Pagi itu Faiz sedang membereskan baju dan memasukannya ke dalam koper karena hari ini dia akan pergi ke luar kota untuk pekerjaan. Namun alasan utamanya buka itu melainkan Faiz harus menghindari pernikahan Naira gadis yang sepuluh tahun ini menjadi satu-satunya yang ada dalam hati Faiz.
"Bang" panggil Dira sang adik yang hanya kelihatan kepalanya saja di pintu.
"Apa? " jawab Faiz lalu Dira masuk karena sudah di jawab sang abang.
"Abang yakin gak mau lihat Naira nikah? " tanya Dira setelah duduk di samping sang kakak.
Faiz hanya melirik saja lalu melangkah pergi menuju lemari dan berkata "kenapa gak yakin?, abang senang jika Naira sudah dapat pujaan hatinya tapi abang gak bisa hadir jadi abang cuman berdoa saja jika Naira bisa bahagia dengan suaminya" sambil memasukan baju ke dalam koper.
"Tapi perasaan ku, aku merasa jika Naira gak senang dengan pernikahan ini" ujar Dira.
Faiz lalu duduk dan berkata "Ini sudah keputusan dia, berarti dia bahagia dengan pilihannya".
" Iya sih bang, tapi... "ucapannya terhenti karena tiba-tiba bahu Dira di tepuk Faiz " sudah jangan pikirkan orang lain sekarang pikirin kamu kapan nyusul"ucap Faiz.
"Dih yang ada abang dulu baru aku" balas Dira dan Faiz hanya tersenyum.
"Kalian meributkan apa sih? " tanya sang mama tiba-tiba.
"Ini ma, masa abang nyuruh aku nikah duluan, kan yang ada abang dulu" beritahu Dira sang adik pada sang mama.
"Bener itu kata Dira, harus abang dulu yang nikah" ucap sang mama.
"Iya-iya abang pulang dari luar kota nikah" ucap Faiz membuat sang mama menggelengkan kepala karena sang anak susah banget di suruh nikah padahal sang mama ingin cepat-cepat punya cucu. Padahal selama ini sang mama tidak pernah capek mengenalkan anak-anak temannya yang cewek tapi semuanya di tolak.
Faiz sudah siap dan dia langsung pamit untuk ke luar kota karena sudah di jemput Adrian sang asisten.
"Faiz berangkat dulu ma" pamitnya lalu salim pada sang mama dan nenek.
Faiz langsung berangkat bersama Adrian namun saat di tengah jalan Faiz minta Adrian untuk ke rumah Naira karena dia ingin melihat Naira sebelum pergi ke luar kota.
"Kenapa lo gak pernah jujur saja sih sama orang tua lo kalau lo jatuh cinta sama Naira? " tanya Adrian yang tak. lain sahabat Faiz.
"Gue malu karena dulu gue pernah cuekin dia karena dulu gue belum punya perasaan tapi setelah dia pergi barulah aku sadar jika aku mencintainya" jawab Faiz.
"Ya penyesalan memang gak akan datang di awal tapi di akhir" ujar Adrian dan Faiz dia tersenyum.
Mereka pun langsung pergi dan melanjutkan perjalanan mereka.
Di tempat lain yaitu di rumah Naira, Naira dia sedang mempersiapkan undangan karena hari ini akan di sebar. Namun tiba-tiba saat melihat nama Faiz tertera di undangan Naira dia merasa bersalah karena menikah lebih dulu dari dia.
"Ma, aku heran deh sama bang Faiz" ucap Naira dan sang mama melirik "heran kenapa? " tanya sang mama.
"Bang Faiz kenapa belum nikah ya sampai sekarang? " tanya Naira.
"Ya mana mama tau kan mama gak pernah nanya juga sayang" jawab sang mama.
"Ya siapa tau tante Erika cerita sama mama" ujar Naira.
"Yang ada tante Erika juga bingung kenapa anak pertamanya itu susah banget dekat dengan cewek" balas sang mama.
