NovelToon NovelToon

TERPAKSA MENIKAH

PROLOG

Nasta Ayruma Lehsyam

Perempuan cantik dan kuat yang terlahir dari keluarga sederhana. Dia salah satu anak dari pasangan suami istri bernama Herman dan Winda. Memiliki seorang adik perempuan yang masih sekolah smp bernama Rista.

Nasta memiliki otak yang cerdas dan kreatif.

Terbukti, saat dia selalu menjadi juara kelas setiap tahunnya. Sikapnya yang selalu ceria membuat dia memiliki banyak teman. Ya, sekarang dia sudah kelas tiga SMA. Dan satu bulan lagi dia akan menjalani ujian kelulusan.

Sayangnya,

Ditengah kesibukan semua teman-temannya dalam menentukan kampus favorite mereka, Nasta hanya bisa menggigit jari sambil tersenyum masam.

Ayahnya tidak mungkin sanggup membiayai dia melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Nasta sadar, dia tidak terlahir dari keluarga kaya yang berada. Ditambah lagi, dia tidak mungkin tega menambah beban untuk keluarganya.

Ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap yang menjanjikan. Setiap hari dia hanya mengelola ladang miliknya sendiri yang tak begitu luas. Menanam sayuran yang mungkin bisa digunakan untuk menyambung hidup. Sedangkan jika hari menjelang siang, sang Ayah akan beranjak ke pasar membantu istrinya berjualan di pasar.

Sebenarnya Nasta berniat mengikuti beasiswa masuk perguruan tinggi. Tapi niat itu harus diurungkan untuk sementara waktu karena dia ingin menambah uang tabungannya terlebih dulu.

Meskipun biaya pendidikannya dapat beasiswa, tapi dia harus memikili tabungan sendiri kan untuk kesana kemarinya?

Cita-cita Nasta juga tidak telalu tinggi. Seandainya dia tidak bisa masuk perguruan tinggi atau tidak berhasil menjadi pegawai negri, Nasta ingin mengikuti kelas memasak. Belajar berbagai menu makanan lalu berhasil dengan mendirikan restoran dan dirinya sendiri sebagai kokinya.

Masalah modalnya? Nanti deh dipikir belakangan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana dia menjadi juru masak yang handal dan memiliki cita rasa yang khas di setiap masakannya.

Ah, membayangkannya saja sudah membuat semangat Nasta kembali seratus persen. Tersenyum bahagia.

***

Pandu Bragistandara

Pengusaha muda yang paling sukses dan sedang menjadi buah bibir dikalangan masyarakat.

Parasnya yang tampan menjadi daya tarik tersendiri untuk kaum wanita menggilainya saat dengan gagah tampil disemua pemberitaan media. Aura kepercayaan diri lelaki itu sangat bagus sampai bisa membius semua mata yang memandangnya.

Semua bisnisnya bisa dengan mudah berkembang pesat karena sedari awal memang sudah memiliki nama. Sayangnya, selain citranya yang bagus dia juga terkenal sebagai pengusaha yang arogan sekaligus hidung belang pemain wanita malam.

Belum pernah sekalipun terdengar di pemberitaan manapun dia menjalin hubungan serius dengan seorang wanita. Karena bagi Pandu, cinta nya hanya satu.

Untuk seorang perempuan luarbiasa yang bahkan sampai saat ini dia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Pandu tidak pernah diharapkan ada disisi wanita pujaannya.

Ah sudahlahh....lupakan,!

Pandu terlahir dari keluarga terpandang yang jauh diatas kata kaya raya. Ayah nya juga seorang pengusaha terkenal bernama Robin. Sedangkan ibunya bernama Maria yang juga merupakan putri kedua dari pengusaha sukses dimasanya.

Pandu merupakan anak tunggal. Jadi tidak heran jika sejak kecil dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Ya, semuanya yang dia ingin kan serba terpenuhi.

