Jantung zeline terasa berpacu dengan cepat kala melihat sebuah pesan yang masuk di handpone suaminya.
"Mas,aku mau kita menikah secepatnya!" Bunyi pesan yang baru saja masuk di handpone suaminya. Tanpa sengaja pesan itu terlihat oleh mata Zeline ketika ingin menyimpan baju yang baru saja ia lipat dengan rapi setelah mengambilnya dari jemuran. Nomor baru tak diberi nama. Itu artinya Delon tak menyimpan kontak tersebut.
Wanita manapun akan langsung tak tenang hatinya ketika mendapatkan sebuah pesan mencurigakan seperti itu. Dengan cepat Zeline meraih handpone yang tergeletak di atas meja dan segera ingin membukanya. Mumpung sang suami Delon masih di lantai bawah mengambil berkas yang lupa ia bawa saat bekerja tadi.
"Sialan! sejak kapan ia menggunakan password?" gumam Zeline bertanya-tanya. Kecurigaan nya semakin kuat kala mengetahui kini handpone Delon telah menggunakan password. Padahal selama ini baik dirinya maupun sang suami tak ada yang menggunakan password pada handpone mereka.
"Ting!" kembali lagi sebuah pesan masuk. Namun urung dilihat oleh Zeline karena saat ini terdengar langkah kaki menuju kamar. Sepertinya Delon sudah kembali. Dengan cepat wanita cantik berkulit putih itu menyimpan handpone sang suami dengan posisi yang tak berubah. Sebisa mungkin Zeline tetap bersikap biasa seolah-olah tak terjadi sesuatu. Ia kembali sibuk merapikan pakaian dan menata beberapa barang yang terlihat berserakan. Akan tetapi berbagai macam pikiran negatif mulai timbul dalam dirinya.
"Apa aku tanya saja siapa pengirim pesan itu ? Ah,jika seperti ini Mas Delon bisa saja berbohong dan tak mengatakan yang sesungguhnya. Mana ada pembohong yang langsung ngaku." Monolog Zeline pada dirinya sendiri sambil tetap pura-pura sibuk dengan pekerjaannya.
Sesaat kemudian,masuklah sosok tinggi dan tampan dengan membawa beberapa lembar kertas ditangannya. Dialah Delon suami Zeline yang saat ini bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan yang cukup besar di kota tempat saat ini mereka tinggal.
Sementara itu handpone Delon terus berdering pertanda ada banyak pesan masuk. Pria itu langsung meraih benda pipih tersebut dan segera serius berbalas pesan. Zeline hanya melirik sekilas. Bisa ia lihat bahwa perubahan wajah suaminya begitu tegang. Maka semakin kuat lah kecurigaannya bahwa benar sang suami sedang menyembunyikan sesuatu.
"Sayang,Mas keluar dulu ya ? Soalnya Bakri minta bantuan untuk menyelesaikan laporan yang sore nanti harus segera di kumpul." Ijin Delon sambil bersiap-siap. Meski sang istri belum mengiyakan perkataannya,pria itu sudah berpakaian rapi. Seolah-olah apa yang ia katakan tak membutuhkan persetujuan wanita yang sudah beberapa tahun ini menjadi istrinya.
" Iya Mas,hati-hati di jalan." Ucap Zeline dengan senyum paksa. Hatinya saat ini benar-benar sedang gundah memikirkan isi pesan yang sempat ia baca tadi. Mungkinkah saat ini Delon akan pergi menemui wanita itu dan hanya membuat alasan pergi ke rumah temannya agar ia tak curiga ? Atau kah memang saat ini Bakri sedang membutuhkan bantuan Delon ? Bisa saja nomor tersebut salah berkirim pesan.
Berbagai macam pertanyaan memenuhi pikiran Zeline saat ini. Hingga ia tak menyadari ketika Delon sedang menatapnya.
"Kamu kenapa sayang ? Lagi mikirin apa mm ?" Tanya Delon dengan lembut.
Seketika Zeline gelapan dan tersadar dari lamunannya.
"Ah,aku sedang memikirkan bagaimana caranya agar barang-barang di ruangan ini tak berserakan terus menerus." ungkap Zeline yang dengan cepat mendapatkan sebuah alasan yang masuk akal bagi Delon.
