"Ma.... pa.... " Teriak Arisya sambil berlari memasuki rumah.
" Kok sepi ??!! " gumam Arisya pelan.
" Bi......... " teriak Arisya lagi. Tapi nggak ada satupun yang menyahut panggilannya. Pada kemana orang-orang dirumah ??!
" Sya..... "
" A.... kenapa disini ??! Kapan pulang ??! " Tanya Arisya saat Arsya memanggilnya.
Arsya, adik satu-satu nya Arisya yang kuliah di Australia. Tapi kenapa Arsya dirumah ??!! Ini kan bukan musim liburan ??!
" Mama.... papa.... "
" Hmmm gue juga cariin mama dan papa... tapi sepertinya mereka nggak dirumah. Bi Inah juga nggak dirumah. Aneh banget... nggak biasanya rumah sesepi ini "
" Mama.... papa.... " ulang Arsya yang langsung mendekap Arisya dan menangis di bahu Arisya.
" A.... ada apa ??! " Tanya Arisya bingung. Nggak biasanya Arsya menangis seperti ini. Arsya bukanlah type cowok yang cengeng seperti ini kalau bukan karena dia benar-benar terluka.
" Mama... papa kenapa ??!! " Tanya Arisya panik.
" Mama... papa... dirumah sakit "
" Rumah sakit ???! "
" Mama... papa kecelakaan mobil tadi pagi.. dan sekarang mereka koma " Jelas Arsya yang semakin mendekap erat tubuh Arisya yang mulai bergetar.
" Nggak.... nggak mungkin.... lo boongkan ?!! " Tanya Arisya sambil tertawa tertahan.
Arsya pasti sedang bercanda. Bukannya Arsya paling senang ngerjain Arisya kalau dia sudah dirumah. Dulu aja Arsya pernah ngerjain Arisya dengan berpura-pura jatuh dari tangga. Kali ini juga pasti sama.
Arsya pasti sedang mengerjainya. Papa dan mama pasti bersembunyi sekarang. Papa dan mama pasti ikut-ikutan mau ngerjain Arisya.
" Pa... ma.... ayo donk jangan main lagi.... nggak keren becandanya " teriak Arisya.
" Sya....... "
" A.... udah dech... gue nggak mood bercanda ma lo "
" Gue nggak bercanda... papa dan mama sekarang di rumah sakit... "
" Terus kenapa lo disini ??!! Kenapa lo nggak jaga papa dan mama di rumah sakit ??! "
" Gue kesini mau jemput lo.... " bentak Arsya.
" Ayo..... " tanpa basa basi lagi Arisya menarik tangan Arsya paksa dan menyeretnya masuk ke mobil. Jika Arsya benar, maka......
Arisya berusaha membuang fikiran jelek yang selalu menggerogoti kepalanya.
****
" A..... kenapa ruangan papa dan mama ramai begini ??!! " tanya Arisya bingung. Karena sekarang kamar di rumah sakit tempat mama dan papa dirawat disulap seperti pelaminan. Lengkap dengan pak penghulu dan beberapa teman papa dan mama.
" Sayang.... " Sapa tante Mita yang langsung berjalan menuju ke arah Arisya dan memeluknya dengan erat.
" Tante Mita kenapa ?? " Tanya Arisya bingung.
Tante Mita adalah sahabat mama dari kecil.
" Sayang..... apa kamu bersedia ??! " Tanya Tante Mita sambil mengusap kepala Arisya lembut.
" Bersedia apa tante ??! " Tanya Arisya semakin bingung. Dia menatap Arsya yang berdiri mematung di depan pintu. Kemudian melihat ke arah Om Alberth yang tertunduk.
" A.... " panggil Tante Mita
" Maaf tante... Arsya belum bilang "
" Sebenarnya ada apa tante... A.... " tanya Arisya semakin bingung.
" Arisya sayang kan sama mama dan papa ??!"
Arisya mengangguk dengan kerutan di dahi nya. Pertanyaan konyol apaan itu ??! Mana ada seorang anak yang nggak sayang sama orang tua nya.
" Arisya mau kan ikutin permintaan mama dan papa ?!!! " Tanya Tante Mita berbelit-belit.
" Sebenarnya kenapa tante ??!! Ada apa sich tante... Arisya bingung "
" Gini Arisya... sebelum papa dan mama kamu koma.. mereka ada satu permintaan " ucap Om Alberth
" Permintaan apa om ?!!! "
" Kamu menikah "
" Apa ?!!! Menikah ??!! " Arisya menatap Om Alberth kaget.
Diliriknya di sekeliling kamar, tidak ada satupun yang seumuran dengannya kecuali Arsya adiknya. Yang lainnya seusia papa. Tidak mungkin papa menjodohkannya dengan pria yang seusia papa...
Nggak mungkin.... ini nggak mungkin...
" Iya.... menikah.... "
" Tttttaaaaaaapiiiii dengan siapa ??!! " tanya Arisya gusar.
Om Alberth dan tante Mita tertunduk. Air mata mereka seketika mengalir pelan diwajah mereka. Baru kali ini Arisya melihat Om Alberth yang penuh kharisma menitikan air mata.
Jadi benar, papa akan menikahkan dirinya dengan pria tua bangka. Oh astaga.... papa kenapa papa melakukan ini pada Arisya.
" Maaf kan kami.... jika kami harus menikahkan kalian... tapi ini benar-benar permintaan orang tua kalian " ucap tante Mita pelan.