Lihatlah, gedung tertinggi ditengah-tengah pusat kota itu adalah gedung miliknya. Suatu kebanggaan bagi setiap orang yang bisa menumpang hidup didalamnya. Menggantungkan pekerjaannya.

Saat ini, meskipun dia hanya duduk dikursi kebesarannya tanpa melakukan apapun, uang ratusan juta rupiah sudah masuk dengan sendirinya ke rekeningnya setiap jam.

Ibarat kata, Cukup bernafas saja, dia sudah dibayar.

***

***

Hay hay hay... Jumpa lagi dengan Author Aghfi kak 😍😍

Nyobain ikutan bikin novel yang lagi booming nihh...

Ala-ala gadis miskin dan CEO arogan... hahaha sekali - kali gak papa lah yaa??

Mau lihat, sejauh mana kemampuan author ini dalam berimajinasii wkwkwkwkwk

Jangan lupa dukung yaa... 😘***

Hari Pertama

Hari mulai sore. Matahari sudah beranjak pulang untuk tenggelam. Dengan langkah kesal Nasta berjalan dipinggir trotoar membawa map coklat ditangan kanannya.

Dia menarik nafas nya pelan mengusir rasa sesak di dadanya. Ini hari pertama dia mencari pekerjaan. Dan sudah hampir seharian penuh dia berjalan mengintari tempat pembelanjaan, tapi belum ada satupun tempat yang membutuhkan karyawan yang cocok dengan ijasahnya.

Belum lagi, hinaan dan cacian dari mulut pekerjanya yang menusuk hati benar-benar membuat energinya habis terkuras sia-sia hanya untuk menambah stok kesabarannya.

Mbak, kalau mau nglamar pekerjaan pakaiannya yang berkelas dikit dong

Eh dek, kamu memang gak punya make up ya? Kalau kerja disini tuh harus dandan

Cantik-cantik kok kumel. Memangnya kamu mau jadi apa disini?

Nasta mengamati pakaiannya sendiri. Rok span berwarna hitam dengan kemeja warna putih polos. Sudah umum untuk orang yang ingin melamar pekerjaan bukaan Lantas Nasta harus berpakaian bagaimana lagi supaya diterima bekerja ditempat elit itu.? Ya walaupun hanya sebagai penjaga stand. Tapi setidaknya Nasta ada pemasukan yang bisa sedikir meringankan beban ekonomi ayah ibunya.

Waktu sudah berjalan seminggu setelah pengumuman kelulusan tempo hari. Dan lagi-lagi, Nasta berhasil membuat Ayah dan Ibu nya bangga karena dia sanggup berada di tiga besar siswa dengan nilai kelulusan terbaik. Bayangkan saja, tahun ini hampir tiga ratus siswa yang seangkatan dengan Nasta. Dia mampu mengalahkan setidaknya dua ratus sembilan puluh lebih siswa lainnya dalam memperebutkan urutan terbaik.

Sejenak Nasta tersenyum. Hanya itu satu-satunya kelebihan Nasta yang dia sadari.

Langkahnya tiba-tiba terhenti saat sekilas matanya menangkap sesuatu tergeletak dijalan. Dia berjalan mundur beberapa jangkah,

Hah, Dompet?

Nasta memungut sebuah dompet yang sepertinya tanpa sengaja jatuh. Dia melinguk kekanan dan kekiri. Barangkali ada seseorang yang sedang kebingungan disana.

Atau mungkin, ada seseorang yang sedang menangis dibawah pohon? Bisa jadi kan dia menangis karena putus asa tak kunjung menemukan dompetnya?

Tapi zonk, Tak ada satu orang pun yang nampak batang hidungnya sedang berjalan di trotoar itu selain dirinya sendiri. Yang ada hanya kendaraan berlalu lalang dijalan raya. Nasta bisa pastikan, pemiliknya bukan salah satu dari pengemudi kendaraan yang sekedar lewat itu.

Namanya juga jalan raya, wajar kalau banyak kendaraan.!

