Dua pasangan pengantin yang baru saja sah menjadi suami istri kini telah memasuki sebuah kamar Hotel yang sudah disediakan.
Fahira Salsabila, dia seorang janda anak satu yang dinikahi oleh seorang pria yang bernama Arka Ardhinata karena di jodohkan oleh orang tua Arka.
Fahira duduk di tepi kasur masih dengan gaun pengantinnya menunggu sang suami menghampirinya. Jantung Fahira berdetak kencang seakan baru pertama kalinya dia menikah.
Sedangkan Arka yang baru saja selesai bicara dengan seseorang diluar kamar Hotel, langsung berbalik masuk menutup pintu dan menatap Fahira sambil melepas jas dan kemejanya.
"Fahira, kau sekarang sudah menjadi istriku, tapi aku tidak mencintaimu. Jangan harap aku akan menyentuhmu, kita akan tidur terpisah mulai malam ini."
Ucapan Arka membuat hatinya seakan tertusuk belati panas, dia menahan sebak di dada. Tangannya yang berada diatas paha terkepal ingin sekali menghantam suatu benda disana.
Dirinya yang masih menunduk ingin bicara seakan lidahnya tercekat dilorong tenggorokkan dan tak sanggup menahan air matanya. Baru saja menikah beberapa jam yang lalu menjadi suaminya, dia dengan terang-terangan berbicara seperti itu padanya.
"Kau tidurlah dikasur, aku akan tidur di sofa."
Ucap Arka lagi kemudian meninggalkan Fahira yang masih duduk ditepi kasur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Sedangkan Fahira masih terdiam tak sanggup mengeluarkan kata dari bibirnya. Hatinya hancur bagai cermin terlempar ke dinding relung jiwanya.
Malam pengantin yang ia dambakan selama empat tahun menjanda, kini dirinya kembali tak tersentuh sama seperti saat dirinya berstatus single parent.
Malam ini Fahira tidur meringkuk ditengah kasur tanpa ada selimut dan masih dengan gaun pengantin yang ia pakai menatap sang suami yang telah memasuki mimpi indahnya.
*
Esok hari, Fahira terus mengikuti langkah Arka sambil menyeret kopernya menuju halaman Hotel karena akan kembali kerumah Arka pribadi. Orangtua Arka menginginkan keduanya tinggal bersama, tapi karena Arka yang tidak ingin ketahuan orangtuanya karena tidur terpisah, akhirnya memilih untuk tinggal berdua dirumahnya.
Perjalanan menuju rumah Arka tak membutuhkan waktu lama, kini keduanya sudah sampai dirumah Arka yang berisikan empat kamar tidur, dua kamar mandi luar dan tiga kamar mandi dalam dengan ruang tamu yang juga besar tentunya.
Fahira mengedarkan pandangannya melihat rumah, dengan halaman yang luas disertai taman bermain membuat bibirnya tersenyum mengingat sang putri yang saat ini bersama Adik kandung Fahira yang bernama Fania Salsabila dirumahnya.
"Masuklah, ini kamar tidurmu, dan itu kamar tidurku." ucap Arka membuat Fahira mengerutkan keningnya.
"Kita tidur dengan kamar terpisah mas ?" tanya Fahira melirik ke kamarnya.
"Iya, kenapa ? Bukannya aku sudah bilang semalam ? Kalau.."
"Iya mas aku sudah tahu, tidak usah dilanjutkan." balas Fahira memotong penjelasan sang suami.
"Bagus kalau begitu, itu dapurnya disana. Kalau mau apa-apa tinggal masak saja." kata Arka menunjuk ke arah dapur dan Fahira menoleh sesuai arahnya.
"Kau mau dibuatkan apa untuk makan siang ?" tanya Fahira berusaha mendekatkan diri.
"Masak untuk dirimu sendiri saja, aku tidak makan dirumah." balas Arka membuat hatinya kembali sakit.
