"Tolong! Pencopet!" Mendengar teriakan seorang wanita berumur paruh baya, Deanda yang sedang membawa kotak berisi roti pesanan dari pelanggan yang harus diantarnya, segera meletakkan kardus itu di atas sepeda motornya, dan dengan cepat gadis itu berlari ke arah sumber suara yang meneriakkan pencopet.
“Nyonya, ke arah mana larinya pencopet tersebut?” Deanda langsung mendekat ke arah wanita paruh baya itu, memegang bahunya lembut dan segera menanyakan tentang pencopet yang abru saja diteriaki oleh Nyonya yang dari pakaiannya Deanda bisa tahu bahwa wanita itu berasal dari kalangan keluarga bangsawan, atau paling tidak keluarga yang cukup kaya raya.
“Ke arah sana, memakai topi biru dengan kaos bewarna merah,” Wanita itu menunjuk ke arah pencopet itu berlari. Deanda menyipitkan matanya, melihat sosok seorang laki-laki yang berlari tanpa memperdulikan sekitarnya sehingga menabrak beberapa orang yang berjalan di sekitarnya, membuat beberapa orang yang bersenggolan dengannya berteriak dan mengumpat ke arah laki-laki itu untuk menunjukkan kekesalannya karena tubuh mereka harus bersenggolan dengan cukup keras dengan tubuh pencopet itu.
“Nyonya tunggu di sini, saya akan menangkap pencopet tersebut,” Deanda berkata sambil tersenyum, seolah berusaha meyakinkan wanita korban pencopetan itu bahwa semua akan baik-baik saja.
“Eh, Nona, jangan mencari masalah! Berbahaya!” Tanpa memperdulikan teriakan dari wanita korban pencopetan itu Deanda berlari dengan gesit ke arah pencopet yang masih berusaha melarikan diri sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada seseorang apalagi petugas keamanan yang mengejarnya.
“Hei! Pencopet! Berhenti!” Mendengar ada teriakan dari seorang gadis ke arahnya, pencopet itu dengan sengaja berlari ke arah salah satu gang yang sepi sekaligus buntu.
Dan untuk beberapa saat kemudian Deanda yang berhasil menyusul pencopet itu berhenti di gang sepi dan buntu itu sambil berusaha mengatur nafasnya setelah berlari cukup kencang untuk beberapa saat tadi. Pencopet berwajah garang itu tampak sengaja berdiri di ujung gang buntu itu menghadap ke arah jalan, seolah-olah dengan sengaja sedang menunggu kehadiran Deanda dengan senyum miringnya yang menunjukkan bahwa pencopet itu benar-benar bukan pria baik-baik.
“Hei! Kembalikan tas yang baru saja kamu copet itu!” Pencopet yang dengan sengaja menanti sosok Deanda mendekat ke arahnya justru bibirnya menyeringai melihat sosok seorang gadis cantik yang dengan sengaja mengejarnya tanpa takut, berniat menjadi seorang pahlawan kesiangan baginya.
“Hei Nona cantik, aku kembalikan tas ini, tapi kamu harus menukarnya dengan tubuhmu!” Pencopet tersebut berjalan mendekat ke arah Deanda dengan matanya yang mengamati sosok cantik Deanda dari kepala sampai ke ujung kaki dengan tatapan penuh nafsunya dan lidahnya yang menjilati bibirnya yang tiba-tiba terasa kering melihat bagaimana cantiknya sosok gadis di depannya walaupun mengenakan pakaian yang terlihat murahan dengan rambut terikat dan tertutup oleh topi yang dikenakannya.
Pencopet itu terus mendekat ke arah Deanda sambil menyodorkan tas yang dipegangnya dengan tatapan mesum melihat bagaimana cantiknya sosok gadis yang terlihat sedang memandangnya dengan tajam, seolah tidak menyadari bahaya yang sedang mengancam dirinya saat ini.