"Oww...ya sudah. Jangan terlalu dipikirkan. Mas tak masalah jika sesekali kamar ini berantakan. Jika kamu lelah istirahatlah." ucap Delon dan langsung memeluk Zeline dengan erat serta mendaratkan kecupan ringan di kening sang istri.
"Mas pergi dulu ya ? Ingat istirahat yang cukup." Pamit Delon dan langsung keluar dari kamar. Dan tak lama terdengar bunyi mobil meninggalkan halaman rumah yang megah tersebut bersama Zeline yang masih diam terpaku di tempatnya,sambil memikirkan sang suami.
"Mas Delon memang masih tetap romantis dan lembut seperti dulu. Tak ada yang berubah dari nya. Tapi ....pesan itu,kenapa sangat mengganggu ku ? Kan bisa jadi salah kirim. Tapi jika salah kirim kenapa aku tak mendengar mas Delon berkomentar atau sekedar bercerita tentang pesan itu ? Ah ...lebih baik aku susul saja dia. Daripada mati tersiksa memikirkan apa yang ingin ku ketahui." Akhirnya setelah berperang dengan berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikirannya,Zeline memutuskan untuk menguntit sang suami.
Sesuai dengan perkataan sang suami,Zeline mengikuti kepergian Delon yang saat berangkat berpamitan ingin menemui Bakri. Sangat beruntung bagi Zeline karena cukup mengenal Bakri sebagai teman akrab suaminya. Dan bahkan sudah beberapa kali ia diajak oleh sang suami ke rumah pria bernama Bakri. Hingga hal ini membuat Zeline mengetahui alamat rumah sahabat suaminya itu.
"Itu mobil Mas Delon. Berarti benar dong ia ke rumah Bakri. Huh! Berarti aku yang terlalu berpikir negatif." keluh Zeline pada dirinya sendiri sambil memacu mobilnya dengan cepat melewati rumah tersebut agar tak dicurigai oleh sang suami sedang menguntit. Jika sampai ketahuan ia akan mencari alasan bahwa tak sengaja lewat di sana. Sangat kebetulan arah rumah Bakri berdekatan dengan pusat perbelanjaan. Zeline pun langsung membawa dirinya menuju tempat tersebut. Itung-itung hari ini ia akan berbelanja agar rasa bosan dan pikiran negatifnya terhadap sang suami hilang dan digantikan dengan kegembiraannya memilih beberapa barang yang ia suka.
Meskipun tak bekerja,Zeline memiliki beberapa usaha kuliner yang sudah memiliki cabang di mana-mana. Di tambah lagi ia memang terlahir dari keluarga kaya raya yang juga memiliki bisnis yang besar. Hal ini membuat Zeline tak kekurangan uang untuk shopping demi menyenangkan hatinya.
"Ah,lebih baik melakukan perawatan terlebih dulu baru berbelanja." Pikir Zeline sambil melangkahkan kakinya menuju sebuah salon langganannya.
Setelah puas melakukan perawatan,kali ini Zeline melangkahkan kakinya menuju toko perhiasan. Ia ingin membeli perhiasan dengan model baru yang belum ia miliki.
Namun dari kejauhan,samar-samar Zeline bisa melihat sosok persis seperti Delon sang suami sedang menggandeng mesra seorang wanita. Tubuhnya bergetar hebat penuh rasa was-was sambil memastikan bahwa pandangannya saat ini semoga salah. Sosok yang sedang diamati Zeline sedang membelakangi dan sibuk memilih perhiasan untuk sang wanita.
"Mas,aku mau yang model ini saja. Gapapa kan lebih mahal dari yang itu ?" tanya sang wanita dengan nada manja.
"Iya sayang. Kamu ambil saja yang mana yang kamu suka." ucap sang pria dengan lembut.
Dan benar saja. Suara itu ....adalah suara Delon. Zeline sangat mengenalnya. Seketika sekujur tubuh wanita itu terasa lemas dan perlahan-lahan mundur sedikit menjauh dari kedua pasangan yang masih asik dengan kesibukan mereka. Dirinya tak sanggup melihat pemandangan yang menyakitkan hati tersebut. Hingga beberapa detik otak cerdas Zeline mulai kembali bekerja. Sambil menahan rasa sakit hati yang kian menderanya,wanita itu segera mengambil handphonenya dan memotret pemandangan yang tak jauh berada di depannya. Sambil sedikit menyembunyikan dirinya di beberapa tumpukan barang-barang jualan,Zeline berusaha mendapatkan potret sang suami bersama wanita lain. Sangat kebetulan kedua insan tersebut menghadapkan wajah mereka ke arah Zeline.
