NovelToon NovelToon

Engkau Milikku

Bab 1 : Memikirkan Waktu Yang Tepat

...Jari jemari lentik Sonia begitu lihai memainkan piano, semua tamu undangan begitu memuji permainan piano gadis cantik berambut hitam panjang itu. Sonia sesekali meneteskan air mata karena permainan pianonya mengingatkan dia kepada seorang pria yang sangat dia cintai. Sonia mengakhiri permainan piano tersebut dengan sangat sempurna dan mendapatkan tepuk tangan yang gemuruh dari para tamu undangan....

"Waw permainan piano mu sangat bagus Son, nggak nyangka bakat begitu terbuang sia-sia saja," kata Angel, sahabat Sonia.

"Bisa aja kamu," jawab Sonia singkat.

Angel dan Sonia sekarang sedang menghadiri pernikahan teman kampus mereka. Sonia diminta untuk mengisi acara pernikahan itu dengan memainkan piano karena dari SMA Sonia memang sangat jago memainkan alat musik seperti gitar, biola, piano dan lain nya.

Setelah selesai dari acara tersebut, Sonia dan Angel memutuskan untuk pergi jalan-jalan dulu ke pasar malam. Mereka sahabatan sudah sejak lama, dari awal masuk kuliah sampai sekarang, sudah dua tahun mereka lulus kuliah namun belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan menikah.

Angel sudah memiliki pacar, tapi tidak pernah ada kepastian untuk segera menikahinya, sedangkan Sonia, gadis itu tidak memiliki kekasih. Cintanya sudah terhenti semenjak putus dari cinta pertamanya.

"Mau beli apa nih kita?" tanya Angel.

"Beli jajanan pasar aja yuk, lagian aku udah nggak laper-laper banget," jawab Sonia.

"Beli cilor yuk."

"Yuk."

Mereka berdua bergandengan tangan untuk mendatangi tukang cilor, setelah beberapa saat antri, akhirnya mereka mendapatkan pesanan dan memilih tempat duduk yang nyaman untuk menyantap cilor tersebut.

"Kamu kepikiran nggak sih Son, diumur kita yang udah 24 tahun ini kita belum nikah juga?" tanya Angel.

"Ya kepikiran sih, tapi mau gimana, jodoh itu yang belum mampir sama kita," jawab Sonia seraya terus memakan cilornya.

"Tapi ya Son, aku sempat berpikir buat jauhin Derren deh." Sonia sontak menghentikan kegiatan makannya dan menatap lekat wajah Angel.

Karena dia sangat tahu kalau Angel tidak bisa jauh dari Derren, apalagi mereka sudah sering berhubungan badan sejak awal kuliah sampai sekarang.

"Serius? Kenapa emang?" tanya Sonia tak menyangka.

"Capek aja Son, nggak pernah ada kepastian dari Derren soal hubungan kami. Kalo dipikir-pikir, aku cuma pelampiasan nafsu dia doang, habis berbuat ya ditinggalin, alasannya kerjalah, ada ketemu klien lah, banyak lah pokoknya. Pas bahas pernikahan, dia selalu aja ngelak," jelas Angel penuh kekecewaan.

"Ngel, kamu harus tekanin lagi sama Derren mengenai hubungan kalian, ambil keputusan ketika pikiran kacau itu nggak baik loh, ntar malah nyesal kamu. Mending gini aja deh, kamu ajak itu Derren ketemu, minta waktu luang dia yang agak panjang buat bahas kelanjutan hubungan kalian. Bilang ke dia, kalau ini adalah pembahasan terakhir dari kamu, minta, kepastian sama dia."

Angel menarik nafas dan memejamkan matanya sejenak, dia bingung, apakah Derren mau memberikan waktu luang padanya untuk pembicaraan yang menurut Derren sepele?

"Aku coba deh, semoga aja dia mau. Tapi kalo dia masih bertele-tele, aku udah bertekad buat ninggalin dia. Toh kehidupan masih harus berjalan dong."

"Nah gitu dong, baru namanya Angel Ivana."

Mereka menghabiskan waktu di pasar malam sambil menenangkan pikiran masing-masing, karena besok mereka akan kembali berkutat dalam rutinitas harian.