Bukan hanya tak mau menyentuh dirinya saja, bahkan menyentuh makanan yang ia buat saja dia tak mau menyentuhnya. Fahira berusaha menetralkan hatinya lalu kembali bicara.
"Maaf mas, Apa aku boleh membawa Yumna bersamaku disini ?"
"Ya silahkan, asal jangan bilang macam-macam pada orang tua ku tentang kita." sahut Arka diangguki oleh Fahira.
Fahira lalu memasuki kamarnya setelah Arka sudah masuk ke dalam kamarnya. Kamar keduanya bersebelahan, karena hanya dua kamar yang luas dirumah itu. Dua lainnya hanya berukuran sedang dan kecil untuk tamu jika ada yang datang.
Fahira menekan tombol diponselnya untuk menghubungi adiknya agar membawa Yumna kerumah suaminya saat ini.
"Hallo, Assalamualaikum Fan.." ucap Fahira setelah Fania mengangkat telfon darinya.
"Waalaikumsalam Kak, ada apa ?" tanya Fania.
"Aku sudah berada dirumah Mas Arka, nanti kau bawa Yumna kemari ya ?" ujar Fahira duduk ditepi kasur.
"Bukannya kakak masih tinggal di Hotel sampai besok ?"
"Nggak, Mas Arka ada kerjaan mendadak. Jadi harus pulang hari ini juga.." ujar Fahira menutupi kebohongannya.
"Ooh begitu, baiklah nanti aku akan antar Yumna kesana, kirim saja alamatnya." jawab Fania dibalik telfonnya.
"Iya nanti kakak kirimkan, terimakasih Fan.." ucap Fahira menahan air matanya.
"Iya kak sama-sama.." sahut Fania.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.."
Setelah Fania menjawab salam darinya, Fahira mematikan ponselnya dan terisak tak kuasa menahan tangisnya. Hatinya masih terasa sakit dengan takdir yang ia jalani saat ini.
*
Malam harinya, Fahira sudah menyiapkan beberapa masakan untuk makan malam bersama sang suami dan Yumna yang sebentar lagi akan sampai sesuai kabar dari Fania.
Saat akan menghampiri kamar Suaminya, Fahira terkejut karena Arka sudah bersiap untuk pergi entah kemana dengan membawa kunci mobil ditangannya.
"Mau kemana Mas ?" tanya Fahira.
"Aku pergi dulu, kalau mau tidur kunci saja pintunya. Aku bawa kunci cadangan." sahut Arka dengan wajah datarnya.
"Nggak makan dulu ?" tanya Fahira berusaha tetap menawarkan suaminya untuk makan.
"Kau makan saja, aku makan diluar."
"Tapi mas.."
Fahira terdiam seketika saat melihat Arka menatapnya tajam, seakan Arka menyuruhnya untuk diam jangan banyak bicara. Arka yang sudah melihat Fahira diam dan menunduk akhirnya kembali melangkah pergi menuju mobilnya.
Dengan waktu bersamaan, saat mobil Arka keluar dari gerbang, ada sebuah taxi memasuki halaman rumah Arka. Siapa lagi kalau bukan adik Fahira bersama putri tercintanya Yumna yang baru saja datang, kedatangan Yumna membuat senyum dibibir Fahira kembali merekah.
Diusapnya air mata Fahira dari pipi, dan melangkah lebar menuju pintu untuk menyambut kedatangan putri semata wayangnya itu. Yumna yang melihat Fahira sudah terlihat diambang pintu langsung berlari menghambur memeluknya.
"Bundaaa..." teriak Yumna memeluk sang ibu yang sudah dirindukannya.
"Sayang, Bunda kangen.." tangis Fahira pecah dipelukan sang putri tercinta.
Yumna yang mendengar Fahira menangis melepas pelukannya dan menatap sang Bunda dengan begitu lekat lalu mengusap air matanya dengan lembut.
Sedangkan Fania yang sudah membayar taxi berjalan mendekat sambil menenteng sebuah tas yang berisikan baju Yumna dan bajunya beberapa potong karena akan bermalam disana satu hari.
