PERKENALAN TOKOH
Annisa Raihana Putri
Anak pertama dari dua bersaudara. Ia adalah gadis yang sholeha, mandiri, cantik, berkulit putih, dengan tinggi semampai dan smart. Saat kedua orang tuanya menjodohkan nya dengan anak dari sahabat ayah nya yang notabene nya seorang pemuka agama, ia sama sekali tidak menolak. Baginya apapun pilihan orang tua nya itulah yang terbaik untuk nya.
Rafka Hardinata
Anak tunggal seorang pemuka agama yang sangat tersohor di kota nya. Ia adalah lulusan university kairo mesir. Sosok nya tampan berkulit putih, gagah, hidung nya mancung, tatapan mata nya yang tajam, serta bulu halus yang tumbuh di permukaan wajah nya yang membuat ia terlihat sangat macho sehingga perempuan mana pun pasti akan kepincut dengan nya saat pertama kali bertemu.
Di balik wajah nya yang tampan dan penampilan nya yang menawan. Rafka ternyata adalah sosok pria yang begitu bisa menjaga wibawa nya sehingga tak sembarangan wanita bisa akrab dengan nya.
***
" Nisa anak ayah, kesini sebentar nak ayah mau bicara " Panggil ayah.
Annisa yang sedang duduk di ruang keluarga dengan laptop di pangkuan nya segera bangkit dari duduk nya menghampiri ayah yang sedang memanggil nya.
" Ada apa ayah? tumben nih khusus banget ngajak Nisa ngomong." Ucap Annisa sembari tersenyum lembut
" Apa kamu punya pacar nak?" Tanya sang ayah kepada putri nya. Bukan tanpa alasan ayah bertanya seperti itu, yah seperti kita lihat di jaman sekarang banyak nya muda - mudi yang sudah berpacaran bahkan di usia mereka yang sangat dini.
" Enggak ada ayah, tumben nih ayah menanyakan ini kepada Nisa " Jawab Nisa polos sembari menatap lembut wajah ayah nya.
" Alhamdulillah kalau kamu belum punya pacar nak, sebenar nya ayah berniat mau menjodoh kan mu dengan anak sahabat ayah. Ustadz Maulana kamu masih ingat kan?" Ujar ayah seraya menatap wajah putri nya dengan lembut.
Annisa terdiam saat mendengar ucapan sang ayah yang kini sedang berniat untuk menjodohkan. Ia ingin menolak namun lidah nya seakan kelu saat ingin menyampaikan pendapat nya.
" Nisa, kamu kenapa diam nak? Apa kamu tidak setuju?" Tanya ayah saat melihat putri nya yang kini terdiam.
" Eh, tidak ayah. Oya Ustad Maulana mana ya yang ayah maksud." Lamunan Nisa seketika buyar dan kini ia tampak sedang berfikir mengingat - ingat wajah sang ustad yang di maksud oleh ayah nya.
" Itu loh.. tetangga kita dulu yang tinggal di ujung jalan sana." Sang ayah mencoba membangkitkan kembali memori yang ada pada putri nya
" Maaf yah Nisa sedikit lupa," Ujar Nisa berterus terang karena memang benar ia tak mengingat apapun tentang ustad yang di maksud.
" Tidak apa - apa jika kamu tidak lagi mengingat nya. Sebenar nya ayah akan menjodohkan mu dengan anak nya ustad Maulana yang bernama Rafka Hardinata." Ujar sang ayah lembut memberitahukan nama dari anak sang ustad yang akan dijodohkan dengan nya.
Annisa kembali terdiam saat mendengar nama sang mempelai pria yang akan di jodohkan dengan nya.
*B*agaimana ini? Sebenar nya aku masih belum siap untuk menikah. Tapi aku juga tidak tega jika harus menolak permintaan ayah. Walau bagaimana pun aku yakin apapun pilihan orang tua pasti itu yang terbaik untuk anak nya.
Gumam Nisa sembari menatap wajah ayah nya.
