Red Thread Of Fate
Eps - 01 Zaman Modern
Di zaman yang sudah serba modern ini apakah masih ada yang percaya akan benang merah?atau lebih di kenali dengan benang takdir.
Zaman yang serba canggih bahkan untuk mencari jodoh saja ada yang namanya aplikasi kencan.
Tetapi pemikiran kuno ini entah kenapa masih meliputi beberapa orang yang ada di Zaman modern ini.
Namun perbandingan antara percaya dan tidak jelas sangat tidak seimbang, akan tetapi jika sudah berhubungan dengan benang takdir tak ada yang bisa mengelak sama sekali.
Karna benang takdir itu abadi saling bertaut tanpa bisa di pisahkan.
Sudah jelas bukan?permainan takdir tak akan ada ujungnya.
Terlihat seorang lelaki dengan wajah datarnya baru saja pulang dari tempat dimana ia akan bekerja, dari sebelumnya ia mendapatkan kabar dari sang kakak jika di perusahaannya tengah membuka lowongan.
Sebagai pengangguran jelas lelaki itu langsung melamar di perusahaan tersebut, tetapi yang membuatnya semakin terkejut adalah saat dirinya diterima disana, akan tetapi ia melupakan satu hal.
Begitu masuk ia terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya, meskipun ini adalah hal yang paling sering ia lihat tapi tetap saja ia masih belum terbiasa.
Chenle
Aku tau kalian udah menikah, tapi tolong kita masih satu rumah.
Sang kakak hanya terkekeh dan turun dari pangkuan sang suami, ia berjalan menghampiri Chenle dengan tatapan harapnya.
Chenle mengangguk, ia berjalan menuju meja makan sebari menuangkan air minum kedalam gelas yang sengaja Renjun simpan disana.
Cuaca yang panas cukup banyak mengambil cairan yang ada di tubuh Chenle alhasil dirinya sekarang merasa haus.
Renjun
mereka ga ubah posisi yang kamu lamar kan?soalnya kakak butuh banget.
Chenle kembali mengeleng setelah melepas rasa hausnya itu, Renjun tersenyum ia langsung menghampiri Chenle dan kembali menatapnya binar.
Renjun
Besok kita langsung kerja.
Renjun
Asisten kakak yang sebelumnya bakal langsung kirim kamu jadwalnya.
Chenle tak banyak bicara dan hanya banyak mengangguk menjawab ocehan yang kakaknya keluarkan.
Semenjak kakaknya menikah jelas Chenle akan ikut tinggal bersama sang kakak, mengingat jika orang tua keduanya sudah tak ada dan Renjun khawatir jika Chenle tinggal sendirian.
Meskipun Chenle memaksa akan tetapi Renjun selalu menolak keras, beruntung jika suaminya terlihat baik baik saja dengan keputusannya itu.
Saat Renjun tengah sibuk dengan beberapa peralatan dapurnya tiba tiba Chenle memanggilnya yang membuatnya menoleh dan menatap tanya Chenle.
pertanyaan yang ada di kepala Chenle seketika tertahan bersamaan dengan ekspresi bingungnya Renjun.
Lelaki dengan tinggi lebih dari 180 cm itu kini tengah terduduk dengan sebalut handuk yang ia megang sedari tadi, pandangan jelas menatap kedua kakinya yang masih terbalut kaus kaki putih pendeknya.
Keringat yang terus bercucuran dengan nafas yang masih terengah engah itu menjadi pelengkap lamunannya.
Tak lama sebuah tangan besar bertender di bahu lebarnya, reflek ia menoleh ke arah kanan dimana orang tersebut duduk di sampingnya sebari merangkulnya.
Mark
Bar, niatnya sih mau cari minuman yang bisa bikin tenang.
Mark
Kalo lo mau kita bisa sekalian cari cewe atau cowo disana.
Jisung terdiam sejenak, pikiran yang entah terbang kemana membuatnya sedikit tak fokus dengan topik pembicaraan keduanya, membuat Mark harus menepuk kembali pundak Jisung.
Jisung
Ga dulu deh, gue mau pulang.
Kedua halis Jisung mengerut mendengar pertanyaan Mark, bar memang bukan tempat dirinya untuk mencari ketenangan dan entah kenapa mau Mark ataupun Jeno selalu mengajaknya, tapi terkadang Jisung akan ikut.
Mark
Soalnya hari ini Jeno yang traktir.
Jisung
engga, kalian aja pergi berdua.
Mark hanya mengangkat kedua bahunya acuh hingga seorang lelaki lainpun berjalan ke arah keduanya, Mark jelas langsung bersiul menggoda ketika lelaki itu berjalan kearahnya.
Mark
Ada hal penting apa sampai si cantik ini kesini?
Nada menggoda Mark jelas tak luput dari pendengaran Jisung yang notabenenya duduk bersampingan dengan Mark.
Haechan
Aku mau ngomong sama kamu, Mark.
Mark
Oh ya? penting banget ya, sampai seorang Haechan datang langsung ke lapangan.
Jisung melihat wajah tidak sahabat dari pandangan Haechan yang ia tau adalah tunangan Mark atas di kenalkan oleh kedua orang tua Mark.
singkatnya, mereka di jodohkan.
Jisung berdiri, di bandingkan jadi orang ketiga disana lebih baik ia pergi dari lapangan dan berganti pakaian.
Iapun langsung berjalan meninggalkan Mark yang terus saja memanggilnya dan itu tak Jisung gubris sama sekali.
Begitu memasuki ruang ganti, pikirannya kembali berkelana belum lagi ia mengingat jelas bagaimana sang ibu berkata sedemikian rupa.
