“Bagaimana para saksi ?”
“Sah”
“Sah”
“Sah”
Kanaya putri cantik keturunan keluarga Abraham kini telah resmi menikah dengan pria yang sangat ia cintai. Pernikahannya di lakukan di kediaman keluarga pria yang kini telah menjadi suaminya, Adrian.
Senyum mengembang di bibir Kanaya ketika ia telah menjadi seorang istri sekarang. Semua nampak begitu bahagia menyaksikan pernikahannya bersama Adrian, namun ada yang membuat hati Kanaya terasa hampa yaitu sosok Papanya sendiri, Kaisar. Sebab Kanaya menikah dengan Adrian tanpa restu darinya.
Kanaya nekat melawan Kaisar demi membela Adrian dan menikah dengan Adrian tanpa restu dari Kaisar. Namun Kanaya sebisa mungkin tampak begitu bahagia, menyembunyikan perasaannya.
Acara pernikahan itu dilakukan di rumah orang tua Adrian, meskipun sederhana namun kedua orang tua Adrian mengundang begitu banyak keluarga dan teman dekat dan kolega bisnis Adrian yang merupakan seorang pengusaha.
“Selamat anak Ku, akhirnya Kau menikah juga ! Ya walau pun Ibu sebenarnya tidak setuju Kau menikah dengan Kanaya, tapi tidak apa-apa kalau Kau bahagia, Ibu juga akan ikut bahagia.” Kata Yulia, Ibu kandung Adrian yang mengucapkan selamat pada putranya sendiri.
Bagi Yulia jodoh untuk putranya harus ia lihat bibit, bebet, dan bobotnya. Yulia sebenarnya tidak suka dengan Kanaya, sebab Kanaya hanya seorang lulusan sarjana yang tidak bekerja. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sosok Kanaya, menurutnya. Kemudian ia menatap Kanaya begitu tulus dengan mata yang berkaca-kaca. Putri yang ia rawat sejak kecil itu, kini memang sudah tumbuh dewasa, dan sudah selayaknya menikah.
Baik Yulia atau pun Adrian tidak tahu kalau sebenarnya Kanaya adalah seorang cucu dari keturunan konglomerat yang hartanya tak akan habis tujuh turunan, belum lagi Ibu kandungnya yang merupakan seorang Diva terkenal.
Sorot mata Kanaya kemudian tertuju pada Kayra, Ibu sambungnya yang sudah seperti Ibu kandungnya sendiri datang bersama saudara tirinya, Kaysan.
Mereka datang secara diam-diam untuk menghadiri pernikahan Kanaya dan Adrian, tanpa sepengatahuan Kaisar. Sebab jika Kaisar tahu, tentu saja Kaisar akan marah besar pada mereka berdua.
“Mama..” lirih Kanaya dalam hati.
Kayra memeluk Kanaya dimana kini Kanaya menangis bahagia, ternyata Kayra masih peduli padanya. Meskipun ia telah bersikap arogan dan egois menikah tanpa restu dari Kaisar.
“Selamat Kanaya. Mama harap Kau bahagia.” Bisik Kayra
Kayra menghapus air mata Kanaya dengan lembut.
“Jangan menangis, ini hari bahagia mu.” Bisik Kayra, dan Kanaya pun menganggukkan kepalanya.
“Anda siapa ?” tanya Adrian, ia tidak tahu siapa Kayra dan Kaysan sebab identitas Kanaya sejak kecil selalu di sembunyikan oleh Kaisar. Bukan tanpa sebab, itu semua terjadi karena banyak orang yang tidak suka dengan keluarga Kaisar. Sebab Kaisar adalah seorang pebisnis besar, musuh yang secara nyata dan tak terlihat begitu banyak ada disekitarnya untuk menjatuhkannya dan mengambil alih kekuasaannya. Untuk itu Kaisar sangat menjaga identitas anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan baik tanpa rasa takut.
“Kami keluarga jauh, Kanaya” ucap Kaysan diman pria itu sudah tumbuh menjadi pria yang tampan dan selalu menjadi primadona para wanita di kampusnya bahkan di lingkungan luar.
Kanaya hanya diam ketika Kaysan menyebutkan identitas Kayra dan Kaysan.
“Benar begitu, Sayang ?” tanya Adrian
“Iya, Mas !” Jawab Kanaya terbata-bata. Ia bisa melihat sorot mata Kayra memintanya untuk tidak mengatakan pada suaminya siapa sebenarnya mereka berdua.
Yulia memperhatikan tampilan Kayra dari atas sampai bawah. Yulia bukan tidak mengerti tentang fashion sebab pergaulannya para sesama para sosialita. Namun ia tak yakin apa yang dikenakan oleh Kayra sesuai dengan dugaannya.
“Alah, pasti dia pakai barang-barang palsu !” kata Yulia menganggap remeh Kayra bahkan tersenyum meledek ke arah Kayra. Kaysan yang tahu betul jika Mamanya tengah di tatap oleh Ibunya Adrian, ingin sekali ia merobek kan bibir wanita itu yang tanpa sepengatahuan Mamanya telah berani mengejek Mamanya.
