" Huh, lagi-lagi di tempat tidur. Tapi kali ini udaranya begitu dingin. Dimana kira-kira ini."
Roxana, mengerjapkan matanya. Ia mencoba menelaah tempat tinggal barunya. Tubuhnya kali ini sedikit berbeda dari tubuh sebelumnya yang pernah ia rasuki. Ia pun bangun dan berjalan menuju ke cermin besar yang ada di sisi tempat tidur.
Wajah cantik yang memiliki mata berwana hitam legam dan rambut yang berwarna senada sepanjang pinggang. Rambut itu bergelombang, terlihat indah sungguh kontras dengan kulit putih nan mulus.
Namun, ada satu hal yang membuat Roxane mengganjal, wajah wanita cantik yang terpantul di cermin itu sama sekali tidak punya aura yang menyenangkan. Wajah cantik itu terlihat suram dan terkesan menakutkan.
" Woaah ini sungguh tidak bagus, dengan ekspresimu yang seperti itu aku yakin benar-benar akan mati di kehidupanku kali ini. Haah, aku lelah. Selalu berusaha hidup tapi ujung-ujungnya mati juga. Percuma juga kali ini wajahku sangat cantik, toh setelah berulang tahun yang ke 25 aku akan mati lagi."
Entah bosan atau memang dia tidak punya semangat karena merasa sudah tahu akhir dari hidupnya. Ya, Roxane bukannya sekali ini mengalami kejadian begini. Sudah berkali-kali hidup dan mati membuatnya seperti lelah. Dan herannya setiap ia merasuki tubuh, nama nya selalu sama yakni Roxane. Ia juga langsung memiliki ingatan tubuh asli dari orang yang ia rasuki.
Tok! Tok! Tok!
" Se-selamat Pagi Yang Mulia, apa Anda tidur nyenyak? Saya membawakan air cuci muka untuk Yang Mulia."
Seorang dayang masuk dengan wajah yang penuh ketakutan. Dari ingatan Roxane, memanglah wanita yang ia rasuki ini adalah seorang yang memiliki perangai buruk. Dia bis dibilang kejam dan suka berbuat sesukanya sendiri. Hanya saja Roxane belum tahu apa alasan yang membuat wanita ini berbuat seperti itu.
Roxane pun tidak banyak bicara dia akan melakukan semuanya sepeti biasa saja. Toh semua orang memnag tidak menyukainya maka dari itu tidaklah dia harus berubah menjadi baik atau apalah itu namanya. Mungkin mempercepat kematiannya bisa jadi rencana yang akan ia lakukan agar dia sesegera mungkin meninggalkan dunia ini dan bisa merasuk ke tubuh lain.
Roxane masih ingat mengingat kehidupan pertama hingga ke-8, ia juga menyerap semua kemampuan dan keahlian dari wanita-wanita yang ia rasuki. Selama merasuk Roxane selalu berusaha untuk tidak mati, ia melakukan segala cara untuk bisa bertahan hidup, namun pada akhirnya tetap sama saja. Setiap setelah berulang tahun ke-25, ia pasti mati. Entah sakit, dibunuh, atau kecelakaan alami.
Lalu sekarang, Roxane belum memutuskan apa yang akan ia lakukan. Akankah bertahan dan berusaha untuk tetap hidup atau pasrah dengan kematian yang sudah terbayang di depan mata.
" Yang Mulia, sarapan Anda akan saya bawakan ke mari setelah ini."
" Tidak, aku akan makan di ruang makan."
" Ya?"
Sonya terkejut, selama ini melayani Roxane baru kali ini nyonya nya itu memiliki keinginan berbeda. Roxane sangat tidak suka makan bersama bahkan dia membenci setiap kegiatan yang ada banyak orang. Pernikahan politik yang terjadi kepada Roxane membuat wanita itu begitu membenci apa yang ada di tempat ini.
Maka dari itu Roxane tidak pernah makan bersama baik itu sarapan, makan siang ataupun makan malam. Cuaca dingin di wilayah utara ini membuat Roxane langsung terkena flu karena tubuhnya yang lemah.
