NovelToon NovelToon

SISTEM RAJA DUNIA BAWAH

1 Secercah Harapan

"Sesekali aku berharap dunia yang kutinggali adalah sebuah game....," ucap seorang anak SMA melamun di sebuah taman.

Terlihat pakaian putihnya yang kotor dan rambutnya yang acak-acakan, serta pipinya yang lebam.

Ia melamun sambil menatap layar ponselnya yang rusak. Dengan begitu, dia tidak akan pernah bisa memainkan permainan kesukaannya lagi. Itu adalah satu-satunya cara baginya untuk sejenak melupakan hidupnya yang menyedihkan.

Dia sudah terbiasa dipukuli oleh anak-anak nakal seusianya. Hal seperti dipalak dan diperintah sudah menjadi kesehariannya, dan tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Sebaiknya aku pulang sebelum mereka marah lagi," ucapnya, meskipun tahu bahwa kedua orang tuanya bahkan tidak peduli dengan dirinya.

Ia merapikan tasnya dan kemudian berjalan pulang ke rumah tepat sebelum matahari terbenam. Sesampainya di rumah, pandangannya tertuju kepada kakak perempuannya yang sedang sibuk dengan ponsel sendiri, sedangkan kakak laki-lakinya sedang fokus belajar untuk persiapan masuk universitas.

Ibunya, yang di dapur, melihat Alden yang babak belur. Namun, ia tidak mengatakan apa pun, hanya cuek dengan kondisi anak bungsunya itu.

"Ayah di mana, Bu?" Alden bertanya, tetapi tidak ada satu pun suara yang menjawab, seakan tidak ada seorang pun di rumah itu.

Dengan lesu, ia kemudian pergi membersihkan dirinya dan berbaring di kamarnya, satu-satunya tempat di mana dia bisa beristirahat dengan tenang.

"Menyebalkan..." lirihnya sambil menutup mata dengan telapak tangannya. Melirik sedikit, ia melihat poster game RPG yang tertempel di dinding kamarnya, itu adalah game yang selalu menemaninya.

Ia ingin bermain game, tetapi ponselnya dirusak oleh anak-anak yang membulinya.

"Ugh, aku punya quest yang harus aku selesaikan, bagaimana caranya agar aku bisa bermain lagi." Alden tidak punya pilihan lain selain turun dan meminta uang untuk memperbaiki ponselnya, lagipula seluruh uang jajannya untuk sebulan telah habis dipalak.

"Hah... mau bagaimana lagi." Alden pergi ke ruang makan, di sana ia melihat keluarganya yang sedang lahap menyantap makanan namun dalam suasana yang hening.

Sekilas seperti keluarga yang dingin, namun sebenarnya keluarga mereka normal-normal saja, mereka hanya bisu ketika Alden ada di sekitar mereka, seolah-olah mereka malas berurusan dengannya.

"Bu, aku boleh minta uang buat benerin-"

"Tidak boleh." Belum sempat Alden bicara, ibunya langsung memotong perkataannya.

"Kenapa?" "Kakakmu sebentar lagi akan masuk universitas," ucap ibunya cuek.

Orang tuanya sangat mementingkan pendidikan, jika mereka mendapat nilai sempurna mereka akan dipuji, jika tidak maka mereka akan diabaikan, atau paling parah, dipukuli dengan ikat pinggang.

Walaupun kelihatan seperti kutu buku, namun nilai akademik Alden selalu di bawah rata-rata. Ia tidak pernah punya waktu untuk belajar serius karena selalu diganggu oleh anak-anak di sekolah.

Sebelumnya, Alden selalu dipukuli oleh ayahnya, namun karena nilainya yang tidak kian membaik, orang tuanya sudah kehilangan minat padanya. Oleh sebab itu ia selalu diabaikan.

...

"Hei, belikan aku makanan cepat!" bentak seorang siswa berpenampilan berandalan.

Alden hanya diam menunduk, dia tahu jika orang itu menyuruhnya untuk membelikan sesuatu, itu artinya dia harus menggunakan uangnya sendiri untuk mentraktir sekumpulan berandal itu.

Ia tidak punya uang, bahkan untuk dirinya sendiri dia tidak mendapatkan uang dari orang tuanya.