"Bunda kenapa nangis ?" tanya Yumna dengan polosnya.
"Bunda menangis karena kangen sama Yumna sayang.." jawab Fahira seakan lukanya terobati saat melihat putrinya.
Fahira menatap Fania lalu mengusap air matanya dan tersenyum kemudian berdiri menyalaminya.
"Fan.."
"Kak.."
Keduanya saling sapa dan cipika cipiki lalu Fahira memeluk pinggang Fania untuk membawanya masuk ke dalam. Yumna dan Fania menatap rumah tersebut dengan tatapan kagum karena meski sederhana tapi terlihat mewah.
Fania yang tak melihat suami kakanya lalu bertanya pada Fahira.
"Suami kakak kemana ?"
"Ah dia sedang ada meeting mendadak di luar, katanya sih pulang malam. Beruntung kalian datang, jadi aku ada yang menemani." sahut Fahira tersenyum menutupi luka hatinya.
"Ooh begitu.."
"Ya sudah kita makan Yuk ? Yumna belum makan kan ?"
ajak Fahira mengalihkan pembicaraan, menatap sang putri yang ia gandeng di bawah pinggangnya.
"Bunda masak ?" tanya Yumna.
"Iya, Bunda masak banyak buat princess Bunda yang cantik ini.." balas Fahira mencubit hidung Yumna singkat.
"Yeee.. Bunda masak, Yumna kangen banget sama masakan Bunda.."
Fahira tersenyum lebar begitu juga dengan Fania, Fahira lalu mengajak Fania menuju dapur dan kini ketiganya sudah berada di meja makan dengan begitu riangnya untuk makan malam bersama malam ini.
...----------------...
Bersambung...
***
Hay para pembaca setiaku, aku hadir di tema cerita yang baru dan lebih menyayat hati tentunya.
Semoga kalian semua suka dengan ceritanya yaa, jangan lupa jempol dan Rating ⭐5 nyaa yaaa, jangan lupa Follow juga..
Selamat membaca, iloveu sekebon buat kalian semua..
See You 🤗🥰😘
Satu minggu sudah setelah pernikahan Fahira dan Arka. Pagi ini Fahira menyiapkan sarapan untuk sang suami meski dia terus menolak namun Fahira tetap membuatkannya setiap hari.
Setelah pintu kamar Arka terbuka, Fahira dengan senyuman menghampirinya dan menawarkan sarapan.
"Mau berangkat mas ?" tanya Fahira.
"Hem.." sahut singkat Arka dengan wajah ketusnya.
"Mau sarapan dulu ?" tawar Fahira dengan tersenyum.
"Nggak, aku makan dikantor saja." jawab Arka sambil memakai sepatunya disofa.
Fahira lalu mengikuti langkah Arka hingga ke depan pintu, saat Arka akan keluar, dia menahan lengannya dengan cepat hingga langkahnya terhenti.
"Mas.."
Arka menatapnya datar tanpa ekspresi. Fahira ingin mengatakan apa yang ingin ia utarakan dari kemarin. Fahira berjalan mendekat hingga jarak keduanya begitu dekat hanya sebatas lima senti.
"Hati-hati dijalan mas, jangan telat makan. Dan jaga kesehatan." ucap Fahira sambil membenarkan dasi Arka.
Hal itu membuat Arka terdiam dan menatap Fahira lebih dekat. Arka yang terbawa suasana dengan perlakuan Fahira, akhirnya menyingkirkan tangan Fahira dengan kasar dari krah lehernya.
"Ck.. Jangan berusaha mendekatiku. Semakin kau berusaha, maka aku semakin malas melihatmu."
Arka melangkah pergi setelah mengucapkan itu tanpa memikirkan perasaan Fahira. Sedangkan Fahira yang diperlakukan seperti itu hanya mengusap air matanya kasar sambil tersenyum miring.
"Aku pasti akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku mas.." gumam Fahira setelah melihat mobil Arka keluar dari gerbang.
