NovelToon NovelToon

Istri Pilihan Mike

Siluet Senja

Debur ombak bergemuruh menyapu pesisir pantai, angin yang bertiup membelai kerinduan, menjadikan senja itu begitu indah.

Disinilah aku dilahirkan diantara gemuruh ombak yang saling bersahutan.

Matahari akan tenggelam di ufuk barat, sejenak cakrawala indah akan menjelma menjadi senja. Ku ayunkan kakiku perlahan menyusuri tepian pantai.Siluet senja ini adalah pemandangan yang setiap hari aku lihat dikampung tercintaku ini.

" Rara....Rara...." panggil mbok Darmi.

"Ngeh mbok (iya)" jawab Rara.

"Wes sore nduk, gek ndang bali ( sudah sore nak cepat pulang)" perintah mbok Darmi.

Rara bergegas pulang saat senja perlahan mulai gelap, Rara adalah gadis desa yang tinggal di pesisir pantai selatan Yogyakarta.

Gadis kecil mungil ini sehari-hari membantu si mboknya berjualan ikan di pasar, meskipun hanya bisa lulus sekolah menengah atas tapi itu membuat dia bangga.

Setiap sore hari dia akan selalu ke pantai hanya untuk menikmati matahari terbenam, baginya itu adalah pemandangan yang sangat menyejukkan hati.

Rara adalah gadis yatim piatu yang di besarkan mbok Darmi, sampai saat inipun dia tidak mengetahui siapa ayah dan ibu yang telah membawanya ke dunia ini, karena mbok Darmi lah yang membawanya dari panti asuhan.

Saat pagi fajar mulai menyingsing dia sudah berangkat ke pasar untuk menjajakan ikan segar dan ikan yang sudah di asap atau di bakar, Rara tak pernah mengeluh dengan keadaannya sekarang, bahkan dia bersyukur bertemu dan di rawat oleh mbok Darmi.

Hari ini Rara sendirian pergi ke pasar tanpa mbok Darmi karena akhir-akhir ini mbok Darmi sedang sakit dan itu membuat Rara sangat sedih dan khawatir.

"Ikann..ikannnnya bu..." Rara mulai menawarkan dagangannya.

"Ra..ikan tongkol asep e piro iki regone nduk? (ikan tongkol asap nya berapa harganya)" tanya seorang ibu paruh baya pelanggan yang biasa beli ikan di Rara.

"Gangsal welas ewu bu ( lima belas ribu bu)" jawab Rara.

"Kok mundak nduk ? biasane telulas ewu( kok naik nak biasanya tiga belas ribu)" tanya ibu itu.

"Ngiih bu niki radi ageng kalihan sing wingi( iya bu ini lebih besar dari yang kemaren)"jawab Rara.

Akhirnya ibu itu membeli dua buah ikan tongkol asap milik Rara, dari pagi sampai siang Rara dengan telaten berjualan sendiri sampai dagangannya habis hanya tinggal satu tongkol asap yang memang dia sisakan untuk dimasak sendiri dirumah sebagai lauk hari ini.

Sampai dirumah Rara langsung ke pawon (dapur) untuk memasak ikan yang dia bawa tadi. Wajahnya kembali muram karena melihat keadaan si mboknya yang semakin lama semakin lemah.

Rara mulai menangis sendiri karena ingin membawa si mboknya kerumah sakit tapi tidak memiliki uang, uang yang dia hasilkan dari berjualan ikan hanya bisa buat makan dan kulakan lagi adapun sedikit sisanya buat membeli sabun dan kebutuhan lainnya.

Ingin sekali dia menghubungi bi Asih, dia adalah adik dari mbok Darmi yang sekarang bekerja di Jakarta, tapi urung dia lakukan karena perasaan yang tidak enak.Sebenarnya setelah lulus sekolah Rara ingin pergi menyusul bi Asih untuk ikut bekerja di sana sebagai pembantu tapi dia tidak tega meninggalkan mbok Darmi yang sedang sakit-sakitan.

Selesai memasak dia ke kamar mbok Darmi, melihat si mboknya terus saja batuk , nafasnya tersengal-sengal dan berat badannya menurun, kembali Rara memeteskan air matanya melihat si mboknya yang terus saja batuk dan kelihatan sangat kelelahan.

Rara semakin kebinggungan dan akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi bi Asih berharap sang bibi bisa membantunya.