Dengan sisa keberanian yang mungkin tak banyak lagi. Nasta membuka dompet itu hati-hati. Matanya terbelalak mendapati lembaran rupiah berwarna merah yang tidak sedikit.

Waahh... uangnya banyakk banget.!

Sejenak dia berfikir. Andai saja dia yang memiliki uang itu, pastilah dia bisa makan enak sampai kenyang. Atau setidaknya, uang gedung sekolah Rista tidak akan nunggak lagi sampai beberapa bulan kedepan. Atau mungkin, uang listrik ayah dan ibu akan langsung lunas sampai tahun depan.

Oh astagaa.. pikiran konyol dari mana itu. Nasta tersenyum masam.

Pelan-pelan dia mencari kartu tanda pengenal didalamnya. Barangkali dia searah, Nasta bisa mampir kerumah pemilik dompet itu untuk mengembalikannya.

Nasta bernafas lega, benar dugaannya.

Alamat pemiliknya tak jauh dari lokasinya berdiri saat ini. Tapi Nasta ragu. Dari yang Nasta ketahui, alamat ini hanya dihuni oleh orang orang kaya yang hartanya tak habis tujuh turunan.

Bagaimana kalau orang kaya itu tidak percaya kalau dirinya menemukan dompet dijalanan? Bahkah lebih parah lagi, bagaimana kalau dia dianggap pencuri atau pencopet?

"Bodo amat.. Niat baik pasti hasilnya baikk Nas..."

Gumamnya pelan sambil mengusap peluhnya.

***

Nasta menarik nafasnya dalam-dalam kemudian sekali lagi dia menghembuskannya pelan.

"Baiklah... aku akan mengantarkan kamu pada majikanmu"

Serunya sambil mengusap-usap dompet ditangannya.

Dia mulai berjalan menuju alamat si empunya dompet. Untuk mengusir rasa bosannya, Nasta mengeluarkan ponsel, memasang earphone ditelinganya. Mendengarkan musik untuk menemani langkahnya yang mungkin masih jauh lagi. Karena sebelum kembali kerumah. Nasta harus mengembalikan dompet itu terlebih dahulu. Sesekali bibir nya ikut menyanyikan lagu yang dia dengar.

Bintang Empat Belas Hari

Empat belas hari ku mencari dirimu, Untuk menanyakan dimanakah dirimu, Empat belas hari ku datangi rumahmu, Agar engkau tahu tertatihku menunggumu

Aku kangen sama kamu, Apa kamu udah gak sayang aku

Maafkanlah aku lari dari kenyataan, Bukan karena aku tak punyai rasa sayang, Maafkanlah aku mencoba tuk berlari, Karena satu hati engkau pasti kan mengerti

Kamu pacar terbaikku, Walau hanya sekejab di hatiku

Nasta tersenyum getir. Lirik lagu itu entah mengapa begitu masuk dihati nya. Dia merasa heran. Kenapa didunia ini ada lagu yang liriknya sebucin itu? dan anehnya lagi, justru Nasta menyukainya..!

Oh astagaaa... padahal jatuh cinta saja Nasta belum pernah..! Dia terkikik geli.

Tak terasa, dia sudah sampai didepan sebuah pagar yang tampak berdiri kokoh dipadukan dengan gerbang besi berwarna hitam mengkilat. Tidak terlalu besar. Tidak begitu tinggi. Tapi siapapun orangnya, Nasta bisa memastikan pemilik rumah dengan gerbang model seperti ini mempunyai gaya hidup yang tinggi.

"Permissii... Emm halooooo ada orang didalam?"

Nasta mengintip dari celah-celah kecil dipagar itu. Ada seorang laki-laki yang sedang berlari menghampirinya. Nasta menebak. Itu pasti security rumah ini. Atau jangan-jangan itu malah pemilik rumah ini?

"Ada apa ya Mbak?"

