Prang!!!!!!
Entah sudah yang keberapa ratus kali seorang pria tampan dengan wajah yang tegas dan sorot mata bagaikan elang memecahkan barang apa saja yang ada di hadapannya.
8 tahun yang lalu, seorang pria yang bernama Theodore Sulivan memergoki istrinya sendiri yang sangat ia cintai dan kasihi telah berbagi kehangatan ranjang dengan orang yang begitu ia kenal.
Seluruh percakapan sang istri yang sedang menari di atas tubuh sahabatnya sendiri masih lekat di ingatan Theo!.
"Ahhhhhh.... Ruben sungguh nikmat milikmu, sayang" racau Caroline sembari memaju mundurkan pinggulnya.
Theo bahkan bisa mendengar suara kedua kel@min beradu. Namun Theo lebih menekan rasa sakit hanya, ia ingin mendengar apa yang di katakan kedua pasangan laknat yang sedang berkubang dalam birahi yang menggebu.
"Milikmu juga sangat nikmat, sayang. Kamu selalu buat nafsuku menggelora" balas Ruben dengan mata yang merem melek.
"Suamiku, Theo tak sepertimu sayang. Kamu begitu lembut sedangkan Theo selalu bermain atas kepuasannya sendiri tanpa memikirkan kenyamanan diriku. Theo selalu bermain terlalu keras, membuatku merasa muak" Caroline mengakui semua kelemahan ranjang sang suami di depan selingkuhannya.
"Bercerai lah dengan dia, dan menikahlah denganku....Ahhhhhh.. Yesshhh baby...Nikmatnya" racau Ruben.
"Aku sudah ingin membuangnya, namun aku menunggu dia terbuai dan mau tanda tangan alih kuasa semua harta menjadi milikku" jawab Caroline.
Mendengar itu membuat level kemuakan yang dirasakan Theo semakin menggunung kepada sang istri. Jijik sekali ingin rasanya Theo bunuh kedua pasangan laknat itu.
Ternyata Caroline adalah wanita ular! Cinta yang begitu besar yang telah Theo berikan nyatanya tak cukup puas untuk Caroline. Selama ini Theo selalu menuruti apapun keinginan sang istri sekalipun sang istri tetap menjadi seorang model dan selalu pergi sampai berbulan-bulan lamanya tanpa memperdulikan putra mereka.
"Aku terlalu baik padamu selama ini. Aku bodoh" ucap Theo dalam hatinya.
"Ambil semua hartanya, lalu pergi dan kita akan hidup bersama" ucap Ruben.
"Secepatnya sayang..Ahhhhh..." balas Caroline.
Prokkk!!!
Prok!!!
Prokkk!!!!
Tepukan tangan dari arah pintu menghentikan aktifitas panas keduanya.
"Mas!!!"
"Theo"
Keduanya merasa dunia runtuh sementara Theo memandang mereka dengan perasaan jijik dan tatapan dingin nan tajam bagaikan delikkan mata elang yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Caroline bangkit dari atas tubuh Ruben, bahkan Theo bisa melihat milik Ruben yang terlepas dari dalam milik Caroline bahkan masih dalam keadaan on.
"Sayang, ini tidak seperti yang...."
Plak!!!!!
Kalimat yang belum selesai itu tergantikan oleh sebuah tamparan hebat.
"Apa arti pernikahan kita? Bisa-bisanya kau berbagi keringat dengan dia?" tunjuk Theo.
"Ruben brengsek, dasar pengkhianat padahal sebagian tender perusahaan ku selalu aku berikan padamu. Mulai sekarang aku akan menarik kembali apa yang sudah ku berikan padamu. Persetan sahabat, nyatanya kau bisa bermain gila dengan istri sahabatnya sendiri. Kalian sama-sama brengsek" ujar Theo bahkan sampai membuang ludah di hadapan Caroline dan Ruben.