...****************...
“Jadi kita tinggal disini, Mas !” tanya Kanaya, dimana Adrian mengajak Kanaya untuk tinggal di rumah orang tuanya, dan otomatis mereka akan satu atap dengan Ibunya Adrian.
“Kenapa? Kau tidak suka ?” tanya Adrian dengan lembut.
“Tidak apa-apa. Mas !” jawab Kanaya.
“Ku harap Kau mengerti ya, Sayang. Selama ini Aku hanya punya Ibu Ku, jika Kita pindah dari sini. Lalu bagaimana dengan Ibu ? Aku kasihan padanya, apalagi usianya sudah mulai menua. Aku takut dia kenapa-napa tanpa ada yang menjaganya.” Kata Adrian dengan lembut, berharap Kanaya bisa menerima jika harus tinggal satu atap dengan mertua.
Kanaya diam mencerna ucapan pria yang sudah menjadi suaminya itu. Memang mungkin ada benarnya tidak seharusnya mereka meninggalkan Ibu karena Ibu hanya hidup sendirian.
“Ya sudah, tidak apa-apa, Mas.” Jawab Kanaya dengan tulus. “Aku juga ikhlas merawat Ibu mu.” Sambung Kanaya lagi.
Adrian terharu mendengarnya, ia kemudian memeluk Kanaya dan mencium seluruh wajah Kanaya.
“Kita lakukan disini, atau di hotel saja ?” tanya Adrian, ini adalah malam pertama mereka. Tentu saja mereka ingin malam pengantin itu berkesan bagi keduanya.
“Menurut, Mas ?” ucap Kanaya dengan wajah yang bersemu merah.
“Ya sudah, Ayo kita ke hotel saja !” kata Adrian dan keduanya sama-sama terkekeh.
Pada akhirnya keduanya memutuskan untuk stay di hotel dalam dua hari. Melaksanakan malam pengantin yang begitu berkesan bagi keduanya. Setelah itu keduanya memutuskan untuk pergi bulan madu ke Bali.
“Kalian mau pergi bulan madu ?” tanya Yulia cepat, melihat anak dan menantunya keluar kamar dengan menggeret koper.
“Iya, Ibu.” Jawab Kanaya tersenyum ramah.
“Ibu ikut ya !” kata Yulia yang membuat Kanaya seketika langsung melongo mendengarnya.
“Ibu mau ikut ?” tanya Adrian
“Ya, boleh ya, Adrian ? Ibu ikut.” Kata Yulia tanpa berpikir panjang.
Kanaya hanya bisa pasrah dan merasa kecewa karena Adrian memperbolehkan Ibu mertuanya itu ikut dengan mereka. Padahal Kanaya hanya ingin ia dan Adrian yang pergi dan menikmati momen bulan madu mereka berdua. Layaknya seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya. Namun ternyata angan-angan Kanaya hanyalah sebuah anganan semata. Sebab Ibu mertuanya malah ikut dengan mereka.
Satu minggu mereka di Bali dan menikmati liburan, Kanaya menjadi tidak leluasa ketika bersama Adrian. Sebab Ibu mertuanya itu selalu memonopoli Adrian dan menempel pada Adrian. Kanaya menjadi iri sendiri seharusnya Kanaya yang selalu jadi prioritas Adrian dan ada disamping Adrian bukan Ibu mertuanya.
“Kau jangan iri ya, Kanaya. Ingat Aku ini Ibu mertua mu. Ibu hanya belum terbiasa kalau putra Ibu sudah menikah dengan mu.” Kata Yulia sembari ber selfie bersama putra kesayangannya, Adrian.
Kanaya hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, menanggapi ucapan Ibu mertuanya itu.
Sepulang dari Bali, saat di kamar Kanaya terlihat murung dan tak bersemangat. Itu karena momen bulan madunya dirusak habis oleh Ibu mertuanya. Menyadari perubahan sikap Kanaya, Adrian yakin pasti istrinya tersebut kecewa karena bulan madu mereka.
“Sayang, teman Ku menyewakan villanya, Kita kesana ya ?” ucap Adrian yang membuat Kanaya langsung menoleh padanya.
“Ke villa ?” ucap Kanaya
“Iya ! Kau pasti suka !” kata Adrian tersenyum manis ke arah Kanaya.
“Kita pergi berdua ?” tanya Kanaya memastikan, sebab ia takut jika nanti Ibu mertuanya malah ingin ikut lagi dengan mereka.
“Tentu saja ! Maaf ya, kalau bulan madu kita kemarin terganggu karena Ibu.” Ucap Adrian merasa bersalah.
Kanaya hanya tersenyum menanggapinya. “Tidak masalah.” Jawab Kanaya.
Adrian kemudian membawa Kanaya ke dalam pelukannya. Kehidupan rumah tangga mereka baru saja di mulai saat ini. Mereka berharap pernikahan mereka mendapatkan kebahagiaan yang tiada batas namun ternyata harapan itu hanyalah sebuah harapan yang Kanaya bayangkan. Sebab pernikahannya bersama Adrian tak seindah cerita di novel dan film yang ada.