Sonia bekerja di Green House milik pengusaha terkenal, dia mendapatkan posisi sebagai sekretaris karena memang kemampuannya sangat bisa diandalkan. Sedangkan Angel bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah perusahaan yang bisa dibilang tidak terlalu besar.

Mereka berdua tidak tinggal bersama karena Sonia tinggal sendiri di rumahnya sedangkan Angel di kos-kosan.

Selama dua tahun bekerja di Green House, Sonia bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah minimalis namun terlihat cantik dan sangat pas ditempatinya.

Sonia tidak hanya mengandalkan gaji saja, dia juga berjualan cake, toko online-nya juga begitu ramai dan lumayan terkenal. Sonia adalah tipikal wanita yang tangguh dan mandiri.

...***...

Sean Aznand, itulah nama yang dibaca oleh Carla, dia duduk di hadapan Sean yang sedang membaca berkasnya.

"Good, kamu bisa mulai bekerja di sini sebagai sekretaris saya, saya tidak mentolerir apapun mengenai pekerjaan, jadi saya harap kamu bisa profesional dalam bekerja," kata Sean dengan nada yang begitu tegas dan dingin.

"Baik pak, saya pasti akan profesional dan tidak akan mengecewakan perusahaan ini."

"Baiklah, selamat bekerja Nona Carla." Sean mengulurkan tangannya dan dengan cepat disambut oleh Carla.

"Terima kasih pak."

Setelah Carla keluar dari ruangannya, Sean kembali berkutat dengan laptop miliknya, Sean seorang pengusaha muda yang berusia 28 tahun dan masih lajang. Dia terkenal sebagai seorang pria yang dingin dan cuek, jika berurusan dengan perusahaan, dia tidak akan mentolerir dan langsung memecat siapa saja yang melakukan kesalahan.

Sean hidup sendiri, dia memiliki seorang ayah dan ibu tiri, juga adik kandung laki-laki yang kini berusia 24 tahun, namun sayangnya Sean tidak pernah akur dengan keluarganya itu, terutama dengan ayah kandungnya, Endro Trial Aznand.

Sean membangun perusahaannya sendiri tanpa bantuan siapapun, dia bekerja keras untuk mengembangkan bisnisnya hingga mencapai puncak sekarang. Perusahaan Sean bergerak di bidang textile, bisnisnya sangat banyak bahkan tidak hanya di dalam negeri saja.

Sean yang merasa bosan, langsung menutup laptop dan membuka laci meja kerjanya. Dia menatap sebuah foto yang mana ada dirinya dengan seorang perempuan dengan latar pantai yang indah.

"Apa kamu masih mengingatku?" tanya Sean sambil menatap foto gadis tersebut.

Sean kembali menutup laci itu dan berjalan ke dekat jendela, dia melihat pemandangan kota dari dalam gedung.

Klek!!

Pintu ruangannya dibuka oleh seorang pria, lalu dengan santai pria itu duduk di sofa dan menyalakan rokok. Sean ikut bergabung dengan pria itu dan mereka merokok bersama.

"Masih memikirkan gadismu itu?" tanya Kenzo pada Sean.

"Memang apalagi yang bisa aku pikirkan selain dia?"

"Dasar kau bodoh Sean, jika memang kau masih mencintai dia dan sangat merindukannya, kau tinggal temui dia saja."

"Kalau segampang ocehanmu itu ya tidak masalah tapi semua tidak semudah itu bodoh."

"Kenapa kau tidak pernah mau menemuinya? Bukankah kau mencintai gadismu itu?"

"Ya, aku memang mencintainya tapi butuh waktu yang tepat untuk menemui dia." Selalu saja begitu jawaban dari Sean, padahal Kenzo sangat tahu jika Sean bisa saja untuk menemui gadis impiannya tersebut kapan saja.

"Jangan sampai kau menyesal saat gadis itu dimiliki oleh orang lain Sean, karena kesempatan apapun yang kau sia-siakan tentu akan membuat penyesalan hebat dalam hidupmu." Sean mencerna kata-kata dari Kenzo, apa yang sahabatnya katakan itu memang benar adanya.

Kenzo Everaldo dan Sean sudah bersahabat sejak kecil, mereka bukan orang yang berasal dari keluarga biasa, mereka berdua juga pekerja keras dan mencapai kesuksesan dengan usaha mereka sendiri.

"Aku akan memikirkan kapan waktu yang tepat untuk menemuinya."