Kedua manusia itu serentak langsung pucat pasi, ingin menjelaskan namun Theo lebih dulu pergi dari sana.
..
Luka 8 tahun yang lalu masih sangat berbekas di hati Theo, bukan lagi soal meratapi cintanya yang ternoda namun Theo lebih menjadi enggan untuk menyambung hatinya yang sudah patah. Baginya wanita hanyalah masalah yang membuat hidupnya rumit.
"Dady, kenapa dady selalu marah-marah?" tanya seorang anak laki-laki berumur 12 tahun bernama Rummy Roe Sulivan.
"Son, kamu sudah pulang sekolah, Nak? Daddy tidak sedang marah, hanya Daddy tak sengaja menjatuhkan vas kristal itu" balas Theo.
"Kebiasaan dady! Ini susah vas kristal yang ke 170 yang dady tak sengaja pecahkan" ucap anak itu.
Theo hanya tersenyum saja, mana mungkin ia menampakan kesedihan dan kesakitan hatinya pada putra semata wayangnya itu.
"Sebaiknya kamu ganti baju, lalu makan! Dady tunggu di meja makan" ucap Theo sembari mengusap kepala sang putra dengan lembut.
Rummy hanya mencebik, lalu pergi menuju kamarnya.
Ada satu hal yang Theo tidak tahu bahwa pria kecil yang menjadi satu-satunya alasan ia masih bisa kuat menjalani hidup itu terluka dalam hati kecilnya. Rummy anak yang sangat kekurangan kasih sayang walau Theo selalu mencukupi semua kebutuhannya namun tetap kurang bagi Rummy.
Pria tetaplah pria, walau Rummy masih kecil dan ada beribu pertanyaan di hatinya untuk kehidupan dirinya dan sang ayah, namun Rummy cukup merahasiakan dan menutup rapat dalam hatinya sendirian.
Ketika Rummy menanyakan dimana keberadaan sang Mommy, namun Theo hanya berkata bahwa mungkin Caroline bekerja dan tak akan pulang dalam waktu dekat.
"Dad, sudah 8 tahun aku tak melihat momny? Kemana dia Dad?" tanya Rummy yang ke 30 kalinya.
Dan jawaban Theo selalu sama yaitu:
"Mommy mu bekerja, mungkin nanti akan pulang menemui mu! Tenanglah, ada Dady disini tak perlu risau" hanya itu yang selalu Theo katakan.
Walau tak puas dengan jawaban yang hampir terulang, namun Rummy cukup paham bahwa kedua orang tuanya telah melalu banyak kemelut tanpa ia tahu apa kemelut itu.
Di meja makan, seperti biasanya hening tanpa adanya percakapan. Hanya denting sendok, garpu dan piring yang sesekali terdengar.
Rummy buru-buru menyelesaikan makannya, ia tidak selera makan dalam keheningan.
"Cepat sekali makannya, son?" tanya Theo.
"Aku masih ada tugas sekolah, Dad!" balas Rummy lalu meninggalkan Theo dalam kesendirian di meja makan.
...
Pagi harinya di sebuah sekolah elit, di gemparkan dengan beberapa siswa yang kedapatan merokok di gudang sekolah. Yang lebih mencengangkan lagi murid-murid itu masih duduk di kelas 1 SMP.
"Panggil semua orang tuanya" perintah kepala sekolah.
"Baik bu!" balas seorang guru BP yang masih sangat muda dan tentunya cantik.
Anak-anak nakal pun di baris kan di ruang BP.
"Mampus kita, gimana kalau orang tua kita tahu" ucap salah satu anak dengan gelisah.
Kemudian semua anak tampak berbisik merencanakan sesuatu.
"Kita temui Bu Hana" ucap salah satu anak yang tak lain dan tak bukan adalah Rummy.
Kelima anak itu menemui guru BP yang duduk di kursinya.
"Bu" panggil semuanya.
Hana menoleh.
"Ada apa?" tanyanya.