“Jangan bicara seenaknya!” Tanpa menunggu laki-laki itu mendekat ke arahnya, Deanda bergerak dengan cepat ke arah laki-laki itu dan langsung melakukan tendangan memutar ke arah wajah pencopet itu, sehingga membuat laki-laki itu terjatuh, dan tas yang tadi dipegangnya dengan erat terlepas.
Dengan santai Deanda berjalan mendekati pencopet itu dan meraih tas yang terlepas dari tangan pencopet itu, lalu mengalungkannya ke leher jenjangnya.
“Sial! Berani sekali kamu menantangku!” Dengan susah payah, laki-laki itu berusaha bangun dari jatuhnya, sedang Deanda masih berdiri di depannya, sengaja menunggu laki-laki itu bangkit berdiri.
“Apa belum jera juga?” Mendengar perkataan Deanda, laki-laki itu mengambil pisau yang dia selipkan di pinggangnya.
Dengan mata melotot dan wajah memerah karena marah, laki-laki itu mendekat ke arah Deanda dengan pisau di tangan kanannya, menghujamkannya ke arah tubuh Deanda yang dengan cepat langsung menendang perut laki-laki itu, tangan Deanda bergerak dengan cepat menepiskan tangan kanan laki-laki yang sedang memegang pisaunya, dan dengan gerakan yang bahkan tidak sempat disadari oleh laki-laki itu, Deanda memutar tubuhnya ke arah belakang tubuh laki-laki itu dan mengunci kedua lengan laki-laki itu di belakang tubuhnya sendiri dengan sedikit memuntirnya.
“Akhhh…! Lepaskan aku!” Laki-laki itu berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan kesakitan dari laki-laki itu Deanda justru semakin mengencangkan kuncian tangannya, membuat wajah laki-laki itu semakin meringis karena menahan kesakitannya. Sebentar kemudian Deanda mendekatkan wajahnya ke telinga laki-laki itu.
“Kenapa? Apa kamu masih menginginkan tubuhku sebagai ganti tas ini? Dasar mesum! Aku akan membiarkanmu menyesali perbuatanmu di penjara!” Deanda berbisik dengan keras ke arah telinga pencopet tersebut yang hanya bisa meringis menahan sakit sekaligus amarah karena merasa malu, dengan mudahnya dikalahkan oleh seorang gadis cantik yang bahkan jika dilihat sekilas seperti seorang gadis yang lemah dengan tubuh kurus dan kulit putihnya.
“Ayo, berdiri! Kalau tidak ingin aku buat tidak bisa berjalan! Supaya polisi bisa langsung membawamu ke rumah sakit!” Deanda mendorong lengan yang terkunci di punggung laki-laki tersebut, sedikit menendang betis laki-laki itu, memberi tanda agar laki-laki itu berjalan keluar dari gang tempat mereka berbaku hantam barusan.
“Ke kanan!” Deanda memberi perintah agar laki-laki berjalan ke arah kanan, kembali ke tempat wanita yang menjadi korban pencopetan itu sedang menunggunya.
Wajah wanita berumur paruh baya itu terlihat cemas, dengan mata terus memandang ke arah Deanda pergi mengejar pencopet tadi. Walaupun dia merasa tidak rela kehilangan tasnya, namun dia juga mengkhawatirkan gadis itu. Bagi wanita itu bukan karena harga tas atau uangnya yang mahal yang membuatnya tidak ingin kehilangan tas itu, tapi semua kartu identitas dan kartu-kartu penting lainnya yang ada di dalam dompetnya yang membuatnya merasa tidak ingin kehilangan tas itu.
“Duchess Danella…,” Seorang pria berpakaian rapi yang berdiri di belakang wanita itu memanggil wanita itu dengan mata mengikuti ke arah di mana wanita itu mengamati, diikuti oleh seorang pria lain yang berpakaian sama dengannya.
“Aduh, kasihan gadis itu kalau sampai terjadi apa-apa,” Wanita paruh baya yang dipanggil Duchess itu berkata dengan nada khawatir.