Laki-laki itu membuka gerbangnya sedikit. Dari suaranya, dia sepertinya seorang yang baik. Menyambut Nasta dengan senyuman. Bukan sengitan.

"Ehh.. ini pak, Apa bener ini rumahnya ibu Maria?"

"Iya bener Mbak.. Ada perlu apa ya Mbak sama ibu Maria?"

"Tadi tuh saya nemuin dompet ini dijalan. Sepertinya ini punya nya ibu Maria deh pak.. Coba bapak lihat dulu."

Nasta menyerahkan dompet itu pada laki-laki yang ternyata adalah seorang security. Sambil menerima, security itu menatap Nasta dari kaki sampai ujung kepala.

Mungkin dia curiga kali yaa kalau aku ini pencopet..!

"Bodo amat lah..." gumamnya pelan.

"Kalau dari tanda pengenalnya sih bener dompet ini punya Nyonya.. Atau kamu masuk dulu saja deh Mbak, siapa tau bisa ketemu langsung sama Nyonya..."

"Boleh deh pak...."

"Marii ......."

Nasta mengekori langkah kaki yang berjalan didepannya. Sambil berdoa dalam hati. Semoga Nyonya yang dimaksud orangnya baik.

"Mbak, duduk dulu disini yaa, saya lihat dulu Nyonya lagi sibuk apa tidak..."

Nasta diam mematung didepan tangga. Matanya mengedarkan pandangan keseluruh pemandangan yang tercipta didepannya.

"Mbak,.."

"Ini rumah pak?"

Sumpah demi Tuhan, Nasta tidak berani melangkahkan kaki menyentuh keramik yang terlihat sangat bersih mengkilat itu. Nasta merasa sepatu pantofel yang dia kenakan terlalu lusuh.

"Eh maaf pak.. Astagaaaa

Maaf Nasta keceplosan. Habis rumahnya terlalu bagus. Mirip istana."

Nasta tersenyum malu.

"Iyaa mbak.. santaii sajaaa"

Seumur-umur Nasta tidak pernah bermimpi akan menginjakkan kaki dirumah semewah ini. Semoga saja, pemiliknya berhati baik dan menyambutnya dengan baik pula. Dia kan kesini dengan niat baik? Gak salah dong dia berharap sambutan yang baik juga....

Kandang Gorila Gila

Pada waktu yang sama ditempat berbeda, laki-laki tampan yang tak lain adalah Direktur Utama sebuah perusahaan raksasa sedang terlihat mengesah kesal. Masih ada setumpuk berkas yang harus ditanda tangani olehnya.

Dia tak lain adalah Pandu.

Dibelakangnya berdiri laki-laki bernama Abraham. Sekretaris sekaligus tangan kanan Pandu yang sudah mengabdi dengan sumpah setia sejak lima tahun lalu. Sejak pertama kali perusahaan raksasa ini didirikan.

Abraham bukan hanya sekretaris biasa. Dibawah rengkuhan Pandu, dia menjadi sekretaris yang hebat dan sanggup melakukan semua hal untuk Tuannya.

Apalagi kemampuan bela dirinya. Abraham sudah mengantongi sabuk putih dari salah satu pencak silat di negri ini sejak kecil. Disisi lain, dia juga di didik langsung oleh ketua mafia dinegara sebrang.

Tapi tetap saja, ilmunya masih kalah tinggi dengan ilmu yang Pandu miliki.

Pandu, laki-laki berdarah dingin yang Abraham kenal memiliki kecerdasan dan kekuatan diatas rata-rata itu mampu membunuh lawannya dengan sekali pukulan.

Itu jika dia mau.

"Ham, setelah ini apa ada pertemuan penting lagi?"

"Tidak Tuan, ini berkas terakhir anda hari ini"

"Bagus.."

Pandu menyerahkan berkas terakhirnya yang sudah ditandatangani olehnya ke tangan Abraham. Dengan sigap, Abraham segera merapikan meja kerja Tuannya. Kemudian segera berjalan keluar. Menyerahkan berkas penting kontrak kerja sama dengan perusahaan lainnya untuk diurus tugas selanjutnya oleh staff sekretaris.