"Jangan terlalu lama berpikir."

"Oke, kau tenang saja Ken."

...•••Bersambung•••...

...VISUALISASI TOKOH DALAM NOVEL...

...

...

Bab 2 : Dilamar Bos

Sean dan Kenzo menghabiskan malam mereka di sebuah bar ternama, apalagi yang bisa membuat mereka enjoy kalau bukan dugem dan minuman.

Di tengah kemabukan mereka, ada seorang wanita yang mendekati Sean, wanita itu berpakaian sangat minim dan dengan lancangnya duduk di pangkuan Sean. Sean dengan kasar mendorong tubuh wanita tersebut hingga terjerembab ke lantai.

"Pergilah Jalang, aku tidak membutuhkan mu saat ini," usir Sean pada wanita itu, Sean dan Kenzo memang suka ke club dan mabuk tapi Sean tidak pernah berhubungan badan dengan wanita manapun karena hati dan pikirannya sudah dikuasai oleh gadis yang dia cintai, wanita itu menatap Sean kesal lalu duduk di samping Kenzo.

Kenzo sendiri hanya terkekeh kecil melihat Sean mendorong wanita itu.

"Kapan temanmu ini bisa membuka hatinya untukku?" tanya Gladis lalu meneguk minuman Kenzo hingga tandas.

"Sudah aku katakan padamu berulang kali, percuma saja kau mendekatinya, dia masih mengharapkan gadis di masa lalu itu haha." Kenzo tertawa sambil menatap Sean yang sudah pusing karena kebanyakan minum.

"Halah, wanita itu sudah menghilang dari kehidupannya, kenapa juga masih diharapkan, harusnya dia bersyukur karna ada aku yang cantik dan seksi ini mau menjadi kekasihnya."

Kenzo merangkul Gladis dan mendudukkan Gladis di atas pangkuan nya. Kenzo sangat bernafsu melihat kemolekan tubuh Gladis, ditambah lagi pakaian Gladis yang sangat minim.

"Ngapain sih?" tanya Gladis yang berusaha untuk berontak dari dekapan Kenzo.

"Nikmatin aja, lagian Sean nggak bakalan mau nyentuh kamu, sini sama aku aja, aku akan berikan kenikmatan luar biasa untukmu." Tangan Kenzo sangat liar menyentuh tubuh Gladis.

Gladis yang terpancing dengan Kenzo akhirnya menikmati setiap sentuhan pria tampan itu. Kenzo meraba setiap inci tubuh Gladis, suasana club malam itu sangat mendukung kegiatan panas mereka. Sean dengan samar melihat Kenzo bermesraan, dia memilih untuk ke kamar mandi dengan langkah yang gontai.

Kenzo dan Gladis melakukan ciuman panas mereka, setelah pemanasan yang dirasa cukup, akhirnya Kenzo melakukan penyatuan dengan Gladis di ruangan VIP tersebut.

Setelah melakukannya hampir satu jam, mereka lanjut ke hotel dan melakukannya di hotel bintang lima milik Kenzo. Sedangkan Sean kembali ke rumah bersama sopir yang sudah Kenzo hubungi untuk menjemput Sean.

Sean tertidur dengan pulas, dia terlihat sangat kacau malam ini. Ingatannya tak pernah lepas dari wanita yang sudah membuatnya tidak bisa mencintai siapapun.

"Aku akan menemuimu jika waktunya sudah tepat, aku pasti akan menemuimu sayang, " gumam Sean dan akhirnya dia pun terlelap.

...***...

"Son, kamu bisa pikirkan lagi lamaran ku ini, aku tidak main-main dengan sebuah hubungan," desak Vanno pada Sonia yang saat ini sedang ada di hadapannya.

"Maaf pak, saya benar-benar belum kepikiran untuk menikah dan saya belum siap untuk menikah pak," tolak Sonia kepada atasannya itu, dia sangat tahu kalau atasannya begitu mencintai dirinya sejak awal dia bekerja di Green House ini.

"Apa ada pria lain di hatimu saat ini Sonia?" tanya Vanno Adrian, CEO Green House tersebut, dia begitu baik dan bahkan memperlakukan Sonia dengan sangat istimewa dari karyawannya yang lain.

"Iya pak, saya sudah mencintai pria lain dan sampai detik ini saya masih sangat mencintainya," jawab Sonia dengan mantap tanpa ragu.