"Hei, kenapa kau hanya diam!" bentak orang itu lagi, membuat Alden gemetar.

"A- aku tidak punya uang," ucapnya lirih.

"Hahhh! Kau bercanda? Kalau tidak punya tinggal hutang di kantin sana!"

"Hei, Daniel, kenapa kau tidak suruh dia mencuri di kantin saja? Hahaha!!" ucap salah seorang wanita di barengi dengan gelak tawa siswa lainnya.

"Haha, itu ide bagus!" Daniel menggenggam kerah baju Alden dan berkata dengan beringas, "Aku tidak peduli kau harus mencuri atau merampok, yang penting dalam 10 menit kau sudah harus datang dengan makanan di tanganmu, mengerti!!"

Daniel melempar tubuh Alden hingga membentur dinding, mendapatkan ancaman seperti itu membuat Alden tidak punya pilihan selain pergi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk memenuhi perintah Daniel.

"Hei, bukankah itu adikmu?" Riana, kakak perempuan Alden, menanggapi ucapan temannya dan melihat ke arah Alden yang berjalan di lorong sekolah namun dipenuhi tekanan.

"Dia terlihat tidak baik-baik saja, apa tidak mau kau bantu?"

"Hah? Buat apa aku membantu pecundang itu, jika dia memang jantan seharusnya dia bisa mengatasi masalahnya sendiri, tidak memerlukan bantuan dari seorang perempuan." ucap Riana cuek lalu berlalu pergi diikuti temannya, namun hanya satu orang gadis yang tidak pergi.

Ia berjalan dan menghampiri Alden. "Apa kau adiknya Riana? Kau terlihat sangat berbeda darinya, apa kau ada masalah?"

Alden tertegun melihat wanita itu, wanita yang sangat mencolok dan hampir dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya dan dipuja sebagai bunga sekolah. Nama wanita itu adalah Linzy.

"A-ah, itu... aku baik-baik saja," ucap Alden gugup, ia tidak menyangka akan tiba saatnya ia akan berbicara dengan seorang wanita, apalagi itu adalah wanita yang sangat populer di sekolahnya.

"Tapi kau kelihatan tidak baik-baik saja, kalau kau punya masalah kau bisa bicara padaku, lagipula aku adalah teman kakakmu."

Alden mengumpulkan keberaniannya walaupun ekspresi malu masih terlihat di wajahnya, "Kalau begitu.. bisakah aku pinjam sedikit uang darimu, nanti pasti akan ku kembalikan," ucap Alden gugup.

Ia merasa kehilangan harga dirinya sebagai laki-laki sampai meminjam uang dari wanita, walaupun sekarang masalah harga diri tidak penting lagi jika ia dihajar sampai mampus.

"Hahahaha, aku kira apa yang gawat, kau tidak perlu mengembalikannya, kau bisa ambil ini sebagai tanda perkenalan kita."

Linzy memberi sejumlah uang dengan senyuman dan gelak tawa yang hangat, seperti cahaya matahari pagi menerpa wajah lesu Alden.

"Aku pasti akan mengembalikannya!" kata Alden gugup, ia tidak ingin berhutang kepada seorang wanita.

"Keras kepala sekali... baiklah kalau itu maumu.." Linzy tersenyum menghadapi kepribadian Alden yang menurutnya lucu, begitu pun dengan Alden yang merasa seluruh beban di pundaknya telah terangkat.

Namun, itu tidak berlangsung lama karena waktu yang ditentukan oleh Daniel dan kelompoknya telah habis.

Alden berlari kencang di lorong sekolah sambil membawa sekantong makanan dan minuman menuju tempat tongkrongan Daniel. Ia tahu bahwa dirinya bisa dihajar karena terlambat.

Benar saja, baru saja sampai di tempat Daniel, ia langsung ditendang hingga seluruh barang bawaannya berserakan.

"Kau terlambat dasar bajingan, apa kau kira peringatanku hanya main-main belaka?!"

"Ugh." Alden merintih merasakan rasa sakit di perutnya akibat tendangan dari orang yang lebih besar darinya.

"Kau membuatku kesal dasar brengsek, apalagi kelihatannya kau sangat dekat dengan wanita yang kusukai, Linzy!" Geram Daniel, membuat Alden tertegun.

