Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson, bayi cantik yang terlahir kembar identik harus terpisah begitu keduanya terlahir di dunia.
Entah apa yang mendasari Marchioness Eleonor hingga tega memisahkan keduanya dan hanya membawa satu anak yaitu Catharine yang terlahir lebih dulu dan meninggalkan sang adik ditangan pelayan pribadinya Helena dan suaminya Adolf, mantan prajurit sang suami yang telah pensiun dini akibat satu kakinya hilang ketika sedang berperang.
Karena dibesarkan oleh dua orang yang berbeda maka pertumbuhan gadis kembar tersebut juga tak sama termasuk juga sikap serta pembawaan keduanya.
Cathalina yang tinggal bersama Helena dan Adolf disebuah pedesaan terpencil yang berada di kaki gunung yang sangat jauh dari ibukota tentunya menjalani kehidupan yang lebih keras daripada Catharina yang hidup serba kecukupan di ibukota.
Sikap tegas Adolf dalam mendidik anak majikannya menjadikan Cathalina gadis yang mandiri dan juga pemberani serta memiliki ketegasan, seperti sang ayah Marquess Betrand .
Sementara Catharina yang tinggal di ibukota dan dihujani kasih sayang serta kemewahan tumbuh menjadi pribadi yang sombong dan manja.
Catharina yang selama ini selalu mendapatkan semua keinginannya merasa terpukul ketika ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya tepat satu minggu setelah Marchioness Eleonor meninggal dunia akibat pendarahan hebat setelah melahirkan sang adik yang sayangnya juga ikut pergi bersama sang ibu setelah dua hari berada di dunia diusia delapan tahun.
Bukan hanya menghadirkan ibu tiri untuk Catharina, Marquess Betrand juga menghadirkan tiga saudara tiri untuknya yang ternyata merupakan darah daging sang ayah sehingga kehadiran keluarga baru ayahnya tersebut membuat posisi Catharina jadi terabaikan.
Sebagai nyonya rumah, ibu tiri Catharina pun dengan cepat menguasai mansion dan memobilisasi seluruh pelayan serta penjaga dibawah kakinya karena sang ayah sibuk di medan perang.
Hadirnya ibu tiri beserta tiga saudara tiri didalam kediaman membuat kondisi mental Catharina sedikit turun akibat hukuman demi hukuman yang diberikan oleh Marchioness Sandra kepadanya.
Bukan hanya sering mendapatkan hukuman, Catharina juga dilarang untuk belajar sehingga dia menjadi gadis bodoh tanpa etika dan hal tersebut sudah menjadi rahasia umum di kekaisaran Lunox.
Cathalina yang mendengar kabar mengenai kondisi saudara kembarnya tentu merasa sedih, namun dia juga tak bisa berbuat apapun karena tak memiliki daya dan kemampuan untuk datang ke ibukota dan menyelamatkan sang kakak.
Pada awalnya, Cathalina merasa terpukul ketika dia mengetahui kebenaran statusnya dari sang ibu yang mengatakan mengenai identitas itu sebelum meninggal akibat tragedi kebakaran yang mewaskan hampir tiga puluh persen warga desa satu tahun yang lalu.
Tapi, setelah Cathalina mencari tahu mengenai keberadaan keluarganya dan kabar saudara kembarnya diapun hanya bisa menahan rasa marah dan sedih dalam hatinya dan bertekad untuk menjadi lebih kuat agar bisa segera ke ibukota dan membawa pergi sang kakak jauh dari orang-orang yang selama ini menyakitinya.
Delapan tahun pun berlalu, kini Cathalina sudah tumbuh menjadi gadia yang cantik dan tangguh.
Selain menguasai ilmu beladiri, Cathalina juga menguasai ilmu pengobatan dan menjadi murid kesayangan dari tabib hantu yang legendaris.
Merasa jika bekal untuk membawa sang kakak pergi sudh cukup, Cathalina pun segera memulai perjalanannya ke ibukota.
“Kak, berhentilah mengikutiku. Aku tak ingin membuat kalian kesulitan karenaku ”, ujar Cathalina tajam.
Lutfi dan Deon saling pandang sejenak sebelum keduanya tersenyum lebar “Tenang saja adik, kakak akan menjagamu dengan baik hingga tiba di ibukota”, ujar keduanya kompak.