" Tapi tante.... Arisya menikah dengan siapa ??! " Tanya Arisya bingung dengan tatapan mata yang ketakutan.
" A.... kamu belum bilang sama Arisya ??!! " Tanya Om Alberth. Arsya menggeleng sambil terrunduk.
" Om.... tante.... tolong jelasin sama Arisya "
" Kamu akan menikah dengan Arsya sayang... "
" Apa ?!!! Arsya ?!!!! " Arisya menarik nafas panjang. " Apa kalian gila... Arsya itu adik aku... nggak mungkin aku menikah dengan dia. Lagian.... nggak mungkin papa dan mama meminta aku menikah dengan adik ku sendiri " protes Arisya.
" Sya..... ini benar permintaan papa dan mama sebelum mereka koma... " ucap Arsya pelan berusaha meredakan emosi Arisya.
" Nggak mungkin A..... mana ada orang tua yang menikahkan kedua anak kandungnya "
" Apa lo mau melihat mama dan papa sedih... karena kita tidak mengikuti keinginan mereka"
" Kita akan menunggu papa dan mama sadar dari koma nya. Papa dan mama pasti mau membatalkan pernikahan ini "
" Tapi sayang..... " Tante Mita berusaha membujuk Arisya.
" Tante... please... jangan biarkan Arisya dan Arsya menikah.. itu dosa besar tante... "
" Tapi ini permintaan orang tua kamu sayang... dan mungkin ini akan menjadi permintaan terakhir mereka " ucap Tante Mita pelan menahan isak tangisnya. Berat untuk membayangkan akan kehilangan sahabat terbaiknya. Tapi Tante Mita berusaha untuk tegar dan tabah. Tuhan pasti punya rencana indah di balik ini semua.
Yang sekarang jadi masalahnya adalah Arisya. Bagaimana membujuknya agar dia mau mengikuti permintaan orang tua nya.
" Tante doain mama dan papa meninggal ??!!" Bentak Arisya dengan suara lantang.
" Sya..... yang sopan kalau ngomong sama tante Mita " kesal Arsya yang melihat tingkah Arisya yang sudah kelewatan dengan tante Mita.
Mama selalu bilang kalau Tante Mita juga seperti mama Arisya dan Arsya. Membuat tante Mita sedih sama aja membuat mama sedih. Dan Arsya nggak mau durhaka karena sudah membuat tante Mita sedih.
" A.... tapi tante Mita udah.... "
" Dokter yang bilang kalau persentase untuk mama dan papa sadar dari koma hanya 1%... dan hanya sebuah keajaiban kalau mama dan papa bisa melewati malam ini " sela Arsya dengan suaranya bergetar menahan air mata yang hampir jatuh dari matanya.
Perasaannya juga hancur dan sakit melihat mama dan papa terbaring tak sadarkan diri seperti ini. Sama seperti Arisya.
Jika dibilang Arsya mau menikah dengan Arisya... jawabannya tidak.... tapi bagaimanapun ini permintaan mama dan papa. Dan benar kata tante Mita, mungkin ini akan menjadi permintaan terakhir dari mereka.
Dan Arsya akan melakukannya walaupun otaknya juga nggak bisa menalar kenapa mama dan papa menginginkan mereka menikah.
Pernikahan sedarah.....
Secara agama dan secara hukum tidak ada yang membenarkan adanya pernikahan sedarah.
Tapi biarlah.... dosa ini harus dia tanggung demi kebahagiaan mama dan papa. Mungkin ini sudah takdirnya.
" Tapi ini gila A.... ini nggak bisa kita lakukan "
" Apa yang nggak bisa kita lakukan kalau itu demi mama dan papa "
" Astaga A.... " Arisya mengacak rambutnya frustasi. Entah apa yang ada di otak Arsya saat ini hingga dia setuju dengan permintaan mama dan papa.
Bahkan itu bisa saja akal-akalan saja. Karena Arisya tidak mendengar langsung dari bibir kedua orang tua nya.
Apa jangan-jangan ini jebakan badman.... A, tante Mita, Om Alberth, papa dan mama sengaja mengerjai Arisya. Seperti biasanya, jika Arsya datang pasti ada aja yang direncanakan mereka untuk mengerjai Arisya.
" Sya... please... kali ini aja.... tolong ikutin permintaan mama dan papa "
" Hahhaa kalian cuma ngerjain kan... wahhh... niat banget yach ngerjainnya sampai segininya" ucap Arisya tertawa riang berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau ini benar-benar jebakan untuk dirinya.
Tiiiiiiittttttttt....
Tiba-tiba saja suara EKG yang terpasang di tubuh papa mendadak menampilkan gambar garis lurus di monitornya. Membuat Om Alberth yang berada didekat papa langsung panik dan memanggil dokter dengan tergesa-gesa. Bahkan beberapa kali Om Alberth hampir jatuh karena dia tidak bisa mengimbangi tubuhnya sendiri yang bergetar hebat.
" Maaf.... kalian semua bisa keluar sebentar... " ucap dokter pelan yang langsung memeriksa papa dengan beberapa perawat yang datang bersamanya.