Ia bertanya-tanya bagaimana Daniel bisa tahu bahwa tadi dia bertemu Linzy, terlebih lagi, ia tidak tahu bahwa Daniel menyukai Linzy.

Daniel sangat marah. Sejak pertama kali masuk SMA, dia selalu mengejar wanita itu, namun tidak pernah digubris. Sekarang ada anak yang selalu dia hajar bisa berbicara akrab dengannya.

Dengan urat di dahinya, Daniel menginjak tubuh Alden berkali-kali dengan beringas. Hal itu membuat Alden sangat terdesak, namun ia hanya bisa tetap berbaring sambil melindungi kepalanya.

"Argggh, aku tidak kuat lagi... apa aku akan mati di sini..." Batin Alden.

"Hentikan itu!!" Semua mata tertuju pada teriakan seorang gadis cantik. Tidak ada yang tidak mengenal wanita itu, bahkan Daniel pun jadi tergila-gila hanya dengan mendengar namanya.

"Linzy! Apa akhirnya kau menerima tawaranku? Kau pasti datang untuk merencanakan kencan kita kan?" Daniel yang tadinya marah hingga wajahnya memerah jadi tenang. Ia bahkan terlihat bahagia melihat kedatangan Linzy.

Linzy menghiraukannya dan mendatangi Alden yang terkapar, membuat amarah Daniel kembali.

"Apa yang kau lakukan? Jadi begitu, kalian berdua memang punya hubungan rupanya... selama ini padahal aku sudah bersusah payah mengejarmu, tapi anak itu-"

"Apa kau masih belum paham? Karena inilah aku membencimu! Aku benci seorang berandalan yang menindas orang lain!" Potong Linzy dengan tegas, membuat Daniel semakin naik pitam.

"Hanya karena anak culun itu kau menolakku..." Ucap Daniel, emosinya tidak karuan dan bisa meledak kapan saja.

Melihat itu, Alden menjadi sangat khawatir dengan keselamatan Linzy, apalagi tempat itu dipenuhi geng Daniel yang entah sejak kapan sudah menutup jalan keluar.

"Tidak usah menghiraukan ku, pergilah sekarang, aku baik-baik saja," kata Alden sambil mengusap darah di tepi bibirnya.

"Jelas-jelas kau sedang sekarat, aku akan membantumu ke UKS." Belum sempat Linzy membopong Alden yang lemah, Daniel sudah memegang kerasa tangannya hingga membuat wanita itu kesakitan.

"Jangan harap kau bisa pergi dari tempat ini dengan selamat. Kau sudah jauh-jauh datang ke sini, kenapa tidak bermain-main dulu dengan kami." Daniel menjilat bibirnya dibarengi dengan seringai teman-temannya yang berjumlah 5 orang.

"Haha, benar itu, aku penasaran bagaimana rasanya bunga sekolah!" "Kita lihat apakah dia masih bisa berlagak menjadi tuan putri setelah kehilangan mahkotanya, haha!"

Situasinya berubah menjadi mengerikan. Alden merasa bersalah karena telah melibatkan wanita sebaik Linzy.

"Walaupun aku harus mati, setidaknya Linzy bisa selamat dari sini, aku harus melakukan sesuatu!" Alden bertekad kuat sebelum menahan Daniel dan menggigit pinggangnya.

"Akh!! Apa yang kau lakukan, bajingan!" Teriak Daniel kesakitan. Namun berkat itu, ia melepaskan tangan Linzy.

"Larilah sekuat tenagamu, jangan hiraukan aku di sini!!" Alden berteriak sambil masih menggigit Alden, Linzy ingin kabur tetapi juga memikirkan nasib Alden. Jika ia kabur, situasi Alden akan menjadi semakin berbahaya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan, bajingan! Lepaskan!"

Dengan tenaganya yang besar, Daniel memukul punggung Alden dengan sekuat tenaga, berharap ia akan melepaskan gigitannya. Namun dengan tekad yang kuat, Alden siap mempertaruhkan nyawa untuk menghentikan kelakuan bejat Daniel.

Hal itu tidak berlangsung lama karena Daniel memukul belakang kepala Alden dengan keras hingga membuatnya jatuh tak berdaya.

