NovelToon NovelToon

Jodoh Cantik Idola Kampus

BAB 1

"Pokoknya nanti malam kamu harus mau dijodohkan sama anak teman papa, titik!" dengan penuh penekanan, suara pria paruh baya yang tidak lain adalah ayah Fransiska Putri Sanjaya.

"Apa sih papa, main jodoh-jodohin Siska. Lagi pula anak temen papa yang mana lagi yang mau papa jodohin?" tak mau kalah dengan papa nya.

Ya, Siska sudah beberapa kali dikenalkan dengan anak teman ayahnya. Tapi hanya untuk sekedar membangun bisnis bersama.

Namun dari sekian banyak yang dijodohkan dengannya, baru kali ini yang benar benar serius.

"Nanti kamu juga akan tau sendiri" Rama Sanjaya meninggalkan kamar putrinya.

Tak mau ada penolakan, perjodohan ini harus tetap terjadi. Rama tak mau tau apakah anaknya setuju atau tidak, karna perjodohan ini sudah di bicarakan matang-matang antara kedua belah pihak.

Malam hari...

"Assalamu'alaikum.. Selamat malam" Sapa wanita paruh baya bernama Arumi.

"Wa'alaikumsalam.. Malam juga mbak" Sambil membukakan pintu untuk tamu, Fina mama Siska tak lupa cipika cipiki dulu.

"Mari masuk, ayo" lanjutnya mempersilahkan tamunya memasuki ruang tamu.

"Loh, mana anaknya mbak? Masa yang mau nikah nggak ikut?" Terlihat hanya Arumi dan Bagus yang masuk.

"Ada kok, bentar lagi juga masuk. Biasa, mungkin dia lagi grogi karna bakal ketemu sama calonnya" Jawab Arumin terkekeh.

"Eh, tamu agung kita sudah datang. Mana pangeranmu?" Rama datang sudah lengkap dengan baju rapinya.

"Nah itu dia" Jawab Bagus sembari menoleh ke arah pintu.

Terlihat pria tampan tinggi, putih, berparas asia itu melangkah dengan gagahnya masuk untuk bergabung.

Rivaldo menyalami Fina dan Rama dengan senyum ramah.

"Oiya ma, ayo panggilkan anak kita. Suruh turun menemui calonnya" Perintah Rama kepada istrinya.

Fina pun langsung bergegas naik tangga untuk memanggil Siska yang masih berdandan.

"Sayang, kamu sudah siap apa belum? Tamu kita sudah datang" tak lupa Fina mengetuk pintu dulu.

"Iya bentar ma"

Berbalut dress 3/4 warna silver, dengan layer hairnya yang tertata rapi, makeup natural, Siska melangkah dengan anggun keluar dari kamarnya.

"Cantik sekali anak mama ini, ayo sayang kita sudah ditunggu" sambil menggandeng lengan anaknya Fina dan Siska menuruni anak tangga.

Terlihat di ruang tamu sudah banyak orang.

"Nah ini dia anakku satu-satunya Gus, cantik kan?" Siska menyalami Arumi dan Bagus secara bergantian.

Mata siska melirik, pria muda di samping Arumi. Bukankah itu, ALDO?

Jantung Siska berpacu lebih cepat dari biasanya.

"Jadi ini yang mau dijodohin sama gue?" Siska masih bertanya-tanya dalam hatinya.

Raut muka tegang Siska tak dapat disembunyikan. Mata Aldo dan Siska bertemu sesaat. Terlihat Aldo bersikap tenang berbeda dengan Siska.

"Jadi begini pak, saya mau menikahkan anak saya dengan anak teman saya ini malam ini juga. Apakah langsung bisa pak?" Tanya Rama tanpa basa basi.

"Baik pak Rama, bisa langsung saya nikahkan?" Tanya penghulu yang diangguki oleh ketua RT dan RW komplek.

"Bentar.. bentar. Ini apa-apaan pa? Papa nggak ngomong apa-apa sama Aldo. Nggak bilang kalau Aldo harus menikah malam ini. Cuma mau perkenalan aja kan?" protes Aldo.

"Diam kamu, semua sudah kita rencanakan Do. Jadi, malam ini kamu harus menikah dengan Siska" jawab Bagus penuh penekanan.