"Tapi aku tidak pernah melihatmu bersama siapapun, apa ini semua hanya alasanmu untuk menolak aku Sonia?"

"Tidak pak, demi tuhan, saya sudah mencintai pria lain dan saya mencintai dia sejak sekolah. Saya memang sekarang tidak bersama dengan dia lagi tapi cinta dan hati ini sudah habis untuknya, maafkan saya pak, saya tidak bisa menerima cinta bapak." Sonia dengan selembut mungkin menyampaikan penolakannya pada Vanno. Vanno menghela nafas lalu menatap Sonia dengan lekat.

"Beruntung sekali pria itu Sonia, pria manapun akan sangat beruntung jika mendapatkan mu," balas Vanno dengan nada serius, Sonia hanya bisa menunduk dan tak berani menatap mata Vanno.

"Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja, aku akan terus berusaha untuk mendapatkan hatimu, tidak peduli cintamu habis pada pria mana, yang jelas cintaku masih utuh untukmu." Sonia terdiam, dia bingung harus menjawab apa pada Vanno.

Malam pun tiba, Sonia membersihkan tubuhnya dan berbaring di tempat tidur, dia ingin tidur sejenak, karena jam 2 pagi dia harus bangun untuk membuat orderan kue yang dipesan oleh pelanggannya.

Kriingg... Kriingg...

Bunyi jam membuat Sonia terbangun, dia segera menstabilkan tubuhnya dan segera ke kamar mandi, Sonia mengambil air wudhu dan melakukan shalat tahajjud. Selesai Shalat, Sonia menuju dapur dan membuat pesanan kue yang akan dijemput oleh pelanggannya jam 7 pagi ini.

Tangan Sonia begitu lihai mencampurkan semua bahan-bahan, dia mengerjakan dengan setulus hati agar cake bikinannya tidak mengecewakan pelanggan.

Semua pesanan selesai jam 5 pagi, Sonia kembali mengambil air wudhu dan menunaikan shalat subuh. Dia kemudian mempacking cake yang sudah dibuat dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.

Dia orang yang tidak suka mengulur waktu, tidak pernah terlambat ataupun lalai dalam pekerjaannya.

Semua pesanannya di ambil oleh para pelanggan dan sebagian lagi ada yang dikirim menggunakan ojek online. Sonia bergegas menuju ke kantor dengan sepeda motor matic miliknya.

Baru sampai di halaman kantor, Vanno menghampiri Sonia. Sonia menghela nafasnya dan berusaha tersenyum pada Vanno yang merupakan bos nya itu, bukan apa-apa, kalau di kantor ini Sonia sering dijadikan bahan gosipan jika dekat dengan Vanno.

"Kita siap-siap untuk rapat penting hari ini Sonia, karena perusahaan yang akan menghadiri rapat ini merupakan perusahaan besar," jelas Vanno pada Sonia.

"Baik pak, kenapa anda harus menghampiri saya begini, kan bisa dibicarakan di ruangan," kata Sonia yang merasa segan dihampiri oleh Vanno.

"Saya sekalian ingin mengajakmu masuk bersama." Sonia hanya mengangguk dan berjalan di belakang Vanno, pria berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Sonia namun gadis itu terus berusaha pula untuk berjalan di belakangnya.

Para karyawan di sana terus memperhatikan Vanno dan Sonia, di antara mereka ada yang berbisik dan pastikan Sonia adalah topik utama pembicaraan pagi ini.

"Aduh, bakalan jadi bahan gosipan lagi ini," gumam Sonia sendiri.

Sonia dan Vanno memasuki ruangan, mereka satu ruangan namun dibatasi dengan sekat sehingga Sonia lebih nyaman jika bekerja.

"Sonia, apa nanti kamu memiliki waktu? Saya ingin mengajakmu makan malam." Sonia sedikit kaku jika sudah diajak oleh Vanno, dia meremas ujung roknya lalu tersenyum pada Vanno.

"Hm saya banyak orderan kue nanti pak, mungkin tidak ada waktu untuk makan malam," tolak Sonia sambil menunduk, Vanno tersenyum lalu duduk di kursi kebesarannya.

...•••Bersambung•••...