Tangisan tante Mita seolah-olah menghipnotis Arisya. Tubuhnya kaku tepat dihadapan Arsya. Tatapan matanya kosong. Nggak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya. Bahkan nggak ada air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
Membuat Arsya merasa takut melihatnya. Arisya yang dikenalnya, Arisya yang blak-blakkan dengan apa yang dirasakannya bukan seperti ini. Seperti patung yang tidak bisa berbicara sedikitpun.
Arsya mencoba mendekap tubuh Arisya, memeluknya dengan hangat berusaha untuk menenangkan hati Arisya yang saat ini pasti sangat ketakutan. Tapi sia-sia, tidak ada respon sedikitpun dari Arisya. Dia tetap seperti patung.
" A... bawa Arisya pulang... disini biar om dan tante yang jagain " ucap Om Alberth pelan.
" Nggak Om... biarkan kami disini... kami ingin menemani papa dan mama "
"Sah.... Sah... Sah.... " teriakkan para saksi dan pak penghulu sampai sekarang masih teriang di telinga Arisya seperti pisau yang menyayat nyayat dirinya. Akhirnya dia memutuskan untuk menikah dengan Arsya demi menjalankan keinginan papa dan mama.
Hanya berselang beberapa menit setelah ijab kabul dirinya dan Arsya, mama dan papa pun pergi untuk selama-lama nya. Meninggalkan dirinya dengan kemelut batin yang luar biasa karena sudah menjadi istri adiknya sendiri.
" Sya..... makan dulu " gedor Arsya dengan membawa semangkuk bubur.
" Gue nggak lapar " ketus Arisya.
" Walaupun nggak lapar, lo harus makan " ucap Arsya.
" Gue nggak lapar A " teriak Arisya kesal. Hari ini, Arisya benar-benar nggak mood makan. Apalagi makanan itu berasal dari Arsya, adiknya yang sekaligus menyandang status sebagai suaminya.
" Dari pagi lo nggak makan.... makan dikit aja " pujuk Arsya.
Dari kecil, Arisya memang sedikit manja. Kalau dia sedang marah atau ngambek, sikap keras kepala nya pasti mendominasi dirinya. Hanya Arsya yang bisa melembutkan hati nya.
Tapi sekarang, Arisya tidak mau berbicara dengan Arsya. Dia lebih senang mengunci dirinya dikamar. Arisya masih terpuruk dengan kepergian mama dan papa. Apalagi dengan pernikahannya.
" Sya... please... makan dulu... sedikit aja... " pinta Arsya dengan suara yang begitu lembut.
Sekarang ini perasaan Arsya sama seperti perasaan Arisya. Dia juga sedih dengan kepergian mama dan papa. Dia juga mengalami tekanan bathin dengan pernikahan wasiat dari papa dan mama.
" A.... kenapa berdiri disitu ??! " Tanya tante Mita heran melihat Arsya berdiri didepan kamar Arisya.
" Ini tante.... dari tadi Arisya nggak mau keluar kamar... dia juga belum makan "
" Sini biar tante yang bicara sama Arisya " Arsya bergeser dari posisinya dan mempersilahkan tante Mita untuk membujuk Arisya. Mungkin tante bisa membujuknya.
" Sya.... ini tante... boleh tante masuk ??! "
" Maaf tante... Arisya pengen sendiri "
" Ada yang ingin tante bicarakan "
" Tante.... Arisya nggak mau bicara sama siapapun... Arisya pengen sendiri " teriak Arisya dengan sedikit terisak.
" Sayang... lima menit aja... " terdengar suara pintu yang dibuka.
" Lima menit.... hanya lima menit " lirih Arisya pelan. Matanya terlihat sembab, wajahnya pucat. Dan dandanannya urak-urakkan.
Arsya melihat Kakaknya yang sekarang menjadi istrinya khawatir. Pasalnya ini pertama kalinya Arisya berpenampilan seperti itu. Seperti orang yang benar-benar frustasi.
" A... bisa tinggalin Tante dan Arisya berdua aja ??!! " Tanya Tante pelan dan dijawab anggukan kepala Arsya. Tanpa sepatah katapun Arsya meninggalkan tante bersama Arisya. Berharap tante bisa membujuk Arisya, setidaknya untuk makan saja. Karena dari tadi Arisya belum makan.
" Sya... tante tau kamu sekarang lagi sedih... marah.... kecewa... tapi semua ini kamu lakukan demi almarhum orang tua kamu sayang... "
" Tapi tan.... bagaimana Arisya bisa menjalani pernikahan Arisya bersama Arsya tante.. dia itu adik Arisya... "
" Dengarkan tante.... " cukup lama Arisya dan tante Mita berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi itu cukup membuat Arsya lega. Karena Arisya tidak terdengar menangis lagi.
" Maaf tante... kalau A ganggu... " ucap Arsya saat membawa minuman kepada tante dan Arisya.
" Kami sudah selesai mengobrol kok... "
Arisya menatap Arsya dengan tatapan kaget. Mungkin sekarang status mereka yang berbeda, dari kakak adik menjadi suami istri. Itu yang membuat mereka merasa canggung untuk berdekatan atau berbicara.
" Tante.... Arsya boleh minta tolong " Ucap Arsya pelan.
" Apa A... ngomong aja " Arsya menatap Tante Mita dan Arisya bergantian. Sulit baginya mengatakan kalau dia ingin kembali ke Australia.
Arsya tau, kalau dirinya tetap berada disini atau tetap tinggal disini. Maka Arisya tidak akan nyaman dan tenang.