"Kamu gak mau kan fasilitas kamu papa cabut?" Tegas Bagus mengancam dengan suara lirih.

"Pa, ma. Siska harus gimana nih?" Siska masih tak menyangka harus secepat itu dia menikah.

"Tenang sayang, kita memilihkan jodoh yang terbaik untukmu" tukas Fina lembut.

"Jadi, bagaimana pak Rama?" tanya penghulu memastikan lagi.

"Silahkan pak, anak saya sudah siap" jawab Bagus.

Aldo mengusap mukanya kasar, apa yang terjadi dengan malam ini. Apakah ia harus membatalkan atau menuruti kemauan kedua orang tuanya itu.

Sekali lagi dia memperhatikan Siska. Wajahnya masih tertunduk lesu dan pasrah akan nasib nya malam ini.

"Baik kalau begitu kita mulai saja akadnya. Nak Aldo mari berjabat tangan dengan pak Rama sebagai wali nikah. Saya akan menuntun"

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau Rivaldo Eka Saputra dengan anak saya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin 100gr perhiasan dan uang sebesar 2 Milyar dibayar tunai" Rama mengayunkan tangannya lantang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" jawab Aldo tak bersemangat.

"Bagaimana saksi?"

"SAH"

"SAH.."

"ALHAMDULILLAH" perasaan bahagia terpancar dari raut muka Fina, Arumi, Rama dan Bagus. Tapi tidak dengan Aldo dan Siska.

Siska mencium tangan Aldo, setelahnya Aldo mencium kening Siska atas suruhan ke dua orang tuanya itu.

Mereka seperti tertekan dengan status baru mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Pak penghulu, pak RT pak RW dan beberapa tetangga komplek sudah berpamitan untuk pulang.

"Baiklah Rama, kita juga akan pamit sekarang. Nitip anak bujang saya ya. Eh, sekarang sudah bujang lagi" Bagus menutup mulutnya sambil terkekeh.

"Tenang saja, malam ini mereka akan menginap disini. Tapi besok saya akan usir mereka" Rama tertawa keras.

"Hih, papa. Masa anak sendiri diusir sih?" Fina menepuk lengan suaminya.

"Ya iyalah ma.. Kan besok mereka pindah ke apart. Masa mau disini terus, nanti kalau mau melakukan perkembang biakan nggak leluasa kalo disini" semua tertawa.

Tapi tidak dengan Aldo dan Siska, yang masih meratapi nasib mereka kedepannya.

"Kami tinggal dulu ya.. Aldo, Siska silahkan istirahat"

Fina dan Rama menutup pintu kamarnya yang berada di lantai satu.

Setelah kamar tertutup, Siska meninggalkan Aldo yang masih berdiri mematung.

Sadar jika Siska meninggalkannya, Aldo pun mengejar Siska ke kamarnya.

"Kenapa lo terima pernikahan ini?" Tanpa menoleh ke belakang Siska tau jika Aldo sudah masuk ke kamar.

"Gue juga gak tau kalo bakalan nikah sama lo. Emang lo pikir gue langsung setuju gitu?" Aldo membuang muka.

"Alah! nggak usah ngeles lagi deh lo Al, lo tuh hobi banget cari-cari alesan"

"Kalo gak tau tuh diem aja deh. Jangan bisanya cuma nyalahin doang. Lo sama aja kali" Aldo tak mau kalah.

"Beda lah, lo kan cowok. Harusnya lebih tegas dong" suara Siska semakin meninggi.

"Terserah! Gue capek mau tidur! Lo ngomong aja sono sama tembok!!" Aldo langsung merebahkan tubuhnya di sofa samping tempat tidur.

Siska ikut merebahkan dirinya di ranjangnya yang berukuran 140x200, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.

Tak menyangka 2 pasang anak manusia itu yang tadinya bermusuhan dipersatukan dalam ikatan pernikahan.

Pagi hari...

"Selamat pagi semua"

Fina menyapa anak gadisnya dan menantunya yang turun dari tangga bersama.

"Kok lesu sekali. Jangan-jangan habis tempur ya? Makanya kurang tidur" tebak Rama.

"Apaan sih pa, pagi-pagi jangan bikin mood Siska berantakan" ujarnya sewot.