Dengan kesadarannya yang kabur, Alden dapat mendengar teriakan khawatir Linzy sebelum ditangkap oleh Daniel dan gengnya.

Ia merasa frustrasi dengan dirinya yang lemah dan tak berdaya. Jika saja dia sedikit lebih kuat, maka dia pasti bisa melindungi Linzy.

[Menghubungkan Sistem 10% .... 30% .... 60% .... 90% .... 100%. Berhasil, sistem telah terhubung ke pengguna, Apakah Anda ingin memulai tutorial?]

Sebuah suara dan tampilan misterius tiba-tiba muncul di hadapan Alden, itu adalah sesuatu yang akan mengubah hidupnya mulai dari sekarang.

2 Keluarga palsu

Alden menatap layar di depannya, ia berpikir jika dirinya sudah gila akibat dipukul dengan keras di belakang kepala, namun itu tidak penting.

Ia merasa akan melewatkan kesempatan untuk menyelamatkan Linzy, oleh karena itu ia langsung menerimanya.

[Memulai tutorial, memulai kondisi tubuh karakter, menyesuaikan kekuatan dan level musuh tutorial.]

Tubuh Alden bersinar bersamaan dengan kondisi fisiknya yang pulih seperti semula, walaupun masih ada sisa debu dan robekan di pakaiannya.

Ia langsung bangkit seolah tidak terjadi apa-apa, membuat semua orang yang ada di ruangan itu terheran-heran.

"Hei, hei, bukankah dia baru saja babak belur, kenapa dia masih bisa berdiri?"

Daniel yang memegang lengan Linzy melihat Alden yang dia kira pingsan masih bisa berdiri, ia yakin sudah memukul belakang kepala Alden dengan kuat, seharusnya itu bisa melumpuhkan seseorang.

"Cih, kalian urus lah pecundang itu, aku lagi sibuk di sini," ucap Daniel sambil menarik dagu Linzy, memperlihatkan kecantikan dengan ekspresi ketakutan dan marah.

"Nanti bagi-bagi ya, bos!" ucap salah satu anak buah Daniel yang berbadan gemuk, "Baiklah, nak. Kurasa sudah saatnya kau kembali tidur dan bermimpi indah." Anak gemuk itu berjalan santai sambil mengepalkan tangannya, melihat Alden dengan remeh.

Namun belum sempat ia melayangkan pukulan, Alden dengan gerakan yang lincah langsung berputar dan menendang leher si gemuk itu hingga ia terlempar.

Semua orang terkejut melihat kejadian yang tiba-tiba itu, termasuk Daniel yang mendecakkan lidahnya.

Sementara di sisi lain Alden takjub dengan kemampuannya, pandangannya menjadi lebih tajam dan semuanya terlihat melambat. Bukan hanya itu, semua indranya meningkat dengan pesat, ia tahu darimana kekuatan besar itu berasal.

[Meningkatkan seluruh statistik pengguna menyesuaikan tutorial.]

'Tutorial', sebuah kata yang sering Alden dengar terutama ketika bermain game, biasanya karakter yang dimainkan saat tutorial sangat over power untuk menarik minat pemainnya.

Musuh yang dilawan juga hanya musuh lemah agar mudah menyelesaikan tutorialnya. Situasi Alden saat ini sangat mirip dengan tutorial yang ada di permainan, apalagi ketika ia melakukan tendangan, sebuah instruksi muncul dari sistem.

[Skill Spinning Kick, berputar 360 derajat sambil mengayunkan kaki kanan seperti melawan arus laut. Tingkat kesulitan: D]

"Apa yang kalian lakukan, kalah dari seorang pecundang? Aku tidak akan memaafkan kalian!" Teriak Daniel emosi.

"T-tadi itu hanya lengah. Kali ini kami akan serius," ucap salah seorang anak buah Daniel dan maju untuk menyerang Alden.

[Skill Dropping, menggenggam tangan dan membanting lawan ke tanah. Tingkat kesulitan: F.]

Hanya dengan sedikit instruksi, Alden langsung dapat mempraktikkan skill yang disarankan sistem kepadanya dengan baik. Ia menggenggam kepalan tangan musuhnya dan membantingnya dengan kuat.