"Bu, kami mohon jangan di laporkan sama Mama dan Papa ya Bu, kami takut" ucap salah satu murid yang bernama Harry itu. Seorang anak pengusaha sukses karena rata-rata anak yang sekolah di SMP swasta itu orang-orang berada.
"Bu, Ibu pasti suka tas birkin kan? Atau parfum balenciaga?" tawar anak yang bernama Cristian.
"Atau Ibu suka liburan pakai kapal pesiar? Sebutkan saja yang Ibu mau" ucap anak yang bernama Antonio.
"Terus apalagi?" tanya Hana yang sudah tahu arah pembicaraan anak-anak orang kaya itu.
Walau rata-rata umurnya masih 12 tahun dan 13 tahun namun kemewahan sudah mereka ketahui.
"Bu, Papa ku pengusaha berlian di Swiss. Sebutkan aja Ibu mau cincin atau kalung yang seperti di pakai Lisa Blackping" ucap anak yang bernama Dante.
"Bu, Dady ku duda" ucap Rummy yang malah membuat Hana tertawa.
"Urusannya sama Ibu apa, Rummy?" tanya Hana.
"Tidak ada" balas Rummy sembari tertunduk.
"Dengarkan Ibu ya baik-baik, terimakasih kalian sudah ingin menawarkan segalanya kepada saya, namun kesalahan kalian ini fatal! Duduk di kursi kalian masing-masing, sebentar lagi orang tua kalian masing-masing datang kemari" ucap Hana membuat kelima anak itu seketika langsung pucat pasi.
Tak lama para orang tua mereka pun datang satu persatu.
Kelima anak itu sudah mendapat tatapan garang dari para orang tuanya.
"Maaf kami panggil Ibu dan Bapak selaku kelima orang tua murid karena ada hal yang ingin kami, pihak sekolah bicarakan" ucap Ibu kepala sekolah yang bernama Tiur itu.
"Apa yang sudah anak saya lakukan, Bu?" tanya orang tua murid yang terlihat sangat ketakutan.
"Bapak dan Ibu selaku wali murid, kami pihak sekolah ingin memberitahukan bahwa kelima anak-anak ini merokok di sekolah" ungkap Tiur.
Orang tua kelima murid itu langsung menatap garang kepada anak-anaknya tanpa terkecuali Theo.
Rummy dan kawan-kawannya hanya diam tertunduk, jelas sudah sepulang sekolah mereka akan di adili di rumah masing-masing.
"Tak mungkin Antonio merokok, Bu. Saya tahu anak saya karakternya seperti apa" ucap seorang wanita yang memakai pakaian mewah dan tas yang mahal bertengger di pundaknya.
"Begini saja, di antara kalian siapa yang terlebih dulu mengajak merokok?" tanya Hana.
Keempat anak itu serentak menunjuk Rummy membuat Theo yang dari tadi hanya diam langsung melotot tak percaya.
"Benar kamu Rummy?" tanya Theo dengan suara dingin.
Rummy hanya menunduk saja karena ia tak kuat untuk sekedar menatap wajah Theo.
"Bu Hana silahkan urus sama Ibu, saya ada rapat di kementrian pendidikan" ucap Tiur.
Hana mengangguk, sekarang dirinya yang menghadapi para orang tua murid.
Hana dapat melihat keempat anak sedang di omeli habis-habisan oleh para orang tuanya, kecuali Rummy yang tertunduk dan Theo yang diam tanpa reaksi, namun Hana bisa membaca bahwa Rummy sedang sangat ketakutan.
"Maaf Ibu dan Bapak, karena putra-putra anda sudah melanggar tata tertib sekolah, kami dari pihak sekolah memberikan skors selama 1 minggu untuk merenungkan kesalahan anak-anak anda semua. Silahkan di isi surat keterangan tidak akan melanggar lagi" ucap Hana sembari memberikan selembar surat pada masing-masing orang tua.