Rara pergi kerumah pak Rt dengan berbekal secarik kertas yang betuliskan nomor ponsel bi Asih.

Setelah berjalan sekitar lima belas menit sampailah dia dirumah pak Rt, dan langsung mengetuk pintu rumahnya.

Tokk..tok..tokk...

Pria paruh baya membukakan pintu.

"Nyuwun sewu pak, badhe ngrepoti? ( maaf pak mau minta tolong)" ucap Rara pada pak Rt yang ada di depannya.

" Ono opo nduk ? (ada apa nak)" jawab pak Rt

" Nyuwun tulung pak, badhe ngampil telpon? ( mau minta tolong pinjam ponsel)" ucap Rara malu

" Owalah nduk, arep telpon bibimu to?( mau telpon bibimu kan?)" Pak Rt mulai mengerti maksud Rara.

Pak Rt meminjamkan ponselnya ke Rara, lama dia menunggu bi Asih menggangkat panggilannya, sampai dering ke lima baru terdengar suara dari bi Asih.

Rara mulai menjelaskan keadaan mbok Darmi dan mengutarakan niatnya meminjam sejumlah uang untuk membawa mbok Darmi ke rumah sakit untuk periksa.

Terdengar bi Asih mengerti dan berjanji akan mengirimkan uang besok, Rara mulai merasa lega, senyumnya langsung mengembang membuat pak Rt di depannya ikut senang.

Setelah berterima kasih kepada pak Rt, Rara langsung pulang kerumah.

♡♡♡

Di Jakarta saat Rara menghubungi bi Asih, sedang ada Mike yang disana untuk mengambil kebutuhan Farah, yang pada saat itu memutuskan tetap tinggal di rumah sakit untuk menemani Devan yang sedang di Rawat.

Mike bertanya kepada bi Asih, karena setelah menerima panggilan itu, raut wajah bi Asih menjadi sedih.

"Bi tadi siapa yang menghubungi bibi?"

"Itu tuan, keponakan saya di kampung"

"Keponakan bi asih sedang sakit?" tanya Mike

"Bukan tuan, kakak bibi yang sedang sakit" jelas bi Asih.

Akhirnya bi Asih mulai bercerita tentang Rara, keponakannya yang sangat baik dan selalu membantu kakaknya berjualan di pasar untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Perlahan Mike mulai penasaran dengan sosok Rara, akhirnya bi Asih menunjukkan foto keponakannya itu.

Visual Rara ( yang diambil pakai ponsel bi Asih yang rada jadul, jadi harap maklum saja kalau agak buram)

Sejenak Mike terdiam, dia mulai membayangkan wajah imut Rara yang di tunjukkan bi Asih padanya tadi.

Otak mike mulai berfikir, bagaimana kalau dia menjadikan Rara sebagai istrinya.

Mike sudah sangat geram dengan keinginan papanya yang menjodohkan dia dengan anak sahabatnya, bukan tidak mau tapi karena gadis itu adalah teman masa kecil Mike dan Mike sudah mengganggap dia seperti adiknya sendiri.

Bi Asih kaget dan seakan jantungnya berhenti berdetak saat Mike mengutarakan keinginannya untuk menikahi keponakannya itu. bi Asih sempat ragu dengan niat Mike karena takut Mike akan mempermainkan Rara, tapi kemudian bi Asih mulai berfikir, kalau Rara menikah dengan Mike maka hidupnya akan lebih baik.

Jujur bi Asih sangat kasihan padanya, gadis kecil yang seharusnya menikmati masa mudanya harus bekerja banting tulang untuk mencari uang dan menjaga kakaknya.

Bukahkah dengan menjadi istri Mike penyakit kakaknya juga bisa diobati dengan baik, bi Asih juga merasa kasihan kepada mbok Darmi karena penyakitnya itu menggerogoti tubuhnya.

Dengan berat akhirnya bi Asih menyetujui usulan Mike, Mike merasa lega, sebentar lagi akan terbebas dari tekanan papanya karena dia sudah menikah dengan gadis lain.

Sebelum pergi Mike meminta alamat tempat tinggal Rara dan berniat untuk menjemputnya ke Yogyakarta. Walaupun dia tidak mencintai gadis itu tapi setidaknya dia bisa menolongnya.