"Apa yang kalian lakukan, kepung dia!" Teriak Daniel mulai terdesak. Ia sangat bingung dan tidak siap dengan perubahan situasi yang tiba-tiba itu.

Empat orang langsung menyerbu Alden dari segala sisi, bersamaan dengan itu instruksi sistem terdengar lagi.

"Bull's Head, menggenggam dua kepala musuh dan membenturkannya, tingkat kesulitan: D."

Alden menggenggam dan membenturkan dua orang di depannya, namun masih ada dua lagi di belakangnya.

[Skill Kick Back, menendang musuh di belakang pengguna, tingkat kesulitan: F.]

Brakk!

Salah satu orang yang menyerang dari belakang terkena tendangan tepat di wajahnya, namun satu orangnya lagi berhasil menangkap kaki kiri Alden.

"Skakmat! Dengan begini kau tidak akan bisa menggunakan kakimu untuk menyerang," ucap orang itu dengan bangga.

Namun, sistem kembali datang memberi petunjuk layaknya seorang malaikat bersayap.

[Skill Hunter Strike, Melompat dengan satu kaki dan menendang musuh ketika pengguna dalam keadaan melayang, tingkat kesulitan: C.]

"A-apa!!" Daniel sangat terkejut melihat cara berkelahi Alden yang mampu mengalahkan 5 anak buahnya sekaligus, ia bingung kapan dan dimana Alden belajar bela diri, kenapa ia baru memperlihatkannya sekarang.

Terlebih lagi tendangan terakhir itu benar-benar luar biasa, normalnya seorang petarung yang kakinya tertangkap bisa dianggap lumpuh, tapi Alden bisa meng-counter hal itu.

"Aku tidak peduli dimana kau mempelajari hal itu atau kenapa kau menyembunyikannya, tapi yang pasti kau akan habis di tanganku sekarang," tegas Daniel sebelum berlari menyerang.

Dengan instruksi sistem, Alden dapat menghalau setiap pukulan yang dilancarkan kepadanya, bahkan serangan tipuan sama sekali tidak mempan yang membuat Daniel semakin kesal.

"Sialan! Apa kau hanya bisa menghindar?!" Daniel berteriak kencang, membuat Alden yang selama ini tertindas bersemangat.

"Kalau begitu aku akan menyerang," ucapnya pelan namun bisa terdengar.

Alden menggenggam pukulan Daniel lalu dengan sekuat tenaga langsung memukul dadanya hingga bunyi tulang yang retak terdengar jelas.

"Arrgggg!!"

Daniel menjerit kesakitan sambil memegangi dadanya, namun Alden tidak berhenti sampai disana, ia langsung menendang wajah Alden begitu ia terjatuh seraya memegangi dadanya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Daniel beserta gengnya untuk ditaklukkan oleh satu anak yang selama ini mereka buli.

Di sudut ruangan, Linzy hanya bisa bengong sambil menatap ke arah Alden. Ini pertama kalinya dia melihat pertarungan yang begitu intens layaknya di film-film.

"Kau baik-baik saja?" ucap Alden sedikit malu melihat Linzy dengan kondisi baju yang agak terbuka.

Jika saja ia pingsan dan tidak mendapat bantuan sistem, maka sudah dapat dipastikan jika nasib Linzy akan sangat buruk.

"Ah, aku baik-baik saja."

"Begitukah, syukurlah..."

[Quest tutorial selesai, statistik yang ditingkatkan untuk tutorial akan dikembalikan. Hadiah penyelesaian quest akan diberikan kepada pengguna]

Alden mengerang kesakitan, tubuhnya terasa sakit seolah-olah seluruh ototnya terkoyak akibat bergerak terlalu cepat dan intens.

Perlahan Alden mulai terjatuh dan pingsan, samar-samar ia bisa melihat Linzy yang berteriak khawatir sebelum akhirnya benar-benar tidak sadarkan diri.

...

"Kami tidak terima ini, anak kami terbaring di rumah sakit dengan kondisi yang mengenaskan karena anak kalian yang tidak tahu malu itu, pokoknya dia harus dikeluarkan dari sekolah ini!"