" Kenapa kamu kembali diam nak? Apa kamu tidak setuju?" Ucap ayah bertanya saat melihat putri nya yang kini kembali diam.
" Enggak kok yah, Nisa terserah ayah saja. jika memang ini yang terbaik menurut ayah, Nisa akan ikuti yah." Ucap nya sembari tersenyum lembut.
Annisa memang anak yang penurut. ia sama sekali tidak pernah menolak apapun yang di inginkan ataupun perintahkan oleh orang tua nya. Maka dari itu kedua orang tua nya pun sangat menyayangi nya.
" Terima kasih nak, jika kamu sudah setuju ayah akan kabarkan berita baik ini ke ustad maulana," Ucap ayah kembali.
Senyum ayah tampang mengembang saat mendengar tak ada penolakan sama sekali dari putri nya. Ia sangat senang karena sekarang janji nya dengan sahabat nya bisa ia tunaikan
***
Satu minggu kemudian.
Ustad Maulana datang bersama istri nya dengan membawa banyak sekali buah tangan untuk keluarga annisa. Mereka datang dengan di antar sopir pribadi yang sudah bekerja cukup lama kepada keluarga nya.
Di depan pintu ayah dan juga ibu sudah menunggu kedatangan calon besan, mereka juga menyambut nya dengan sangat hangat dan mempersilahkan kedua besan nya itu untuk masuk kedalam rumah.
" Nisa cepat keluar. Ustad Maulana bersama istri nya sudah datang dan ingin bertemu dengan mu." Ucap ibu saat memasuki kamar anak nya.
Annisa yang sedang duduk di atas ranjang nya pun segera berdiri dan memeluk ibu nya.
" Bu.. Nisa gugup." Tutur Annisa mengutarakan perasaan nya yang kini merasa sangat gugup jika berjumpa dengan calon mertua nya.
" Tarik nafas mu dalam - dalam dan ucap kan bismillah, insya allah hati mu kan tenang,"
Nasehat ibu kepadanya.
Annisa kemudian melakukan seperti yang ibu nya suruh dan setelah itu ia pun berjalan keluar menuju ruang tamu bersama ibu nya
" Nisa, sini - sini duduk di samping ayah" uUar ayah sambil menepuk sofa yang ada di sebelah nya.
" subhanallah cantik sekali calon mantu kita ya bun." Puji Ustad Maulana seraya menatap hangat istri nya.
" Maulana, ini putri ku Annisa oh ya putramu kenapa tidak datang kesini?" Ayah memperkenalkan Annisa seraya menanyakan putra dari sahabat nya.
" Dia sedang ada pekerjaan yang harus dia sendiri yang menyelesaikan nya, jadi kami hanya datang berdua untuk melamar Annisa." Jawab ustad seraya menatap wajah istrinya dengan raut wajah sedih dan ternyata Annisa menyadari itu. Ia menyadari saat kedua suami istri itu saling bertatap wajah ada tergurat kesedihan di dalam nya.
*K*enapa seperti nya Ustad Maulana beserta istri nya tampak sedih ketika ayah menanyakan putra nya, apakah jangan - jangan putra nya tidak menerima perjodohan ini.
Gumam Annisa di dalam hati, karena ia tak berani menanyakan langsung kepada mereka.
Di sela - sela pembicaraan.
Ibu datang dengan membawa minuman beserta camilan untuk mereka yang sedang duduk di ruang tamu.
" Aduh, keliatan lagi ngomong serius ini ya. diminum dulu teh nya masih anget, nanti baru di sambung lagi bicara nya hehehe" Celetuk ibu yang datang dari arah dapur seraya menyuguh kan teh dan camilan di atas meja dan kemudian ia pun ikut duduk bersama mereka.
" Enak sekali teh nya, ini kue nya di buat sendiri ya bu." Tanya bunda seraya mencicipi kue yang di bawakan ibu.
" Emm, enak.. ternyata besan kita pandai dalam membuat kue ya." Puji bunda
" Oh, ini Annisa sendiri yang buat. Dia itu jago sekali dalam membuat kue" Ucap ibu seraya menepuk bahu Annisa.