Bab 3 : Meminta Kepastian

Sonia bersiap untuk rapat hari ini, berjalan di belakang Vanno memasuki ruang meeting. CEO perusahaan besar yang dimaksud Vanno adalah Sean Aznand.

Meeting berjalan dengan lancar, kerjasama antara perusahaan Sean dan Vanno terjalin dengan baik, bisnis ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Vanno mengajak Sean berbincang dulu di ruangannya karena Vanno sangat tahu bahwa Sean bukanlah orang yang gampang diajak untuk bekerja sama.

"Saya berharap semoga ke depannya hubungan bisnis ini semakin baik dan saling menguntungkan bagi kita," kata Vanno.

"Iya, saya juga berharap demikian."

Sonia memasuki ruangan Vanno yang sebelumnya sudah diizinkan oleh Vanno untuk masuk.

"Permisi pak, ini semua berkas dan file yang bapak minta tadi," kata Sonia sambil memberikan dokumen kerja yang dia pegang pada Vanno.

"Oke kamu boleh kembali bekerja, semua sudah lengkap di sini. Terima kasih Sonia," ucap Vanno setelah memeriksa dokumen yang diberikan oleh Sonia.

"Iya pak, saya permisi."

Sonia meninggalkan ruangan bosnya itu, dia kembali berkutat dengan pekerjaan nya.

Tak terasa sekarang sudah pukul 5 sore, Sonia bersiap untuk pulang dan harus mengerjakan pesanan cake dari pelanggannya yang akan diambil nanti malam.

Sonia bergegas menuju tempat dimana motornya di parkir, dia menghembuskan nafas dengan kasar karena melihat ban motornya kempes.

"Kenapa harus sekarang sih kempesnya, kan bisa nanti aja pas di rumah. Ah, nyari kerjaan banget sih ini motor, mana pesanan banyak lagi buat nanti malam," gerutu Sonia melihat motornya, dia harus membawa motor itu ke bengkel dulu, pastinya akan membuang banyak waktu.

"Mari saya antar pulang, motormu bisa diantar oleh orang suruhan ku nanti." Sonia terdiam mendengar suara tegas di belakangnya, ia langsung menoleh dengan ragu.

Sonia seketika terpaku melihat Sean ada di depannya dengan jarak yang begitu dekat namun Sean hanya menunjukkan ekspresi datar dan dingin.

"Nggak usah pak, saya bisa kok pulang dengan ojek nanti," tolak Sonia dengan lembut.

"Saya tidak suka ditolak, mari ikut saya." Sonia dengan terpaksa mengikuti Sean karena Sonia tahu bahwa Sean orangnya suka memerintah dan tidak bisa ditolak.

Sean membukakan pintu mobil untuk Sonia, dengan perasaan segan, Sonia memasuki mobil Sean. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang mengamati mereka dengan tatapan cemburu.

"Kenapa Sonia mau pergi dengan Sean? Sedangkan setiap kali aku mengajaknya pulang bersama, dia tidak pernah mau," gumam Vanno yang melihat Sonia dan Sean dari balkon ruangannya, yang kebetulan dia berdiri menatap keluar.

Semua karyawan di perusahaan itu menatap Sonia dengan tatapan yang beragam ketika memasuki mobil Sean.

"Beruntung banget Sonia, bisa semobil sama Pak Sean," kata salah seorang perempuan yang menjadi karyawan di Green House.

"Pasti di booking sama Pak Sean, dia kan selalu deketin bos-bos besar, contohnya CEO kita tuh," sahut yang lain dengan nada julid.

"Iri banget liat Sonia."

Selama di perjalanan, Sean dan Sonia tidak bicara satu katapun setelah Sonia menunjukkan alamat rumahnya. Sean fokus mengendarai mobil dan menghabiskan 35 menit perjalanan karena jalanan lumayan padat, mobil Sean berhenti tepat di depan rumah Sonia.

"Terima kasih banyak pak, kalau begitu saya pamit untuk masuk dulu," ucap Sonia dengan sopan.

"Sama-sama Son, saya pamit pulang dulu." Sonia mengangguk.

"Iya pak, hati-hati di jalan."

"Iya." Sean tersenyum pada Sonia, yang membuat hatinya berdesir hebat, terpancar kerinduan hebat dari tatapan mereka berdua.

"Ya Allah, kenapa begini?" ujar Sonia pelan sambil memegang dadanya setelah keluar dari mobil Sean.