Setelah surat undangan siap barulah di berikan kepada orang yang bertugas untuk menyebarkan undangan. Setelah undangan tersebar Naira dan keluarga pun mulai sibuk dengan persiapan acara pernikahan.
Dua hari menjelang pernikahan Naira Faiz menghubungi Dira sang adik untuk mengambil kado yang sudah dia persiapkan untuk Naira di kamarnya. Dira pun masuk ke kamar Faiz dan mencoba mencari apa yang di suruh sang abang. Namun Saat Dira mencari kado itu Dira tak sengaja menjatuhkan sebuah buku dan Dira langsung mengambilnya namun tiba-tiba sebuah foto jatuh lalu Dira mengambilnya namun saat di lihat Dira terkejut ternyata itu foto Naira sahabatnya yang dua hari lagi akan menikah.
"Kenapa abang simpan foto Naira? " pikir Dira.
Dira pun langsung membuka buku yang di pegang dan membacanya namun Dira di buat terkejut ternyata isi buku itu curahan hati sang abang yang selama ini memendam perasaannya pada Naira karena dia merasa menyesal tidak pernah membalas perasaan Naira sejak dulu. Dira pun tidak pernah menyangka jika selama empat tahun Naira kuliah di luar kota sang abang selalu mengawasinya.
"Jadi ini alasan abang tidak mau menghadiri pernikahan Naira" gumam Dira.
Setelah puas membaca semua isi buku itu Dira pun menyimpan kembali ke tempat asalnya dan dia langsung mengambil kado untuk di berikan pada Naira. Dira keluar dan dia berpapasan dengan sang mama.
"Kamu habis nangis sayang? " tanya sang mama sambil menyentuh wajah Dira.
"Em... Dira cuman kesal saja sama Marcel ma, dia ajak beli kado dia malah bilang sibuk" jawab Dira berbohong.
"Ya mungkin dia memang lagi sibuk sayang, jadi perginya sama mama saja ya sayang! " ajak sang mama.
"Ga usah ma, tadi Marcel bilang sore dia bisa" jawab Dira menolak ajakan sang mama karena nanti sore dia memang akan pergi dengan sang pacar.
Waktu pun tak terasa dan ini malam terakhir Naira menjadi gadis karena besok dia akan menjadi istri orang. Naira saat ini sedang sedang persiapan untuk besok tubuhnya sedang di mulut dan tangannya sedang memakai hena. Namun tiba-tiba Naira mendapat kabar jika Gilang calon suaminya di tangkap polisi atas tuduhan pengedar obat-obatan terlarang. Naira dia langsung berlari keluar untuk memberitahu sang ayah namun Naira terhenti karena sang ayah sudah mendapat laporan dari anak buah ayahnya Dira. Sang mama melirik Naira yang terdiam tak jauh dari dirinya. Sang mama mendekatinya dan memeluknya.
"Sabar sayang" ucap sang mama menenangkan.
Naira dia cuman menangis karena hari pernikahannya harus hancur begitu saja dan batal membuat semua keluarga malu.
Kian yang mendapat kabar jika calon suami dari anak sahabatnya itu di tangkap polisi dia langsung datang ke kediaman sang sahabat. Dira dan sang mama pun ikut, Dira dia langsung menemui sang sahabat dan mencoba menghiburnya.
Namun Dira tidak tega melihat sahabatnya sedih dan merasa bersalah telah membuat keluarganya malu karena batalnya pernikahan ini. Dira dia langsung keluar dan menemui para orang tua.
"Ma, pa, om dan Tante Dira ingin bicara" ucapnya dan semua orang melihat kearah Dira.
"Apa yang ingin kamu bicarakan Dira? " tanya Kian sang papa.
"Dira minta jangan batalkan pernikahan ini" ucap Dira.
"Jangan batalkan gimana?, mempelai prianya saja tidak ada" ucap Dimas sedikit marah.
"Naira nikahkan saja dengan Faiz" ucap Dira membuat semua orang kaget.