" Oh ya, abi kita memang gak salah pilih ya, ternyata calon mantu kita jago buat kue" Puji bunda sembari menatap wajah suami nya.
Annisa tersipu malu saat mendengar pujian dari calon mertua nya dan kini ia pun menundukkan kepala nya sembari tersenyum malu.
Hari itu orang tua Annisa dan juga Rafka langsung menentukan tanggal dan hari pernikahan nya. Sedangkan Annisa hanya mendengar dan menyimak setiap perkataan yang di ucapkan oleh kedua belah pihak.
bersambung
Hari pernikahan kini telah di tetapkan, yaitu dua minggu lagi. Kedua orang tua Annisa pun mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan anak pertama mereka.
" Nak, pernikahan mu sebentar lagi. Kamu siap kan." Tanya sang Ibu kepada putri nya.
"Insya allah siap Bu, Nisa percaya apapun pilihan Ayah dan Ibu itu pasti yang terbaik untuk Nisa " Ucap nya sembari tersenyum lembut dan memegang tangan Ibu nya.
.
.
.
Satu minggu telah berlalu.
Annisa sedang duduk di depan laptop nya. Melihat berkas - berkas pemasukan serta penjualan dari toko kue nya yang di kirim oleh Fatimah salah satu pegawai nya melalui e-mail nya. Sedangkan Ibu sedang menyirami tanaman di halaman depan rumah nya. Saat Ibu tengah asyik menyirami bunga indah yang tumbuh di pot milik nya. Tiba - tiba Ibu melihat sebuah mobil mewah keluaran terbaru berwarna hitam datang dan parkir tepat di depan halaman rumah nya.
Dari mobil hitam itu turunlah seorang pria tampan berkulit putih tinggi nan gagah, lalu kemudian berdiri di depan mobil nya sembari memperhatikan sekeliling nya.
*Ap*a ini rumah nya Annisa, gadis yang Abi dan Bunda jodoh kan untukku.
Gumam pria tersebut yang tak lain adalah Rafka putra dari Ustad Maulana.
Setelah selesai memperhatikan sekitar nya, kini ia melangkah memasuki halaman rumah orang tua Annisa dan kemudian mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum Ibu." Sapa Rafka lembut.
"Wa'alaikum salam." Balas Ibu sembari menatap wajah Rafka dan kini Ibu pun berjalan menghampiri nya
"Numpang tanya, Bu, apa ini rumah nya Annisa?" Tanya Rafka kepada Ibu.
"Iya nak, ada apa ya?" Jawab Ibu sembari menatap ke arah Rafka.
"Perkenalkan Bu, saya Rafka anak nya Ustad Maulana." Ucap Rafka memberitahukan identitas nya.
"Nak Rafka, ya ampun Ibu hampir saja tak mengenali mu. Sudah lama sekali Ibu tak melihat mu, mungkin sudah sekitar lima belas tahun yang lalu, maka dari itu Ibu hampir tak mengenali mu nak." Ujar Ibu menjelaskan.
"Tidak apa - apa Bu, Rafka juga tadi hampir lupa dengan tempat ini" Jawab nya lembut.
"Ayo masuk-masuk, kebetulan Annisa nya juga ada di dalam." Ucap Ibu dengan senang nya mempersilahkan calon mantu nya untuk masuk kedalam rumah nya yang sederhana. Rafka kemudian mengikuti calon mertua nya dari belakang dan masuk kedalam rumah tersebut.
Di dalam rumah, Rafka tampak memperhatikan sekeliling dan melihat ada banyak foto-foto dinding yang terpajang disana. Di antara foto-foto yang ada disana mata nya kemudian tertuju pada satu bingkai foto yang berisi dua orang gadis sedang bergandengan tangan dan tersenyum manis.
*Ap*a mungkin salah satu nya adalah jodoh yang di pilih kan Abi untukku.
Gumam Rafka sembari memperhatikan foto dinding tersebut.
"Ayah, lihat ini, siapa yang datang." Ucap Ibu penuh semangat.