Melihat sifat keras kepala dua seniornya, Cathalina hanya bisa menghela nafas berat “Baiklah. Tapi jika terjadi sesuatu yang buruk pada kalian jangan salahkan aku”.
Cathalina pun segera melesat pergi menggunakan kuda hitam miliknya menembus lebatnya hutan pinus yang ada didepannya.
Setelah menempuh perjalanan darat selama enam hari kini ketiganya telah sampai didepan gerbang ibukota ketika hari sudah menjelang malam.
Cathalina yang kelaparan berhenti disebuah rumah makan yang cukup ramai untuk mengisi perutnya sebelum pergi mencari penginapan.
“Aku sudah sampai di ibukota. Jika tak ada hal lain, sebaiknya esok pagi kakak segera kembali”, ujar Cathalina dengan nada dingin.
Cathalina merasa ini adalah urusan pribadinya jadi dia tak ingin dua kakak seperguruannya itu ikut terserat jika nantinya ada hal buruk yang terjadi di depan.
Meski tak setuju disuruh kembali, keduanya hanya bisa mengangguk patuh dihadapan Cathalina dan berencana akan mengamati dari kejauhan dan bertindak jika adik seperguruannya itu berada dalam bahaya, seperti pesan guru mereka sebelum memberi tugas untuk menemani perjalanan Cathalina ke ibukota.
Walapun kedudukan Marquess Betrand didalam istana saat ini tak terlalu menonjol, namun melihat bagaimana buruknya temperamen jenderal perang tersebut membuat sang guru merasa cemas akan keselamatan anak didiknya.
Apalagi Cathalina memiliki sifat yang keras sehingga dikhawatirkan akan timbul bentrokan jika sampai terjadi sesuatu dengan Catharine mengingat bagaimana menderitanya gadis tersebut setelah sang ayah tunduk dibawah kaki ibu tirinya.
Pada saat sedang menyantap makan malam, tanpa sengaja Cathalina mendengar seseorang membahas mengenai kakak kembarnya sehingga diapun memasang telinganya lebar-lebar.
Apa yang Cathalina dengar membuat darah dalam tubuhnya mendidih sehingga sendok yang dipegangnya hampir patah karena ditekan dengan keras.
“Brengsek! Bajingan! Akan aku bunuh lelaki a****g itu!”, maki Cathalina dalam hati.
Bukan hanya tak menyayangi sang kakak, Cathalina sama sekali tak menyangka jika lelaki yang merupakan ayah kandungnya itu akan tega menikahkan sang kakak dengan Raja Dexter Orion Benedict yang terkenal sebagai raja iblis yang keji dan bengis.
Dan sekarang, ayahnya menikahkah kakak kembarnya dengan iblis itu dan menjadikannya lelucon di ibukota, sungguh membuat hati Cathalina sangat sakit.
Bukan hanya tak datang di acara pemberkatan sehingga membuat pihak kuil menangguhkan gelar Putri Benedict yang akan disandang oleh Catharina.
Bukan hanya tak datang diacara pemberkatan, Raja Dexter juga menikahi selir yang dirumorkan sebagai wanita yang sangat dicintai oleh raja iblis itu diwaktu yang sama membuat nama sang kakak jadi bahan lelucon semua orang.
“Tahan emosimu. Tak baik membuat kekacauan di muka umum”, ujar Deon mencoba menenangkan.
Cathalina berdiri dan mengibaskan tangan yang dipegang Dion dengan kasar “Jika tak ingin membantu, jangan menghalangiku”, ujarnya tajam.
Wushhh....
Cathaline segera melesat pergi dari restoran setelah membayar tagihan dan bergerak cepat menuju istana Raja Dexter karena perasaannya tak enak.
“Aku bersumpah akan membunuh mereka semua jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kakak”, batinnya penuh amarah.
Deon dan Lutfi mengikuti pergerakan cepat Cathalina karena tak ingin gadis tersebut mengalami musibah karena mereka sangat tahu bagaimana ketatnya penjagaan yang ada diistana Raja Dexter.
Begitu tiba, Cathalina yang melihat lenggangnya penjagaan diistana Raja Dexter segera melesat masuk bagai bayangan untuk mencari keberadaan sang kakak.