*
Fahira masuk ke dalam rumahnya dan tak lupa menguncinya dengan rapat. Dia lalu menyuapi Yumna sarapan dan juga dirinya ikut makan.
Fahira terus menyibukkan diri dengan melakukan banyak kegiatan dirumah agar tidak bosan. Dirinya yang sudah tak bekerja, membuat dirinya selalu merasa bosan karena setiap hari dirumah bersama Yumna.
Saat sedang membersihkan kebun dibelakang, ada yang memencet bel dirumahnya. Dia menghentikan kegiatannya lalu melangkah keluar menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
Setelah pintu terbuka betapa terkejutnya Fahira melihat siapa yang datang berkunjung kerumah suaminya itu.
"Ibu, Bapak.." Fahira terkejut setelah melihat orang tua Arka datang tanpa memberi kabar lebih dulu.
"Assalamualaikum nak, apa kabarmu ?" ucap salam sang Ibu Mertua mengulurkan tangannya pada Fahira.
"Waalaikumsalam Bu, alhamdulillah aku baik. Ayo masuk Pak, Bu.."
Fahira dengan ramah mengajak kedua mertuanya masuk setelah mencium tangannya. Dia juga memanggil putrinya untuk menyambut kedatangan Kakek Neneknya disana.
"Yumnaaa... Kemari naakk.." teriak Fahira memanggil sang putri yang sedang bermain dengan bonekanya diruang Tv.
Yumna berlari menghampiri Bundanya di luar, dia terdiam saat melihat dua orang paruh baya dan tersenyum pada mereka.
"Yumna, salim sama Kakek, Nenek.." ujar Fahira pada Yumna.
Yumna menyalami keduanya dengan lembut dan tersenyum tipis. Dia masih sedikit canggung dengan orangtua ayah tirinya itu.
Tak lama Fahira membuatkan teh hangat dan menyuguhkannya menaruh di atas meja dengan beberapa cemilan yang sengaja ia buat sendiri.
"Diminum tehnya Bu, Pak.."
"Terimakasih nak.." balas Papa mertua yang bernama Wira Jaya Diningrat.
Fahira tersenyum simpul saat melihat keduanya menyeruput teh buatannya. Setidaknya ada yang mau meminum dan memakan sesuatu yang ia buatkan.
"Arka dimana Fahira ?" tanya Ibu Mertua yang bernama Dewi Arum Diningrat.
"Mas Arka sudah mulai berangkat ke kantor Bu." sahut Fahira dengan sopan.
"Oh begitu, jam berapa dia pulang ?"
"Entahlah, biasanya sih jam lima sore." sahut lagi Fahira.
Ibu Dewi dan Pak Wira terdiam sejenak, memikirkan apa yang ingin disampaikan pada menantunya itu. Setelah cukup lama terdiam Pak Wira mengatakan pada Fahira tentang kedatangannya.
"Fahira, Bapak sama Ibu ingin menginap beberapa hari disini. Bapak dan Ibu rindu sama Arka, sudah lama dia tidak pulang kerumah Bapak." jelas Pak Wira.
Fahira yang mendengar penjelasan mertuanya terdiam dengan senyum kebingungan. Dia harus mengatakan apa pada suaminya nanti, sedangkan nomer ponsel Arka dia tidak punya.
Dia sudah berulang kali memintanya, namun Arka tetap tidak memberikannya. Dengan alasan tidak ada kepentingan apapun bagi keduanya jika berkomunikasi melalui ponsel.
Dan sekarang terbukti, bahwa nomer ponsel itu perlu diketahui oleh pasangan meski tidak saling membutuhkan namun untuk suatu kepentingan mendadak pasti akan dibutuhkan juga.
"Oh boleh Bu, Pak. Sebentar aku siapkan kamarnya dulu untuk istirahat Bapak dan Ibu." jawab Fahira lalu berdiri melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Yumna yang melihat sang Bunda masuk dan menutup kamarnya secara mendadak membuatnya terkejut.