"Ada apa sih bu teriak - teriak.!! Kuping Ayah masih normal kok jadi gak usah pake teriak." Ucap Ayah seraya menghampiri ruang tamu.
"Eh . . ada nak Rafka. Mari-mari duduk." Ucap Ayah sembari mempersilahkan Rafka duduk.
Ayah sudah mengenali Rafka karena sebelum nya ia sudah bertemu dengan nya beberapa kali. Jadi wajah Rafka tak asing lagi baginya. begitu juga dengan Rafka yang sangat familiar dengan wajah Ayah nya Nisa.
Rafka yang tadi nya bersiri kemudian duduk di sofa.
"Ibu ke belakang dulu ya. Nak Rafka duduk dulu bersama Ayah." Ucap Ibu yang kini bergegas berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu dan pergi menuju ke dalam ruang keluarga.
Saat memasuki ruang keluarga. Ibu melihat putri nya Annisa sedang sibuk dengan laptop nya. Ia datang menghampiri putri nya sembari duduk di samping nya.
"Nisa kelihatan nya lagi sibuk ya." Tanya Ibu lembut sembari menatap ke layar laptop milik putri nya.
"Iya nih Bu, lagi meriksa laporan yang di kirim Fatimah." Ucap Annisa yang masih menatap layar laptop nya.
"Nak, maaf ya kalau Ibu ganggu. Tapi di depan ada nak Rafka tuh, kamu temani dia ya. Lagi pula kalian kan belum kenal satu sama lain jadi pergilah temui dia agar kalian bisa saling mengenal." Ucap Ibu lembut.
"Tapi Bu, Nisa malu." Ucap nya sembari menunduk.
"Kenapa mesti malu. Bukankah kalian harus saling mengenal terlebih dahulu sebelum akhir nya kalian menikah?" Ucap Ibu sembari menatap mata putri nya.
"Tapi Bu," Ucap Annisa namun di potong oleh Ibu nya.
"Nggak ada tapi-tapian. Sekarang kamu tutup laptop nya dan pergi lah kesana temui calon suami mu." Ucap Ibu sembari memegang laptop milik Annisa.
"Oh ya, hari ini kata Bunda nya Rafka kalian harus pergi ke butik untuk fitting baju pengantin. Mungkin karena itu Rafka datang kemari untuk menjemput mu." Ucap Ibu yang membuat Nisa semakin gugup.
Bukan tanpa alasan Annisa gugup. Itu karena sebelum nya ia tak pernah jalan dengan lawan jenis yang sama sekali tak di kenal apalagi harus semobil dengan nya.
"Boleh nggak kalau Nisa nggak usah ikut fitting baju pengantin nya." Ucap Nisa
"Nggak boleh, kamu harus tetap pergi. Lagian ini juga kesempatan untuk kalian agar lebih dekat satu sama lain." Ucap Ibu menjelaskan.
"Tapi Bu, Nisa malu." Ucap Nisa lagi sembari menekuk kan wajah nya di hadapan Ibunya.
"Nggak ada tapi-tapian. Bangkitlah sekarang dan pergi temui dia" Ucap Ibu yang kini berdiri dari duduk nya.
"Yasudah deh, eh . . Ibu mau kemana?" Tanya Nisa yang melihat Ibu nya berdiri dari duduk nya.
"Ibu mau bikinin minum buat calon mantu ibu" Ucap Ibu tersenyum lembut.
"Udah, Ibu duduk saja disana, biar Nisa yang buatin minuman buat kita semua ya." Nisa kemudian bangun dari duduk setelah menutup laptop nya. Ia bergegas pergi ke arah dapur dan mulai membuatkan minuman.
.
.
.
Setelah selesai membuat minuman, Annisa dengan hati hati nya berjalan ke ruang tamu sambil membawa nampan yang berisi minuman dan juga kue yang di buat oleh Nisa sendiri, ia berjalan perlahan - lahan sambil sedikit menunduk kan kepala nya.
" *D*eg..