Berbekal ucapa pelayan yang dia curi dengar, Cathalina pun melangkahkan kakinya kehalaman belakang istana yang dia perkirakan sebagai tempat tinggal sang kakak saat ini.
“Bajingan!”
“Bagaimana dia bisa menempatkan istri sahnya dihalaman belakang yang bahkan untuk tempat tinggal pelayan saja sangat tak layak seperti ini”, guman Cathaline penuh kemarahan.
Merasa perasaannya semakin tak enak, Cathaline pun segera masuk kedalam bangunan dua lantai yang sudah bobrok tersebut dan bergegas menuju lantai dua yang dia yakini sebagai kamar Catharine.
Braaak....
“CATHARINE !!!”, teriak Cathalina pias menatap kondisi sang kakak diatas ranjang dalam kondisi tak bernyawa.
Dengan tubuh bergetar, Cathalina perlahan berjalan mendekat kearah ranjang dengan tatapan setajam elang.
Melihat wajah penuh luka dan bernanah membuat Cathalina tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya.
Menahan rasa marah dan kesedihan dalam hatinya melihat sang kakak yang terbujur kaku dalam kondisi mengenaskan.
“Biadab!”
“Tak akan kubiarkan mereka hidup dengan tenang setelah ini !”, gumannya penuh amarah.
Cathaline yang merasa suhu tubuh sang kakak masih terasa hangat berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kesadarannya.
Melihat kondisi Cathalina yang kacau, Deon dan Lutfi mengalihkan pandangannya agar air mata yang sedari tadi mengenak di pelupuk tak menetes.
“Sudah Cat,ikhlaskan. Catharine sudah tenang disana”, ujar Lutfi senduh.
“Tidak! aku tak akan menyerah. Aku bisa menyembuhkan kak Catharine. Kata guru, aku murid yang sangat berbakat. Ya, aku murid yang sangat berbakat jadi kakak ku pasti bisa sembuh”, Cathalina terus berupaya menusukkan jarum akupuntur ke tubuh Catharine dan memberikannya pil anti racun dengan harapan sang kakak bisa tertolong.
Namun, bagaimanapun upaya yang dilakukan Cathalina semuanya menjadi sia-sia karena jiwa Catharine sudah pergi dari raganya.
Cathalina yang sadar jika segala upayanya sia-sia dan dia tak bisa mengubah kehendak Tuhan pun tubuhnya langsung luruh kelantai sambil terisak.
“Kakak, kenapa kamu meninggalkanku seperti ini. Bahkan kita belum sempat bertemu”, gumannya penuh penyesalan.
Cathalina menyesal karena sempat mengulur waktu untuk pergi ke ibukota sehingga tiba terlambat seperti ini.
Deon dan Lutfi yang melihat Cathalina begitu rapuh berjalan mendekat dan memeluknya dari belakang, menyalurkan kekuatan agar gadis itu bisa menerima cobaan hidup ini dengan baik.
Ketiganya sama sekali tak menyangka jika kedatangan mereka akan disambut oleh kematian Catharine.
Pada awalnya mereka hanya memprediksi, paling buruk mereka melihat Catharine disiksa oleh keluarganya, tapi nyatanya yang mereka temui lebih buruk dari itu.
Sambil mengusap air matanya dengan kasar, Cathalina berdiri dan pergi kekamar mandi, mengambil kain dan seember air kemudian membersihkan tubuh sang kakak.
“Kak, tolong carikan kereta kuda. Aku ingin kalian bawa kak Catharine ke desa dan tolong kuburkan jasad kak Catharine disamping makan ayah Adolf dan ibu Helena. Aku akan disini menggantikan kakak dan membalas semua perbuatan buruk mereka tanpa terkecuali”, ucapnya penuh dendam.
Deon dan Lutfi yang mendapatkan amanat tersebut hanya bisa mengangguk pasrah dan berjanji akan memakamkan Catharine dengan layak.
“Aku akan pergi cari kereta kuda dulu. Kamu disini temani Cathalina”, ujar Lutfi sebelum melesat keluar melalui jendela kamar dengan cepat.