Kelima anak itu pun di perbolehkan pulang lebih awal.
Sesampainya di rumah, Rummy masih enggan bicara dengan Theo. Pria kecil itu buru-buru ingin masuk kedalam kamar namun suara bariton menghentikan langkahnya.
"Dady tak mengizinkanmu masuk ke kamar" ucap Theo dengan suara menggelegar.
"Habislah aku!" ucap Rummy dalam hatinya.
"Baiklah Dad" balas Rummy.
Kedua pria berbeda generasi itu duduk di kursi saling berhadapan.
"Sejak kapan kamu merokok? Siapa yang mengajarimu?" tanya Theo dengan nada dingin.
"Tidak ada Dad!" jawab Rummy tetap dengan kepala menunduk.
"Angkat kepalamu, dan pandangi lah lawan bicara" ucap Theo.
Rummy pelan-pelan mengangkat kepalanya dan memandang wajah sang ayah.
"Maafkan aku, Dad!" Rummy akhirnya berkata sembari menangis.
"Siapa yang mengajarimu?" tanya Theo sekali lagi.
"Tidak ada, Dad!" jawab Rummy.
"Sudah tahu salahnya dimana?" tanya Theo.
Rummy mengangguk, lalu merogoh sesuatu dari dalam saku celana seragam sekolahnya.
"Satu minggu tak ada ponsel ataupun laptop! Belajar yang benar, dan renungkan kesalahanmu di dalam kamar!" ucap Theo.
Rummy memberikan ponselnya pada sang ayah, mau berontak pun rasanya tidak berani, karena ia merasa memang sangat bersalah.
"Pergi ke kamar, nanti Bik Lasmi yang akan mengantar makanan" ucap Theo dengan tegas.
Rummy pun berjalan gontai ke kamarnya, satu minggu tanpa ponsel dan laptop rasanya ia sudah tidak ingin mengulangi kesalahan lagi.
Theo penasaran karena ia tidak pernah mengecek ponsel sang putra, ia pun ingin mengetahui apa saja yang selama ini sang putra kerjakan.
Di lihat dari aplikasi dan poto semuanya tidak ada yang aneh, namun ada satu folder yang di namai Mommy masa depan. Melihat itu Theo penasaran dan membukanya.
Ia terkejut karena di dalam folder itu banyak sekali poto wanita yang tadi ia temui di sekolah.
"Ini kan guru yang ada di ruang BP! Kenapa Rummy menyimpan poto-potonya?" Batin Theo bertanya-tanya.
Ada satu poto Rummy dan Hana yang sedang membawa beberapa bingkisan berlatar belakang panti asuhan, membuat Theo terkesiap.
"Banyak yang aku tak tahu dari putraku sendiri!" gumam Theo.
"Dan sejak kapan Rummy dekat dengan wanita ini?" sambungnya lagi.
Seharusnya Rummy menyimpan banyak poto Caroline di ponselnya namun kenyataannya tak ada satu pun poto wanita yang melahirkannya melainkan poto Hana yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidup Rummy.
Di dalam ponsel Rummy juga ada sebuah catatan yang bertanggal sewaktu dia baru pertama masuk sekolah SMP.
Theo langsung membaca catatan itu.
"hari ini aku ceroboh sekali, kenapa aku bisa terjatuh padahal jalanan landai. Hari ini juga tepat aku pertama kali masuk ke sekolah dan kakiku sakit, namun tiba-tiba ada bidadari yang menolongku. Dia terlihat sangat cantik, lembut dan baik hati.
Aku sempat membaca name tag nya bertuliskan Hana Pertiwi. Oh Ibu Hana ternyata guru sejarah dan sekaligus guru BP di sekolahku. Jika boleh jujur, aku menyukainya tapi tak mungkin Ibu Hana mau dengan ku yang masih kecil ini. Ibu Hana tersenyum kepadaku dan mengelus kepalaku seperti seorang ibu pada anaknya.