" Tante mau nggak tinggal disini bersama Arisya ??! "
" Emangnya A.... "
" Arsya mesti balik ke Australia tante " potong Arsya cepat.
" Lohh bukannya 3 bulan lagi kamu balik ke Ausi ??!! " Arsya tersenyum pelan.
" Ada urusan yang harus Arsya selesaikan disana tante... "
" Kalau begitu ajak Arisya pergi bersama.. " pinta tante Mita.
" Tapi tan... "
" Nggak ada tapi-tapian A... sekarang kalian itu udah jadi suami istri... "
Arsya menatap Arisya yang sejak tadi hanya menunduk dengan sesekali terdengar suara sesegukkan dari mulutnya. Arisya nggak mungkin mau ikut bersama dengannya pergi ke Australia.
" Sepertinya kalian butuh bicara... jangan seperti ini terus menerus.. kalian itu sekarang sudah menjadi suami istri, bukan lagi kakak adik.. " ucap tante Mita.
" A... kapan kamu balik ke Australia ??! "
" Lusa tante... "
" Tante akan jaga Arisya, tapi dengan satu syarat.. kamu disana hanya untuk mengurus kepindahan kamu disini "
Arsya menatap tante kaget. Bagaimana bisa, dia pergi ke Australia untuk menghindari Arisya. Tapi tante malah menyuruhnya untuk mengurusi kepindahannya ke Indonesia.
" Arisya itu tanggung jawab kamu sekarang " tante Mita meninggalkan A termangu di depan kamar Arisya.
Yachh... dia butuh bicara dengan Arisya, tentang hubungannya. Hubungan yang aneh ini. Bagaimanapun juga, ini untuk masa depan mereka.. bukankah dulu A dan Arisya bagaikan lem dan kertas yang nggak mau lepas sedikitpun. Kenapa sekarang seperti ada jurang yang memisahkan mereka.
" Boleh A bicara sama kamu ??! " tanya Arsya pelan sambil melangkah ragu masuk ke kamar Arisya.
" Jangan masuk ??! " bentak Arisya.
" Ok... A akan bicara disini aja " tukasnya pelan. Arsya menarik nafasnya panjang.
" Lusa A akan pulang ke Australia... " ucapnya pelan. Arsya menutup matanya.
Satu tahun yang lalu saat dia pertama kali mengutarakan niatnya untuk kuliah di Australia, Arisya berlari dan langsung memeluknya dengan erat. Arisya menangis tersedu-sedu memohon agar dirinya tidak pergi meninggalkannya.
" Mungkin A akan pulang 2 tahun lagi... " Arsya terdiam.. tak sedikitpun dia mendapat respon dari Arisya. " Saat A pulang... kita akan urus perceraian kita "
Brukkkk....
Astaga... ada mangkuk terbang.. mangkuk yang tadi berisi bubur kini sudah terbang hampir mengenai Arsya, untung masih ada pintu yang menghalanginya kalau tidak apa nasib kepala Arsya. Mungkin ada belasan jahitan yang akan negkreng disana.
" Lo..... lo udah hancurin hidup gue... " teriak Arisya histeris sambil menarik-narik rambutnya kasar. " Gue benci ama lo.. gue benci.... "
" Sya.... Sya... please... jangan seperti ini " peluk Arsya.
" Lo jahat A... lo jahat .... hikkssss... "
" Iya... gue jahat... lo bisa pukul gue sesuka hati lo... lo bisa hujat gue... lakuin apa yang lo mau asal lo bisa tenang "
" Gue mau mati.... gue mau mati.... "
" Sya..... sadar... "
" Papa dan mama sudah ninggalin gue dan sekarang.... sekarang lo juga mau ninggalin gue ??!! Untuk apa gue hidup A... untuk apa ??!"
Arsya terdiam, air matanya mengalir melihat Arisya yang sefrustasi ini. Bukan niatnya untuk meninggalkan Arisya, ini ia lakukan agar Arisya bahagia. Jika bersama dirinya Arisya akan merasa terbebani dengan pernikahan mereka.
" Gue nggak akan pernah ninggalin lo... nggak akan pernah... "
" Hikksss.... hikkssss apa yang harus kita lakukan A... kenapa tuhan begitu tega dengan kita... "
Arsya tau dimana arah pembicaraan Arisya. Pernikahan ini... pernikahan ini bukan hanya beban untuk Arisya tapi juga dirinya.
" Kita akan jalani seperti biasa Sya.. sebagai kakak dan adik bukan sebagai suami istri.. "
" Tapi mama dan papa... "
" Mereka pasti mengerti... kalau kita butuh waktu untuk itu.. " dekap Arsya.
Maafkan kami ma.. pa.. bathin Arsya.
****
Arisya pov
Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali yang terasa sangat berat. Kepala ku juga terasa sangat pusing. Mungkin karena semalam aku terlalu banyak menangis.
Uhmmm... apa yang harus aku lakukan ?!! Jika benar perkataan tante Mita, maka aku harus menerima pernikahan konyol ini.
Ya Tuhan... kenapa kau takdirkan semua ini pada ku ??! Sekarang hanya tinggal Arsya, satu-satunya orang yang aku sayangi di dunia ini.. apa aku harus kehilangan dirinya juga ??!