"Ternyata Mas Delon berbohong! Tapi tadi memang mobilnya aku lihat di rumah Bakri. Kenapa sekarang malah di sini ? Ah,,,bagaimanapun juga apa yang aku lihat sekarang kenyataannya Mas Delon memiliki wanita simpanan." Geram Zeline sambil memutar balik langkahnya menuju sebuah stand yang menjual minuman dingin. Ia ingin mendinginkan suasana hatinya yang panas setelah mengetahui perangai asli sang suami yang selama ini sangat ia cintai.
Tanpa sepengetahuan Zeline,sebenarnya Delon memang ke rumah Bakri untuk keperluan lain,bukan karena pekerjaan. Hanya beberapa menit saja pria itu berada di rumah temannya tersebut. Setelah itu ia langsung menuju sebuah rumah yang ditinggali oleh wanita simpanannya.
Kedatangan Delon langsung disambut dengan wajah kesal oleh wanita bernama Talita. Selingkuhan Delon yang baru enam bulan menjalin hubungan.
"Mas itu kenapa sih ? Kok lama banget ? Udah gitu pesan ku juga lama di baca dan di balas." Cecar Talita penuh emosi.
"Mas nggak mau ya nikah sama aku ?" todong Talita lagi tanpa memberikan kesempatan pada Delon untuk sekedar berbicara.
"Aku sekarang lagi hamil Mas!"
"Hamil ?" tanya Delon seketika terbengong. Satu hal yang sama sekali tidak ia inginkan terjadi antara hubungannya bersama Talita.
"Iya aku hamil. Kenapa Mas ? Kok kayak nggak suka ? Mas nggak mau bertanggung jawab ?" tuduh Talita penuh emosi. Apalagi wanita itu melihat wajah Delon yang seperti tak menginginkan kehamilannya.
"Bukan begitu sayang ...." Bujuk Delon dengan cepat. Ia tak mau selingkuhannya itu menjadi marah. Sebisa mungkin ia membuat alasan.
"Duduk dulu ya ? Tenangkan diri ... Mas nggak ke mana-mana. Kamu jangan dulu berpikiran macam-macam." Ucap Delon menenangkan Talita.
Sang wanita pun menurut dan mulai tenang. Kini keduanya berada di dalam ruangan tengah yang cukup luas. Rumah Talita dengan ukuran yang cukup besar tersebut memang dibelikan oleh kedua orang tuanya agar Talita nyaman berkuliah dan tak lagi memikirkan biaya sewa rumah. Talita berasal dari keluarga yang cukup berada dan merupakan anak tunggal,sehingga apapun yang ia inginkan selalu dituruti oleh ayah dan ibunya.
"Talita,apa kamu sudah benar-benar yakin hamil ?" Tanya Delon hati-hati. Pria itu takut selingkuhannya akan mengamuk dan tersinggung.
"Maaf...maksud aku, apa kamu sudah menggunakan testpack ?" Secepat mungkin Delon memperbaiki kata-katanya.
"Mas nggak percaya ? Ya udah,kita ke dokter kandungan saja sekarang !" setelah berkata,Talita langsung bergegas masuk ke dalam kamar.
Sementara Delon duduk terdiam memikirkan perkataan Talita. Bagaimana tidak,selama mereka melakukan hubungan intim,Delon selalu menggunakan pengaman. Ada sedikit keraguan jika ia benar-benar menghamili Talita. Namun hati kecilnya mengatakan mungkin saja pengaman yang saat itu ia gunakan bocor karena tidak mungkin Talita berselingkuh darinya. Sedangkan selama ini ia selalu bersama wanita itu dan tak mendapati tanda-tanda memiliki pria lain.
"Ayok Mas kita berangkat." kini Talita terlihat sudah berpakaian rapi,tak lupa tas jinjing ia kenakan.
Delon pun mengangguk dan bangkit berdiri serta berjalan menuju mobilnya. Langkahnya terasa berat untuk mengikuti keinginan sang selingkuhan. Sungguh ia tak ingin Talita hamil begitu cepat. Niat hati ingin bermain-main justru kini harus mendapatkan hasil dari perbuatannya.