Jantung Nisa berdebar kencang saat melihat sosok Rafka yang kini sedang duduk di sofa ruang tamu sambil berbicara dan tersenyum lembut kepada orang tua Annisa.
*Ta*mpan sekali.
Ia pun terus melangkahkan kaki nya hingga sampai lah ia di ruang tamu. Annisa sedikit gugup saat ia menyajikan minuman dan kue yang telah di buat oleh nya.
*Ap*a ini dia gadis yang dijodohkan orang tua ku.
Gumam Rafka sembari memperhatikan ke arah Annisa yang kini sudah duduk di samping Ibu nya.
"Silahkan di minum." Ucap Annisa sembari menunduk kan pandangan nya, tak berani menatap langsung wajah Rafka yang kini duduk di hadapan nya.
Rafka kemudian mengambil minuman yang di suguhkan Annisa lalu meminum nya.
"Nak Rafka, ini Annisa anak Ayah dan ibu." Ucap Ayah memperkenalkan mereka berdua.
Lumayan cantik
Rafka tersenyum menatap ke arah Annisa saat Ayah memperkenalkan mereka berdua.
.
.
.
Tak ingin berlama-lama, Rafka lalu menyampaikan maksud dan tujuan nya datang kesana.
"Ayah,Ibu, sebenar nya Bunda nyuruh Rafka kesini untuk jemput Annisa, karena kita akan melihat baju pengantin hari ini." Ucap Rafka mengutarakan niat nya datang kerumah itu dengan sopan.
"Rafka juga minta izin sama Ayah dan juga Ibu untuk membawa Annisa hari ini." Ujar Rafka lagi.
"Ayah dan Ibu izinkan kalian pergi nak. Tapi ingat, jangan pulang terlalu malam dan juga jaga Annisa dengan baik, ya." Ucap Ayah kepada Rafka.
"Baik Ayah, Rafka janji nggak akan bawa Nisa pulang malam dan akan menjaga nya untuk Ayah dan juga Ibu." Ucap Rafka.
Ibua dan Ayah tersenyum merasa lega karena sikap Rafka yang sopan dan juga begitu lembut, sehingga ia tak perlu kuatir untuk melepas putrinya bersama Rafka.
"Hmm, kalau begitu izinkan kami pergi sekarang ya Ayah, Ibu." Ucap Rafka sembari bangkit dari duduk nya.
Kedua orang tua Annisa pun mengangguk setuju dan kemudian ikut bangkit dari duduk nya.
"Nisa, kamu pergilah bersiap-siap untuk pergi bersama Rafka." Ucap Ayah kepada putri nya.
"Baik Ayah." Ucap Nisa sembari mengangguk, lalu pergi dengan sedikit menundukkan kepalanya.
Ia kemudian pergi menuju kamar nya dan bersiap-siap.
Dia ambil nya satu steel gamis dan juga pashmina miliknya di dalam lemari. Lalu
setelah bersiap-siap, Nisa pun keluar dari kamar nya dan berjalan menuju ke depan rumah.
Disana Ibu beserta Ayah dan juga Rafka sudah menunggu dirinya di teras rumah. Annisa yang kini terlihat cantik dengan memakai setelah gamis berwarna hijau tua dan balutan hijab pashmina yang berwarna coklat itu pun kemudian menghampiri mereka. Ia tersenyum, namun tak berani menatap langsung Rafka yang ada di depan nya.
"Ayah,Ibu, Nisa pamit dulu yah." Ucap Nisa pamit sembari mencium kedua tangan orang tua nya.
"Ya nak, hati-hati ya." Ujar Ayah kepada putri nya.
Annisa kemudian masuk kedalam mobil mewah milik Rafka. Namun ia memilih duduk di jok belakang karena sungkan terhadap Rafka yang baru dikenal nya.
BERSAMBUNG
Di dalam mobil Rafka memperhatikan gerak-gerik gadis yang akan di nikahi nya. Di lihat nya dari kaca spion depan nya, wajah Annisa terlihat sangat gugup.