Aku berharap Ibu Hana mau menjadi mommy ku, namun aku tak berani bicaranya. Aku janji aku akan berlaku apapun agar bisa sering-sering bertemu dengannya.
Ibu Hana, baik, cantik dan ramah padaku. Jika aku dewasa nanti aku ingin menikahinya tapi jika kami tidak berjodoh, maka aku akan jadikan dia mommy ku. Karena aku sering kasihan pada Daddy yang selalu menghabiskan waktunya dalam kesendirian dan yang Daddy tak tahu kalau aku sebenarnya mengetahui bahwa perceraian mereka di dasari perselingkuhan Mommy Caroline sampai aku tak pernah menanyakan dia lagi."
Tak terasa air mata Theo menetes! Sang putra ternyata menyimpan rahasia seorang diri dan mengetahui sebab mereka bercerai.
"Pantas dia tidak pernah tanyakan lagi ibu nya!" gumam Theo.
"Dan sebab itu sekarang di sering buat gara-gara di sekolah karena ingin sering bertemu dengan gurunya" sambung Theo.
Theo kini menyimpan lagi ponsel milik Rumny, ia akan kembali ke kantor sekarang.
..
Sementara Rummy merasa jenuh berdiam diri di kamar. Ia pun keluar dari kamarnya mencari telepon rumah.
"Aku kangen suara Mommy Hana!" ucap
Rummy.
Ia pun melakukan panggilan telepon ke nomor ponsel Hana.
Di dalam kelas Hana sedang mengajar kelas 9, dirinya tidak mendengar karena sedang menerangkan materi tentang perang dunia kedua dan sejarah kelam NA*I di Jerman.
"Tidak ada yang membenarkan peperangan ya anak-anak karena itu akan menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan belaka bagi umat manusia" ucap Hana.
"Bu, sepertinya Ibu adalah orang yang susah move on ya?" kelakar salah satu siswa.
"Maksudnya bagaimana Lutfi?" tanya Hana.
"Ya Ibu kan selalu mengenang masalalu..hahaha" balasnya sembari tertawa di ikuti oleh siswa lainnya.
Hana juga ikut tertawa dengan celotehan muridnya.
Hana kemudian berjalan mendekati Lutfi lalu duduk di sampingnya membuat semua murid-murid berseru riang dan menertawakan Lufti, berbeda dengan Lufti yang malah merasa gerogi.
"Cinta-cintaan mulu ya kamu, sini Ibu elus dulu kepalanya" ucap Hana sembari mengelus kepala Lutfi membuat semua murid laki-laki merasa iri dengan Lutfi.
"Ukh tangannya lembut banget" ucap Lutfi dalam hatinya.
"Bu Revan juga mau di elus" rengek murid yang satunya lagi.
"Maunya...wuuuuuuuuuuuuuhhhhh" sorak semua murid-murid.
Waktu menunjukan pukul 20:00 wib, Theo melihat jalanan masih sangat macet. Capek bekerja di tambah ketika pulang jalanan masih sangat padat membuat Theo memijat keningnya.
Theo pun membuka kaca mobilnya namun netranya terpaku kepada seorang gadis yang sedang tertawa bahagia di atas sebuah motor yang di kemudikan seseorang.
"Bunda telat sih dandan terus, jadikan kita kena macet" ucap seorang pria sembari mengelus paha sang gadis dengan lembut.
"Dia kan???" gumam Theo saat melihat gadis itu yang ternyata Hana bersama kekasihnya.
"Maafin Bunda ya Ayah, habisnya Bunda mau coba catokan baru yang di kasih Ayah kemarin! Terimakasih ya Ayah sayang, Bunda makin cinta sama Ayah" ucap Hana sembari memeluk sang kekasih dengan manja tak sadar ada Theo di sampingnya.
"Ckkkk!! Di sekolah saja gayanya seperti penuh wibawa, ternyata aslinya sangat menggelikan" cibir Theo.