Jika aku menerima pernikahan ini, hubungan kami akan menjadi canggung. Aku pasti nggak akan pernah melihat Arsya yang jahil dan perhatian seperti dulu. Tapi jika aku menolak pernikahan ini, aku akan benar-benar kehilangan Arsya. Dan aku nggak akan pernah sanggup lagi merasakan kehilangan setelah aku kehilangan papa dan mama.
" Hallo Nan... " ucapku pelan saat Hp ku berdering yang tertera nama Nanda disana.
" ....... "
" Tugas ?!!! Tugas apaan... ??!! "
" ...... "
" Oh Tuhan.... gue lagi masa berkabung dan si killer itu malah memberikan tugas yang banyak.. dasar, manusia tak berperasaan " ketusku saat mendengar uraian tugas yang harus aku dan kelompokku lakukan.
"...... "
" Ok... gue akan kesana... semua pada ngumpul kan ??! Soalnya gue nggak bisa lama-lama.. "
"..... "
" Okkk bye...." aku segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk menjernihkan pikiran ku. Aku sudah memutuskan kalau aku akan menjalani hubungan ini seperti yang kami sepakati.
Sebagai kakak adik...
Semoga papa dan mama tidak pernah marah dengan ku..
Author pov
" Selamat pagi A.... " sapa Arisya girang sambil menatap Arsya dengan senyuman yang merekah dibibirnya walaupun mata Arisya masih sembab karena kebanyakan menangis tadi malam.
" Pagi Sya.... "
" Sarapan dulu... tapi maaf A, Arisya mau kerumah Nanda mau ambil catatan.. kata Nanda, kemaren dosen banyak ngasiin tugas.. "
" Mau A temenin... "
" Nggak perlu A.. A sarapan aja dulu.. "
" Arisya pergi dulu yach... bye.... "
Arsya menatap heran kearah Arisya. Tapi ada senyum yang tergores diwajahnya melihat tingkah Arisya yang seperti dulu lagi. Sepertinya Arisya sudah tidak mempermasalahkan pernikahan mereka lagi.
" Sya... tunggu.... " Teriak Arsya berusaha menghentikan langkah Arisya.
" Ada apa A ??!! "
" Pulang jam berapa ??!! "
" Hmmmm nggak tau... Emang kenapa ??! " Arsya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
" Nanti Arisya telp dech kalau sudah mau pulang.. " ucap Arisya yang kemudian mengendarai motor matic kesayangannya.
****
" Hallo sayang.... Sedang apa kamu disana ??!!" Tanya tante Mita mengagetkan Arsya yang sedang membenamkan kakinya di kolam renang.
" Ehhh tante... kapan datangnya tan ?!! "
" Barusan aja... Arisya mana ??!! "
" Kerumah Nanda... "
" Kenapa kamu biarkan Arisya pergi sendirian ??! Kalau terjadi apa-apa dengan Arisya gimana ??!
" A yakin, Arisya anak yang kuat tante. Arisya nggak akan pernah ngelakuin yang nggak-nggak. Lagian Arisya butuh ketenangan tante.. mungkin dengan ketemu temannya, Arisya bisa sedikit melupakan semua yang terjadi "
" A.... !! "
" Tenang aja tante, Arisya nggak akan melakukan hal bodoh "
" Bagaimana dengan hubungan kalian ??! "
" Semuanya baik-baik aja tan... Arisya cuma butuh waktu untuk menerima A sebagai suaminya bukan lagi sebagai adiknya. "
" Tapi... apa nggak sebaiknya kita bicarakan semuanya dengan Arisya ??! "
" Jangan tante... kepergian mama dan papa, pernikahan kami.. sudah membuat Arisya streess dan sangat terpukul. Apalagi kalau dia mengetahui kenyataan ini... A yakin, Arisya belum sanggup menerima itu semua "
Tante Mita menarik nafasnya dalam. Bukan hanya Arisya dan Arsya yang merasa stress dengan pernikahan mereka. Tapi Tante Mita juga.
Keputusan papa dan mama juga membuat Tante Mita shock... apalagi kenyataan yang selama ini di sembunyikan mama dan papa dari semua orang yang ada didekatnya. Membuat Tante Mita sempat marah besar sama Mama.
" Maafin tante A.... "
Flash back 1 tahun yang lau
" Pa..... A nakal.... " Teriak Arisya sambil berlari menuju papa yang sedang menyantap makanannya di meja makan.
" A.... jangan ganggu kakaknya "
" A nggak ganggu pa... "
" Ichhh nggak ganggu apaan ??! Ini A lagi bongkar lemari Arisya... kan Arisya capek beresinnya " kesal Arisya.
" A cari apa sich ??! " Tanya papa pelan yang masih sibuk membaca korannya. Kebiasaan papa kalau pagi-pagi dihari minggu itu harus baca koran di balkon kamar Arisya sambil minum Jus Jeruk dan cake coklat buatan mama.
Balkon Mama, Arisya dan Arsya sebenarnya menyatu. Tapi karena kamar Arisya tepat ditengah, dan pemandangannya juga pas banget dengan taman, makanya papa lebih senang baca koran disana. Yachhh sekalian mengawasi anak perempuannya.
" Mau cari buku "
" Ichhh buku A itu nggak ada disini... cari dilemari A donk "
" Ya ampun Sya, kemaren itu A lupa bawa buku A kekamar... "
" Udah... dari pada berantem mending siap-siap sana "
" Mau kemana Ma ?! " Tanya Arisya dan Arsya serentak. Giliran jalan aja, Arisya dan Arsya kompak banget.