"Dia terlihat sangat gugup hingga mengeluarkan keringat. Atau mungkin ac nya yang tidak dingin.
Rafka kembali menyetel ac mobil hingga kecepatan full. Agar gadis yang sekarang duduk di belakang nya tak berkeringat lagi.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah ibu kota yang ramai siang itu. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka, hingga kini tibalah mereka di tempat yang di tuju. Butik pengantin.
Rafka memarkirkan mobil, dan setelah itu ia turun dari sana, sedangkan Annisa terlihat masih betah untuk duduk di kursi nya.
"Betah banget dalam mobil.
Gumam nya sembari menghampiri melalui kaca mobil.
"Sudah sampai turunlah." Ucap Rafka dingin sembari menatap sekitar.
Mendengar ucapan Rafka. Annisa kemudian turun dari sana dan melangkahkan kaki nya mengikuti sang calon suami yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan nya.
Tap tap tap
Suara langkah kaki mereka yang berjalan serentak.
Saat mulai memasuki butik pengantin, tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu menyapa mereka dengan sangat ramah.
"Selamat datang Rafka." Sambut seorang wanita yang tak lain adalah sang pemilik butik bernama Elis. Elis adalah sahabat dari Nani Bundanya Rafka, maka dari itu ia sangat mengenal Rafka.
"Terima kasih Tante." Balas Rafka sembari tersenyum hangat.
"Ini Annisa ya." Ucap Tante Elis yang kini melirik ke arah belakang Rafka. Ia langsung mengenali Annisa karena sebelum nya Bunda Rafka sudah menunjukkan foto calon mantu nya itu kepada nya.
"Iya Tante." Jawab Annisa sembari tersenyum.
"Wah, kamu cantik sekali Nisa. Nggak salah Nani memilih mu menjadi calon mantunya. Udah cantik sopan pula." Puji Tante Elis sembari menatap Annisa dengan lembut.
"Terima kasih Tante." Jawab Annisa tersipu malu.
"Kalian datang kesini mau lihat baju pengantin kan. Sini-sini biar Tante tunjukkan." Ucap Tante Elis bersemangat menunjukkan hasil karya nya kepada Annisa dan juga Rafka.
Mereka pun kemudian mengikuti Tante Elis menuju ke ruangan tempat nya menyimpan gaun pengantin.
Butik pengantin Tante Elis memang lumayan besar, terdapat beberapa ruangan di dalam nya. Seperti ruang ganti, ruang gaun pengantin yang terpisah dari setiap model nya. Dari pria maupun wanita semua nya di tata rapi di ruangan yang berbeda.
"Nah, ini baju pengantin kalian." Tunjuk Tante Elis memperlihat kan baju pengantin hasil karya nya, kepada Rafka dan juga Annisa.
"Coba kamu pakai Raf, pas tidak. Kalau tidak pas bisa Tante perbaiki lagi." Ujar nya seraya menyodorkan baju jas berdomisili warna creme kepada Rafka untuk mencoba nya.
rafka kemudian mengambil baju tersebut, lalu melangkah pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian nya.
Sedangkan disana Tante Elis juga memegang gaun pengantin untuk Annisa.
"Nisa, kamu coba juga ya. " Ucap Tante Elis menyodorkan gaun pengantin yang berwarna senada dengan Rafka.
"Oh, iya Tante." Ujar Nisa sembari mengambil gaun nya.
"Gantilah disana." Tunjuk Tante Elis ke arah ruang ganti khusus Wanita.
Annisa kemudian pergi ke arah ruang ganti yang di tunjuk Tante Elis seraya menenteng gaun nya.
***
Setelah selesai memakai setelan nya, kini Rafka melangkah keluar berjalan mendekati Tante Elis.
"Tante, gimana?" Ujar nya sembari berdiri tepat di depan Tante Elis.
"Wah Raf!! Kamu tampan sekali." Ucap Tante Elis seraya memegang pipi Rafka yang di tumbuhi bulu-bulu halus.
"Memang nya selama ini Rafka kurang tampan ya Tante." Ujar Rafka sembari menaikkan alis nya.