Kantor kepala sekolah mengalami kehebohan akibat tuntutan dari orang tua Daniel, mereka terus mendesak pihak sekolah untuk mengeluarkan Alden yang dianggap telah melakukan kekerasan.

Di sisi lain orang tua Alden hanya bisa menunduk malu atas masalah yang putra bungsu mereka perbuat.

"Maafkan saya, tapi kami tidak bisa mengeluarkan siswa tersebut. Setelah melakukan penyelidikan, siswa Daniel dan rekan-rekannya lah yang terlebih dahulu membuli Alden. Jadi kami tidak bisa-"

"Keluarkan saja," ucap ayah Daniel memotong perkataan kepala sekolah.

"A- apa saya salah dengar, pak?"

"Aku bilang keluarkan saja! Dia itu anak yang bodoh, tidak peduli dia sekolah atau tidak hasilnya akan tetap sama, apalagi sekarang malah membuat masalah seperti ini!" sahut ayah Alden dengan tegas.

Alden yang juga ada di ruangan tersebut tidak bisa berkata-kata, dia mengumpulkan keberanian untuk mengungkap tentang pembulian yang dialaminya agar mendapat keringanan hukum, namun ayahnya malah tidak peduli dengan hal itu.

"Sepertinya mereka tidak peduli meskipun aku hidup ataupun mati," ucap Alden dalam hatinya merasa kecewa.

Keputusanpun telah dibuat, Alden dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat, walaupun begitu rumor mengenai dirinya yang menghajar geng Daniel seorang diri menyebar luas, membuat dirinya dianggap sebagai sosok yang mengerikan.

Sebenarnya Alden juga tidak masalah dikeluarkan dari sekolah, dengan begitu dia tidak akan berurusan lagi dengan orang-orang seperti Daniel, satu hal yang membuat Alden sedih adalah bahwa dia tidak akan bisa bertemu dengan Linzy lagi.

"Setidaknya aku bisa bermain game sepuasku di rumah," batin Alden, ia juga ingin memastikan tentang sistem yang membantunya terakhir kali.

...

"Besok kau akan pindah ke luar kota."

Satu kalimat dingin keluar dari mulut ayah Alden saat sedang makan malam. Tanpa menyebut nama sekalipun, Alden tahu jika perkataan itu ditujukan kepadanya.

"Kenapa?"

"Kau masih ingin bertanya? Tentu saja karena kami tidak ingin melihatmu lagi!" sahut ayah Alden tanpa menyembunyikan kebenciannya kepada anak bungsunya itu.

"Jadi begini, huh... aku tahu suatu saat nanti aku akan dibuang oleh keluargaku..." batin Alden sudah siap akan hal ini.

"Boleh aku bertanya kota mana yang menjadi tujuanku?"

Ayah Alden meneguk segelas air putih kemudian mengelap mulutnya menggunakan tisu, agak lama hingga dia menjawab pertanyaan Alden sambil menyeringai.

"Kota Nirve, kota yang dijuluki sebagai sarang penjahat dan kriminal."

3 kota kriminal

"Linzy... Linzy!!"

Seorang gadis memanggil nama Linzy dengan keras, yang membuatnya bebas dari lamunannya karena terkejut. Ia melihat ke sekeliling dan menemukan banyak mata yang menatap ke arahnya.

Semua teman Linzy sangat penasaran dengan apa yang membuat gadis ceria sepertinya melamun begitu dalam. "M-maaf, aku tidak bisa fokus," ucapnya gugup.

"Apakah kau memikirkan pecundang itu lagi?" Riana tiba-tiba muncul dan duduk di sebelah Linzy, penasaran kenapa Linzy yang selama ini dikenal tidak tertarik dengan laki-laki, sangat perhatian kepada adiknya.

Terlebih lagi, Linzy-lah yang membopong Alden ke UKS ketika pingsan, tentu saja itu sempat membuat kehebohan. "Berhentilah memanggilnya seperti itu," sahut Linzy kesal. "Bukan karena aku suka, tapi aku belum mengucapkan terima kasih dengan benar karena dia sudah menyelamatkanku," lanjutnya.

Linzy juga sedih mendengar kabar Alden yang dikeluarkan dari sekolah karena menghajar geng Daniel.