“Duchess Danella, maaf kami datang terlambat,”
“Ah, tidak masalah, hanya saja sekarang aku jadi mengkhawatirkan gadis itu. Semoga dia baik-baik saja. Ada baiknya kalian berdua pergi ke sana untuk memastikan gadis itu baik-baik saja,” Kedua orang laki-laki itu langsung saling berpandangan mendengar perintah dari wanita itu.
“Kami tidak berani Duchess, Duke Evan sudah berpesan agar kami selalu menjaga keamanan Duchess Danella,” Wanita setengah baya yang dipanggil dengan sebutan Duchess Danella itu hanya bisa menarik nafas panjang mendengar perkataan dari pengawalnya.
Begitu mata Danella dari jauh melihat sosok seorang laki-laki berpakaian kaos bewarna merah dengan seorang wanita yang berdiri di belakangnya, Danella langsung tersenyum lega.
Deanda hampir saja mencapai posisi Danella yang berada di depan pintu mall terbesar di kota itu ketika tiba-tiba saja seseorang yang sedang berlari menabraknya dengan keras, sampai Deanda terjatuh, membuat tangannya yang sedang mengunci tangan pencopet itu terlepas, dan kesempatan itu benar-benar tidak disia-siakan oleh pencopet itu untuk melarikan diri, sedang laki-laki yang baru saja menabrak Deanda terhenti sejenak, terlihat mengelus bahunya yang sakit karena menabrak tubuh Deanda.
“Eh,” Deanda langsung menarik pergelangan tangan laki-laki yang baru menabraknya begitu melihat laki-laki itu hendak berjalan menjauhinya.
“Dasar tidak sopan! Sudah menabrak orang tidak mau minta maaf, mau langsung pergi begitu saja!” Deanda memandang ke arah laki-laki yang baru saja menabraknya dengan sedikit mendongak karena tubuh laki-laki itu menjulang tinggi jauh di atasnya. Laki-laki yang baru menabraknya itu terlihat memakai masker di wajahnya, menutupi sebagian hidung, bibir dan setengah dari wajahnya, namun Deanda tahu bahkan masker yang dikenakannya tidak bisa menutupi wajah tampan laki-laki itu.
Deanda mengamati wajah laki-laki di depannya. Laki-laki dengan tinggi hampir 190 cm, mata yang terlihat bening sekaligus tajam, mata hazelnya yang terlihat begitu indah, dengan alis melengkung sempurna di atasnya, keindahan mata hazel tersebut ditambah lagi dengan bulu mata lentik yang tebal dn melengkung indah. Walaupun tertutup masker Deanda bisa melihat dengan jelas bahwa pria di depannya sekarang memiliki hidung mancung yang terpahat indah di wajahnya. Pemilik mata hazel itu terlihat cukup terkejut dengan tindakan berani Deanda yang menarik pergelangan tangannya dan menahannya untuk pergi melanjutkan urusannya yang tertunda karena tanpa sengaja bertabrakan dengan Deanda.
(Warna mata hazel merupakan salah satu yang langka sebab jumlah melanin yang terdapat pada stroma iris mata jauh lebih rendah dari pada bola mata berwarna biru. Seseorang sering merasa keliru ketika menentukan warna bola mata ini, yang lebih sering disebut cokelat bahkan hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan mata hazel memiliki ciri-ciri lingkar cokelat dipupilnya. Warna mata ini sering ditemukan di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Warna hazel biasanya terdiri dari iris yang berwarna cokelat muda dan hijau keemasan. Warna ini sangat umum dimiliki orang-orang di Amerika Serikat dan Eropa, namun warna ini sangat jarang ditemui orang di daerah Timur Tengah, Afrika, dan Asia).
Tampan, tapi sayangnya tidak punya sopan santun, Deanda mengomel dalam hati dengan mata tetap menatap tajam ke arah laki-laki tampan di hadapannya, memandang laki-laki itu dengan pandangan mata yang mengamati dengan berani sekaligus menantangnya.