...****************...
Tiga tahun kemudian,
Setelah Kanaya melahirkan anak pertamanya, kehidupan rumah tangga Kanaya dan Adrian jauh dari kata bahagia. Bisnis Adrian kini berada di ujung tanduk. Adrian bingung harus bagaimana menyelamatkan perusahaannya. Sedangkan kebutuhan keluarganya harus tetap terpenuhi dan para karyawannya yang terus mendesaknya untuk memberikan upah pada mereka sebagaimana mestinya.
“Tuan Adrian, ini sudah lewat dari tanggal pemberian gaji karyawan. Para karyawan melayangkan protesnya !” kata asisten pribadi Adrian.
“Apa mereka tidak bisa bersabar ? Aku pun sedang berusaha untuk mencari investor !” kata Adrian dengan kesalnya.
Belum hilang rasa kesalnya, Adrian mendapatkan notifikasi di ponselnya berupa total belanja dari kartu kredit yang di pakai oleh Ibunya.
“250 juta !” Adrian hanya bisa menghela nafasnya, belum tuntas masalah mempersiapkan gaji karyawannya. Adrian harus melihat nominal belanja yang Ibunya lakukan harinya.
Belum lagi Kanaya yang mengirimkan pesan padanya jika ia harus membayar uang sekolah Kendra dan kelas renangnya.
Kepala Adrian mendadak ingin pecah, sebab saldo di rekeningnya hanya tersisa 300 juta. Tidak cukup untuk membayar kebutuhan keluarganya apalagi gaji para karyawannya.
“Tuan…ini tagihan listrik dan air yang harus segera di bayarkan !” ucap bendahara kantor Adrian yang memberikan laporan padanya.
Adrian hanya bisa mengusap kasar wajahnya dan menarik rambutnya ke belakang. Keadaan seperti ini benar-benar memusingkan kepalanya. Sebab pikirannya pun sudah buntu, entah bagaimana harus mencari jalan keluarnya.
Malam harinya Adrian datang ke sebuah club dan duduk di bar melihat minuman beralkohol yang sudah tertuang di gelasnya. Adrian hanya menatap minuman itu dengan perasaan hampa. Ia bingung harus bagaimana mencari jalan keluar atas permasalahan yang terjadi pada bisnisnya.
Teman-teman yang ia punya semuanya seakan menjauhinya. Tidak ada dari mereka yang satu pun mau membantunya. Bahkan banyak diantara mereka malah menertawakannya dibelakangnya.
Saat Adrian termenung, kemudian ia menoleh ke sampingnya ketika mendengar suara dan wajah seseorang yang sangat ia kenal, pria itu temannya sewaktu masih kuliah.
“Romi ?”
“Apa kabar mu, Adrian ?” tanya Romi sudah lama mereka tidak bertemu dan kini mereka bertemu lagi secara tidak sengaja.
“Kacau !” jawab Adrian kemudian menyesap minumannya dengan perlahan.
“Why ? Ada apa dengan mu ?” tanya Romi ingin tahu.
“Bisnis ku sebentar lagi berakhir !” jawab Adrian dengan suara beratnya.
Romi hanya diam mendengarnya.
“Tapi Kau kan punya istri ! Bukan kah istri itu adalah penyemangat bagi seorang suami ?” kata Romi yang sedikit tahu tentang kehidupan Adrian sebab ia sering melihat kebersamaan Adrian bersama istrinya, Kanaya. Di media sosial milik Adrian.
“Iya istri Ku memang penyemangat ku, apalagi dia itu sangat cantik sekali !” kata Adrian memuji istrinya di hadapan Romi.
Romi hanya tersenyum mendengarnya,
“Jadi apa kesibukan mu, Rom ?” tanya Adrian
“Aku bekerja sebagai asisten pribadi seorang pengusaha besar !” jawab Romi
“Tapi Aku sedang kebingungan !” kata Romi lagi
“Ada apa ?” tanya Adrian
Keduanya kemudian terlibat dalam sebuah percakapan yang begitu intens.
“Bos Ku menginginkan seorang wanita !” jawab Romi
Adrian tergelak ingin tertawa mendengarnya.
“Apa susahnya, banyak wanita di dunia ini Kau tinggal pilihkan saja !” kata Adrian
“Tapi setiap kali Aku mendatangkan seorang wanita, dia selalu menolak ! Aku bingung harus wanita bagaimana lagi yang ia inginkan !” kata Romi dan Adrian hanya diam mendengarkannya.
“Dia mengatakan padaku berani memberi 100 milyar, pada wanita itu jika sesuai dengan kriterianya.” Kata Romi yang membuat Adrian langsung membelalakkan kedua matanya.
Uang 100 milyar bukanlah nominal yang kecil. Apalagi bagi Adrian yang memang membutuhkan uang saat ini. Haruskah ia bekerja sama dengan Romi untuk mencari wanita untuk bosnya itu.
“Ayolah kawan bantu Aku !” kata Romi setelah ia menyesap minumannya dan menoleh pada Adrian. Sedangkan Adrian masih tampak diam memikirkan sesuatu.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!