"Kalau boleh tahu, apa yang dilakukan Alden setelah dikeluarkan?" Riana melirik ke arah Linzy yang tampak sedikit memerah.

"Ngomong tidak suka tapi tersipu menanyakan kabarnya, kau sungguh payah berbohong."

"A-apa! Aku tidak tersipu!" Bantah Linzy dengan wajah semakin memerah.

"Yah... Sebaiknya jangan terlalu berharap padanya, mungkin saja dia tidak akan kembali hidup-hidup ke kota ini."

Linzy melotot mendengar perkataan sahabatnya itu, "Sebenarnya pergi ke mana dia?"

"Kota Nirve." Cukup satu kalimat untuk membuat Linzy tertegun. Kota Nirve adalah kota di mana tingkat kejahatannya hampir dikenal oleh satu negara; banyak bisnis ilegal dan kelompok bersenjata melakukan aktivitas di sana hingga bahkan kepolisian pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Seseorang bisa saja kehilangan nyawa jika menyinggung kelompok atau orang berkuasa di tempat itu. Tidak ada hukum, tidak ada polisi, dan tidak ada keadilan. Tempat di mana yang kuat bisa menjadi raja dan yang lemah menjadi budak.

"Kenapa kau ketakutan begitu? Jika pecundang itu benar-benar hebat hingga bisa mengalahkan sekumpulan orang, maka dia pasti bisa bertahan di medan perang sekalipun, walaupun agak mustahil sih," ujar Riana blak-blakan.

Mendengar itu, Linzy menjadi sedikit penasaran dengan hubungan antara kakak-adik satu ini. "Apa aku boleh bertanya? Riana, kenapa kau sangat membenci adikmu sendiri?"

Riana terdiam dengan ekspresi yang misterius. Ia kemudian berkata dengan pelan, "Tatapannya. Aku benci tatapannya yang seolah bisa membunuhku kapanpun dia mau..."

Riana mulai mengingat pengalamannya saat kecil, di mana dia pernah membuat Alden marah karena merusak mainannya. Riana sangat ketakutan ketika melihatnya. Oleh karena itu, ia membuat Alden merasa diasingkan di keluarganya sendiri hingga anak itu tidak pernah mengangkat kepalanya.

---

...

...

...

Alden tidak menyangka akan dibuang ke kota yang terkenal dengan reputasi buruk itu. Namun, di dalam hatinya yang paling dalam, ada rasa penasaran yang tak bisa dibendung.

Kota Nirve, dengan segala keburukannya, mungkin menjadi tempat di mana ia bisa menemukan kebebasan yang selama ini ia cari.

Malam sebelum kepindahannya, Alden duduk di kamar dengan suasana yang kelam, memikirkan hidupnya yang terjalin dengan ketidakadilan dan kekecewaan. Namun, kilatan dari layar misterius mengingatkannya kembali tentang sistem yang telah membantunya.

"Jika sistem itu ada," batin Alden, "mungkin itu akan membantuku sekali lagi. Di kota yang penuh dengan bahaya, aku membutuhkan semua bantuan yang bisa kudapatkan."

Pagi harinya, dengan tas ransel yang diisi seadanya, Alden meninggalkan rumah tanpa banyak pamitan. Ia tahu, tidak ada yang benar-benar peduli dengan kepergiannya. Bahkan orang tuanya tampak lebih lega daripada sedih.

Di perjalanan menuju kota Nirve, Alden duduk dengan tenang di sudut bus yang membawanya ke tempat baru. Dia memasang headphone di telinganya, namun pikirannya melayang, berputar tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapinya nanti.

Wajah Linzy sempat terlintas dalam pikirannya, dan ada rasa sesal yang ia pendam karena tidak sempat mengucapkan selamat tinggal dengan layak.

Alden berjanji dalam hatinya, jika suatu saat ia memiliki kesempatan, ia ingin kembali bukan sebagai orang yang tertindas, tetapi sebagai seseorang yang bisa berdiri sejajar dengan orang lain, memperjuangkan keadilan demi dirinya sendiri dan orang lain yang mungkin mengalami hal serupa.

Ketika bus akhirnya memasuki batas kota Nirve, kesan pertama yang didapat Alden adalah suasana suram namun penuh kehidupan. Ia bisa melihat berbagai macam orang dengan tampang muram dan menyedihkan.