Duchy Albrus adalah kawasan utara yang selalu memiliki iklim dingin. Semuanya terlihat putih bersalju. Sungguh berbeda dengan asal Roxane yang dari selatan. Bahkan Albrus adalah kawasan yang memiliki banyak monster, tempat itu merupakan sisi paling berbahaya di kerajaan Aterna. Ibarat nya jika Duchy Albrus jatuh maka kerjaan akan mendapatkan serangan monster besar-besaran.
Tak tak tak
Cekleek
" Syelamat pagi ibu, aaah maaf maksyud Lili syelamat pagi Yang Mulia Gland Duchess. Lili datang membeli syalam."
Seorang bocah perempuan kecil membungkuk memberi salam kepada Roxane. Ya, dia adalah anak dari Roxane. Lilian Alburs Carington, setiap pagi gadis kecil itu akan datang ke kamar Roxane untuk memberi salam.
Gadis kecil yang cantik dna tentu menggemaskan. Dari ingatan Roxane, Lili selalu diminta memanggil dirinya Yang Mulia Grand Duchess bukannya ibu. Di mata Lili, Roxane adalah wanita yang menakutkan. Ini juga hal yang belum Roxane tahu mengapa wanita ini tidak menyukai anak semanis ini.
" Kemarilah!"
Lili terkejut, biasnya setelah memberi salam ia akan pergi karena ibunya itu tidak menyukai keberadaannya. Lili melihat ke arah pengasuhnya untuk bertanya tapi ucapan Roxane membuatnya berjalan mendekat dengan gemetar.
" Apa kau harus meminta izin dari pengasuhmu hanya untuk sekedar mendekat ke arahku?"
" Maaf Yang Mulia, Nona Lili masih kecil jadi dia hanya ingin merasa aman."
" Apakah aku bertanya kepadamu? Lancang sekali kau menjawab pertanyaan yang aku berikan kepada putriku. Siapa kau memangnya? Apa menjadi pengasuh putriku membuatmu bisa bertindak sebagai ibunya yang berhak mengaturnya?
Jengjeeeeg
Semua yang ada di ruangan itu terkejut. Ini kali pertama Roxane berbicara dengan tegas. Melba yang menjadi pengasuh Lili seketika itu langsung berlutut di lantai. Ia merasakan sebuah tekanan dari ucapan dan tatapan mata Roxane.
" Apa yang terjadi, mengapa dia sedikit berbeda. Biasanya dia hanya akan diam, jika tidak ada yang di suka maka dia akan marah. Bahkan biasnya tatapan matanya ke Nona Lili sangat benci dan acuh. Tapi mengapa sekarang tampak berbeda."
Melba berbicara dalam hatinya. Ia merasakan ada perubahan dalam diri Roxane. Tapi ia juga tidak tahu mengapa hanya dalam semalam seorang bisa berubah.
" Kamu Lili, putriku buka?'
" I-iya Yang Mulia."
" Anak cantik, tunggu ibu sebentar. Kita akan datang ke meja makan bersama."
Roxane mengangkat tubuh Lili dan mendudukkannya di atas ranjang. Lagi-lagi apa yang ia perbuat itu membuat Sonya dan Melba terkejut. Pasalnya Roxane sebelumnya sangat tidak suka jika Lili menyentuh apapun yang ada di kamarnya.
Pun dengan Lili, ia juga terkejut. Bocah 4 tahun itu bisa merasakan bahwa Ibunya berbeda dari yang sebelumnya.
" Nah, sudah selesai. Mari kita ke ruang makan bersama."
" Baik Yang Mulia."
Lili hendak turun dari ranjang dan berjalan tapi ternyata oleh Roxane Lili diangkat lalu digendong. Ini adalah kali pertama Roxane melakukannya dan cukup membuat seisi kastel terkejut. Ya, sepanjang jalan dari kamar menuju ke ruang makan, para pelayang tercengang melihat pemandangan yang mereka belum pernah lihat sebelumnya. Hal tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Grand Duchess Roxana Carrington.
" Selamat pagi Yang Mulia Grand Duke Leoric Alburs Carrington. Lili, beri salam kepada ayahmu."
" Apa kau salah makan? Atau kepalamu terbentur?"