"kita ke rumah sakit mana sayang ?" Tanya Delon dengan lembut ditengah kekalutannya.
"Rumah sakit Medika saja. lebih dekat juga tempatnya." jawab Talita sambil memainkan handpone di tangannya.
Kedua insan itu kembali terdiam. Saat ini pikiran Delon penuh dengan ketakutan. Pria itu sebenarnya sangat takut Zeline mengetahui perselingkuhannya dan menghentikan semua aliran uang bagi dirinya terlebih lagi pada keluarganya. Selama ini orang tua dan saudara-saudaranya mendapatkan sokongan dana dari Zeline sehingga bisa menikmati hidup yang enak.
Dulunya keluarga Delon adalah keluarga yang sangat sederhana. Semuanya berubah ketika Delon menemukan Zeline dan menikah dengan wanita itu. Zeline adalah sosok istri yang sangat baik dan royal. Sehingga apapun yang dibutuhkan oleh keluarga Delon selalu dipenuhi. Dengan adanya Zeline sebagai penyokong Dana bagi keluarganya,membuat gaji yang diterima oleh Delon bisa digunakan untuk berfoya-foya.
Hubungan perselingkuhan Delon dan Talita sebenarnya tidak diketahui oleh keluarganya. Namun suatu ketika tanpa sengaja Delon yang saat itu sedang bertelepon mesra bersama Talita di dengar oleh Ranti adik perempuan Delon. Alhasil Ranti mendesak sang kakak hingga akhirnya Delon jujur.
Ranti yang mengetahui bahwa Talita pun berasal dari keluarga yang cukup berada merasa senang karena wanita itu berpikir jika Delon memiliki dua orang istri,itu artinya dirinya bisa mendapat uang tambahan. Ranti yang tak bisa menjaga rahasia sang kakak pun menceritakan apa yang sudah ia ketahui dari Delon pada kedua orang tuanya. Namun diluar dugaan,sama seperti pikiran putri mereka,kedua orang tua Delon menyetujui perselingkuhan putranya. Bahkan,keluarga tersebut membantu Delon menyembunyikan perselingkuhannya dari Zeline. Keserakahan yang mereka miliki tak mampu lagi membuat keluarga itu merasa bersyukur dengan apa yang sudah mereka miliki.
Terlena dengan kebebasan dan dukungan dari keluarganya serta tergoda akan kenikmatan sesaat,membuat Delon lupa akan segalanya dan terus membiarkan dirinya terjerumus dalam dosa zinah. Apalagi Talita yang saat itu mengetahui bahwa Delon telah memiliki istri,tak mempermasalahkan Dan siap menjadi madu. Hal ini membuat Delon semakin gelap mata dan serakah. Dan kini dirinya harus memetik buah hasil dari perbuatannya selama ini.
"Ayok sayang." Ajak Delon pada Talita ketika tiba di rumah sakit. Meskipun hatinya sedang gundah,ia tetap berusaha memperlakukan Talita dengan mesra. Saat ini ia tak ingin ribut dengan wanita itu.
...****************...
Sambil bergandengan tangan dengan mesra,Delon dan Talita menuju ruang poli kebidanan. Dan pada akhirnya tiba giliran Talita untuk diperiksa.
"Mas,udah percaya kan kalau aku hamil ?" Tanya Talita sambil menatap Delon. Ia ingin tahu bagaimana reaksi pria itu,setelah keluar dari ruangan pemeriksaan.
Delon yang menyadari bahwa wanitanya itu mengharapkan sambutan yang menyenangkan darinya,secara refleks langsung menyambut Talita dengan pelukan.
"Aku percaya sayang. Kamu jangan banyak pikiran ya ? Mulai sekarang,jaga kandunganmu dengan baik." Ucap Delon berpura-pura bahagia. Andaikan saja Talita bisa membaca isi hatinya saat ini,ia sangat bingung dan ketakutan. Namun sayang,Talita sangat bahagia dengan ucapan Delon,sehingga tak menangkap gerik ketakutan Delon.
"Apa buktinya kalau Mas senang dengan kehadiran bayi dalam kandungan ku ?" Pancing Talita karena sebenarnya saat ini ia menginginkan sesuatu.
"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan ?"
"Belikan aku emas. Aku lihat kemarin ada model terbaru Mas. Boleh ya ?" ucap Talita sambil bergelayut manja.