"Ada apa Bunda ?" tanya Yumna sambil memainkan bonekanya.
"Nggak pa pa sayang, Yumna lanjutkan main nya ya ?"
Fahira yang melihat Yumna kembali bermain dengan bonekanya terdiam berfikir bagaimana caranya menghubungi suaminya.
Dia terus mondar-mandir sambil membawa ponsel ditangannya karena merasa bingung dirinya harus menyiapkan kamar yang mana. Karena tak menemukan solusi apapun, akhirnya Fahira menyiapkan kamar yang ditempati oleh Arka.
Fahira membersihkan dan mengganti sprey nya dengan yang baru. Setelah selesai, Fahira menyuruh Ibu dan Bapak mertuanya untuk istirahat sejenak karena lelah telah melakukan perjalanan kerumah sang suami.
"Pak, Bu, kamarnya sudah Fahira bersihkan. Semua sudah siap, silahkan Bapak dan Ibu istirahat saja dulu, nanti Fahira panggil jika makan siang telah siap."
Pak Wira dan Bu Dewi saling menatap dan tersenyum, seolah mengatakan mereka tak salah memilih menantu seperti Fahira.
"Baiklah, Ibu dan Bapak istirahat dulu ya nak ?"
"Iya Bu.."
Keduanya melangkah pelan menuju kamar yang telah di siapkan sang menantu. Fahira yang melihat itu hatinya merasa senang, akhirnya dia bisa tidur satu kamar dengan suaminya nanti malam.
*
Sore harinya, Fahira membuatkan cemilan dan teh hangat untuk kedua mertuanya yang sedang duduk bersantai dihalaman depan rumah. Fahira menyuguhkan semuanya di meja teras. Sedangkan Yumna bermain dengan bonekanya di lantai teras rumah yang di alasi tikar oleh Fahira.
Bersamaan dengan itu, mobil Arka memasuki halaman dan betapa terkejutnya Arka melihat ada orangtuanya yang sedang duduk santai dan bercanda dengan Fahira juga Yumna melalui kaca mobilnya.
"Assalamualaikum Pak, Bu ? Kapan datang ?" ucap salam Arka menyalami kedua orangtuanya.
"Waalaikumsalam, kami datang tadi siang dengan travel." sahut Pak Wira menyambut uluran tangan putranya diikuti oleh Bu Dewi.
"Mas, Kau mau dibuatkan apa ? Teh atau kopi ?" tanya Fahira berpura-pura mesra dihadapan mertuanya.
Arka terdiam sesaat, dia tidak ingin orangtuanya tahu bahwa rumah tangganya dengan Fahira tidak seharmonis yang mereka lihat.
"Aku mau mandi dulu." sahut Arka tersenyum masam.
"Baiklah, aku siapkan bajunya dulu dikamar. Pak, Bu sebentar ya, Fahira ngurus Mas Arka dulu."
Fahira pamit tersenyum meninggalkan semuanya di depan, Arka yang tak tahu harus bersikap bagaimana, dia masih berdiri menatap punggung Fahira yang sudah hilang lalu menoleh menatap orangtuanya.
"Arka, masuk sana. Mandi lah dulu, Fahira juga sudah menyiapkan semuanya." ujar Bu Dewi diangguki oleh Arka.
"Ah iya Bu, Arka mandi dulu."
Arka lalu masuk sambil menenteng tas kerjanya ditangan melangkah menuju kamarnya yang biasa ia tempati. Saat akan masuk, langkahnya terhenti karena Fahira memanggilnya.
"Mas, itu kamar Bapak dan Ibu. Aku menyiapkan nya untuk mereka."
Hal itu membuat Arka mengerutkan keningnya, dia menoleh menatap kamarnya dan kembali menatap Fahira. Dalam benak nya dia seolah-olah bertanya, Bagaimana bisa Fahira berani menyiapkan kamar yang ia tempati untuk kedua orangtuanya.