" Mau ketemu sama teman mama dan papa.. "
" Akhhh nggak seru banget... palingan entar disana cuma dengerin mama, papa dan teman-temannya ngomongin bisnis.. " Protes Arsya. Yah, karena Arsya anak cowok jadi papa dan mama lebih perioritaskan didalam bisnis papa. Sedangkan Arisya di butik dan resto milik mama.
" Bener A... " bisik Arisya dengan bibirnya yang manyun 2 centi.
" Mending kita shopping aja ??! " ucap papa yang gabung dengan kedua anaknya yang sedang duduk dibawah meja belajar Arisya.
" Nggak ada shopping-shoppingan.. " Ketus Mama yang langsung ditanggapi dengan kikikan oleh suami dan kedua anaknya.
" Ibu Ratu sedang murka " bisik papa.
" Mendingan sekarang kita keluar pa, dari pada kita dihukum .... " usul Arsya.
" Akhhh uang jajan Arisya... " Arisya meringis ngeri membayangkan uang jajannya akan dipotong sama mama. Padahal bulan depan dia berniat membeli dress baru untuk pesta ultah Nanda.
" Sya... tenang aja, kan ATM unlimited kita ada disini " ucap A sambil menatap papa dengan senyuman liciknya.
" ATM papa semua mama yang pegang " senyum mama penuh kemenangan menatap kedua anaknya dan suaminya yang tersenyum kikuk.
" Maaf nyonya... ada tamu " ucap bi Ijah pelan.
" Siapa bi ??!! "
" Nggak tau nyonya... tapi sepertinya ada hal penting, soalnya muka mereka seperti lagi cemas. "
" Ok... pa... ayo... "
" Loh kok ajak papa sich ma... papa kan masih mau main sama A dan Arisya " Protes Arisya sambil menahan papa untuk pergi.
" Ehhhh putri papa yang cantik... nggak boleh gitu... papa sekarang ada tamu, nanti kalau tamunya pergi, papa akan main sama kalian "
" Bener... janji !!! " Arisya mmeberikan jari kelingkingnya untuk menautkan janji seperti yang biasa ia lakukan pada papa, mama, dan juga Arsya.
" Janji..... " papa pergi mengikuti mama untuk menemui tamu mereka.
" Sya... tunggu disini yach, A mau ambil minum dulu... Sya mau apa ??! "
" Mau juice Jambu "
" Ok.... " sambil bersiul Arsya menuruni tangga menuju dapur, tapi dia dikagetkan dengan sebuah Vas yang jatuh di ruang tamu.
" Dia itu anak Boss.... kalian harus mengembalikannya sekarang pada boss " ucap teman papa yang berbaju kemeja putih dengan lantang.
" Nggak... dia itu anak ku... anakku " teriak mama histeris.
Siapa yang dimaksud mereka ??!
" Pa... bilang mereka jangan ambil anakku... " Mama merengek-rengek, sedangkan papa hanya diam membisu.
Diamnya papa seperti menjelaskan kalau ucapan orang itu benar. Tapi permasalahannya sekarang siapa anak boss yang mereka sebutkan itu ??! Arsya atau Arisya.
Mama yang sedari tadi menangis tersedu-sedu, hanya bisa memeluk erat tubuh papa saat papa membelai rambut mama dengan lembut.
" Baiklah.. kami akan memberikannya pada boss... tapi beri kami waktu untuk mengatakan yang sebenarnya pada anak kami... " ucap papa pasrah
" 1 tahun... beri kami waktu 1 tahun " mama memohon sambil menangis.
Seorang Anastasya Gernald memohon pada seseorang ??! Jika ini diketahui oleh orang lain, mereka pasti tidak akan percaya. Mama itu salah satu wanita yang disegani didalam dunia bisnis, memohon pada orang lain hal yang paling pantang untuk dilakukannya.
Tapi apa yang barusan Arsya lihat... mama memohon dengan penuh tangis pada dua orang pria dihadapannya, bahkan tangannyapun bersimpuh agar kedua orang tua itu luluh.
Begitu besarnya cinta mama untuk anak yang dikatakan sebagai anak boss mereka.
Siapa ???!
Arsya....... atau..... Arisya.....
Arsya melangkahkan kakinya dengan susah payah. Tubuhnya bergetar hebat, saat mengetahui kenyataan bahwa salah satu diantara mereka bukan anak papa dan mama. Apalagi, mereka akan memisahkan kedua anak itu.
Sakit..... Jika harus berpisah dengan Arisya. Kakak yang paling disayanginya melebihi dirinya sendiri.
" A... A kenapa ??! Kok pucat banget... " Tanya Arisya khawatir melihat adiknya yang jatuh lunglai dihadapannya.
" Arisya ambilkan minum yach ??!!! "
" Jangan.... jangan kebawah " ucap Arsya dengan suaranya yang bergetar hebat. Arisya nggak boleh melihat apa yang terjadi dibawah. Nggak boleh..
" Tapi A pucat banget... A harus minum dulu "
" A cuma pengen Arisya disini... temenin A "
" ichhh manja dech.... "
" Sya..... "
" Iya.... Iya.... " Arsya menatap Arisya dengan tatapan kosong.