Delon hanya bisa mengangguk pasrah dengan keinginan Talita. Mereka pun pada akhirnya menuju pusat perbelanjaan demi membeli apa yang diinginkan oleh Talita. Dan di sanalah Zeline memergoki mereka tanpa Delon dan Talita sadari.
Zeline tiba di rumah dengan sekujur tubuh yang terasa begitu lemas. Sepanjang perjalanan pulang setelah melihat sang suami bersama wanita lain,ia terus menguatkan diri agar tidak bertindak gegabah dan berpikir untuk kebut-kebutan saat mengendarai mobil. Dirinya masih berharap pria yang dicintai nya itu masih memikirkan dirinya sehingga sudah tiba terlebih dahulu. Namun lagi-lagi Zeline harus menelan rasa kecewa karena Delon tak ada di rumah.
Berbagai macam pikiran negatif kini semakin meracuni isi kepala Zeline. Mungkin saat ini Delon sedang asik dengan wanita itu sehingga tak kunjung pulang ke rumah pikirnya. Ia pun tadi tak sanggup untuk mengikuti ke mana perginya Delon bersama wanita itu. Hati kecilnya masih menolak bahwa itu adalah selingkuhan sang suami.
Zeline membuka pintu kamar. Tempat di mana dirinya bersama Delon sang suami memadu kasih. Tiba-tiba suasana hangat dan romantis yang biasanya ia rasakan dalam kamar tersebut hilang begitu saja digantikan dengan rasa sepi. Ia pun meletakkan tas di atas nakas dan menyandarkan tubuhnya agar merasa tenang. Berusaha menenangkan diri di saat hatinya terasa tak karuan.
"Ting!" Bunyi handpone Zeline pertanda sebuah pesan masuk.
"( Mbak, aku akan study tour. Aku minta uang empat juta ya Mbak ? Tapi bulan depan kok mbak bukan sekarang )." Bunyi pesan dari kontak yang diberi nama Ranti oleh Zeline.
Ranti adalah adik dari Delon yang kini duduk di bangku SMA.
"Ting!"
"( Tolong tambahin uang jajan juga ya Mbak ? Hehe)". Lagi-lagi pesan masuk dari Ranti.
Zeline menarik nafas dan membuangnya kasar. Kali ini ia merasa tak senang dengan permintaan adik iparnya itu. Tiba-tiba rasa tak ikhlas merongrong hatinya. Biasanya ia tak seperti ini. Dan hal ini bukanlah baru pertama kali dirinya dimintai uang oleh keluarga Delon. Selama ini seluruh keluarga Delon bergantung pada uang pemberiannya. Diliriknya sebentar handphonenya dan kemudian langsung diabaikan lagi. Kali ini ia tak berniat untuk membalas pesan tersebut.
"Jika Mas Delon benar-benar selingkuh....sepertinya aku harus menghentikan semua pemberianku selama ini. Tapi ..... Ah terserahlah...pikiran ku saat ini benar-benar kacau!" Gumam Zeline dan memejamkan mata berharap pikirannya kembali menemukan ketenangan.
Di lubuk hatinya yang paling dalam,Zeline berharap apa yang baru saja ia lihat tidak seperti yang dirinya pikirkan. Semoga suaminya akan bercerita terlebih dulu sebelum dirinya bertanya demi menjaga perasaannya.
***
Karena kelelahan memikirkan sang suami,Zeline akhirnya tertidur dan baru bangun ketika hari menjelang sore. Saat terbangun,Zeline masih juga tak melihat sosok Delon. Hatinya kembali merasa sedih. Seketika bayang-bayang Delon suaminya bersama wanita lain kembali menari-nari memenuhi pikirannya. Dikarenakan hatinya sedang galau,wanita itu memilih untuk tak masak dan memesan makanan online.
Meskipun tak berselera makan,Zeline tetap berusaha agar makanan yang ia pesan tersebut bisa tertelan. Dirinya tak ingin penyakit lambungnya kembali kambuh hanya karena meratapi pria yang tak tahu diri seperti Delon jika apa yang ia lihat benar-benar terbukti benar.
Pukul sepuluh malam Delon tak kunjung pulang. Tumben sekali pria itu tak pulang ke rumah tanpa berkabar sedikitpun. Hati Zeline semakin risau memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu. Ia pun segera menghubungi nomor Delon namun hingga beberapa kali tak diangkat.