Rumah sakit

♡ Readers tercinta, sebelumnya membaca novel " PERNIKAHAN KONTRAK DENGAN CEOKU " karena cerita ini diambil dari salah satu karakter di sana.♡

Kala mentari pagi muncul di ufuk timur, sayup-sayup terdengar deruan ombak memecah karang, Rara mulai bersiap untuk pergi ke Rumah sakit mengantar mbok Darmi periksa dengan berbekal uang yang

dikirimkan bi Asih.

"Ndukk, opo duit sing dikirim Asih cukup ngo prikso nek rumah sakit? (nak, apakah uang yang dikirim Asih cukup buat periksa ke rumah sakit?)"tanya mbok Darmi.

"Cukup mbok" jawab Rara menenangkan si mboknya.

Sebenarnya ada sedikit keraguan di hati Rara, uang yang dikirim bi Asih sebenarnya tidak begitu banyak tapi Rara bertekad tetap membawa si mboknya periksa karena tidak tega mendengar batuknya setiap hari.

Mereka pergi naik angkutan umum menuju rumah sakit di kota, jujur sebenarnya tubuh mbok Darmi sangat tidak memungkinkan untuk naik angkutan umum, tapi apa bisa di kata, karena keterbatasan uang yang mereka punya.

Butuh satu jam lamanya untuk sampai di rumah sakit, itupun mereka harus ganti angkutan sebanyak dua kali, tubuh mbok Darmi sudah benar-benar kelelahan seakan kakinya tidak kuat lagi untuk menopang tubuhnya.

Saat mereka baru sampai di depan rumah sakit tiba-tiba....

Brugghhh....

Tubuh mbok Darmi limbung dan beberapa detik kemudian jatuh tidak sadarkan diri.

Rara berteriak minta tolong. Dengan segera dua perawat berlari kearah mereka dengan mendorong brankar.

Setelah menaikkan tubuh mbok Darmi kebrankar dua perawat tadi membawanya menuju ruang UGD.Rara mengikuti di belakang sambil menangis.

Lama pintu UGD itu tertutup rapat, Hatinya gelisah, tubuh nya gemetar,Rara benar- benar tak kuasa menahan bulir bulir air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.

Rara mencoba menguatkan dirinya sendiri, berdoa dan terus berdoa sampai pintu ruang UGD terbuka, Rara berlari kecil ke arah dokter mencari tahu keadaan mbok Darmi.

Dokter mengajak Rara menuju ruang kerjanya dan menyuruh Rara duduk, tak lama dokter itu menjelaskan tentang penyakit mbok Darmi.

"Bu Darmi menderita paru-paru obstruktif kronik" jelas dokter

" Sakit apa itu dok?" tanya Rara polos

Akhirnya dokter menjelaskan penyakit mbok Darmi itu adalah penyakit paru- paru yang mempengaruhi pernafasan, dinding saluran pernafasannya sudah menyempit dan bengkak dan penyakit itu tidak dapat di sembuhkan.

Rara gemetar, air matanya kembali tumpah, sedih dan binggung semua bercampur menjadi satu saat dokter itu berkata yang bisa dilakukan hanya terapi untuk meredakan gejala dan mengurangi kerusakan paru-parunya.

Karena sewaktu di bawa kerumah sakit keadaan mbok Darmi sudah tergolong parah, maka harus segera dilakukan pengobatan dan terapi secepatnya.

Dokter memberinya perincian biaya untuk perawatan mbok Darmi dan harus secepatnya disiapkan paling lama dua hari kedepan.

Mata Rara seketika membulat, raut wajahnya menjadi pucat,tangan yang memegang kertas itu gemetar.

"Seratus lima puluh juta dok?" suara lirih Rara keluar.

"Iyaa kira-kira segitu untuk sementara yang di butuhkan"Jawab dokter

Rara keluar dari ruangan dokter dengan tubuh lemas seakan tanpa tulang, air mata terus mengalir deras, dari mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua hari, untuk makan sehari-hari saja kekurangan.

Rara berusaha menenangkan dirinya dan menemui mbok Darmi yang sudah di bawa keruang perawatan, Air matanya kembali tumpah saat melihat tubuh si mboknya yang tengah terbaring tak berdaya disana.

Rara mengusap wajah si mboknya yang masih terbaring tidak sadarkan diri, hatinya ngilu, hanya bi Asih yang ada di pikiran Rara , tapi uang sebanyak itu apakah bi Asih bisa menolongnya.