Hana dengan iseng mencubit manja perut sang kekasih membuat pria di depannya mendesah manja.
"Auwwww Bunda mah, atit" rengek pria itu.
"Ayah manja, Ayah manja" balas Hana sembari memukul pelan punggung sang kekasih.
"Hmmmmmm" Theo berdehem membuat Hana menoleh.
Seketika Hana melotot saking terkejutnya ketika melihat orang tua muridnya melihat dirinya yang jauh dari kesan seorang guru.
"Pak!!" Hana tersenyum pada Theo seraya mengangguk namun Theo tak merespon anggukan kepala Hana.
"Dasar murahan" cibir Theo pada Hana lalu pria kaku itu kembali pintu mobil mewahnya.
Tentu Hana tidak terima dengan tuduhan yang Theo ucapkan, ia turun dari motor sang kekasih di tengah kemacetan lalu mengetuk pintu mobil Theo.
Theo membuka lagi kaca mobilnya ingin mendengar reaksi Hana.
"Pak, kenapa anda sebut saya murahan? Ada masalah apa dengan saya?" tanya Hana dengan wajah garang yang sialnya begitu imut di mata Theo.
Tadi di sekolah ia tidak terlalu memperhatikan Hana karena sedang kesal dengan Rummy, namun malam ini terlihat jelas wajah cantik Hana.
"Pacaran jangan di jalan, apalagi anda seorang guru" ucap Theo.
"Guru kan di sekolah, kalau di luaran bebas saya mau ngapain aja" balas Hana.
"Bunda ayo, kendaraan di depan sudah mau jalan" ajak sang pacar dari atas motor.
"Iya Ayah, ayo kita berangkat" balas Hana.
"Ckkkk Ayah Bunda" ledek Theo.
"Itu panggilan sayang kami!" balas Hana lalu kembali naik motor Beat sang kekasih.
Thoe tergelak, menurutnya panggilan Ayah Bunda dari sepasang kekasih sangatlah menggelikan.
"Rummy ternyata dia sangat tidak jelas! Jika kamu tahu yang sebenarnya mungkin kamu tidak akan mau lagi menjadikan dia wanita favoritmu" ucap Theo sembari melajukan lagi mobilnya.
Berbeda dengan Theo, kini mood Hana hancur berantakan gara-gara di katai wanita murahan oleh salah satu orang tua muridnya.
"Gelato-nya makan dong Nda!" ucap sang kekasih yang bernama Riko itu.
"Gak mood, Ayah" balas Hana.
"Bunda kenapa sih sejak papasan sama orang itu kok jadi diem melulu? Bunda anggap Ayah patung, gitu?" kesal Riko.
"Bukan begitu, Yah! Jangan salah paham. Bunda cuma sakit perut aja sebenernya, nahan-nahan takutnya keluar" Hana mencoba mencari alasan.
"Bunda pengen e'e?" tanya Riko.
Hana mengangguk padahal dirinya tidak ingin BAB.
Riko lalu mempersilahkan Hana untuk mencari toilet.
Di dalam toilet, Hana mengelus dadanya karena masih sakit hati dengan ucapan Theo. Ia rasa Theo sudah menuduhnya padahal ia pacaran dengan Riko tak pernah macam-macam bahkan untuk sekedar ciuman saja paling cuma cium di kening dan pipi.
"Padahal anaknya pendiam, tapi Bapaknya nyebelin" gerutu Hana.
Hana pun keluar lagi, dan menemui Riko.
"E'e nya udah?" tanya Riko.
Hana mengangguk.
"Warna apa?" tanya Riko.
"Dominan ijo!" balas Hana.
Mereka memang pacar yang sangat absurd, tak ada kecanggungan antara Hana dan Riko sampai sering sekali mereka bertanya sudah kentut yang keberapa kali hari ini...😂😂😂😂
"Pulang?" tanya Riko.