"Apa mungkin Mas Delon sedang bersenang-senang bersama wanita itu ? Sampai-sampai panggilan telpon dari ku tak dihiraukan." Gumam Zeline dengan hati penuh gejolak marah dan ketakutan.
Karena lelah menunggu kepulangan sang suami,pada akhirnya Zeline pun tertidur hingga pagi hari terbangun,namun masih tak menemukan keberadaan Delon.
"Aku ingin tahu apa alasan mu nanti Mas. baru kali ini dirimu tak pulang ke rumah dan tak ada kabar." Lirih Zeline dan segera beranjak dari ranjang untuk menggosok gigi dan pergi ke dapur. Tak bisa dipungkiri,kini isi kepala Zeline dipenuhi oleh pikiran apa saja kemungkinan yang dilakukan Delon bersama wanita itu. Zeline menggelengkan kepalanya,berusaha menyingkirkan pikiran buruk yang tanpa bisa dicegah terus datang memenuhi kepalanya.
Zeline menghabiskan nasi goreng yang ia buat dengan cepat. Ia benar-benar lapar karena semalam hanya makan sedikit. Entah kenapa pagi ini ia merasa lebih baik dan tak seperti tadi malam yang hampir saja kehilangan nafsu makan. Di saat itu terdengar bunyi mobil memasuki halaman rumah. Zeline hapal betul itu adalah bunyi mesin mobil Delon.
"Sayang ..." Panggil Delon sambil melangkah menuju meja makan di mana sang istri berada.
Delon langsung memeluk tubuh istrinya dengan erat,dan menghadiahi wajah Zeline dengan beberapa kecupan. Hal ini membuat Zeline merasa tak nyaman. Apalagi wanita itu pikirannya sedang dilanda berbagai pikiran negatif.
"Maaf ya,kemarin tiba-tiba ibu Bakri masuk rumah sakit.Jadi Mas langsung bantuin Bakri menjaganya."
"Emangnya harus Mas yang menjaga ibu Bakri ? Bakri ke mana ?"
"Iya sayang,Bakri sedang pusing mengurusi masalah kantor jadi Mas yang ganti'in dia buat jaga ibunya."
"Trus kenapa nggak ngabarin ?" kali ini Zeline bertanya sambil menatap mata Delon.
Mendengar pertanyaan sang istri,Delon sedikit terkejut namun segera menyembunyikan rasa terkejutnya itu dan pura-pura bersikap biasa. Ia pun segera menggeser kursi dan duduk di meja makan.
"Ah, itu handpone Mas kehabisan daya. Mas kan nggak bawa charger kemarin. Lupa di rumah."
"Oh gitu...." jawab Zeline sambil menyodorkan sepiring nasi goreng pada Delon dan langsung duduk berhadapan dengan pria itu di meja makan.
"kenapa nggak minjam ponsel Bakri untuk menghubungi aku ?" Cecar Zeline namun masih tetap tenang.
"Aa itu,Bakri sangat sibuk sehingga tak sempat meminjamkan handpone. Iya,dia sangat sibuk makanya Mas yang harus menjaga ibunya." kali ini Delon menemukan alasan yang tepat untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
"Memangnya si Bakri nginap di kantor bersama bos nya ? Masa ibunya sakit orang lain yang di suruh jaga."
"Itu,eh ....sepertinya masalah Bakri di kantor sangat serius sayang. Kasihan juga sih,makanya Mas mau bantuin dia. Mas nggak tega liat Bakri sampai nangis-nangis memohon bantuan. Soalnya keluarganya nggak ada yang bersedia untuk membantunya." Jelas Delon berharap Zeline percaya dengan perkataannya.
"Oh. Jadi jam berapa Mas ke rumah sakit jagain ibunya Bakri ?"
"Jam ? Mas nggak ingat. Yang jelas dari sore begitu tiba di rumah Bakri kami langsung ke rumah sakit."
"Bukannya kemarin sore Mas lagi jalan-jalan di Mal ?"
"Hah !? Di Mal ?" wajah Delon langsung memucat. Ia sungguh tak menyangka sang istri akan melontarkan pertanyaan itu. Keringat halus mulai membasahi pelipisnya. Pria itu pun berpikir keras mencari jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan sang istri .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!