Ya Tuhan... kenapa ini harus terjadi... kenapa kau pisahkan anak pada orang tuanya, anak pada saudaranya... Apa salah anak itu ??!! Hingga kau hukum seperti ini
" Sya... kalau seandainya nanti A pergi, apa Arisya akan sedih ?!! " ucap Arsya dengan air matanya yang tergenang dipelupuk matanya.
" Ichhh A ngomong apa sich ??!! Ya pasti sedih lah A... bukannya kita udah janji akan satu sekolah nanti sampai kita kuliah.. "
" Kalau A pergi tapi nggak pernah kembali gimana ??! "
" A.... Jangan ngomong gitu donk... Arisya jadi takut hikksss "
" A juga takut Sya.... takut kalau kelak kita nggak bisa seperti ini lagi.. takut kalau A nggak bisa didekat Mama, papa dan Arisya " Arsya memeluk erat tubuh kakaknya. Dan menangis di pundak kakaknya. Ini pertama kalinya Arisya menangis dihadapan Arisya.
Dulu ketika Arsya bersedih atau ingin menangis, dia akan pergi ke kamar mandi dan menangis tersedu-sedu disana.
****
Sampai papa dan mama tiada Arsya tidak pernah tau, siapa diantara dia dan Arisya yang bukan anak kandung dari mama dan papa. Dan sampai sekarang juga kedua pria itu tidak pernah datang lagi kerumah untuk menjemput anak yang mereka sebut Anak Boss.
Dan apakah Arsya harus mengatakan kenyataan ini pada Arisya, bagaimana jika Arisya malah semakin terluka ??!! Sama seperti dirinya yang sangat terluka saat mendengar percakapan mama, papa dan kedua teman papa.
" A... kenapa nggak dimakan ??!! Masakan Arisya nggak enak yach ??! " Tanya Arisya kesal karena dari tadi Arsya hanya mengaduk-aduk makanannya saja.
" Ehhhh enak kok... "
" Enak dari mana ??! Dicoba aja belom ??! " kesel Arisya.
Arsya hanya bisa menggaruk lehernya yang tidak terasa gatal, duchhh kenapa harus memikirkan itu, kan jadi suasananya canggung lagi. Susah payah Arsya membangun suasana yang nyaman bersama Arisya setelah pernikahan mereka. Sekarang malah kacau lagi.. bete...
" Maaf... tadi A cuma.... "
" A mikirin pernikahan kita ??! " Arsya menggeleng cepat. " Terus mikirin apa ??! Kok kelihatannya gusar banget "
" A mikirin kuliah A, apa A harus tetap kuliah di Ausi atau pindah ke sini. "
" A nggak apa-apa kok kalau kuliah disana... Arisya disini akan baik-baik aja " walaupun ada senyum yang terukir di wajah Arisya, tapi tetap saja mata Arisya tak bisa berbohong. Ada kesedihan yang terlihat jelas disana.
" Gimana kalau Arisya ikut A aja... "
" Nggak bisa A... Arisya kan bentar lagi mau nyusun skripsi... "
" Tapi kalau A pergi... "
" Kan ada tante Mita ... "
" Kalau tiba-tiba kedua orang itu datang, dan ternyata.... akhhhh nggak... Nggak... " Teriak Arsya didalam hati.
" Kalau gitu, kita akan bicarakan nanti dengan tante Mita... "
" Bicarakan apa ??! " Tanya tante Mita yang membawa sebungkus martabak telor kesukaan Arisya..
" Akhhh martabak telor... asikkk " teriak Arisya girang yang langsung mengambil bukusan yang ada ditangan tante Mita.
" Hmmmm pasti enak banget... bau nya aja enak banget hehehehehe "
" Kamu ini... A tadi mau bicarakan apa sama tante ??! "
" A pengen kembali ke Ausi tante "
" A..... "
" A kesana cuma untuk mengurus kepindahan A tante... A udah mutusin untuk kuliah di Indonesia, A pengen ngejaga Arisya.. "
" Berapa lama A disana ??! "
" Sebulan... cuma sebulan aja tante... tapi.... "
" Tapi apa ??!! "
" Selama A pergi... tolong Arisya tinggal dirumah tante.. tolong awasin Arisya, jangan sampai... " Arsya menarik nafas panjang, haruskah dia menceritakannya.
" Jangan sampai apa ??! " Tanya Arisya dengan membawa Martabak telor yang sudah tertata rapi dipiring.
" Jangan sampai kecentilan sama cowok-cowok.. Arisya kan suka kecentilan kalau lagi ditinggal sendirian aja... "
" Duchhhh cemburu yach... "
" Ichhh siapa yang cemburu... "
" Nah itu..... " Arisya menoel pipi Arsya yang sengaja ia gembungkan.
" Wahhhh sepertinya sebentar lagi tante bakal jadi nenek ini " ucap Tante Mita asal.
Arsya dan Arisya terdiam mendengarkan perkataan tante barusan. Suasana langsung berubah menjadi canggung. Uhhhffttt tante merusak suasana aja.
Arisya dan Arsya kan memang biasa bercanda seperti ini sejak mereka kecil, tapi kenapa tante mengingatkan tentang pernikahan mereka.. dan apa itu jadi nenek... uhfft
" Ehhh maksud tante itu.... "
" Udah ah... yuk makan martabaknya ntar dingin lagi... kan nggak enak kalau sudah dingin " Ucap Arisya yang langsung menyantap martabak telur kesukaannya.
" Maaf... " ucap tante tanpa mengeluarkan suara sambil menatap Arsya.