"Heh ! Kamu sengaja ya biar aku tidur satu kamar denganmu ? Kenapa kamu menyuruh Bapak dan Ibu menginap ?!" ketus Arka menajamkan matanya seakan ingin mencakar wajah Fahira.
"Aku tidak menyuruh mereka menginap mas, Bapak dan Ibu sendiri yang meminta ingin menginap disini." sahut Fahira menjelaskan agar suaminya tidak salah faham padanya.
"Harusnya kau hubungi aku dulu sebelum melakukan itu ! Paham !" kesal Arka masih saja menatap tajam Fahira.
"Bagaimana aku akan menghubungimu ? Aku meminta nomer ponselmu saja kau tidak memberikannya padaku ?" balas Fahira yang juga kesal dengan Arka yang selalu menyalahkan disituasi apapun.
Arka terdiam, dia memang tidak memberikan nomer ponselnya pada Fahira meski dia terus memintanya. Arka yang tahu itu kesalahannya, tak bisa menjawab perkataan Fahira.
"Awas ! Aku mau mandi !" pekik Arka menyuruh Fahira untuk menyingkir dari pintu kamarnya.
Arka yang menahan malu lalu masuk dan meletakkan tas kerjanya dengan kasar diatas kasur, dia membuka dasinya dan memasuki kamar mandi.
Fahira yang belum mendapat jawaban suaminya ingin dibuatkan kopi atau teh, dirinya mengetuk pintu kamar mandi dan hal itu membuat Arka kembali kesal.
Tok..Tok..
"Mas.."
"Apa lagi.. Kenapa kau suka sekali membuntuti ku ? Kau mau ikut aku mandi bersamaku ?" kesal Arka membuka pintu kamar mandi dengan kasar.
"Bukan itu, kau mau dibuatkan kopi atau teh ?" tanya Fahira mengulang pertanyaannya yang tadi.
"Nggak usah ! Aku bisa buat sendiri ! Sudah pergi sana ! Aku mau mandi !" usir Arka dan menutup pintunya kasar membuat bahu Fahira terjungkat kaget.
Fahira yang melihat Arka masih saja kasar, membuat dia ingin menyerah. Namun, tekatnya membuat Arka bertekuk lutut dihadapannya masih kuat. Hingga membuat dirinya terus bersabar dengan sikap Arka yang terus seperti itu dengannya.
...----------------...
Bersambung...
***
Hay para pembaca setia, kini aku akan memperkenalkan para tokoh pemeran di karya ini. Untuk peran saya ambil dari Indonesia saja ya, selamat membaca, semoga suka dengan ceritanya.
Jangan lupa, jempol, rating tertinggi ⭐ 5 dan Follownya yaa.. Iloveu sekebon buat kalian semua..
See You 🤗🥰😘
***
Arka Ardhinata
Fahira Salsabila
Yumna Arsyila
Fania Salsabila (Adik Fahira)
Kini semuanya sudah berada dimeja makan, termasuk Arka. Pak Wira dan Bu Dewi juga ikut serta duduk dimeja makan untuk makan malam bersama.
Arka yang sudah berjanji untuk tidak mau menyentuh makanan Fahira, malam ini membuatnya tak bisa menolak karena ada kedua orangtua nya disana.
"Mau makan lauk yang mana Mas ?" Fahira bertanya sambil menenteng piring ditangannya berisi nasi menatap Arka.
"Aku belum lapar, nanti saja aku makan." jawab Arka memberi senyum simpul melirik kedua orangtuanya.
"Loh kenapa Arka, masakan Fahira enak loh. Pasti gak akan kerasa kenyang kalau sudah makan masakannya. Iya kan Pak ?" ujar Ibu Dewi menatap putranya heran.
"Iya Arka, ayo makan.. Itu sudah disiapkan oleh istrimu." kata Pak Wira.
"Papah Arka nggak pernah makan dirumah Kek, Nek.." sambung Yumna dengan polosnya hingga membuat semua menatap Arka dan Fahira.
Fahira yang mendengar Yumna bicara seperti itu seketika menatap Arka. Dan Bu Dewi dan Pak Wira juga menatap Arka untuk meminta penjelasan padanya.