"Jangan ngawur kamu Dira, abang kamu pasti gak mau" ucap sang mama yang tau bagaimana tabiat sang anak.
"Dia pasti mau" yakin Dira.
Sudah tiga hari Faiz berada di luar kota dan malam ini dia baru saja akan istirahat namun tiba-tiba ponselnya berdering.
"Siapa malam-makam begini telepon" gumam Faiz sambil mengambil ponselnya yang ada di meja.
"Dira!. Ngapain ni anak telpon jam segini" gumamnya lagi.
Faiz pun langsung mengangkat teleponnya dan Dira di sebrang sana pura-pura khawatir dan memberitahu jika sang oma sakit dan minta Faiz pulang. Faiz yang mendengar itu tidak berpikir macam-macam dia langsung pulang begitu saja setelah membangunkan Adrian yang sedang terlelap.
"Cepetan Adrian" ucap Faiz kesal melihat Adrian mengendarai mobil dengan pelan.
"Bapak yang terhormat, kamu mau kita celaka? " tanya Adrian.
"Ye enggak lah" jawab Faiz.
"Nah makanya Gue menjalankan mobil dengan pelan karena kondisi ku yang masih setengah sadar karena ngantuk" ucap Adrian membuat Faiz langsung terdiam.
Namun tiba-tiba Adrian baru ingat jika siang ini adalah acara pernikahan Naira terus jika Faiz pulang apa dia sanggup melihat gadis pujaan hatinya menikah dengan pria lain. Adrian melirik Faiz yang terdiam dan itu membuat Faiz bingung.
"Kenapa lo liatin gue kaya gitu? " tanya Faiz.
"Em.. lo yakin mau balik sekarang? masih jauh ni " ucap Adrian.
"Maksud lo gue gak ngerti? " tanya Faiz.
Adrian membuang nafas kasar lo berkata "Besok Naira nikah lo".
" Gue gak peduli karena yang penting sekarang oma, paling gue diam di rumah sakit"ucap Faiz dengan raut wajah khawatir dan Adrian tau jika sahabatnya ini gak akan sanggup melihat Naira menikah.
Adrian pun langsung tancap gas setelah mendengar jawaban pasti Faiz. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam Faiz sampai di kediaman sang oma karena tujuannya adalah melihat keadaan sang oma.
di dalam rumah sudah berkumpul semua keluarga menunggu Faiz pulang. Faiz langsung turun dan masuk di ikuti Adrian.
Faiz melihat semua keluarga berkumpul berati sang oma sakitnya parah.
"Oma mana? " tanya Faiz dengan khawatir.
"Oma disini" jawab sang oma muncul dari dapur dengan keadaan sehat-sehat saja.
"Loh, Dira bilang oma sakit! " ucap Faiz yang kaget melihat kondisi sang oma baik-baik saja.
"Oma sakit karena mikirin kamu gak mau nikah-nikah" jawab sang oma setelah duduk.
"Faiz duduk! " titah sang papa Kian dan membuat Faiz bingung lalu mengikuti perintahnya Faiz pun duduk di samping Dira sang adik.
"Papa akan bicara langsung pada intinya" ucap Kian sedangkan sang mama memasang wajah khawatir takut sang anak tidak mau.
"Papa minta sama kamu untuk gantiin mempelai prianya Naira" ucap Kian membuat Faiz kaget dan bingung begitu pun Adrian yang mendengar itu semua.
"Maksud papa apa? " tanya Faiz.
"Gilang calon suaminya Naira di tangkap polisi saat sedang pesta minuman keras dan Gilang di nyatakan sebagai pengedar obat-obatan" jawab sang papa Kian membuat Faiz bingung.
"Papa kasian pada om Dimas jika pernikahan ini harus batal karena semua undangan sudah di sebar dan persiapan pernikahan sudah selesai semua. Jadi papa mengusulkan kamu untuk jadi penggantinya" penjelasan Kian sang papa.
Dira berbisik pada sang kakak "Gak akan ada kesempatan lagi bang, jangan sampai di ambil orang lagi" ucap nya membuat Faiz sang kakak melirik Dira karena Dira sepertinya tau sesuatu.