Tanpa mengeluarkan kata-kata, laki-laki itu hanya memandang Deanda dengan tatapan tajam sambil menepiskan tangan Deanda yang tadinya sedang memegang erat pergelangan tangannya. Begitu pergelangan tangan laki-laki itu lepas dari tangannya, Deanda melotot, dan berusaha meraih kembali pergelangan tangan laki-laki itu untuk meminta pertanggungjawabannya sudah membantu pencopet itu lepas darinya dan melarikan diri.
"Jangan mengganggu urusanku! Lebih baik kamu minggir dari depanku sekarang!" Laki-laki itu berkata dengan nada membentak ke arah Deanda, membuat bola mata bewarna amber milik Deanda yang seringkali membuat para pria terpesona, melotot semakin tajam ke arah laki-laki itu.
(Bola mata berwarna amber ini bisa dianggap sebagai warna yang paling unik dan langka, sebab warna yang dihasilkan dari amber ini seperti kuning tembaga. Jangan sampai tertukar dengan orang yang memiliki bola mata berwarna cokelat dan hazel ya, karena warna mata ini seperti berkilau keemasan. Kamu bisa menemukan orang dengan mata berwarna amber ini di Amerika Selatan dan juga negara-negara di Asia).
Dia yang duluan menabrakku, sekarang dengan arogannya menyuruhku menyingkir begitu saja tanpa merasa bersalah sama sekali. Rasanya ingin sekali aku tarik masker di wajahnya dan melihat dengan jelas wajah sombongnya, Deanda berkata dalam hati dengan sedikit mendengus karena merasa jengkel, lagi-lagi dalam hidupnya harus bertemu orang-orang tidak tahu bagaimana cara meminta maaf atas kesalahan yang mereka perbuat.
“Tuan! Sopan sedikit! Apa susahnya meminta maaf kalau memang bersalah!” Deanda meraih kembali pergelangan tangan laki-laki bermasker itu dan memegangnya dengan erat.
“Nona, maaf…,” Tiba-tiba seorang laki-laki muda berpakaian rapi, seperti seorang pengawal yang biasa dia temui di jalan-jalan di kota ini, berlari-lari mendekat ke arah mereka berdua, dan memegang tangan Deanda lembut, dan melepaskannya dari pergelangan tangan laki-laki yang ada di depan Deanda.
Di belakang laki-laki itu terlihat dua orang lain yang menyusul ke arah mereka. Begitu sampai di dekat mereka, kedua pria yang baru menyusul itu memilih untuk berdiri tegak dan diam, tepat di belakang tubuh pria bermasker itu. Membuat Deanda mengernyitkan alisnya, berusaha menebak siap pria bermasker di depannya, kenapa diikuti oleh beberapa orang berpakaian rapi seperti seragam.
“Kenapa kamu ikut campur? Jangan-jangan kalian gerombolan si pencopet tadi ya? Kalian sengaja membiarkannya lepas dari tanganku!” Deanda menjawab permintaan maaf laki-laki yang baru datnag itu dengan nada ketus, menunjukkan rasa tidak sukanya karena sudah membuat seorang penjahat lepas dari tangannya.
“Nona, jangan salah paham, kami tidak mengenal siapa pencopet yang sedang Anda bicarakan. Tapi percayalah Tuanku Alvi tidak sengaja menabrak Nona sehingga Nona melepaskan pencopet itu. Tadinya Tuan Alvi juga sedang mengejar seorang penjahat. Kami minta maaf,” Deanda memandang ke arah laki-laki tampan yang baru saja datang dan mencoba menjelaskan situasinya kepada Deanda.
Sepertinya pria yang berpakaian seperti pengawal itu adalah pria baik-baik, dia juga sangat sopan. Tapi pria yang dipanggil Tuan Alvi itu? Pantas saja sikapnya sok jagoan, ternyata dia adalah salah satu orang kaya yang mau sok jadi jagoan di negara ini, Deanda berkata dalam hati sambil memandang dari atas ke bawah baik laki-laki yang disebut Tuan Alvi maupun laki-laki yang baru datang, yang sepertinya adalah asisten atau pengawalnya.