"Ayo Do, kita sarapan sama-sama. Sis, tolong layani suami kamu" perintah Fina.

"Layani apa sih ma, dia kan punya dua tangan. Suruh ngambil sendiri kan bisa" Siska masih tak berniat mengambilkan makanan untuk suami barunya.

"Jangan kurang ajar kamu Siska! Meskipun kalian menikah karna dijodohkan, tapi pernikahan kalian itu sah secara negara dan agama. Jadi, sudah sepantasnya kamu melayani suamimu" jawab Rama tegas.

Mau tak mau Siska menuruti kemauan orang tuanya. Semakin di langgar pasti semakin lama ceramah yang akan ia dapat.

"Nih makanan lo, cukup kan?" Siska memberikan piring yang sudah terisi nasi, lauk ayam panggang dan sayur sop.

"Yang sopan dong nak, sama suami sendiri masa manggilnya lo-gue. Yang lemah lembut dong" Fina geleng-geleng kepala.

"Iya iya" Jawab Siska malas.

Mereka berempat menikmati sarapan bersama di meja makan. Tak ada suara apapun yang terdengar hanya dentingan sendok dan piring yang saling bersautan.

Di ruang tengah...

Aldo dan ayah mertuanya sedang menikmati kopi bersama setelah sarapan.

"Do, kamu kan masih semester 6. Apa kamu sudah ada rencana mau ikut gabung bisnis papa sama papa kamu?" tanya Rama.

"Sudah pa, Aldo bantu-bantu sedikit. Karna di kampus juga Aldo masih banyak kegiatan. Apalagi Aldo kan jadi ketua BEM. Jadi, harus bagi-bagi waktu.. belum bisa full di kantor" Jelas Aldo panjang lebar.

"Iya juga, papa juga sudah urus kepindahan Siska ke kampus baru biar nanti kalian bisa berangkat bareng" tak ada jawaban dari Aldo, hanya anggukan dan senyuman tipis.

"Oiya Do, kapan kamu akan pindah ke apartemen?"

"Hari ini pa, agak siangan. Siska lagi mau beres-beres dulu katanya" Rama mengangguk.

"Tolong jaga anak papa satu-satunya ya Do. Jangan sampai lecet, kalo ada apa-apa langsung kabarin kita aja" Rama menepuk pundak menantunya.

"Kalo Siska nggak nurut sama kamu, bilang aja sama papa biar papa marahin tuh anak. Kebiasaan di manja dari kecil. Tolong nasehati Siska kalau ada salah ya Do, jangan pernah main tangan. Bicarakan baik-baik dengan kepala dingin. Kalau kalian punya masalah, selesaikan sama-sama.. jangan malah menghindar" lanjutnya.

"Iya pa, akan Aldo usahakan" Jawab Aldo dengan senyum.

NEXT...

BAB 2

"Pa.. Ma. Siska berangkat ya. Kalian sehat selalu, Siska bakal sering-sering main kok kesini" Siska enggan melepas pelukannya.

"Iya sayang, kalian hati-hati ya di jalan. Aldo jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya. Kabarin kita kalo sudah sampai di apart" Fina melepas pelukan Siska.

"Iya ma, kita berangkat dulu. Assalamu'alaikum" Aldo mencium punggung tangan Rama dam Fina bergantian.

Isak tangis Siska pecah, tatkala harus meninggalkan orang tuanya. Meninggalkan kampung halamannya yang penuh dengan segudang cerita.

Ia harus mengabdi kepada suami barunya hasil perjodohan orang tuanya itu.

Rivaldo melajukan mobilnya meninggalkan kediaman orang tua Siska.

Di dalam mobil Siska masih menangis, ia menatap jalan dari samping kaca mobil.

"Cengeng banget lo, kayak mau pergi ke planet aja nangis sampe segitunya" Aldo masih fokus menyetir tanpa menoleh ke arah Siska.

"Diem lo!" Aldo mendengus.

Sesekali Siska mengusap air matanya, sambil sesenggukan. Meskipun tangisnya sudah mulai mereda.

3 jam 30 menit berlalu karna jalanan sangat macet akibat weekend, kini mereka sudah berada di sebuah apartemen mewah.

Ya, ini apartemen pribadi Aldo yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri. Bekerja sampingan di perusahaan milik papanya.