Akhirnya Rara memutuskan untuk pulang sebentar meminta bantuan ke pak Rt untuk menghubungi bi Asih. Sampai dirumah pak Rt, Rara menghubungi bi Asih dari ponsel yang dipinjamnya.

"Hallo..Bi...ini Rara"

"Iyaa Ra ada apa?"

"Si mbok sekarang di rumah sakit dan perlu biaya 150 juta Bi" jawab Rara sambil menangis.

"Apppaa Ra?? dari mana uang sebanyak itu, bibi ngak punya Ra" jawab bi Asih sedih.

Sejenak bi Asih berfikir kemudian dia ingat niat tuan Mike untuk menikahi Rara, mungkin saja tuan Mike bisa membantunya.

"Ra??"

"Iyaa Bi..." jawab Rara lemas.

"Mungkin ini satu-satunnya cara untuk membantumu nak, tapi bibi gak tau kamu mau apa nggak?" kata bi Asih kemudian.

Akhirnya bi Asih menceritakan tentang teman baik dari Tuannya yang ingin mencari seorang Istri, dan kalau Rara bersedia dia bisa membantu menyembuhkan mbok Darmi karena orang itu sangat baik dan kaya.

Mendengar perkataan dari bibinya Rara kaget dan kembali menangis, dia masih belum ingin menikah tapi bagaimana dengan Si mboknya yang telah merawatnya dari kecil, dan uang sebanyak itu dia dapat dari mana lagi dalam waktu hanya dua hari.

Akhirnya dengan berat hati dan pasrah Rara menerima tawaran bibinya.

Sebelum pergi Rara mengucapkan terima kasih ke pak Rt dan kemudian Rara memutuskan untuk kembali kerumah sakit menjaga si mboknya.

Dalam perjalanan ke rumah sakit Rara melamun apakah memang nasibnya harus seperti ini, menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah dia kenal dan kemungkinan lebih tua darinya karena bi Asih menyebutkan teman dari tuannya, dalam fikiran Rara dia akan menikah dengan pria tua yang kaya raya.

♡♡♡

Di Jakarta bi Asih mencoba menghubungi Mike, untung saja kemaren tuan muda itu memberikan nomer ponselnya ke bi Asih setelah mengutarakan niatnya untuk menikahi Rara.

"Haloo...Tuan Mike?"

"Bi Asih, Ada apa bi??"

Akhirnya bi Asih menceritakan keadaan Rara di Yogya dan mengatakan kalau Rara bersedia menjadi istrinya, tapi Rara memohon agar Mike membatu biaya perawatan si mboknya.

"Bi Asih tenang saja, semua akan aku bereskan" jawab Mike sebelum mengakhiri panggilannya.

Mike segera bersiap-siap untuk pergi ke Yogyakarta, dan menyuruh Agus untuk mengantarkan dia ke Bandara.

Visual Mike di bandara 😉

Sampai di Bandara Yogyakarta Mike langsung di jemput oleh sopir dari hotel tempat dia menginap, Mike belum pernah ke Yogya, Agus sudah mengatur semuanya termasuk membooking hotel bintang lima beserta sopir yang akan mengantarkan tuannya ketempat yang akan dia kunjungi.

Mike memutuskan untuk beristirahat di hotel karena memang dia sampai yogja sudah sore, mengumpulkan tenaga untuk menemui calon istrinya besok pagi di rumah sakit.

Mike di buat heran karena Rara tidak memiliki ponsel, akhirnya sebelum berangkat Mike sempatkan untuk membeli ponsel untuk Rara.

♡♡♡

Dirumah sakit Rara duduk disamping ranjang si mboknya, perlahan si mboknya terbangun.

"Nduk, kok iseh nek rumah sakit? ( nak, kok masih dirumah sakit?)" pertanyaan pertama saat mbok Darmi membuka matanya.

"Ngih, si mbok kudu di rawat( iya, si mbok harus di rawat)" jawab Rara

"Tapi ngko bayare pie nduk? si mbok ra ndue duit ( tapi mbayarnya gimana nanti nak, si mbok gak punya uang)"

"Bi Asih ngirim duit maneh mbok, mboten usah dadi pikiran ( bi Asih ngirim uang lagi mbok, jangan terlalu di fikirkan)" jawab Rara menenangkan si mboknya.

Akhirnya mbok Darmi lega mendengar jawaban Rara.