Laki-laki yang dipanggil Tuan Alvi itu tampak melotot ke arah Deanda yang mengamatinya seolah-olah dia adalah seorang penjahat yang sedang tertangkap basah oleh gadis di depannya itu. Dan laki-laki tampan yang baru menyusulnya tadi tampak tersenyum ramah, tampak berusaha keras membuat Deanda tidak lagi marah, sekaligus menenangkan hati tuannya.
Deanda tidak begitu heran melihat keberadaan pengawal yang terlihat umum di negaranya yang memang memiliki sistem pemerintahan monarki absolut, walaupun sudah di jaman modern seperti sekarang ini. Dan di negara ini hampir semua orang kaya, terutama yang memiliki gelar bangsawan bersikap seperti raja atau pangeran. Dimana-mana mereka membawa pengawal untuk menunjukkan kedudukan mereka, yang kadang justru membuat rakyat miskin sepertinya hanya bisa mencibir karena sikap sok mereka yang ingin menyaingi keluarga kerajaan.
Bagi Deanda yang hanya rakyat biasa yang miskin, orang yang harus dihormati hanyalah raja dan anggota keluarga kerajaan, karena selama ratusan tahun secara turun temurun sudah memimpin negara ini, menjaga, membangun dan memberikan fasilitas umum yang mempermudah banyak rakyak miskin sepertinya bahkan keluarga kerajaan tidak segan-segan menyumbangkan kekayaan pribadi mereka untuk kepentingan rakyat, tapi tidak dengan para penduduk kaya yang berusaha bersikap seperti para anggota kerajaan.
Untuk Deanda mereka yang sok berkuasa tidak layak mendapatkan penghormatan dari rakyat yang sebenarnya memiliki kedudukan yang sama selain masalah ekonomi. Tapi tentu saja Deanda hanya bisa memikirkan itu di dalam pikirannya karena sebagai gadis miskin dia sadar dia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya kepada keluarga kerajaan.
"Nona, apa Nona baik-baik saja? Apa perlu kami membayar biaya pengobatan Nona?" Deanda sedikit mendengus melihat wajah dingin laki-laki yang baru saja menabraknya, namun mendengar kata-kata sopan dari laki-laki di samping Tuan Alvi yang menawarkan pengobatan untuknya, membuat emosi di dada Deanda sedikit surut.
"Tidak, tidak perlu, saya baik-baik saja. Tidak ada yang terluka. Anda tidak perlu khawatir Tuan," Laki-laki yang menawarkan pengobatan itu terlihat menarik nafas lega mendengar Deanda mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
"Nama saya Ernest. Nona tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan jika Nona mengalami kesulitan karena pencopet itu," Deanda langsung melambaikan telapak tangannya di depan wajah Ernest mendengar penawarannya barusan.
"Tidak perlu, percuma saja, pencopet itu sudah melarikan diri, akan sulit untuk menangkapnya,"
"Jangan khawatir Nona, setelh ini kami akan berusaha membantu Nona untuk menemukan pencopet itu dan membawanya ke kantor polisi untuk menerima hukumannya," Deanda mengernyitkan dahinya mendengar janji dari Ernest yang baginya tampak hanya sebagai pemanis di mulutnya, karena sehebat apakah Ernest yang hanya seorang pengawal salah satu orang kaya di negara ini bisa menemukan seorang pencopet yang sudah melarikan diri?
Akhirnya Deanda memilih menarik nafas dalam-dalam dan menyunggingkan sebuah senyum di bibirnya, berharap segera pergi dari hadapan Tuan Alvi yang tampak dingin dan pengawalnya. Sepertinya percuma saja memperpanjang percakapan dengan mereka, itu yang ada di pikiran Deanda sekarang. Apalgi tas wanita paruh baya yang tadi dicopet itu masih ada di tangannya, dia harus sesegera mungkin mengembalikannya.
"Tidak perlu dibahas lagi Tuan, lebih baik kalian menyelesaikan urusan kalian, aku juga akan mengurus urusanku sendiri," Deanda berkata sambil melirik ke arah Tuan Alvi yang tetap pada posisinya semula dengan wajah dan tatapan mata dinginnya.