Untungnya belum terlalu malam sehingga Lutfi tak terlalu kesulitan mencari kereta kuda yang akan mereka gunakan untuk membawa jenazah Catharina ke desa
Setelah mendapatkan kereta kuda, Lutfi pun kembali ke istana raja Dexter untuk menjemput Catrarine dan Deon.
Untungnya penjagaan malam ini tak terlalu ketat sehingga mereka dengan mudah keluar dari istana Raja Dexter tanpa menimbulkan kecurigaan.
Setelah melapisi bangku kereta dengan selimut tebal, Cathalina yang sudah mengganti pakaian serta menutupi wajah Catharina dengan cadar membantu Deon untuk membaringkan sang kakak dikereta.
“Terimakasih atas semua bantuan kalian dan aku pasti akan membalasnya nanti”, ujar Cathalina tulus.
“Jangan khawatir. Kami akan memberi pemakaman yang layak untuk Catharine”, ujar Deon.
“Hati-hati dan jangan gegabah. Jika ada sesuatu, cepat beri kabar”, ucap Lutfi yang dibalas anggukan oleh Cathalina singkat sebelum dia melesat pergi kembali ke istana raja Dexter untuk mengantikan posisi sang kakak.
Didalam kamar, Cathalina menatap gaun pengantin putih yang tergeletak diatas ranjang dengan penuh kebencian.
Dengan wajah datar dia memakai baju pengantin tersebut dan menggerai rambut merah kehitaman miliknya yang tergerai bebas setelah dia lepas dari ikatan.
“Aku akan menjadi dirimu kak dan membalaskan semua dendammu”, gumannya tajam.
Karena cukup lelah setelah melakukan perjalanan jauh dan terkuras emosinya akibat peristiwa tak terduga yang baru saja Cathalina dapatkan, gadis itupun langsung menutup mata begitu kepalanya menyentuh bantal.
Keesokan harinya, Cathalina dibangunkan oleh suara pintu dibuka dan muncullah sosok lelaki tua bersama tiga pelayan wanita sambil membawa pakaian dan perlengkapan mandi.
Cathalina yang terbangun oleh suara berisik tersebut menatap tajam dari balik cadar yang dikenakannya.
“Putri, apakah tidurmu cukup nyeyak?”, lelaki tua tersebut bertanya dengan nada penuh ejekan.
Sekilas, ketiga pelayan dibelakangnya tersenyum mengejek setelah kembali mengingat peristiwa besar semalam.
Bukan hanya dalam kediaman, bahkan seluruh ibukota sudah tahu jika Catharine ditinggalkan begitu saja di depan altar.
Bahkan malam pengantin yang seharusnya menjadi malam yang indah bagi pengantin harus dilaluinya sendiri karena Raja Dexter bermalam dengan sang selir yang juga dinikahinya kemarin, berbarengan dengan istri sahnya.
Melihat gadis dihadapannya tak merespon, lelaki tua yang merupakan kepala pelayan di istana Raja Dexter itupun kembali bersuara.
“Sebagai nyonya rumah, Raja Dexter memerintahkan agar anda segera turun dan membuatkan sarapan untuk Raja dan Selir Daysi pagi ini”, ujarnya dengan senyum sinis.
Dihadapan istri tak dianggap, kepala pelayan tersebut tak perlu memberikan sikap hormat karena baginya itu tak layak untuk dilakukannya.
begitu juga yang dilakukan oleh ketiga pelayan wanita yang ada dibelakangnya. Sikap mereka terlihat meremehkan keberadaan nyonya rumah yang tak dianggap tersebut.
Tampaknya, kehidupan Cathalina didalam istana Raja Dexter ke depannya tak akan mudah karena akan banyak orang yang membuat masalah dengannya akibat sikap yang diberikan oleh Raja Dexter terhadapanya.
Ekpresi Cathalina berubah melihat sikap tak hormat dan tatapan meremehkan yang diberikan oleh empat orang yang dia duga pelayan di kediaman ini.
Dia adalah nyonya rumah di kediaman ini yang mendapatkan dekrit pernikahan langsung dari kaisar harus menyediakan sarapan untuk seorang selir ? Omong kosong !