"Oh iya Ham, khusus hari ini suruh semua karyawan pulang cepat. Dan pastikan tidak ada yang pulang larut dari kantor."

"Baik Tuan"

Termasuk kamu.!"

"Tapi Tuan....."

"Ini perintah...!"

Abraham menundukkan kepalanya. Kata kata mutlak dari Tuannya yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat.

"Terimakasih Tuan"

Dengan langkah tegap penuh wibawa, Pandu berjalan keluar meninggalkan ruangan kerjanya. Memasuki lift yang disediakan khusus untuk dirinya sendiri.

Sesampainya di lobby, semua petugas termasuk receptionist mengangguk hormat kepada atasan mereka yang terlihat berjalan didepannya. Sekalipun, tak pernah Pandu berniat membalas sapaan karyawannya.

Mobil Porsche Macan 2.0 berwarna hitam mengkilat sudah siap didepan perusahaan lengkap dengan dua pengawal yang sudah membukakan pintu.

Salah satu sopir mempersilahkan Pandu masuk. Namun niat itu diurungkan..

"Stop..! Aku akan mengemudi sendiri. Kalian istirahatlah."

Pandu sudah bersiap melajukan mobilnya. Duduk dikursi kemudi dengan kaca mata hitam bertengger dihidungnya.

"Jangan ada yang mengikutiku!"

Mobil melaju dengan kecepatan sedang diarea perusahaan. Sebelum akhirnya berjalan dengan kecepatan kilat menembus kepadatan jalan raya di jam pulang kantor seperti ini.

Tidak ada tujuan lain kecuali pulang dan segera merebahkan dirinya ditempat tidur. Senyum lebar tersungging dari bibir sensual Pandu.

"Dia masih saja cantik" Gumamnya lirih.

Ya, hari ini Pandu bahagia. Sangat bahagia. Entah perasaan seperti apa yang sedang berkecamuk didalam hatinya. Yang jelas, Hati yang tandus mirip padang pasir itu seperti mendapat hujan salju yang tiba-tiba.

Bertemu lagi dengan gadis cantik yang menjadi pujaan hatinya tidak pernah sekalipun Pandu bayangkan. Pandu terlalu takut walaupun sekedar memimpikannya. Tapi nyatanya Tuhan berkehendak lain, Tuhan memberi Pandu kesempatan tanpa harus membayarnya sepeserpun.

Terimakasih Tuhan.

Mobil mewah miliknya sudah memasuki area pelataran rumah. Pandu sudah mengurangi kecepatan lajunya. Dari pada Nyonya besar itu akan memakinya lagi ya kan. Lebih baik Pandu yang mengalah duluan.

Dia berjalan santai memasuki rumahnya lewat pintu utama. Dengan kaca mata hitam yang masih bertengger dihidungnya, membuatnya semakin tampan. Sempurna.

"Heh, ngapain kamu disini?"

***

Sambil menunggu kedatangan si pemilik dompet, Nasta duduk dikursi yang memang tersedia diteras rumah mewah itu.

Matanya mengedarkan pandangan keseluruh penjuru halaman rumah yang begitu luas. Penggabungan paving warna gelap dan terang yang sangat kontras membuat tampilannya lebih rapi.

Dibagian kiri ada taman yang dibangun memanjang sepanjang dari pintu gerbang masuk sampai teras rumah. Bahkan tanaman yang ditanam terawat rapi dan tumbuh indah.

Sedangkan disisi kanan, ada pavilium yang dibagun dibagian depan berdempetan dengan pagar masuk. Disusul bagunan mirip garasi mobil yang.... Ah, Nasta tidak sanggup membayangkan berapa banyak mobil yang bisa diparkirkan ditempat itu melihat panjangnya bangunan garasi.

Drrttt... drrttt...