*****
Sudah tiga minggu Arsya pergi ke Australia, sudah tiga minggu juga Arisya menginap dirumah tante Mita..
" Tante... A ada nelphone nggak ??! " Tanya Arisya sedih, karena selama 3 minggu ini dia sama sekali tidak dihubungi sama Arsya.
" Kemaren saat kamu ke kampus... Arsya ada nelphone tante... katanya kamu nggak bisa ditelphone, telphonenya sibuk... "
" Tapi kok A nggak nelphone lagi yach tante ??!"
" Telphon aja Sya.. " Arisya menggeleng cepat. Gengsi mau nelphone duluan.. lagian Arisya masih kesal, sebelum pergi Arsya sempat-sempatnya kenalan sama Tania, cewek paling ganjen dikampus Arisya.
Flash back 3 minggu yang lalu
" A... kok disini ??!!! " Tanya Arisya bingung, saat melihat Arsya berada dikampusnya.
" Siapa Sya.... " Tanya alice berbisik. Mata Alice berbinar, seperti dia sedang melihat actor korea kesukaannya.
" Adik gue... "
" Adik loe ??! Kok gue nggak pernah liat... "
" A anterin makalah Arisya yang ketinggalan dirumah "
" Astaga.... untung A anterin kesini, kalau nggak Arisya bisa dapet D hikksss "
" Ehhh elo adiknya Arisya ??! " Tanya Alice pelan. Arsya mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang sudah pasti membuat Alice kelepek-kelepek.. liat aja nich yach... dalam hitungan 5 detik, Alice pasti akan teriak-teriak nggak jelas..
1...... 2.....3.....4......
" Aakkkkhhhhhhh senyumnya.... manis banget.... " Teriak Alice membahana membuat sebeberapa orang menatapnya.
Tuch kan... dari dulu emang seperti itu.. setiap kali cewek-cewek melihat Arsya, pasti reaksi mereka berlebihan banget. Ada yang bilang ganteng.. keren.. manis.. cool hmmm padahal aslinya enggak banget..
" Ichhh Alice... jangan teriak-teriak donk... malu gue "
" Hai ganteng... " Sapa Tania and the gank yang tiba-tiba aja gabung bersama Arisya dan Alice. Padahal nich yach sebelumnya, Tania itu paling anti deket-deket ma Arisya.
" Ngapain lo disini ??! " tanya Arisya ketus. Selalu aja dirinya yang menghadapi para fans Arsya.. sedangkan Arsya hanya akan diam seribu bahasa menanggapi semua fans nya.
" Gue mau nyamperin calon suami gue " Arisya dan alice saling pandang... siapa calon suaminya Tania.. ??!!
" Kenalin... gue Tania... Kalau elo ??! " Ucap Tania sambil menyodorkan tangannya ke arah Arsya, tapi seperti biasanya Arsya nggak pernah menanggapi semua cewek yang mengajaknya berkenalan.
" Emang enak di cuekkin " ketus Alice yang langsung mendapat pelototan tajam dari Tania.
" Jangan macam-macam lo sama adek gue "
" Ohhh jadi cowok ganteng ini adek lo yach ??! Wahhhh... " ucap Tania dengan gayanya yang sok syantiikk...
" Dia temen lo... ??! "
" Bukan... " Jawab Arisya dan Alice serentak. Siapa juga yang mau berteman dengan cewek keganjenan seperti Tania.
" Duchhh... kalian ini kok minder banget sich ngakuin kalau gue ini temen kalian. Gue tau kalau gue ini lebih cantik dari kalian, lebih modis dan lebih mempesona.. kalian jangan malu gitu donk temenan sama gue "
Aduhhh jadi pengen muntahkan dengerin Tania ngebacot..
" Gue Arsya... adiknya Arisya... kalau gitu gue permisi dulu... Sya... habis ini langsung pulang kerumah tante Mita kan ??! "
" Iya... "
" Ya udah A pergi dulu yach... "
" Ntar kalau sudah sampai Telp yach A "
" Iya.... "
Alice dan Tania masih terpaku melihat Arsya yang sudah pergi. Sebenarnya apa sich yang diliat mereka di diri Arsya, kenapa mereka begitu terpana hanya dengan menatap Arsya.
" Adek lo mau kemana ??! " Tanya Alice penasaran. Hmmm bakalan jadi mak comblang lagi ini nampaknya.
" Ke Ausi .... "
" Hei kakak ipar... gue minta donk no calon suami masa depan gue " nah kali ini mulutnya Tania yang cuap-cuap. Nyebelin banget.
" Jangan panggil gue kakak ipar, mual gue dengerinnya " ketus Arisya yang memilih untuk pergi dari cewek ganjen satu ini.
" Sya..... " ucap Alice yang pastinya ingin mengorek tentang Arsya. Kesel bangeeeettt.
" Kalau lo mau tanya soal Arsya, tanya aja sendiri ma orangnya... "
" Kan Arsya lagi ke Ausi "
" Tunggu dia pulang aja... "
" Kapan ??! "
" 2 Tahun lagi... " bohong Arisya. Senyuman Arisya mengembang saat melihat wajah sendu sahabatnya.
Kali ini Arisya harus bisa sedikit cuek sama fans Arsya kalau nggak mau hidupnya diganggu sama mereka seperti dulu.
****
jangan lupa di follow, comment, like and vote yach hehehheehe 😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!