Aldo memarkirkan mobilnya di basement. Ia tak membawa apa-apa karna baju dan keperluannya sudah di apartemen. Siska membawa 2 koper besar. Namanya juga perempuan, pasti isinya macam-macam.

Setelah menaiki lift ke lantai 50, lantai tertinggi di apartemen. Mereka sampai di depan pintu.

"Ayo masuk"

Aldo masuk terlebih dahulu membawa 2 koper sekaligus. Siska hanya menenteng tas selempang saja.

"Kamarnya cuma satu aja Al?"

Siska meneliti setiap inci ruangan dan hanya mendapati kamarnya 1 tapi benar-benar luas. Lebih luas ketimbang kamar di rumah orang tuanya.

"Lo pikir? Gue tinggal sendirian, buat apa kamar banyak-banyak" Aldo memasukkan koper ke dalam kamar.

Ya mau tidak mau, mereka harus sekamar. Tidak mungkin Siska atau Aldo tidur di sofa depan televisi. Bisa remuk badan, apalagi sofanya tidak terlalu panjang.

"Yaudah, lo ngapain kek. Gue mau ke kamar mandi dulu" Aldo menyambar handuk, rasanya gerah setelah mengalami kemacetan.

Siska membuka koper dan meletakkan barang-barangnya. Ada ruangan kosong di lemari langsung ia pakai untuk menata baju yang ia bawa dari rumah.

15 menit berlalu, Aldo keluar kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya.

Menampilkan tubuh atletis nya yang ia rawat, karna rajin nge-gym. Di apartemennya ada ruangan gym sendiri, jadi tak perlu ke luar.

"ALDOOO!! Apa-apaan lo, pake baju nggak!" Teriak Siska histeris melihat yang tak seharusnya.

Padahal mah, udah sah. Tapi Siska masih belum terbiasa dengan pemandangan itu.

"Bawel lo, kamar-kamar gue juga"

"Iya, tapi lo lupa kalo ada gue disini" Siska menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Udah!" Selesai memakai baju, Aldo berjalan menuju meja rias menyisir rambutnya yang sedikit basah dan sudah memakai pakaian rapi seperti akan pergi keluar.

"Gilak sih, gue bisa jantungan lama-lama kalo kayak gini" batin Siska memegangi dadanya yang masih belum stabil.

Tiba-tiba suara hp berbunyi..

"Iya sayang"

"... "

"Bentar habis ini aku keluar jemput kamu"

Siska menebak-nebak.

"Aldo punya pacar? Kenapa dia mau dijodohin sama gue kalo di punya pacar. Siapa pacar dia? Apa masih pacaran sama Tania?" Batin Siska. 

"Gue mau keluar, lo mau nitip apa?" Aldo sudah dandan rapi, ganteng maksimal pokoknya.

"Lo mau kemana?" Tanya Siska to the point.

"Jalan sama cewek gue" Aldo sibuk memakai jam tangannya.

Siska memutar bola matanya malas.

"Oh" singkat padat dan menyebalkan.

"Gue pulang malem, kalo lo laper pesen aja go food" Aldo meraih jaket kulitnya.

Tak ada pertanyaan dari Siska lagi, Aldo langsung bergegas keluar apartemen menggunakan motor sport nya.

Siska sudah beres-beres, setelah dirinya mandi dan bersih-bersih ia menonton drama di tv.

"Cihhh! Najis bat, lo pikir gue obat nyamuk disini? Oke, kalo lo nggak nganggep gue istri lo. Se enaknya aja lo pacaran disana seneng-seneng. Gue bakal bikin lo nyesel karna dulu mengkhianati cinta gue Al"

FLASHBACK ON:

"Aldo, kamu jangan gitu dong. Aku sayang sama kamu Al. Tapi kamu lebih percaya sama keong racun ini ketimbang aku?" Siska memegang erat lengan Aldo.

"Do, udah putusin aja dia. Jelas-jelas dia berkhianat sama kamu" Tania, tak lain adalah musuh Siska yang sedang mengejar-ngejar cinta Aldo.

"Jangan dengerin dia Al, please kamu harus percaya sama aku" Siska menangis sesenggukan.