"Benar begitu Arka ?" tanya Bu Dewi menatapnya tajam.
"Ah nggak bu, nggak seperti itu. Mas Arka selalu pulang malam, saat akan makan malam Yumna sudah tidur, jadi nggak melihat mas Arka makan dirumah." jelas Fahira lalu mengambilkan beberapa lauk dan menaruhnya dihadapan Arka.
"Ibu nggak tanya sama kamu ! Ibu tanya sama Arka. Jawab Arka !" tegas Bu Dewi meminta penjelasan pada sang Putra.
"Nggak gitu Bu, waktu Arka berangkat itu udah telat. Jadi nggak sempat sarapan, pas pulang juga Arka sudah makan, sudah kenyang. Jadi Arka jarang makan dirumah." sahut Arka menjelaskan pada sang Ibu.
"Ibu nggak mau tahu, mulai besok kamu harus makan dirumah ! Dengar le ?" ujar lagi Bu Dewi.
"Iya Bu.."
Mau tidak mau kini Arka makan malam yang dimasak oleh Fahira bersama orangtuanya. Dimeja makan hening tak ada obrolan sejak kemarahan Bu Dewi pada Arka karena jarang makan dirumah bahkan tidak pernah.
Arka makan malam dengan wajah masam sambil menatap tajam Yumna yang duduk disebelah Fahira. Sedangkan Yumna yang tahu dirinya di tatap seperti itu terus menunduk menyuap makanannya dengan rasa takut membuat Fahira menatap Arka dengan penuh kemarahan.
*
Malam ini semuanya sudah tidur termasuk Bu Dewi dan Pak Wira dikamarnya. Namun Arka sedang mengerjakan pekerjaannya di ruang tv dengan laptopnya karena tidak ingin tidur satu kamar dengan Fahira.
Sedangkan Fahira dikamar terus berusaha menyuruh Yumna untuk tidur, agar saat Arka masuk putri semata wayangnya itu tidak kena marahnya.
"Bunda, kenapa Papah Arka nggak mau tidur sama kita ?" tanya Yumna dengan polosnya.
"Mau kok, Papah Arka cuma masih malu saja sama Bunda." sahut Fahira tersenyum dan mengusap kepala Yumna dengan lembut.
"Papah Arka nggak suka sama Yumna ya Bun ?" tanya Yumna lagi masih penasaran kenapa sikap Arka masih saja dingin padanya.
"Suka kok, kata siapa Papah Arka nggak suka ? Papah Arka masih canggung saja sama kita, jadi masih banyak diam." Fahira menutupi keburukan sang suami pada anaknya agar Yumna tidak kecewa seperti dirinya.
"Sudah yuk kita tidur, besok harus bangun pagi. Bunda harus buatkan sarapan untuk Kakek sama Nenek.."
Fahira mengalihkan pembicaraan mengajak Yumna tidur agar tidak lagi banyak bertanya tentang Arka. Tak lama setelah melihat Yumna sudah pulas, Fahira keluar dari kamarnya mencari Arka untuk menyuruhnya tidur dikamar.
"Mas, kamu nggak tidur ?"
Kedatangan Fahira membuat nya terkejut dan menoleh ke arahnya. Arka lalu kembali menatap layar laptopnya dan menyahut pertanyaan Fahira.
"Nanti, belum ngantuk." sahut Arka dengan ketusnya.
"Mau aku buatkan makanan ?" tawar Fahira dengan ramah.
"Nggak, makasih."
"Kalau dibuatkan kopi ?" tawar Fahira lagi.
"Bisa diem nggak sih ! Aku bilang nggak mau ya nggak mau ! Kalau mau kopi aku bisa buat sendiri ! Sudah sana, jangan ganggu. Aku lagi banyak kerjaan !"
Pertanyaan Fahira yang beberapa kali membuat Arka kesal karena tidak fokus mengetik di depan laptopnya yang ia pangku diatas pahanya.