Ponselnya bergetar. Memaksa Nasta menghentikan pandangan kagum nya ke halaman yang luas itu dan beralih membuka gawainya.

"Kok belum pulang Nak. Lagi dimana?". Ayah

Nasta tersenyum tipis mendapat perhatian yang berlebihan dari Ayahnya. Lihat, ini baru jam empat sore. Memang sih sejak dulu, Ayahnya melarang keras Nasta pulang larut apalagi kalau sampai keluar malam. Tapi sekarang?

Nasta kan sudah besar sekarang.!

Nasta mengabaikan sekitarnya. Jari jemarinya bergerak lihai untuk segera membalas pesan singkat dari laki-laki yang merupakan cinta pertamanya itu.

Nasta mulai fokus merangkai kata yang akan dikirim ke ayahnya. Yang penting harus tetap sopan dan jangan sampai membuat ayah khawatir. Apalagi murka.

Nasta selalu bergidik ngeri jika mengingat kemarahan ayahnya. Sampai tak sadar sedari tadi ada seorang laki-laki yang sudah berdiri didepannya. Memperhatikannya.

"Heh, ngapain kamu disini?"

Nasta terhentak kaget. Kepalanya mendongak mencari tersangka yang harus bertanggung jawab karena detakan jantungnya yang tiba - tiba naik. Dahi nya berkerut menatap laki-laki yang berdiri angkuh dengan kedua tangan masuk disaku celananya.

"Kamu,..!"

Seketika memori otaknya memutar ulang kejadian pagi hari. Dimana Nasta berdiri didepan sebuah toko kosmetik ternama dikotanya. Laki-laki ini dengan angkuhnya menghampiri Nasta.

Cantik-cantik kok kumel. Memangnya kamu mau jadi apa disini?

Lihat, tempat ini jualan kosmetik. Kalau pelayannya aja kayak kamu gini, mana ada yang mau beli?

Nasta memutar bola mata nya malas. Dosa apa yang sudah dia lakukan memangnya? Kenapa pula harus bertemu dengan laki-laki super arogan ini lagi? Astagaa, Nasta menghembuskan nafasnya kasar.

"Bukan urusan kamu.!"

"Idih brengsek..!"

Wajah pandu tampak merah padam menahan emosinya. Rahangnya mengeras. Tapi Nasta malah terkekeh getir.

Lebih mudah mancing emosi rupanya dari pada mancing ikan.!

"Santai mass.. santaiii.! Marah-marah cepet mati lo.!"

Nasta mencebikkan bibirnya mengejek. Bodo Amat mau dia akan digampar kek. Mau dipenggal juga terserah. Yang penting Nasta nggak nyolong ya disini.!

"Yang sopan dikit, kamu pikir kamu sekarang ada dimana? Ini rumahku. Ngapain kamu disini?

Ngemis kerjaan? Mau jadi pelayan?"

"Berisik banget sih Mas"

"Pergi sana!"

Nasta hendak berdiri. Lebih baik memang dia pergi saja dari pada harus berdebat dengan laki-laki sok berkuasa itu disini. Apalagi seperti yang dia dengar, ini kandang gorila itu kan?

Dasar, Gorila gila.!

Tapi.....

"Kenapa sih Ndu teriak-teriak... Rame banget masak sampek kedengeran sampai kamar Mama.?"

Seorang wanita yang sudah berumur keluar dari balik pintu. Berpakain rapi dan elegan. Meskipun kulit wajahnya sudah tak begitu kencang, tapi Nasta bisa lihat

kulit wajah yang terawat disana. Putih, mulus dan sangat bersih.

Nasta mengangguk hormat. Ini pasti Nyonya yang dimaksud pak security tadi kan? Ya ampun kelihatan berkelas banget. Semoga aja dia orang baik.

"Ini nih Ma, ada pengemis disini.!" Ucap Pandu dengan suara dingin dan telunjuk mengarah ke wajah Nasta.

"Eh.Eh, sembaraangaan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!