"mau percaya atau tidak, benang takdirmu terlihat sangat rumit dari yang lain, sekarang ibu ingatkan."
"tolong jaga baik baik pasanganmu kelak, ia bisa saja memotong benang takdir kalian."
Meskipun hanya perkataan sepele dan bahkan Jisung sendiri adalah sebagian besar orang yang tidak percaya dengan benang takdir, akan tetapi ini adalah ibunya yang berbicara. Bagaimana bisa Jisung tidak kepikiran?
Helaan berat terdengar di mulut tegasnya, kenapa ia harus memikirkan itu?
Mari abaikan sesuatu yang tidak penting untuknya.
Eps - 02 Perasaan Sesaat
perihal "red thread of fate" sebuah artikel yang tak sengaja Chenle baca ketika ia melihat lihat berita soal seniman yang bernama Renjun itu. Tiba tiba artikel itu muncul yang membuatnya sedikit tertarik membaca lebih lanjut.
Ia membaca sedikit demi sedikit kata yang terlihat di pandangannya, perihal benang takdir ia sedikit tidak mempercayainya mengingat jika zaman sudah maju jika ingin mencari jodoh atau yang lain tinggal daftar di beberapa aplikasi saja.
lagian siapa juga yang percaya akan hal konyol seperti itu?
Meskipun ia tertarik dengan artikel tersebut bukan berarti dirinya mulai mempercayai apa itu benang takdir.
hal itu terlalu kuno bagi Chenle.
Renjun yang sedari tadi berada di samping Chenle jelas mengangguk paham dan itu membuat Chenle terkejut setengah mati.
Bagaimana tidak, Renjun yang tiba tiba berada di sampingnya jelas membuatnya terkejut.
Renjun
Kamu ngapain baca artikel itu?
Chenle
Gapapa, tadi sedikit tertarik aja.
Renjun
Kuno banget kamu, lagian siapa yang percaya sama benang takdir?
Chenle hanya mengangkat kedua bahunya menandakan jika ia tidak tau.
Renjun
Ayo kita berangkat sekarang.
Chenle hanya mengangguk sebari membawa tab berisikan jadwal yang harus Renjun kerjakan, bekerja sebagai asisten seorang pelukis terkenal ternyata bukan hal yang buruk juga.
Ia banyak menerima pelajaran dari beberapa seniman lain yang sama seperti kakaknya itu, terkadang Chenle sedikit iri dengan pencapaian yang Renjun dapatkan.
Sangat berbeda dengan dirinya yang hanya lulusan sarjana biasa.
Chenle
Ga ada, kita pulang cepet kan?
Renjun mengangguk, ia terdiam sejenak hingga senyumannya terlihat dan langsung menoleh ke arah Chenle.
Renjun
Kakak yang traktir.
Chenle
Memang seharusnya begitu.
Renjun berdengus tak suka mendengar jawaban yang Chenle lontarkan.
Renjun
Kamu sekarang kan udah kerja, lain kali traktir dong kakakmu ini.
Chenle tengah mengantri di kasir restoran tempat dimana keduanya selesai melakukan makan siang, mengingat jika ini jam makan siang jelas beberapa restoran akan ramai pengunjung seperti Restoran yang tengah ia singgahi ini.
Keadaan yang ramai dengan antri yang cukup panjang membuat jiwa introvert Chenle habis begitu saja, rasanya ia ingin segera keluar dari ruangan ini.
Saat tengah asik menatap beberapa menu yang ada di papan atasnya itu tiba tiba pundaknya terdorong oleh orang yang berada di belakangnya.
Reflek Chenle menolehkan wajahnya.
Baru saja Chenle ingin melayangkan protes orang tersebut sudah lebih dulu meminta maaf padanya.
Jeno
Sorry, tadi saya ga sengaja.
Chenle hanya mengangguk singkat dan setelahnya langsung membayar pesanannya dan langsung berjalan menuju meja dimana Renjun sudah duduk.
Renjun sadar dengan raut kesal yang Chenle perlihatkan, lantas ia langsung bertanya kejadian apa selama Chenle berada di antrian kasir.
Renjun
Ada apa?perasaan baru tadi tuh kamu seneng makan gulai sapi, sekarang udah kusut aja.
Renjun yang tak mau memperpanjang jelas langsung mengajak Chenle pergi dari restoran dimana sebelumnya kedua tempati untuk makan siang.
Saat Chenle ingin keluar dari restoran tersebut ia tiba tiba menoleh ke arah dalam, entah kenapa perasaanya sedikit mengatakan jika ada seseorang yang ia kenali di dalam sana.
Akan tetapi sedari tadi Chenle lama diam di dalam rasa rasa ia tak melihat orang yang kenal ia disana.
Apa ini hanya perasaan sesaat saja?
Hingga akhirnya Chenle langsung menyusul Renjun kedalam mobilnya.
Sementara disisi lain Jisung menoleh kearah pintu restoran, kerutan di dahitnya terlihat jelas membuat Jeno yang menyadarinya langsung menepuk pelan dahi tersebut.
Entah perasaannya atau bukan tapi ia merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Jeno
Liat apaan sih?cewe cantik ya?
Jeno
Eh btw, kemarin Haechan dateng ke lapang?
Jeno
Yahh, sayangnya gue lagi di ruang ganti.
Jisung menatap bingung raut kecewa Jeno, sebenarnya ini situasi apaan sih?
baru saja Jisung ingin bertanya tak lama makanan keduanya sampai dan akhirnya pertanyaan itupun kembali ia telan, ah akan ia biarkan saja selagi ia tidak terlibat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!