Dira menu bukan foto diary sang kakak yang di temukan dia kamarnya. Faiz langsung melotot ke arah Dira dan Dira sang adik dia cuman tersenyum.
"Faiz, mama sudah capek cariin jodoh buat kamu jadi sekarang kamu mau ya! " bujuk sang mama.
"Udah Terima saja" ucap Adrian yang ikut senang karena akhirnya sang bos bisa mendapatkan sang pujaan hati.
"Ya sudah Faiz mau pa" jawab Faiz membuat semua orang senang dan sang oma langsung menyerahkan baju pengantin ke Faiz dan menyuruhnya cepat-cepat ganti. Faiz mengambilnya lalu membawanya ke kamar dengan di ikuti sang adik Dira.
"Ngapain lo ikuti gue? " tanya Faiz saat tau Dira mengikutinya.
"Mau bantuin abang pakai baju" jawab nya asal.
"Dih gue bisa pakai sendiri" ucap Faiz.
"Bang" panggil Dira dan Faiz hanya bergumam.
"Abang kenapa gak pernah cerita sih jika abang suka sama Naira? " tanya Dira.
"Kamu kan udah baca bukunya ngapain nanya lagi? " balik tanya Faiz.
"Ya aku gak baca semua, aku cuman baca jiak abang suka sama Naira itu saja" jawab nya membuat Faiz berbalik lalu menatap sang adik.
"Jangan bilang kalau ini kamu yang usulkan? "tanya Faiz dan Dira dia hanya tersenyum dan langsung lari keluar dari kamar sang kakak karena takut sang kakak marah.
Setelah selesai Faiz keluar dengan memakai baju pengantin membuat sang oma senang.
" Akhirnya cucuku menikah juga"ucap sang oma.
"Perasaan waktu aku nikah oma gak senang gitu deh" ucap Davin iri.
"Lah kata siapa? justru oma yang nyuruh om kamu buat jodohkan kamu dengan Alma" balas sang oma membuat Davin kena pukulan sang istri Alma.
"Ya sudah kalau semuanya sudah siap sekarang kita langsung berangkat ke rumah Dimas mereka pasti sudah menunggu" Kian memberi instruksi dan semua orang langsung masuk ke dalam mobilnya masing-masing.
Namun Faiz merasa heran semua barang untuk hantaran sudah tersedia bahkan mas kawin saja sang mama sudah menyiapkan. Namun Faiz berpikir positif saja apa sih yang gak bisa di lakukan sang papa yang dengan hitungan jam saja bisa selesai.
Mereka pun sampai dan saat turun Faiz di buat terkejut dengan foto-foto Faiz dan Naira yang dulu sering disebut ambil diam-diam oleh Dira. Bahkan tidak hanya Faiz Dira pun bingung dengan semua ini. Faiz menarik Dira dan berbisik.
"Lo ngapain ngasih foto-foto itu ke bokap" ucap Faiz.
"Gue gak ngasih bang dan gue gak tau jika papa punya foto itu" jawab Dira yang memang tidak tahu apa-apa.
"Kalian bisikin apa sih? " tanya Erika sang mama.
"Enggak ma" jawab Faiz dan Dira langsung kembali ke tempat karena sudah di sambut oleh pemilik rumah.
Faiz masuk ke dalam dan saat ini menunggu acara ijab kabul Faiz duduk di hadapan Dimas sang calon mertua.
Penghulu langsung memulai dan beruntungnya dalam satu tarikan nafas Faiz bisa langsung lancar mengucapkannya. Setelah selesai baru lah Naira keluar dan Faiz di buat kagum dengan ke cantikan Naira yang fi balut kebaya putih dan memakai hijab karena sehari-hari Naira tidak memakai hijab. Naira berjalan di bantu sang kakak dan adiknya untuk mendekati Faiz yang sudah menunggu dan pandangan Faiz terus melihat ke arah Naira.