Jika saja Cathalina tak ingat misinya untuk membalas dendam atas penderitaan sang kaka sudah bisa dipastikan keempat orang yang ada dihadapannya ini menjadi menjadi mayat sekarang.
“Baiklah, letakkan perlengkapan mandi dan gaunku disini. Setelah selesai, aku akan segera turun”, ujarnya datar.
Para pelayan wanita segera meletakkan semua barang yang dibawahnya dengan tatapan mencibir dan berlalu pergi meninggalkan kamar bersama kepala pelayan, meninggalkan Cathalina yang berjalan acuh menuju kamar mandi.
Mereka sangat senang karena tak harus melayani nyonya rumah yang tak dianggap tersebut dan segera pergi dari vila bobrok yang Cathalina tempati dengan cepat.
Cathalina menatap pintu yang tertutup tersebut dengan penuh amarah, seolah tatapannya bisa membakar apa saja yang ada dihadapannya saat ini.
“Raja a****g ini benar-benar berusaha untuk terus mempermalukan aku. Baiklah\, aku akan ikuti permainannya dan lihat apa yang bisa aku lakukan kepadanya hari ini”\, guman Cathalina menyeringai sinis.
Untuk meredakan emosi dan memainkan perannya dengan baik, Cathalina pun segera mengguyur tubuhnya dengan air dingin sambil menyusun langkah apa yang akan diambilnya sebentar lagi.
Terlintas ide licik dalam benaknya membuat Cathalina tersenyum lebar dan mempercepat ritual mandinya agak bisa segera mengeksekusi semua hal yang saat ini sedang bercokol dalam kepalanya.
Sementara itu di kediaman Marquess Betrand, Arin menikmati sarapan paginya dengan penuh kebahagiaan.
Dia sudah tak sabar untuk mendengar kabar kematian sang kakak yang tentunya akan kembali menjadi bahan perbincangan di ibukota.
Marquess Betran yang tak tahu mengenai perbuatan putri keduanya tersebut tampak santai menikmati sarapannya sebelum dia dan Lucas, yang merupakan putra satu-satunya akan pergi keistana untuk menghadap kaisar sebelum pewaris Marquess tersebut kembali ke barak militer.
“Kakakmu sudah menikah dengan raja Dexter dan sekarang kesempatanmu untuk menjadi jenderal muda terbuka lebar. Pergunakan itu dengan baik”, pesan Marquess setelah sarapan pagi mereka usai.
Meski Marquess Betran tahu jika niat kaisar menikahkan raja Dexter dengan putri tertuanya Catharine untuk membuat adik tirinya tersebut tak lagi memiliki wajah dimuka umum namun dia tetap mendukungnya karena Marquess Betran memiliki misi yang sama.
Dengan tersingkirnya Catharine, maka pewaris Marquess akan mendapatkan perhatian lebih dimata kaisar dan ini akan dipergunakan dengan baik oleh Marquess Betran untuk bisa mengambil alih sepenuhnya kekuasaan pasukan keluarga Wilson peninggalan ayah mertuanya.
Dengan pasukan milik keluarga Wilson berada ditangannya maka bisa dipastikan posisi jenderal besar yang dipegangnya akan tetap aman hingga nanti diwariskan kepada Lucas.
Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Cathalina yang sebelumnya telah melakukan pengamatan beberapa orang penting diibukota demi memuluskan aksinya dalam bergerak untuk membantu sang kakak tanpa tahu jika semua hanyalah rencana karena setelah sampai semua tak seperti harapannya.
Namun Cathalina tak terlalu kecewa karena tampaknya bekal informasi yang diperolehnya bisa membantunya hidup dalam mengantikan posisinya sebagai Catharine.
Selir Daysi merupakan wanita yang Raja Dexter sukai namun sayangnya dia hanyalah rakyat jelata sehingga kaisar memutuskan untuk menikahkan adik tirinya itu dengan Catharine yang merupakan putri seorang Marquess.
Meski memiliki niat buruk namun kaisar juga tak ingin berlaku sembrono karena sangat tak mungkin keluarga kerajaan menikahi wanita dari kalangan biasa sebagai istri sahnya sehingga diapun melakukan pengaturan seperti ini.
Tak dijelaskan secara rinci apa yang membuat Raja Dexter penaruh perhatian penuh pada wanita ini.
