dan detik berikutnya dia langsung melesat dan meninggalkan jejak petir di tempat yang dia lewati.
“Hahaha, ini- Ahk!”
Tiba-tiba kaki Kaira terasa sangat lemas, di tambah rasa nyeri yang sangat mendalam. Kaira mencoba untuk duduk, kemudian meluruskan kaki nya, sambil meringis kesakitan.
Balft yang dari tadi mengawasi dari atas pohon, langsung melompat turun menghampiri Kaira. “Makanlah ini.” Pria itu melemparkan beberapa Pil Penyembuh ke arah Murid nya itu.
Kaira cukup kaget dengan kedatangan Balft, tapi dia tidak memperdulikan nya.
Kaira langsung menangkap Pil-Pil itu, lantas memasukan nya ke dalam mulut. Rasa nyeri yang tadi menyelimuti kaki nya, kini sudah hilang, dalam sekejap saja.
“Apa kau masih ingin melakukan nya lagi?“
“Hem! hem!” Kaira menggeleng-gelengkan kepalanya keras.
“Kalau begitu cepat berdiri! Dan lari mengitari gunung ini tanpa Magi sama sekali.”
Kaira menelan ludah berat, kemudian dia mulai melakukan apa yang Balft suruh. ‘Astaga, Tuan Balft menyeramkan sekali...’
Dalam beberapa saat, Kaira sudah tidak terlihat lagi. Balft menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau sama saja seperti si tua bangka itu.”
Pria itu melangkah mendekati gulungan Lighting Steps yang tergeletak di atas sebuah batu. Balft mengambil gulungan tersebut. “Konyol, tapi benar-benar hebat.”
<----<>---->
Di putaran pertama Kaira masih baik-baik saja, namun di putaran kedua nafasnya sudah mulai memburu, dan saat sudah menyelesaikan putaran ke tiga, dia hampir saja ambruk karena kehilangan keseimbangan.
Tubuh Kaira sekarang sudah di penuhi oleh keringat, setiap helaan nafas nya juga makin terasa pendek dan pandangan nya sudah agak buram.
“Waktu istirahat mu setengah jam.”
Tiba-tiba Balft muncul di belakang punggung Kaira, membuat pemuda itu terjungkal kaget dan rasa lelah nya tadi juga langsung hilang. “Em... Baiklah.”
Mereka berdua pun berjalan menuju tempat pohon raksasa tadi, di sana Kaira langsung meminum air yang dia bawa.
Sambil beristirahat, tiba-tiba Kaira teringat tentang siapa itu Balft. Dia pun menanya kan hal tersebut.
Balft tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu. “Nama ku Balft Voltax, aku ini bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seonggok sampah yang di juluki Black Traitor,” ucap Balft lirih.
Kaira hanya terdiam merenungkan peryataan Balft tadi. Dia merasa seperti nya telah melontarkan pertanyaan yang salah, kemudian tercetuslah sebuah ide di kepala Kaira.
“Tuan, apa Api Biru mu itu merupakan Magic Fire? Kalau iya bukankah itu hal yang hebat?!” Kaira berusaha menghibur Balft.
Menyadari niatan Kaira, Balft hanya tertawa kecil. “Sayang nya bukan, itu hanya Elemen Api biasa yang ku gabungkan dengan Elemen Es. Dan jadilah Api Biru yang dingin tapi bisa membakar seperti api normal.”
“Waah... bukankah itu juga sama luar biasa ya?”
“Tidak tidak, hal yang aku lakukan itu cuma hal yang biasa. Untuk orang yang mempunyai dua Elemen atau lebih, mereka pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang ku lakukan.”
Dan dari situ obrolan mereka berdua mengalir bak air sungai. Hingga waktu istirahat Kaira selesai, dan latihan pun dimulai lagi.
Will Continue In Chapter 4 >>>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!