"Lepaskan!! Aku jijik sama kamu Sis, tega kamu mengkhianati kepercayaan aku" Aldo melapaskan tangan Siska kasar. Ia pergi meninggalkan Siska yang masih bersimpuh di tanah.

FLASHBACK OFF:

Di sebuah taman kota, banyak pasangan kekasih sedang menikmati malam minggu mereka.

"Sayang, kamu nggak ada niatan menikahi aku?"

Deg!!

Aldo terkesiap, mendapati pertanyaan seperti itu.

"Emm.. Nanti deh aku pikir-pikir dulu. Lagi pula kita kan belum lulus kuliah, jadwal aku di kampus juga lagi banyak banget" jawab Aldo tersenyum kaku mencari alasan.

Bagaimana mau menikahi pacarnya, ia saja sudah menikah dengan Siska. Mantan pacarnya dulu waktu SMA. Bagaimana nasib Siska kalau Aldo juga menikahi pacarnya sekarang? Apakah Siska mau di madu?

"Iya deh, aku terserah kamu aja"

Kalau jawaban sudah seperti itu tandanya si cewek ngambek. Buru-buru Aldo mengalihkan pembicaraan.

"Oiya sayang, kamu mau belanja nggak? Kali ini aku temenin" Tanpa babibu Aldo meraih tangan pacarnya dan melajukan motornya ke sebuah mall besar di ibu kota.

Sudah jelas tanpa penolakan. Karna setiap 1 minggu sekali Aldo mentransfer uang ke rekening pacarnya untuk shopping.

Hari ini dia menemani pacarnya belanja sepuasnya di mall, sudah sering ia lakukan kalau tidak sedang sibuk.

Di apartemen, sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Aldo belum ada tanda-tanda akan pulang.

"Kok gue jadi keinget dulu ya, kenapa dia segitu bencinya sama gue. Padahal gue gak salah apa-apa. Lagi pula semua itu cuma salah paham, tapi kenapa dia nggak mau dengerin penjelasan gue dulu?" pikiran Siska masih berkelana mengingat kejadian tempo dulu saat ia duduk di bangku SMA.

Aldo memutuskan pindah sekolah karna kejadian yang ia alami. Semenjak saat itu Aldo tak pernah ada kabar sama sekali.

Siska kelas 11 dan Aldo kelas 12 tinggal menunggu beberapa bulan ia lulus. Tapi karna kejadian yang membuat dia putus dengan Siska, ia memutuskan pindah sekolah.

Orang tua mereka tak pernah tau kalau mereka dulu pernah pacaran, karna mereka menjalani backstreet.

Bippp..

Pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok pria maskulin menenteng jaket kulitnya di lengan kiri.

"Habis dari mana lo?" tanya Siska penuh interogasi.

"Kan tadi gue udah bilang" Aldo masuk ke kamar.

"Lo masih berhubungan sama keong racun itu Al?"

"Keong racun?" Aldo mengernyitkan dahi.

"Iya lah.. siapa lagi kalo bukan Tamia keong racun" Siska menekuk kedua tangannya di dada.

"Jangan ngada-ngada lo. Gue nggak kenal" jawab Aldo tegas.

"Lah trus siapa pacar lo?" Siska masih penasaran.

"Gak penting siapa pacar gue. Yang terpenting lo jangan bocorin rahasia pernikahan ini di kampus. Pura-pura aja kita nggak saling kenal" Aldo masuk ke kamar mandi meninggalkan Siska yang masih berdiri mematung di samping kasur.

"Syukur deh kalo bukan sama Tamia keong racun. Males bat gue harus ketemu dia lagi" Batin Siska. 

"Ngapain lo masih berdiri di situ?" Aldo keluar kamar mandi.

"Oiya satu lagi, lo bebas mau deket sama siapapun. Atau lo masih punya pacar terserah. Jangan pernah mencampuri urusan masing-masing" Aldo menyibakkan selimut bergegas tidur.

Sedangkan Siska masih mencerna omongan Aldo berdiri mematung tak bersuara.

"Oke Al, kalo itu mau lo. Bakal gue turutin, kita liat aja nanti" sambil tersenyum smirk.

Hari senin...

Aldo sudah bangun terlebih dahulu dan sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Sedangkan Siska masih sibuk bermimpi karna dirinya sedang ada tamu bulanan.