Sonia memasuki rumah dan membersihkan dirinya. Dia langsung menunaikan ibadah Sholat Maghrib, setelah itu dia langsung berkutat dengan pekerjaan sampingannya. Sonia disibukkan dengan membuat 10 cake pesanan pelanggan setianya. Selama 4 jam akhirnya semua cake sudah masak, sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Buat apa ya cake malam-malam begini, apa dia lagi ngadain pesta?" pikir Sonia sendiri, karena biasanya para pelanggan akan order cake untuk pagi atau siang hari, tapi berbeda dengan pelanggannya yang satu ini, selalu order cake untuk malam hari

Sonia menghubungi orang yang memesan, karena orang tersebut ingin menjemputnya sendiri. Sonia menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu, dia begitu kelelahan.

Tak lama ada yang mengetuk pintu rumah, segera dia membuka pintu dan terlihat seorang pria berbadan tegap, tampan tersenyum padanya.

"Saya mau ambil pesanan atas nama Rani," kata pria itu.

"Oh baik, tunggu sebentar." Sonia masuk ke dalam rumah dan mengambil pesanan kue yang sudah dia packing dengan rapi dan memberikannya pada pria itu.

Setelah memberikan uang, pria tersebut pergi meninggalkan rumah Sonia. Gadis itu akhirnya lega dan merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur, pekerjaannya hari ini sudah selesai.

"Berkahilah penghasilanku ini ya Allah," do'a Sonia sebelum memejamkan matanya dan tak lama dia pun terlelap.

"Buat apa kau cake sebanyak ini Sean?" tanya Kenzo yang baru saja memasuki mobil, mobil Sean di parkir agak jauh dari rumah Sonia, jadi gadis itu tidak tahu kalau yang memesan cake adalah Sean.

"Cake nya sangat enak, cobalah," jawab Sean, Kenzo mencoba cake buatan Sonia, memang sangat enak dan nikmat.

"Jadi selama ini kau order atas nama si Rani?"

"Iya, aku selalu menyuruh Rani yang ambil." Kenzo geleng-geleng kepala dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Menyusahkan si Rani saja kau ini."

"Memang apalagi tugas pembantu kalau bukan untuk aku susahkan." Mereka berdua tertawa sambil menyantap cake itu.

Rani adalah salah seorang pembantu yang bekerja di rumah Sean yang ada di Bandung, dia selalu menyuruh Rani untuk membeli cake Sonia dengan jumlah yang lumayan banyak.

Sean sampai di rumahnya, Kenzo tidak masuk ke dalam rumah karena dia memilih untuk pergi ke klub malam.

...***...

Angel membuka matanya dan menatap Derren yang sudah bersiap untuk pergi bekerja. Deren semalam tidur di kos Angel, mereka melakukan hubungan terlarang itu lagi sepulang dari club malam.

"Derren."

Angel mengenakan pakaiannya dan mendekati Derren yang sudah rapi.

"Ada apa sayang?"

"Aku pengen ngomong serius sama kamu."

"Ngomong aja."

"Tolong duduklah dulu, ini pembicaraan yang sangat penting."

"Aduh sayang, aku udah telat ini ke kantor. Lain kali aja ya kita bicara."

"Nggak, aku mau bicara sekarang." Angel menahan lengan Derren yang membuat Derren kesal.

"Mau ngomongin nikah lagi?"

"Iya, emang apalagi coba? Apa hubungan kita hanya begini-begini saja, aku nggak mungkin digantung terus sama kamu kayak gini."

"Dengar Ngel, masih banyak hal yang harus aku capai, aku nggak mau terhalang hanya karena pernikahan. Aku harap kamu mengerti."

"Emang kamu pikir aku nggak ada target pencapaian juga hah? Selama ini kamu pikir aku cuma main-main aja gitu? Banyak hal juga yang ingin aku capai Der, kamu jangan egois dong. Pikirin juga gimana nasib aku. Aku nggak bisa terus-terusan begini, kalau memang kamu tidak ada niatan untuk menikahi aku, kita akhiri saja hubungan ini." Angel sudah tidak sanggup menahan emosinya, ia merasa sangat dipermainkan oleh Derren selama ini.

"Haha akhiri? Kamu yakin? Denger ya Ngel, kamu itu perempuan bekas yang nggak akan bisa ngapa-ngapain tanpa aku, kamu pikir segampang itu melepaskan hubungan kita."