Batas waktu

Pagi ini dirumah sakit terlihat Rara sedang cemas, batas waktu pembayaran adalah nanti sore karena besok mbok Darmi sudah mulai perawatan.

Rara duduk di ruang tunggu rumah sakit berharap segera menemukan teman tuannya bi Asih yang berjanji akan membiayai pengobatan mbok Darmi.

Mbok Darmi bangun dan melihat ke sekeliling ruang perawatannya, ada beberapa pasien yang masuk tadi malam membuat ruangan itu menjadi penuh, Dia di ruang perawatan klas 3 dimana ada 5 pasien lain yang berada di kamar itu.

Mbok Darmi mulai binggung Rara tidak ada, dan sudah dua jam sejak mbok Darmi bangun dia belum juga kembali, mbok Darmi sempat menanyakan kepada suster yang memeriksanya tapi suster itu tidak melihat Rara.

"Koe nek di to nduk?( kamu dimana nak?)" lirih mbok Darmi.

Rara masih tetap berada diruang tunggu, matanya berputar melihat kesegala arah, menurut bi Asih dia sudah memberikan fotonya ke orang itu, tapi sampai hampir siang tidak ada satu orangpun yang menghampirinya.

Akhirnya Rara memutuskan untuk kembali ke kamar mbok Darmi.

"Nduk ko ngendi ae ? ( nak dari mana saja kamu?)" tanya mbok Darmi

"Golek maem mbok ( cari makan)" bohong Rara.

Rara semakin kebinggungan hari sudah siang tapi orang itu belum juga datang, perlahan Rara pamit ke si mboknya untuk keluar sebentar, Rara menangis di ruang tunggu, ingin sekali dia menghubungi bi Asih tapi dia tidak mempunyai ponsel, kalau mau pinjam pak Rt lagi butuh 3 jam buat bolak- balik dr rumah sakit ke rumah pak Rt.

Rara kembali menghapus air matanya yang terus saja terjatuh, tubuhnya kini sudah mulai lemas, bayang-bayang kehilangan si mboknya berputar di kepalanya, mbok Darmi satu-satunya keluarganya membuat dia semakin sedih.

♡♡♡

Mike berjalan kesana kemari memutari rumah sakit, tapi tidak menemukan sosok Rara,dia semakin pusing kenapa dijaman modern gini masih ada yang tidak memiliki ponsel.

Mike kembali bertanya kepada petugas rumah sakit, lagi-lagi mereka tidak menemukan nama Darmi di catatan pasien rumah sakit itu.

Mike mencoba menghubungi bi Asih tapi ponselnya mati, Mike semakin pusing ,jalan terakhir iyalah dengan memutari seluruh ruang tunggu rumah sakit, matanya berputar kesegala arah mencari sosok Rara.

"Shiittt...mana foto yang dikirim dari ponsel bi Asih burem lagi" umpat Mike.

Sampai menjelang sore Mike belum juga menemukan sosok Rara, dia mulai kelelahan dan memutuskan untuk keluar mencari makan karena dari pagi belum sempat mengisi perutnya karena binggung.

Mike berjalan keluar dari rumah sakit sambil menghubungi sopirnya,menyuruhnya menunggu di depan lobby.

"Pak kita cari Restoran terdekat..!"

" Baik tuan"

"Makanan apa yang terkenal di sini pak?" tanya Mike

"Gudeg tuan"

Sejenak Mike berfikir, belum pernah dia makan yang namanya disebutkan sopirnya tadi.

"Ya udah kita cari Guduk"

"Gudeg tuan"

" Ya apalah itu, kita kesana aku sudah lapar" perintah Mike.

Mike menikmati makanannya walaupun rasanya asing di lidahnya tapi dia tetap mengunyahnya dengan santai karena sudah merasa sangat lapar.

Setelah selesai makan Mike kembali kerumah sakit mencari Rara, kembali berjalan kesana-kemari sambil celingukan.

"Hahhh bener-bener sudah nyerah aku, mana bi Asih dari tadi gak bisa dihubungin" pekik Mike.

Rara semakin kebingunggan, dia tidak mau membuat mbok Darmi khawatir, Rara ijin pulang sebentar padahal dia ingin kembali menunggu di ruang tunggu rumah sakit.

Setelah lelah menunggu Rara memutuskan untuk menemui Dokter dan meminta waktu lagi, dokter kasihan pada Rara,akhirnya memberi waktu sampai jam 7 malam.