Dooooeng
TBC
Leoric Alburs Carrington adalah Grand Duke dari utara. Wilayah Albrus memanglah dimiliki turun temurun oleh keluarga Grand Duke Carrington. Lebih tepatnya wilayah Albrus yang hanya punya satu musim itu adalah pemberian dari Raja Aterna. Kerajaan Aterna yang memiliki hutang budi memberikan wilayah paling utara kerajaan. Hanya saja sedikit aneh memang, mengapa mereka membalas budi dengan memberikan wilayah yang dipenuhi oleh monster dan bukannya tanah yang subur.
Tapi bagi Leoric itu tentu tidak jadi soal. Bagaimanapun ia berada tidka jadi soal. Lagi pula sedari kecil dia sudah terbiasa dengan wilayah Albrus yang dingin. Namun bagi Roxana tentu tidak begitu.
Wanita yang Leoric nikahi hasil dari desakan raja agar segera mendapat keturunan itu tidak menyukai wilayah utara. Saking bencinya bahkan Roxana lebih memilih mengurung dirinya di kamar sepanjang waktu. Maka dari itu Leoric terkejut saat melihat Roxana datang ke ruang makan sambil menggendong Lilian, putri mereka.
" Apa kepalamu terbentur, kau bersikap aneh Grand Duchess Roxana."
Roxana acuh mendengar ucapan Leoric, dia memilih untuk duduk dan memangku Lilian. Ini pun menjadi menarik perhatian dari Leo. Selama ini jangankan memangku Lilian, menyentuh pun tidak. Pagi ini sungguh membuat Leo merasa bahwa Roxana aneh. Dari datang ke meja makan, menggendong dan memangku Lilian dan yang terakhir menyebut dirinya ibu di depan Lilian. Dimana sebelumnya dia sangat marah jika Lilia memanggilnya ibu.
" Aah maafkan saya Yang Mulia Grand Duke, saya sangat terlambat datang ke meja makan. Waah apakah hari ini ada sebuah perayaan sampai-sampai saya melihat Grand Duchess di meja makan. Lili, cepat turun jangan bersikap tidak sopan kepada Grand Duchess begitu."
Shaah
Roxana langsung melihat ke arah wanita yang baru datang. ia mengerutkan keningnya saat melihat tampilan wanita tersebut. Sudah tahu wilayah utara ini dingin tapi wanita tersebut mengenakan pakaian dengan bagian dada yang terbuka.
Tapi dia tidak memedulikan hal tersebut, yang Roxane tidak suka adalah gayab si wanita itu yang berlagak seperti ibunya Lili.
" Tidak ada yang tidak sopan dengan seong anak yang duduk dipangkuan ibunya. lagi pula siapa kau berani-beraninya mengatakan seorang putri Grand Duke tidak sopan."
Jleb
Wanita tersebut dibungkam dengan kata-kata oleh Roxana. Lili yang di pangkuan Roxana sedikit takut dengan situasi yang terjadi tapi ketika Roxana mulai menyuapi Lili makan, anak itu mulai hilang ketegangannya.
" Yang Mulia Grand Duke, s-saya tidak bermaksud begitu," ucap wanita itu dengan gaya bicara manja dan memelas membuat Roxane seperti ingin muntah.
" Berhentilah bicara Melanie. Apa kau lupa bahwa aku tidak suka jika di meja makanku itu ada keributan. Dan itu, apa kau tidak merasa dingin menggunakan model pakaian begitu."
" Whaahahaha, ups maaf." Tawa Roxane pecah, ia sedari tadi membatin hal tersebut. Tapi siapa sangka Leoric mengatakan secara terang-terangan.
Melanie Ethelwyn seorang wanita yang berusia 23 tahun itu adalah selir Loric. Ia dikirimkan ke Albrus setahun setelah Roxane dan Leoric menikah atau tepatnya setelah Roxane melahirkan.
Melanie sebenarnya tidak suka berada di Albrus karena udaranya yang dingin. Tapi obsesinya untuk menjadi Grand Duchess sangat besar. Maka dari itu dia menahan rasa tidak sukanya terhadap cuaca dingin dan bersikap layaknya nyonya di kastel tersebut. setidaknya itulah yang Roxane ingat. Melanie juga terang-terangan berusaha menggoda Leoric, karena meskipun berstatus sebagai selir Leoric tidak pernah menyentuhnya.