Yang jelas, berdasarkan gossip pelayan yang di dengar selama perjalanan kearah dapur pagi ini Cathalina mendengar jika sebelumnya Daysi yang tinggal disebuah kota kecil di sebelah selatan perbatasan ibukota melakukan perjalanan ke ibukota setelah dia mengetahui dekrit pernikahan Raja Dexter dengan Lady Catharina.
Entah apa yang terjadi hingga pada malam sebelum pernikahan keduanya berlangsung, Daysi datang ke istana dalam kondisi mengenaskan.
Dari pengakuan yang dibuatnya, wanita itu mengatakan jika dalam perjalanan menuju istana dia bertemu dengan Catharine dan dua saudaranya yang langsung membullynya setelah mengetahui jika dia adalah wanita yang dijaga oleh Raja Dexter.
Raja Dexter yang pikirannya kalut akibat pernikahan politik yang dibuat sang kakak dengan mudah termakan omongan Daisy dan bertekad akan memberi kehidupan yang lebih buruk dari kematian setelah Catharine menikah dan tinggal didalam istananya.
Langkah pertama yang dibuat oleh Raja Dexter adalah mempermalukan Catharine dengan tak menghadiri acara pemberkatan karena bertepatan dengan pernikahan yang dilakukannya bersama Daysi.
Cathalina yang mendengar kabar tersebut hanya bisa mendecih lirih “Selir Daysi ini benar-benar teratai putih, wanita licik yang memiliki banyak trik di lengan bajunya!”.
Membayangkan Raja Dexter yang terus merendahkan sang kakak dan mempermalukannya demi membuat senang sang teratai putih membuat hati Cathalina terbakar amarah.
“Dasar suami a****g! tak kompeten dan bajingan!”\, umpatnya dalam hati.
Cathalina terus mengomel tanpa henti dalam hati sambil memasakkan aneka makanan yang entah itu cocok atau tidak, yang jelas dia memasak secara asal sesuai dengan jumlah piring saji yang ditata diatas meja oleh kepala pelayan untuknya.
Sementara itu di paviliun utama yang seharusnya menjadi tempat tinggal istri sah Raja Dexter yang kini ditempati oleh Selir Daysi suasananya tampak hidup tak seperti pavilion yang Cathalina tinggali, terlihat suram dan mencekam.
Sebagai wanita yang sangat disayangi pemilik istana, tentunya Selir Daysi mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa.
Para pelayan akan dengan senang hati melayaninya dengan tulus mulai dari membersihkan halaman kediaman hingga menyiapkannya agar bisa tampil secara maksimal dihadapan Raja Dexter pagi ini.
“Anda sangat cantik pagi ini nyonya. Saya yakin Raja tak akan memalingkan wajahnya dari anda”, ujar Marry, salah satu pelayan pribadi Daysi penuh pujian.
Setelah selesai berhias, dengan anggun Daysi berjalan menuju kediaman utama untuk sarapan pagi bersama.
Sementara itu didapur, Cathalina yang baru saja hendak keluar dari dapur untuk berganti pakaian setelah selesai memasak dihentikan langkah kakinya oleh seorang wanita muda yang dia perkirakan memiliki usia tiga tahun lebih tua darinya yang mengaku sebagai pelayan pribadi milik sang kakak yang berasal dari kediaman Marquess yang sengaja dibawa untuk melayani Catharine selama tinggal didalam istana.
“Nona, sebaiknya anda berganti pakaian di kamar mandi yang ada diujung dapur karena tak akan ada waktu lagi jika harus balik kepavilun”, ujar wanita yang mengaku bernama Lili tersebut sambil memberikan sebuah gaun untuknya.
Melihat kepala pelayan berjalan menuju dapur, Cathalina pun segera berlari menuju kamar mandi untuk berganti pakaian karena muak mendengar omelannya.
Setelah selesai berganti pakaian, bersama Lili, Cathalina berjalan menuju kediaman utama untuk sarapan pagi bersama.
Dimeja makan tampak seorang lelaki duduk diatas kursi roda yang Cathalina yakini adalah suami sang kakak.
Raja Dexter memiliki penampilan yang agung, meskipun dia duduk diatas kursi roda kayu namun aura kebangsawanan tak luntur darinya.