Fahira yang lagi-lagi dibentak hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar harus ekstra sabar menghadapinya demi mendapatkan cinta suaminya itu.
Fahira kemudian berlalu pergi menuju kamarnya karena dirinya sudah tidak dibutuhkan oleh Arka. Fahira lalu berbaring diatas kasurnya disebelah Yumna dan memeluk sang putri tercinta dengan begitu erat.
*
Fahira dengan begitu semangatnya menyiapkan sarapan pagi untuk Mertua dan Suaminya di dapur. Dengan begitu cekatan Fahira memasak beberapa menu spesial karena pagi ini sang Suami akan bergabung bersama di meja makan.
Saat semuanya datang menuju meja makan, Fahira menyapa dengan senyuman ramahnya membuat kedua Mertuanya senang.
"Selamat pagi Pak, Bu.."
"Pagi nak.." sahut Bu Dewi tersenyum padanya.
Fahira menyiapkan beberapa piring disana kemudian melangkah menuju kamarnya untuk menyuruh sang Suami sarapan. Saat baru di depan pintu kamar, langkah Fahira terhenti karena Arka sudah membuka pintu lebih dulu.
"Sarapan Mas, semuanya sudah siap.."
Arka yang mendapat tawaran sarapan dari sang istri hanya terdiam memakai jas nya dan menatap ke arah dapur ternyata orangtuanya sudah berada disana.
"Nggak, aku sudah telat." sahut Arka masih gengsi untuk menyantap sarapan pagi yang dimasak Fahira.
"Ini masih terlalu pagi untuk ke kantor Mas, jika alasan telat itu akan membuat Ibu dan Bapak marah." jelas Fahira berusaha merayu Arka untuk sarapan.
Arka yang mendengar penjelasan Fahira menatap jam ditangannya. Dan benar saja, jam baru menunjukan pukul 06.30 wib. Masih terlalu pagi dirinya beralasan untuk terlambat ke kantor.
Arka akhirnya menghembuskan nafasnya kasar dan menuruti saran dari Fahira. Dia melangkah sambil menenteng tas kerjanya dan kembali melepas jas nya ia sampir kan dikursi karena akan sarapan lebih dulu.
Arka tersenyum simpul pada kedua orangtuanya dan menatap Yumna sekilas lalu duduk di kursi meja makan bersama mereka.
"Mau sarapan apa mas ?"
Tawar Fahira sambil menenteng piring kosong ditangannya karena ingin menyiapkan makan untuk sang suami.
"Nasi goreng sama telor saja." sahut Arka singkat.
Fahira mengambilkan menu makanan yang Arka minta dan menyerahkannya di hadapan Arka. Fahira juga menuangkan air putih dan satu gelas susu disamping kanan dan kirinya.
Arka menyuap nasi goreng buatan Fahira ke dalam mulutnya membuat mulut nya seketika terdiam untuk mengunyah. Dia merasakan sesuatu di dalam mulutnya dan melirik Fahira yang sedang fokus makan dan menyuapi Yumna sarapan.
"Apa benar ini masakan Fahira ? Ini nasi goreng kesukaanku, kok dia bisa tahu ?"
Arka kembali mengunyah nasi gorengnya dengan pelan dan terus bergumam dalam hati memuji masakan sang istri. Dan tanpa sengaja Arka kembali menyendok nasi goreng itu lalu kembali mengambil telor ia taruh di atas piringnya membuat Fahira yang melihatnya tersenyum.
"Nah kan ? Enak kan masakan istrimu ? Nggak kerasa kenyang kan ?" ujar Bu Dewi membuktikan pada anaknya bahwa masakan Fahira itu enak.
"Arka cuma lagi laper ajah Bu." sahut Arka tak ingin terlihat memuji masakan Fahira.
Fahira tetap tersenyum sambil menyuapi Yumna tanpa menatap Arka. Dia senang, Akhirnya Arka mau juga memakan masakannya meskipun harus dipaksa lebih dulu.
...----------------...
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!