Leoric menerima Melanie sepenuhnya hanya karena desakan dari keluarga kerajaan. Ini pun dia juga tidak mengerti apa maksudnya. Padahal bagi Leoric mempunyai satu istri saja sudah cukup. Maka dari itu setelah Melanie datang, Leoric membuat sebuah kesepakatan yakni Melanie bisa bersikap sesukanya di kastel tapi ia tidak akan perna menyentuhnya.
Awalnya Melanie setuju-setuju saja. Tapi lama kelamaan ia menginginkan Leoric seutuhnya. Ia ingin bisa merengkuh hati Sang Grand Duke Carrington dan menjadi istri satu-satunya.
***
" Sonya, apa kegiatanku sehari-hari." Saat ini Roxane berada di kamarnya. Ia baru saja mengantar Lili ke kamar karena Lili harus belajar. Leoric mendatangkan guru privat khusus untuk mengajari Lili tata krama serta pengetahuan umum. Sedangkan untuk hal lain belum Leoric pikirkan karena Lili masih kecil.
" Anda hanya akan berada di kamar seharian Yang Mulia. Tapi bukannya biasanya juga begitu ya, aaah maaf Yang Mulia jika saya sudah lancang."
" Hmm, tidak masalah. Apa yang kau katakan tidak salah karena memang seperti itulah aku. Ya sudah kau boleh keluar, aku akan merebahkan tubuhku sebentar."
Sonya membungkuk untuk memberi hormat lalu dia pergi keluar kamar dengan menutup pintu secara perlahan. Sedangkan Roxane di kamar benar-benar berbaring dan saat ini dia sedang melihat ke arah langit-langit kamar.
Roxane mengingat sati per satu kehidupan yang pernah ia alami. Beberapa kali ia coba pikirkan tapi tetap tidak menemukan jawabannya, mengapa dia bisa hidup berkali-kali dengan berganti tubuh. Dan yang menyakitkan adalah dia mati dengan berbagai banyak cara. Digantung, dipenggal, diracun, jatuh ke jurang, ditusuk, dan beberapa cara yang lain.
" Haah kali ini aku akan mati dengan cara apa ya," gumam Roxane pelan. Sebentar lagi merupakan ulang tahunnya, kalau tidak salah 6 bulan lagi. Berarti secara teknis dia hanay akan hidup 6 bulan itu.
" Apa aku ini di kirim hanya untuk menggantikan mereka merasakan kematian. lucunya kali ini adalah yang paling singkat."
Roxane lalu bangun, ia membuka lemari dan kemudian berganti pakaian. Dalam kehidupan yang ke-3 dia merasuk ke tubuh seorang jendral perang wanita saat usianya 10 tahun. Jadi dia pun berlatih pedang dari usia 10 tahun. Roxane memiliki nama besar sebagai jendral dan pahlawan perang, tapi nahas dia mati ditebas oleh pedang rekannya sendiri yang mengkhianatinya.
" Sepetinya seru kalau bermain pedang ditengah salju dingin begini. Pasti sensasinya luar biasa. Aah aku rindu melihat warna merah di salju hasil tebasan pedangku. baiklah mari kita turun ke lapangan untuk melemaskan tangan dan bahu."
Roxane kiri sudah berganti pakaian. ia mengenakan pakaian berkuda yang ada dalam lemarinya. Tentu saja pakaian itu lebih nyaman digunakan untuk berlatih pedang ketimbang harus mengenakan gaun.
Drap! Drap! Drap!
" Yang Mulia, Anda mau kemana?"
" Lili sayangku, bukanya tadi Ibu sudah bilang untuk memanggil ku dengan sebutan Ibu."
Deg!
Lili bocah 4 tahun itu langsung menundukkan kepalanya. ada rasa ragu ketika Roxane memintanya untuk memanggil ibu.
" Kenapa sayang?" tanya Roxane sambil berjongkok di depan sang putri.
" I-itu. Kata Ibu Melanie Lili tidak bwoleh memangil Yang Mulia Gland Duchess Ibu, katanya tidyak syopan."
Roxane langsung melihat ke arah Melba, pengasuh dari Lili. Tatapan Roxane memiliki makan meminta penjelasan kepada Melba.
" Benar Yang Mulia, Selir Melanie memang berkata sepeti itu," ucap Melba membenarkan ucapan sang nona.