"Kalau begitu maafkan kami. Tapi kami harus segera pergi. Maaf untuk ketidak nyamanan hari ini Nona," Deanda menganggukkan kepalanya, lalu membiarkan keempat laki-laki itu pergi menjauh.
Huh, dasar orang kaya sok berkuasa, untung saja pengawalnya selain tampan juga sopan. Laki-laki itu beruntung memiliki pengawal yang bisa menenangkan orang lain, kalau tidak pasti dia seringkali mendapatkan bogem mentah dari orang-orang di sekitarnya dengan sikap dingin dan sok berkuasanya, Deanda mengomel dalam hati sambil berjalan kembali ke arah depan mall tempat Nyonya yang tadi mengalami pencopetan yang sedari tadi terlihat terus mengamati apa yang terjadi antara Deanda dan para pria barusan.
"Maaf atas kejadian buruk hari ini Tuan. Juga atas hilangnya kesempatan kita untuk menangkap penjahat itu. Saya akan berusaha mencari keberadaan laki-laki itu secepatnya. Apa Tuan Alvi baik-baik saja? Sebaiknya kita segera pergi dari sini dan segera memeriksa kondisi kesehatan Tuan Alvi," Ernest berkata sambil menatap tuannya dengan pandangan mata terlihat begitu khawatir.
"Seperti katamu, kita harus segera pergi dan memeriksakan kondisiku sekarang juga," Laki-laki yang dipanggil dengan sebutan Tuan Alvi itu terlihat menarik nafas dalam-dalam dan memegang dadanya.
"Silahkan Tuan Alvi," Ernest yang berdiri di samping Tuan Alvi menggerakkan telapak tangannya lurus ke samping, memberi tanda agar Tuan Alvi berjalan lebih dahulu.
Dengan langkah elegan dan percaya diri laki-laki yang dipanggil Tuan Alvi oleh Ernest itu berjalan kembali ke depan disusul oleh kedua pengawalnya yang lain. Dan tanpa diketahui oleh siapapun mata hazel milik laki-laki bermasker tersebut melirik ke arah sosok Deanda yang sudah berjalan menjauh darinya ke arah Duchess Danella yang sedari tadi sudah menunggunya dengan wajah terlihat khawatir.
Negara Gracetian tempat Deanda tinggal merupakan negara yang tidak terlalu besar, namun tidak bisa dikatakan kecil, luasnya sekitar 320.000 km², memiliki sistem pemerintahan monarki absolut, kepemimpinan tertinggi dipegang oleh seorang Raja. Ibukotanya berada di Kota Tavisha yang memiliki arti keindahan seperti di surga. Bagi Deanda nama ibu kota tempatnya tinggal sekarang memang sangat cocok, mengingat bagaimana kota ini memliki banyak daerah dengan pemandangan yang begitu indah.
Negara Gracetian dibagi menjadi 5 bagian, Gracetian Tengah, Gracetian barat, Gracetian Timur, Gracetian Selatan dan Gracetian Utara. Dengan ibu kotanya, Kota Tavisha terletak di Gracetian Timur.
Udara di Kota Tavisha cukup dingin karena merupakan daerah dataran tinggi dengan lebih dari 30 persen wilayahnya masih merupakan daerah hijau dimana terdapat banyak taman kota dan hutan yang terpelihara dengan baik. Tidak perlu menghabiskan waktu lebih dari 2 jam di pinggiran Kota Travisha memiliki pemandangan pantai yang begitu indah, yang selama bertahun-tahun menjadi salah satu destinasi para wisatawan asing maupun para penduduk lokal, disana juga terdapat villa pribadi dari keluarga kerajaan yang telihat berdiri kokoh dan megah. Villa yang lebih menyerupai sebuah kastil yang sudah dibangun selama berabad-abad. Dari penampilan luarnya bangunan itu menunjukkan sisi klasik tapi di dalamnya dipenuhi oleh perabot-perabot mewah dengan segala fasilitas lengkapnya.