Setelah semuanya selesai dan sekarang tinggal menyambut tamu namun selama proses Faiz di buat bingung dan kaget karena semuanya berjalan lancar dan tidak ada tatapan bingung atau kaget saat melihat Faiz berdiri di pelaminan dengan Naira. Faiz merasa juka semuanya sudah di atur. Faiz akan mencari tahu semuanya agar rasa penasarannya hilang.
"Apa bos manggil gue? " tanya Adrian saat menghampiri Faiz.
"Gue minta sama lo coba ambil undangan pernikahan ini karena aku merasa ada yang tidak beres" jawab Faiz dan Adrian mengangguk lalu dia ke depan untuk mengambil undangan dan langsung menunjukannya pada Faiz dengan di kirim ke ponsel dan Faiz di buat kaget undangannya pun atas nama dirinya dan Naira. Faiz akan mencari tau semuanya karena dia benar-benar merasa janggal.
Setelah selesai acara Naira langsung kali ke kamar dan di bantu Dira untuk melepaskan gaun pengantinnya. Faiz dia sedang duduk bersama Adrian membicarakan kejanggalan pernikahan ini.
"Lo mau cari tau bagaimana? " tanya Adrian pada Faiz.
"Ya pokonya gue akan tetap mencari tau keganjalan ini" balas Faiz.
Dira yang baru saja keluar dari kamar Naira dia melawati sang kakak yang sedang berbicara dengan Adrian.
"Dira" panggil Faiz dan Dira langsung melirik.
"Apa bang? " tanya Dira setelah mendekati sang abang.
Faiz langsung menunjukan undangan yang di berikan Adrian padanya.
"Apaan ni bang? " tanya Dira. "buka saja" titah Faiz.
Dira pun membukanya dan dia di buat terkejut saat membaca nama pengantin di undangan itu.
"Kok bisa sih bang? " tanya Dira.
"Nah itu, apa lo tau semuanya? " tanya Faiz.
"Gue gak tau bang, yang gue tau semalam papa hilang jika calonnya Naira di tangkap polisi itu saja. Lalu aku mengusulkan abang untuk jadi pengganti Gilang itu saja" penjelasan Dira.
"Terus undangan ini? " sambil nunjuk undangan. "Gak mungkin dalam semalam selesai kan? ".
" Iya juga sih bang"ucap Dira.
"Kalau menurut gue sih, pelakunya hanya satu orang yang bisa melakukan apa saja" ujar Adrian.
"Maksud lo bokap gue? " tanya Faiz.
"Nah itu lo pinter" balas Adrian.
Faiz langsung berdiri hendak pergi namun di cegah Adrian.
"Mau kemana lo? " tanya Adrian.
"Cari bokap gue lah kemana lagi" jawab Faiz.
"Gak harus sekarang juga kali, nunggu semua orang pulang biar gak jadi trending topi" cegah Adrian.
"Gaya lo kaya gue seleb aja" balas Faiz dan tetap pergi namun di jalan Faiz malah berpapasan dengan Naira.
"Abang di panggil mama suruh makan" ucap Naira dan Faiz dia pun mengangguk.
Mereka pun masuk berbarengan ke meja makan dan di sana sudah ada sang mama dan Ayu ibu mertuanya.
"Bang makan dulu!, dari tadi mama lihat abang belum makan" titah sang mama dan Faiz pun langsung duduk lalu mengambil makanan yang sudah di siapin sang sang mama. Naira pun hendak pergi namun di cegah sang mama.
"Mau kemana? " tanya Ayu sang mama.
"Ke kamar ma" jawab Naira.
"Loh kok malah mau ke kamar bukannya temani Faiz makan" ujar sang mama.
"Naira masih kenyang ma" balas Naira.
"Walau kamu gak makan setidaknya temani Faiz" ucap sang mama.
Faiz yang tau jika Naira sengaja menghindar darinya jadi dia berkata "Tidak apa-apa tante, mungkin Naira capek jadi dia mau istirahat".