" Woaah sungguh luar bias. Apa mungkin wanita ini enggan kemana-mana karena ulat pengganggu itu? sepertinya aku harus membuatnya mengerti bahwa dia bukanlah siapa-siapa di sini."
TBC
Pernah hidup sebagai seorang jendral perang, Roxane pun memiliki keahlian berpedang. Hanya saja dia sudah lama tidak melakukannya. Kehidupan ke 8 nya ia adalah seorang koki san kehidupan ke 7 dia adalah seorang putri sebuah kerajaan. Tidak ada waktu baginya untuk memegang pedang. Maka dari itu di kehidupannya yang ke-9 ini Roxane ingin kembali mengayunkan pedangnya kembali. Atau dengan kata lain dia ingin melakukan semua hal yang ingin dilakukan sebelum mati.
Shaaah
Hiaaat
Sraaak
Sraaak
" Hosh hosh hosh, ternyata kumayan menguras tenaga. Sudah lama tidak melakukannya, jadi pedang kayu pun terasa lebih berat. Hiaat!"
Suara Roxane mengayunkan pedang kayu tidak menarik perhatian siapapun. Cuaca dingin membuat para penghuni kastel melakukan semua kegiatan di dalam ruangan. Kecuali memang mereka yang sedang bertugas di luar, contohnya para ksatria Albrus.
Namun tentu berbeda dengan Leoric, dia yang memiliki pendengaran tajam tentu bisa mendengar suara orang sedang berlatih.
" Siapa yang menggunakan tempat latihan? Karena Ini bukan jamnya para ksatria melakukan latihan."
Leoric awalnya hendak menuju ke ruang kerjanya, namun dia urung dan berbalik menuju ke tempat latihan. Saat itu juga ia terkejut melihat istrinya berada di sana. Tentu saja hal tersebut membuat Leoric kehabisan kata. Jangan keluar kastel, hanya keluar dari kamar saja Roxane sangat enggan. Dalam setahun bisa dihitung hanya beberapa kali dia menampakkan dirinya. Tapi ini wanita itu berada di tempat latihan dan mengayunkan pedang. Sungguh hal yang di luar nalar bagi Leoric.
" Sebenarnya apa yang jadi tujuanmu? Mengapa dari tadi pagi kau terlihat begitu aneh dan tidak seperti biasanya."
" Grand Duke Leoric Albrus Carrington, atau bolehkan saya panggil suamiku. Hmm, tidak ada. Saya tidak punya tujuan apapun. Saya hanya ingin melakukan apa yang saya inginkan sebelum mati saja."
Deg!
Leoric langsung menatap Roxane dengan tatapan yang tajam atas apa yang baru saja ia dengarkan. Memnag biasanya Roxane acuh, tapi dia tidak pernah membicarakan soal kematian.
" Apa maksudmu hah!"
" Wooaah, Paduka jangan menatap saya seperti itu. Saya sungguh bisa mati merasakan aura membunuh dari Paduka. Tidak ada maksud apa-apa. Bukankah setiap makhluk akan mati. Pun dengan manusia. Jadi saya akan melakukan apa yang saya suka sebelum mati. Tidak salah bukan!"
" Grand Duchess Roxane Albrus Carrington, ingat kau adalah istriku jadi kau tidak akan bisa mati tanpa seizin dari ku. Jadi jangan mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu.
Seet
Sraak sraak sraak
Setelah mengatakan hal tersebut Leoric langsung membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Roxane di tempat latihan. Sedangkan Roxane, dia sedikit bingung dengan ucapan Leoric. Dari ingatan yang ia miliki Leoric tidak pernah peduli dengan istrinya. Tentu sebagai orang yang sudah berkali-kali hidup ia merasakan ada sebuah kejanggalan.
" Ada apa ini? Apa Leoric dan wanita ini punya kesalahpahaman?" gumam Roxane pelan. Tapi untuk saat ini ia akan mengacukan itu. Ada hal lain yang harus ia lakukan lebih dulu yakni menyelidiki mengenai si ulat pengganggu yang bernama Melanie.
Ingatan yang ia miliki perih Melanie adalah dia wanita yang terlihat anggun ketika di depannya. Karena jarang keluar kamar, maka banyak hal yang tidak ia ketahui.