Negara Gracetian merupakan negara penghasil emas, minyak bumi, dan logam terbesar kedua di dunia, dan semuanya dikelola oleh anggota keluarga kerajaan karena semua tanah yang menghasilkan semua kekayaan itu berasal dari tanah pribadi keluarga kerajaan. Selain mengelola kekayaan alam, keluarga kerjaaan juga memiliki beberapa perusahaan besar yang salah satunya bergerak di bidang pengolahan makanan, karena tanah di negara Gracetian yang cukup subur sehingga menghasilkan hasil pertanian berkualitas tinggi.
Tingkatan Gelar Kebangsawanan di negara Gracetian
1. King (Queen) = Raja (Ratu)
Raja/Ratu adalah tingkat kebangsawanan dan penguasa monarki tertinggi dalam tingkatan kebangsawanan di negara Gracetian. Dalam bahasa Indonesia, gelar yang dapat disepadankan dengan emperor adalah kaisar dan maharaja. Bentuk wanita dari gelar kebangsawanan negara Gracetian ini adalah empress atau “permaisuri kaisar” atau “permaisuri maharaja”.
Kedudukan king (raja) secara umum memegang kendali tertinggi, Semua keputusan dan perintah dari seorang Raja dianggap mutlak, tidak bisa dibantah, harus dipatuhi. Bentuk wanita dari king adalah queen. Queen sendiri dapat digunakan sebagai gelar bagi seorang wanita yang memimpin kerajaan, sedang wanita yang menjabat sebagai istri dari Raja memiliki gelar permaisuri. Di negara Gracetian hanya diperbolehkan mempunyai seorang permaisuri, mereka tidak mengenal dan mengakui posisi selir. Raja diperbolehkan menikah lagi jika permaisuri sebelumnya meninggal atau mereka berdua memutuskan untuk bercerai.
2. Putra Mahkota
Putra Mahkota memiliki posisi tertinggi kedua di bawah Raja dan berpotendi besar menggantikan posisi Raja di masa depan. Memiliki kuasa dan bertindak sebagai wakil Raja saat Raja tidak sanggup menjalankan tugasnya karena alasan tertentu. Putra mahkota harus merupakan anak kandung dari seorang Raja dan permaisurinya, kecuali kondisi dimana permaisuri tidak memiliki anak, kedudukan putra mahkota bisa diturunkan ke saudara sepupu. Alasan lain posisi putra mahkota bisa berpindah ke adik putra mahkota jika ditemukan kesalahan berat dari putra mahkota sebelumnya atau putra mahkota sebelumnya tidak mampu menyandang dan mengambil tanggung jawab sebagai putra mahkota yang akan menjadi Raja periode berikutnya.
3. Duke (Duchess) = Adipati
Duke adalah salah satu gelar kebangsawanan yang kedudukannya di bawah King/Raja. Gelar ini disandang untuk pemimpin militer. Penganugerahan gelar duke seringnya sangat terbatas pada keluarga kerajaan atau pada mereka yang dipandang memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan layak di mata keluarga kerajaan. Bentuk wanita dari gelar ini adalah duchess yang dapat mengindikasikan seorang wanita yang menyandang gelar tersebut atas namanya sendiri, atau hanya sebatas istri dari duke. Duchess dapat diterjemahkan menjadi istri adipati atau adipati wanita jika dia menyandang gelar tersebut atas namanya sendiri, bukan karena pernikahan. Walaupun demikian, wilayah kekuasaan Duke dapat berupa negara bagian dari sebuah kerajaan.
Grand Duke (Adipati)
Grand duke menunjukkan penguasa monarki yang memiliki peran penting dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi, tetapi tidak cukup besar untuk dipandang sebagai kerajaan, posisinya mengepalai beberapa Duke. Bentuk wanita dari gelar ini adalah grand duchess dan wilayah kekuasaannya disebut grand duke.