"Ya kalo gitu nikahin aku Der. Aku pengen hubungan kita jelas."

"Aku nggak mau untuk menikah sekarang, jalani dan nikmati saja semua ini, kita pikirkan pernikahan nanti setelah aku siap."

"Siap? Kapan kamu siapnya Der? Aku bener-bener udah nggak bisa begini terus sama kamu."

"Udahlah, aku udah telat kerja, mending kamu jangan banyak drama. Aku pergi dulu."

"Derren, kamu kenapa sih, tolong kasih aku kepastian. DERREENN." Angel berteriak memanggil pacarnya itu namun tidak diindahkan oleh Derren.

Dada Angel begitu sesak melihat kepergian Derren yang seakan menggantung dirinya tanpa ikatan yang jelas. Angel menangis tersedu untuk sekian menit.

Klek!!

Pintu kos Angel dibuka oleh Sonia, sekarang hari Minggu jadi Sonia ingin menghabiskan waktunya bersama Angel.

"Angel, kamu kenapa?" Angel langsung memeluk Sonia dengan erat, dia menumpahkan tangisnya pada Sonia.

"Nangis aja sampai perasaanmu lega." Sonia membiarkan Angel menangis, setelah tangisnya reda, Sonia memberikan segelas air pada Angel.

"Minum dulu." Angel meminum air itu hingga tandas.

"Son, aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin semuanya berakhir Son, aku udah nggak kuat," tangis Angel pada Sonia.

"Yaudah Angel, kamu putusin aja Derren, pasti karna dia kan, kamu begini."

"Iya, dia nggak mau nikahin aku, nggak mungkin kan, aku jadi pemuas nafsu dia aja."

"Semuanya berpulang padamu, lagian yang menjalani hubungan kan kamu, jadi kamu pasti bisa memutuskan yang terbaik untuk dirimu Angel. Melihat hubungan kalian selama ini, memang sangat tidak sehat," saran Sonia.

"Iya, aku udah mengambil keputusan untuk mengakhiri semuanya Son. Semoga dia bisa hidup bahagia tanpa aku."

Sonia memeluk sahabatnya itu, dia tahu apa yang Angel rasakan karena selama dengan Derren, Angel hanya dijadikan pemuas nafsu saja, tak jarang Derren sering melakukan kekerasan pada Angel.

Seharian Sonia berada di kos Angel, mereka bercerita dan juga tertawa lepas seakan beban hidup mereka tidak ada.

Sonia melihat jam dinding dan sudah menunjukkan pukul 4 sore, Sonia harus segera pulang. Dia lumayan takut jika harus pulang malam, jarak dari kos Angel ke rumahnya cukup jauh juga.

"Ngel, aku pulang dulu ya, udah sore nih."

"Yah, cepet banget, baru juga bentaran di sini."

"Bentar apanya, dari jam 8 pagi aku di sini. Kamu jaga diri baik-baik ya, jangan sedih-sedih lagi."

"Iya cantik, sini peluk dulu." Sonia tersenyum dan memeluk erat Angel, tiba-tiba Angel terisak dalam pelukan Sonia.

"Udah dong, jangan nangis, besok kan kita bisa ketemu lagi. Aku janji deh, sepulang kerja aku akan nginap di sini," bujuk Sonia yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Angel.

"Hati-hati di jalan ya Son."

Sonia dengan berat hati meninggalkan Angel sendirian di kos. Namun dia tidak memiliki pilihan karena besok pagi dia ada orderan dan harus ke kantor untuk bekerja. Sonia memacu motornya untuk segera pulang, hari juga sedikit mendung, dia tidak mau jika kena hujan di jalan.

Sedangkan Angel kembali termenung sambil menatap foto dirinya bersama Derren. Hatinya begitu hancur.

"Kenapa ya aku jadi cewek bodoh banget, harusnya aku nggak terjebak dengan pria ini. Kenapa aku sangat mencintainya? Dan kenapa dia selalu bisa memanipulasi otakku agar tidak lepas darinya? Dasar bodoh kamu Angel." Angel merutuki dirinya sendiri karena sudah memberikan segalanya pada Derren, lelaki bajingan yang tidak pernah memberikan kata pasti untuk Angel.

...•••Bersambung•••...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!