Dengan langkah mantap, Alden turun dari bus. Sistem yang pernah membantunya kini terasa seperti mitos yang samar. Ia tidak tahu apakah itu akan aktif kembali atau tidak. Tapi Alden menyadari satu hal, bahwa dirinya tidak akan gentar menatap masa depannya.

"Ini adalah awal yang baru," ucapnya dalam hati, memantapkan tekadnya. Tanpa disadari, sebuah sedikit pesan muncul di sudut pandangannya, hampir tak terlihat tetapi sudah cukup membangkitkan semangatnya.

[Selamat datang di Kota Nirve]

[Quest baru telah tersedia. Kejar pencuri yang mencuri barang bawaan anda!]

"Hah?"

Belum sempat Alden menceritakan Quest yang diberikan System, tas yang ia kenakan di punggungnya tiba tiba disambar oleh seseorang hingga membuat Alden tersungkur.

Alden berdiri dan tanpa pikir panjang mulai berteriak dan meluncur mengejar pencuri berkerudung serba kuning yang berlari seperti dikejar setan, membelah kerumunan orang yang tampaknya tidak peduli dengan keributan yang terjadi.

Alden mengepalkan tangannya erat-erat, wajahnya memerah dengan campuran amarah dan adrenalin. "Awas kalau ketangkep!” teriak Alden dengan napas memburu, matanya tak lepas dari sosok yang terus berlari ke depan.

Namun, meski Alden berlari sekuat tenaga, orang itu ternyata memiliki keahlian yang tak diduganya. Tanpa basa-basi, si pencuri melompati papan iklan toko dengan gesit, memanjat dinding rendah seolah dinding itu tak lebih dari pijakan kecil.

Gerakannya begitu lincah, seperti seekor kucing yang bergerak di malam hari. Alden, meskipun penuh semangat, mulai merasakan batas dari kemampuan fisiknya sendiri.

Sesampainya di ujung jalan yang lebih sempit, Alden terhenti sejenak. Pencuri itu telah melompati pagar tinggi, dan sekarang berdiri di atas atap bangunan rendah, menatapnya dengan ekspresi mengejek.

“Cepat sekali putus asa?” ejeknya sebelum berbalik dan melakukan manuver parkour yang mengagumkan, melewati bangunan dengan kecepatan yang tak mungkin dikejar orang awam seperti Alden.

Merasa tak berdaya, Alden pun berhenti berlari, terengah-engah dengan kekecewaan yang menusuk-nusuk. Kehilangan tasnya sudah cukup buruk, hampir seluruh uangnya ada di tas itu, kartu identitas, dan pakaiannya.

"Sekarang harus bagaimana?"

Alden menenangkan pikiran dan mengatur nafasnya, meskipun ia kehilangan jejak pencuri itu namun disaat bersamaan juga mendapatkan informasi yang berguna.

"Ternyata dia seorang perempuan." Gumamnya.

Ia tahu hal itu dari suara dan juga lekuk tubuhnya ketika si pencuri mengejeknya, selain itu gerakannya juga begitu lincah dan fleksibel, mirip seperti akrobatik.

"Status." Panggil Alden seketika layar biru cerah muncul di hadapannya. Ia sudah melihat hal ini berkali-kali tapi tetap saja merasa kecewa dengan statistik miliknya.

Nama: Alden

Level: 1

HP: 100/100

MP: 50/50

Strength: 13

Vitality: 20

Agility: 15

Vision: 32

Skill: Hunter strike(C)

Alden tidak tahu seberapa rata-rata statistik Agility atau kelincahan pada umumnya. Namun, setelah berkejar-kejaran dengan pencuri baju kuning, ia menyadari bahwa statistik miliknya masih cukup rendah.

Setelah menyelesaikan tutorial, ia memperoleh hadiah berupa kesempatan memilih keterampilan yang telah digunakannya selama sesi tutorial, serta beberapa koin yang mungkin akan berguna di kemudian hari.

"Aku memilih Hunter Strike karena tingkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan lainnya. Kurasa itu tidak menjadi masalah."

"Sekarang, sebaiknya aku mencari informasi lebih lanjut tentang pencuri sebelumnya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!