" Haaah, aku heran mengapa sih kamu mengurung diri di kamar. Ini kan jadi aneh. Bahkan putrimu sangat asing denganmu."
Roxane berdecak kesal. Ia bicara sendiri merutuki si pemilik tubuh asli.
Di tempat lain tepatnya di kamar Lilian, bocah itu sedang belajar table manner yakni tata cara makan bangsawan di meja makan. Bagaimana cara menggunakan sendok, garpu dan pisau? Bagaimana cara agar meletakkan cangkir tidak berbunyi, dan masih banyak lagi.
" Aduuh putri ibu, pasti lelah ya. Melba kau tidak seharusnya melatih anak sekecil ini dengan keras, bukannya kasian. Lili ku yang manis seharusnya banyak bermain."
Melba sungguh merasa kesal. Setiap sedang memberi pelajaran kepada Lili, wanita itu pasti mengganggu. Sepintas memang seperti seorang yang perhatian dan tidak tega, tapi entah mengapa Melba merasa bahwa wanita itu memiliki maksud lain.
" Maaf Selir Melanie, semua yang saya lakukan adalah perintah Paduka Grand Duke. Saya hany sekedar menjalankan tugas dari beliau untuk mengajari putri beliau. Dan apa yang diterima oleh Nona Lilian bukanlah hal yang menakutkan. Semua putri bangsawan memang harus memiliki dasar etiket yang baik agar bisa terjun di pergaulan sosial kelas atas. Hal itu bertujuan agar mereka dapat membawa nama keluarga dengan baik. Itulah yang terjadi di pergaulan kelas atas para bangsawan. Seharusnya Selir Melanie juga tahu itu."
Plok plok plok
Tupak tangan begitu keras terdengar. Melanie dan Melba juga Lilian langsung melihat ke arah pintu. Rupanya di sana ada Roxane yang berdiri. Ketiganya langsung membungkuk memberi hormat atas kedatangan Roxane.
" Aah putriku sangat menggemaskan dan tentunya pintar. Dan untuk mu Melba, terimakasih sudah mengajari Lilian. Haah tidak disangka bahwa putri dari keluarga Count lebih pintar dari putri keluarga Marquess."
Wajah Melani langsung merah padam saat Roxana mengatakan hak tersebut. Ia jelas kesal, secara tidak langsung Roxane mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang bodoh.
" Paduka!"
" Apa? Kau berani sekarang bernai membentak ku begitu! Kau sungguh tidak sadar atas posisimu ya. Selama ini aku sudah cukup diam dengan perbuatan mu yang seenaknya sendiri, tapi sekarang tidak lagi. Aku akan menunjukkan siapa di sini yang berkuasa sesungguhnya."
Gluph!
Melani menelan saliva nya sendiri dengan susah. Ia juga memundurkan langkahnya saat Roxane maju mendekatinya. Tatapan mata Roxane yang tajam ditambah nada bicaranya yang dingin, mampu membuat tubuh Melanie bergidik ngeri. Ekspresi itu belum pernah ditampilkan selama 4 tahun ia tinggal di kastel. Maka dari itu Melanie tentu sangat terkejut.
" A-apa maksud Anda Grand Duchess?"
" Tck, dasar bodoh!"
Roxane enggan berbicara banyak saat ini. Ia membuat kode mata kepada Melba untuk segera keluar membawa Melani. Melba paham dan melangkahkan kakinya keluar kamar dengan memapah Melanie yang masih syok.
" Apa kamu takut hmm? Maaf ya kalau ibu membuatmu takut."
" Ti-tidyak, Lili tidyak takut. Tapi biasanya Gland Duchess eh maksyud saya Ibu memang terlkadang menyakutkan. Makanya Ibu Melani bilang kalau Lili tidyak boleh memanggil Ibu dengan sebutan Ibu kalena pasti akan membuat ibu malah."
Roxane mengepalkan tangannya dengan erat. Rupanya Melanie juga berencana menghasut Lili. Tapi sebenarnya si pemilik tubuh asli ini ikut andil juga karena dia membiarkan anaknya dan tidak mengurusnya. Ini membuat Lili mudah dihasut.
" Banyak sekali pekerjaan rumah ku ini. Padahal tadinya aku ingin menikmati hidup hingga ajalku datang, tapi sepertinya tetap tidak bisa. Haah."
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!