"Kamu itu udah tampan dari sono nya, dan ketika kamu pakai setelan ini kamu jauh terlihat sangat-sangat tampan." Puji Tante Elis.
"Ah, Tante bisa aja." Ujar Rafka yang kemudian tersipu malu saat Tante Elis kembali memuji nya.
Sementara itu.
Annisa yang sudah selesai memakai gaun pengantin nya kini keluar dari ruang ganti.
Ia melangkah perlahan menuju ke arah Tante Elis yang kini terlihat sedang begitu asyik berbicara dengan Rafka.
"Deg . .
Jantung Annisa berdegup kencang saat ia melihat Rafka yang sudah memakai setelan nya, dan kini berdiri berdampingan bersama Tante Elis.
"Sungguh indah ciptaan mu ya Allah.
Gumam nya sembari terus berjalan mendekati Tante Elis
"Tante.." Panggil Nisa dari belakang.
Tante Elis menoleh.
"Wah-wah.!! Annisa kamu cantik sekali." Puji Tante Elis seraya menyandingkan Rafka dan Annisa.
"Hmm, kalian berdua cocok sekali. Sangat serasi." Puji nya lagi sembari memeriksa gaun yang di pakai Annisa.
"Seperti nya ini sudah pas" Ucap Tante Elis dan kemudian beralih ke arah Rafka mengecek baju milik nya.
Rafka termenung sejenak saat memperhatikan Annisa yang kini berada di hadapan nya dengan setelan gaun pengantin yang di pakai nya.
"Sungguh indah . .
Gumam nya sembari menatap ke arah Annisa.
"Seperti nya punya mu agak kebesaran ya Raf. Coba deh lepas, biar Tante tandain, dan nanti akan Tante perbaiki lagi." Ucap nya sembari memandang ke arah Rafka.
"Ehm, kayak nya dari tadi kamu merhatiin Nisa terus deh. Kenapa, dia cantik ya." Goda Tante Elis yang membuat Rafka terkejut dan langsung memalingkan wajah nya kearah lain.
"Kenapa aku jadi menatap nya terus sih. Tapi dia memang cantik sih.
Gumam nya.
"Sudah kan Tante." Ucap Rafka tanpa menjawab pertanyaan dari Tante Elis.
"Sudah " Jawab Tante Elis seraya tersenyum geli saat melihat Rafka yang mulai salah tingkah ketika dia ketahuan mencuri pandang ke arah Annisa.
Annisa pun sama. Pipi nya mulai memerah saat mendengar ucapan Tante Elis yang mengatakan bahwa sedari tadi Rafka terus memperhatikan nya.
Setelah Tante Elis selesai memeriksa semuanya.
Rafka kemudian pergi melangkah kan kaki nya menuju ke ruang ganti. Ia mengganti pakaian nya dengan baju yang dikenakan nya tadi.
Annisa pun begitu.
Ia juga kembali ke ruang ganti untuk mengganti gaun nya dengan setelan gamis yang di pakai nya tadi.
***
"Tante, rafka pamit dulu ya. Masih ada urusan lain soal nya." Ucap Rafka pamit kepada Tante Elis.
"Annisa juga pamit ya Tante." Timpal Annisa lembut seraya menyalim Tante Elis.
"Baiklah, kalian hati hati di jalan ya." Ucap Tante Elis tersenyum lembut.
Mereka akhir nya keluar dari butik tersebut, dan kemudian melangkah kan kaki nya menuju ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari depan butik.
Rafka kemudian menaiki mobil nya, begitupun dengan Annisa yang kini kembali duduk di kursi belakang. Jujur, ia masih tak berani duduk di samping Rafka terlebih lagi menatap nya secara langsung. Sungguh saat ini ia masih sangat gugup.
Dari kaca spion Rafka menarik nafas panjang.
"Huuuuh!!"
*G*adis ini, apa dia menganggap aku supir nya.
Gumam Rafka seraya melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang, meninggalkan butik milik Tante Elis.
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!