" Enggak, Naira harus tetap temani Faiz makan"ucap sang mama sambil menarik Naira duduk di samping Faiz. Faiz pun melanjutkan makannya tanpa melirik Naira karena dia tau Naira masih sedih atas kejadian itu.
Setelah makan Naira dan Faiz hendak masuk kamar namun Faiz melihat papa dan ayahnya Naira sedang bicara berdua.
"Kamu masuk duluan saja" ucap Faiz pada Naira.
Naira hanya melihat Faiz. "Aku ingin bicara dulu sama papa" beritahu Faiz pada Naira lalu pergi menemui sang papa.
Naira pun langsung masuk kamar dan dia duduk di tepi tempat tidur. Naira gak pernah berpikir jika nasibnya akan seperti ini, menikah dengan pria yang pernah membuatnya sakit hati dan kecewa atas sikapnya. Di saat Naira sudah membuka hatinya untuk pria lain kenapa dia harus datang dan menyelamatkan nama baiknya dengan mau menjadi pengantin pengganti untuknya. Naira pun merebahkan tubuhnya dan mencoba menunggu Faiz karena dia sadar sekarang dia sudah menjadi istri dari Faiz. Namun Faiz tak kunjung datang hingga membuat Naira ketiduran.
Faiz saat ini sedang berdebat dengan sang papa dan Ayahnya Naira yaitu Dimas.
"Pa, om" Panggil Faiz dan membuat pria yang sedang santai sambil merokok itu melirik Faiz.
"Eh bang, ada apa? " tanya Kian sang papa.
"Ada yang ingin Faiz tanyakan" jawab Faiz.
"Apa?, duduk sini" titah sang papa.
Faiz duduk di hadapan Kian dan Dimas. Faiz menunjukan undangan yang dia dapat dari Adrian.
"Apa ini? " tanya Kian bingung.
"Faiz ingin papa jelasin undangan itu" ucap Faiz.
"Jelasin gimana bang? " tanya Kian.
"Pa, Faiz bukan anak kecil yang bisa papa bohongi. Di dalam undangan itu tertulis nama Faiz dan Naira yang harusnya Naira dan Gilang kenapa ini bisa terjadi? " tanya Faiz minta penjelasan.
"Hebat kamu Faiz, bisa dengan cepat kamu menyadarinya" ucap Dimas.
"Ya aku bingung saja kenapa para tamu seperti tidak aneh saat aku yang bersanding dengan Naira. Lalu semua hantaran pernikahan sudah di siapkan" ucap Faiz.
"itu semua memang rencana kami, bahkan penangkapan Gilang pun kami yang lakukan karena om gak mau Naira harus hidup dengan pria yang tidak baik" ucap Dimas lalu menatap Faiz.
"Awalnya semuanya baik-baik saja,sampai dua minggu sebelum pernikahan ini om dapat laporan dari Diki jika Gilang bukan pria baik-baik bahkan dia sering jalan dengan cewek mana saja. Hingga om dapat laporan jika Gilang itu pecandu obat om langsung minta bantuan papa mu. Namun om gak mau Naira tau jika Gilang seperti itu dari kami"cerita Dimas.
"Lalu papa menyarankan jika pernikahan ini tetap terjadi tapi dengan mempelai prianya di ganti yaitu kamu" sambung Kian sang papa.
"Tap apa kalian memikirkan perasaan Naira jika Naira tau semua ini? " tanya Faiz yang takut membuat Naira semakin sakit.
"Sekarang om gak takut karena kalian sudah menikah" jawab Dimas.
Faiz dia hanya bisa mengusap wajahnya karena dia gak bisa marah atau memaki kedua orang tua di hadapannya. Faiz kesal karena mereka tidak memikirkan kedepannya akan bagaimana. Faiz beranjak hendak pergi namun dia di tahan sang papa.
"Papa harap kamu jangan pernah berniat untuk menceraikan Naira hanya karena kamu tidak menyukainya. Cinta akan datang karena terbiasa" ucap Sang papa dan Faiz dia langsung pergi begitu saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!