Rara bergegas keluar dari rumah sakit dan mencari angkutan umum, dia ingin kerumah pak Rt untuk meminjam ponselnya, sempat Dokter tadi menawarkan ponselnya ke Rara untuk menghubungi bibinya, tapi Rara tidak hafal nomer ponsel bibinya itu, kertasnya kemaren tertinggal di rumah pak Rt.

Perjalanan dari rumah sakit ke rumah pak Rt membutuhkan dua kali ganti angkutan umum,saat Rara ingin ganti angkutan tiba-biba hujan yang tadinya gerimis menjadi sangat deras.

Rara berlari kecil menuju pinggir jalan dan berteduh di depan warung kelontong. Rara sudah tidak bisa menahan air matanya yang semakin lama semakin deras seperti hujan yang membuat dia harus berhenti untuk berteduh.

"Duh gusti cobo opo maneh niki? ( Ya Alloh cobaan apa lagi ini?)" lirih Rara sambil terus menangis.

Setelah hujan sedikit reda Rara kembali melanjutkan perjalanannya, lama dia menunggu angkutan umum yang ke arah rumah pak Rt.

Baju Rara sudah mulai basah, badannya mulai menggigil kedinginan, tapi dia tetap menunggu angkutan umum di tepi jalan, setelah mendapatkan angkutan umum Rara merasa sangat lega.

Setengah jam kemudian Rara sudah sampai dirumah pak Rt, dengan baju yang sudah basah kuyup dia mulai mengetuk pintu rumah pak Rt.

"Rara, kok udan-udanan nduk? (Rara kok hujan-hujannan?) tanya pak Rt

Pak nyuwun tulung, badhe nelpon bi Asih maleh?(pak minta tolong,mau telpon bi Asih lagi?) pinta Rara.

Pak Rt yang seakan faham dengan apa yang dimaksud Rara segera memberikan ponselnya kepada Rara.

Rara mulai menghubungi bi Asih tapi tidak bisa tersambung, sampai kelima kalinya di mencoba menghubungi bi Asih tapi tetap sama, ponsel bi Asih mati.

Rara mulai kebingungan, raut wajahnya pucat pasi, tubuhnya mulai gemetar, bibirnya sudah mulai membiru, tak lama kemudian tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan, kakinya sudah tidak bisa menahan tubuhnya lagi, kemudian dia mulai terjatuh.

Pak Rt kebinggungan dan mengangkat tubuh Rara ke sofa ruang tamunya. Istri pak Rt membantu mengganti baju Rara yang sudah basah dengan baju anak perempuannya yang kebetulan seumuran dengan Rara.

Lama Rara pingsan karena kelelahan dan kedinginan dan lagi dari pagi dia belum makan apapun. Bu Rt dengan sabar menggosok perut dan punggung Rara menggunakan minyak kayu putih, tapi Rara tidak sadarkan diri juga.

♡♡♡

Ditempat lain Mike sudah lelah mengelilingi rumah sakit dan memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat.

Didalam perjalanan Mike terus menghubungi nomer bi Asih tapi tetap saja belum bisa tersambung. Mike tidak menyerah dan terus menghubungi ponsel bi Asih tanpa jeda.

Akhirnya setelah sekian lama terdengar ponsel bi Asih mulai bisa tersambung, dering ke lima bi Asih baru mengangkat panggilan Mike.

"Hallo Bi..."

"Iya..tuan ada apa?"

"Ponsel bi Asih kenapa dari tadi mati" tanya Mike kesal.

"Maaf tuan ponsel saya tadi mati, habis baterainya,dan lagi membujuk nyonya untuk makan" jawab bi Asih.

"Farah kenapa Bi?"

"Panjang ceritanya tuan, nyonya mengurung diri di kamar dan gak mau keluar hanya menangis terus dari tadi" jelas bi Asih.

"Ya sudah bi, aku mau tanya kenapa pasien atas nama Darmi gak ada, di cek di rumah sakit?" tanya Mike

"Ohh itu tuan, saya lupa memberitahu tuan nama lengkap mbok Darmi"

"Astaga bi Asih, aku sudah maraton mutarin rumah sakit sampe 10 kali"

"Maaf tuan mungkin daftarnya dengan nama lengkap di ktp, Namanya SUDARMINI" jelas bi Asih.

Mike menghela nafas panjang dan mematikan sambungan ponselnya.

♡♡♡

To be continue....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!