Hana mengangguk!
Lebih baik dirinya istirahat dari pada terus kepikiran soal perkataan Theo yang tadi.
Sesampainya di rumah, Hana sudah di tunggu oleh Ibunya.
"Asalamuallaikum Ma" ucap Hana.
"Waalaikumsallam! Loh kok cemberut gini?" tanya Sekar sang Mama.
"Hana lagi sakit perut Ma! Yasudah saya pamit dulu" Riko menyalami Sekar.
"Hati-hati di jalan Nak Riko" ucap Sekar
Riko hanya senyum saja lalu kembali melajukan motornya.
Keesokan paginya seperti biasa Hana pergi ke sekolah mengajar namun Tiur sang kepala sekolah memanggilnya.
"Bu Hana, apa selepas mengajar di sekolah Ibu punya waktu luang?" tanya Tiur.
"Memangnya ada apa Bu?" tanys Hana balik bertanya.
"Rummy Sulivan, murid yang di skors kemarin ingin ibu mengajar di rumahnya semacam home schooling satu minggu full. Tenang gajinya lumayan loh, bahkan bisa sama seperti gaji satu bulan ngajar di sekolah" papar Tiur.
"Rummy Sulivan, berarti aku harus ketemu sama Om-om nyebelin itu" ucap Hana dalam hatinya.
"Yang lain saja Bu, jangan saya" tolak Hana.
"Bu Hana, please!! Pak Theo adalah donatur tetap di sekolah kita, dan beliau lah yang meminta sendiri untuk anda menjadi guru putranya" Tiur sampai memohon pada Hana.
Tak enak hati menolak tawaran sang kepala sekolah, lagi pula Tiur sudah banyak menolong dirinya Hana pun akhirnya setuju.
"Ini kontak Pak Theo, silahkan hubungi terlebih dahulu" perintah Tiur.
Hana mengangguk dan ragu-ragu mengambil kartu nama milik Theo.
"Theodore Sulivan" gumam Hana ketika membaca sebuah nama pada kartu berwarna silver itu.
Sesudah pulang sekolah, Hana langsung menghubungi kontak Theo.
Tak butuh waktu lama, Theo langsung mengangkat no asing itu.
"Hallo Pak! Saya di tunjuk oleh sekolah untuk mengajar Rummy di rumah" ucap Hana.
"Diam sebentar di depan gerbang sekolah, saya akan menjemput kamu" balas Theo langsung mematikan ponselnya.
"Aneh deh tuh om-om" gerutu Hana.
Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan Hana.
Theo keluar dari mobil, menghampiri Hana.
"Pak sekarang?" tanya Hana.
"Tahun depan!" ketus Theo.
Sumpah wajah Theo terlihat sangat menyebalkan di mata Hana.
Hana ingin menangis rasanya, kenapa Rummy yang Hana selalu sebut murid pendiam itu mempunya orang tua yang menyebalkan.
"Ayo!" ucap Theo sembari berjalan kembali ke mobilnya di ikuti Hana.
Hana terkejut tiba-tiba Theo mendekatinya bahkan kini wajah Theo tepat di hadapan Hana. Jika saja Hana sedikit memajukan Bibirnya, mungkin bibir keduanya sudah beradu.
"Nafasnya harus sekali" batin Hana kala mencium aroma mint dari nafas Theo.
Entah kenapa Hana tiba-tiba memejamkan matanya kala bibir Theo satu cm lagi di hadapannya.
"Kamu berharap saya cium?" ejek Theo.
"Ehhh!!!" Hana terkejut lalu membuka kembali matanya.
"Tidak Pak!" balas Hana.
"Ckkk!!! wanita mana yang bisa menolak saya!" ucap Theo dengan percaya diri.
"Saya!" balas Hana.
"Lihat saja kau pun tidak akan menolaknya, kelinci manis" ucap Theo dalam hatinya.
Lalu terlihat bibirnya menyeringai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!