4. Prince (Princess) = Pangeran\, Tuan Putri
Prince atau Pangeran adalah salah satu gelar kebangsawanan negara Gracetian. Bentuk wanita dari gelar ini adalah princess atau Putri. Pangeran sebenarnya juga merupakan gelar untuk kepala monarki yang tingkatannya di bawah raja, namun di negara Gracetian posisi Pangeran atau Putri berada di bawah Pangeran yang menjadi Putra Mahkota (yang merupakan calon Raja di masa depean) dan Duke. Posisi seorang Pangeran atau Putri bisa naik menjadi Putra Mahkota jika diketemukan Putra Mahkota yang sebelumnya tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai Putra Mahkota, ataupun naik menjadi Duke/Duchess jika mereka berjasa besar dalam bidang kemiliteran kerajaan.
5. Marquess (Marchioness)
Marquess adalah gelar kebangsawanan yang berada di bawah Duke dan Pangeran. Wanita yang berada pada tingkatan ini, baik atas namanya sendiri maupun sebagai istri dari marquess, menyandang gelar marchioness Perbedaan antara Marquess dan Count adalah tanah kepemimpinan marquess yang berada di tanah perbatasan negara. Hal ini menjadikan seorang marquess dipercaya untuk melindungi negara dari potensi serangan negara tetangga, menjadikan kedudukannya berada di atas count.
6. Count (Countess)
Count (pria) atau countess (wanita) adalah gelar kebangsawanan Negara Gracetian yang memiliki bermacam-macam status. Kata ini bermakna sekutu, dan kemudian bermakna “sekutu kaisar” atau “duta kaisar.” Di kerajaan Gracetian, count adalah pemimpin angkatan bersenjata tanpa peringkat yang spesifik.
7. Earl
Earl adalah gelar kebangsawanan yang berada di bawah marquess dan kedudukannya disamakan dengan Count, yang bermakna “kepala suku” yang memerintah sebuah wilayah atas nama raja. Tidak ada bentuk wanita dari kata earl, sehingga gelar countess menjadi padanan wanitanya, yang merujuk pada wanita yang berada di peringkat ini atas namanya sendiri, atau istri dari earl.
Earl berperan sebagai gubernur kerajaan. Berbeda dengan Duke, Earl tidak memerintah atas namanya sendiri. Earl memiliki kewenangan terhadap wilayah mereka dan hak untuk pengadilan pada mahkamah provinsi sebagai duta raja. Mereka juga dapat menarik denda dan pajak.
8. Viscount (Viscountess)
Viscount adalah gelar kebangsawanan Negara Gracetian yang memiliki beberapa macam status, tetapi secara historis berada pada peringkat menengah bawah. Bukan merupakan gelar turun-temurun dan memegang posisi tata usaha dan kehakiman. Bentuk wanita dari gelar ini adalah viscountess. Raja mengutus Count sebagai administrator sebuah provinsi dan wilayah yang lebih kecil sebagai gubernur dan komandan angkatan bersenjata, sedangkan viscount ditugaskan sebagai wakil count dalam mengurus provinsi, dan sering bertanggung jawab atas masalah kehakiman. Raja secara ketat menjaga agar jabatan count dan viscount tidak menjadi gelar turun-temurun, untuk menjaga kewenangan mereka dan menekan kemungkinan pemberontakan.
9. Baron (Baroness)
Baron adalah gelar kehormatan yang seringkali dapat diwariskan secara turun temurun. Bentuk wanita dari gelar ini adalah baroness. Dalam sistem peerage (sistem hukum yang terdiri dari gelar turun-temurun di berbagai negara, terdiri dari beberapa tingkatan bangsawan) di Gracetian, Baron berada di tingkat paling rendah dan di bawah viscount.
10. Baronet (Baronetess)
Baronet adalah gelar kehormatan turun-temurun yang tidak termasuk ke dalam peerage (gelar bagnsawan). Baronet tidak dipandang sebagai kelas bangsawan, atau termasuk bangsawan rendah. Bentuk wanitanya disebut dengan baronetess.
11. Knight atau Sir
Knight adalah gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh pemimpin monarki atau pemimpin politik lain kepada mereka yang telah berjasa terhadap monarki atau negara, biasanya jasa tersebut dalam bidang ketentaraan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!