Aura dominasi yang sangat kuat menguar membuat semua orang langsung bernyali ciut dihadapannya, kecuali Cathalina yang sama sekali tak terpengaruh akan hal tersebut.
Wajahnya sangat tampan dengan komposisi sempurna bagai seorang dewa yang tak memiliki celah.
Pakaian putih bersulam benang emas yang terbalut ditubuh tegapnya membuatnya menjadi sosok pria tampan tak tertandingi.
Matanya yang berkilat tajam seperti seekor elang sedang mengintai mangsanya kini melirik Cathalina sesaat, sebelum dia memalingkan muka dengan ekpresi jijik.
Meski ekpresi Raja Dexter membuat Cathalina marah namun dia mengakui jika lelaki dihadapannya itu memiliki ketampanan yang langkah hingga bisa membuat seseorang sangat terobsesi dengannya.
Itulah yang dialami oleh para wanita yang ada dikekaisaran Lunox begitu melihat Raja Dexter, namun wajah tampan tersebut tak terlalu mempengaruhi Cathalina yang hatinya diselimuti dendam.
Melihat pisau di hadapannya ada sedikit rasa didalam hati Cathalina untuk mengambil dan menancapkannya langsung dijantung suami sang kakak.
“Tidak! Kematian teralu mudah baginya”\, Cathalina menolak istruksi dalam hatinya yang ingin menghabisi lelaki a****g dihadapannya itu dengan cepat.
Disamping Raja Dexter dapat Cathalina lihat seorang wanita muda dengan gaun berwarna pink dan riasan merah yang menggoda.
Kesan lembut dan lemah terlihat jelas dalam penampilannya, sebuah penampilan seorang teratai putih yang sesungguhnya.
Raja Dexter yang melihat Catharina menatapnya nyalang merasa sedikit aneh karena wanita yang dia nikahi tampak tak seperti apa yang dirumorkan selama ini.
“Apakah ini putri Marquess Betrand yang jelek dan pengecut”, batinnya ragu.
Raja Dexter yang sudah memiliki perasaan buruk setelah dekrit pernikahannya keluar langsung murka begitu makanan yang tersaji diatas meja dibuka.
BRAAKKK....
“Makanan sampah apa ini! Berani sekali kalian menyajikan makanan yang bahkan anjing saja tak mau memakannya kepada keluarga kerajaan!”, umpatnya penuh amarah.
Roger, kepala pelayan yang pagi ini berniat mengerjai Catharine tubuhnya bergetar ketakutan karena tak menyangka jika wanita jelek tersebut akan memiliki nyali dengan menyajikan hidangan tak layak seperti ini.
“Mohon maaf Yang Mulia, semua masakan ini nyonya muda yang memasaknya”, ucapnya melempar kesalahan kepada Catharina yang hanya menatap kepala pelayan tersebut dengan santai.
Dengan wajah penuh amarah, Raja Dexter kembali mengebrak meja sambil menatap nyalang istri yang baru kemarin dia nikahi.
“Apa kamu yang memasak semua sampah ini!”, teriaknya nyalang.
“Benar. Kepala pelayanmu yang menyuruhku”, jawabnya tenang.
Melihat sikap sang istri yang sang tenang membuat Raja Dexter semakin murka dan kembali mengebark meja dengan keras, membuat suhu dalam ruangan semakin menurun dan mencekam.
“Hey, kenapa kamu menyalahkanku. Aku sudah bilang tak bisa memasak tapi kepala pelayanmu memaksaku”, ujar Cathalina membela diri.
“Aku sama sekali tak tahu jika Yang Mulia Raja Dexter ternyata sangat miskin hingga membayar koki untuk masak saja tak mampu”, Cathalina kembali berucap dengan nada sarat ejekan.
BRAAAKKK...
“LANCANG !”, umpatnya penuh amarah.
Bukannya takut, Cathalina yang ditatap nyalang oleh Raja Dexter balik menatapnya sambil menyeringai penuh kepuasan karena berhasil membuat raja iblis murka.
“Ini baru permulaan. Aku akan terus membuatmu kesal setengah mati hingga sakit dalam hatiku terbayarkan”, batinnya penuh kepuasan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!