Aldo membuat sarapan untuk mereka berdua, pukul 6 pagi Siska baru bangun karna mencium aroma wangi masakan.

Tak langsung keluar, Siska mandi dan siap siap terlebih dahulu baru ia akan keluar untuk sarapan.

"Masak apa lo Al?"

"Gue cuma masak omelet doang, karna belum sempet belanja" sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Hari ini lo ke kampus nggak Al? Gue nebeng boleh? Kan gue belum hafal jalanan sini" Siska menaik turunkan alisnya.

"Naik ojek aja deh, gue males nanti pacar gue tau bisa kacau"

"Yaelah, nebeng doang! Lagian juga turunnya kan gak di kampus juga. Jauhan dikit, lagian ini kan hari pertama gue masuk. Kalo gue telat terus gue di hukum gantung diri gimana?"

"Ngaco lo!"

"Please ya Al"

"Lagian lo medit bat sama istri sendiri" Siska memohon.

"Inget ya Sis, kita menikah karna terpaksa. Jadi, anggep aja pernikahan ini cuma formalitas di atas kertas. Kita juga nggak harus melakukan kewajiban suami istri pada umumnya. Hanya berbagi tempat tidur aja nggak lebih" Aldo penuh penegasan.

"Lo pikir gue mau apa ng\*layan\* lo sebagai suami gue. Cihhh! Gak sudi gue!" Siska beranjak dari kursi membersihkan piring dan alat makan setelah menghabiskan sarapannya.

Siska melenggang pergi meninggalkan Aldo yang masih menyantap makanannya.

NEXT...

BAB 3

"Kesel banget gue, punya suami nggak ada gunanya!"

"Gue harus naik apa nih? Kalo naik bus, gue nggak paham yang mana. Gojek aja kali ya?" Siska bermonolog dan mengambil ponsel yang berada di tas nya.

5 menit kemudian ojek online yang Siska pesan datang bebarengan Aldo keluar dari kawasan apartemen.

"Buruan naik" Aldo menghentikan motornya.

"Ogah! Pergi aja sana sama pacar lo itu"

Siska menerima helm dari tukang ojek panggilannya meninggalkan Aldo yang masih diam di tempat.

"Tadi bilang nggak mau, sekarang sok sok an nawarin tumpangan. Dasar cowok nyebelin!"

"Kenapa neng?" Tanya tukang ojek karna tak terlalu mendengar suara Siska.

"Gapapa pak, saya cuma ngomong sendiri?" jawab Siska.

Kurang lebih 40 menit dengan kecepatan super tukang ojeknya, akhirnya Siska sampai di depan pintu gerbang kampus  barunya.

Siska melenggang masuk ke area kampus, ternyata lebih besar kampusnya sekarang ketimbang yang lama.

Wajahnya berbinar, mendapati banyak sekali wajah-wajah good looking di sini.

Sampai di gedung FEB Siska bertanya kepada mahasiswa yang kebetulan lewat depannya.

"Maaf, boleh nanya nggak? Kelas 4-3 dimana ya?"

"Mahasiswa baru ya?" tanya Rendi mahasiswa semester 4.

"Iya, boleh tau kelasnya dimana?"

"Boleh kok, gue anter aja gimana?"

"Nggak usah, ngerepotin nanti. Gue sendiri aja"

"Gue juga di kelas itu kok. Bareng aja sekalian" ajak Rendi.

"Boleh deh, jadi kita satu kelas? Salam kenal, nama gue Siska" seulas senyum terbit di wajah cantik Siska.

"Gue Rendi, salam kenal cantik" Rendi mengerlingkan matanya.

Dari kejauhan terlihat ada sepasang mata yang memperhatikan gerak gerik mereka berdua.

Rendi dan Siska masuk kelas berdua, di dalam kelas sudah datang sebagian siswa yang akan mengikuti kelas pagi ini, karna kelas akan di mulai 5 menit lagi.

Datanglah dosen pria berkepala botak 47 tahun itu, dosen mata kuliah ekonomi mikro dan makro.

"Sekarang kita mulai saja kuliah hari ini. Tapi sepertinya ada mahasiswi baru. Perkenalkan nama mu"

"Nama saya Fransiska Putri Sanjaya, panggil aja Siska. Salam kenal semua" Siska berdiri tersenyum manis.

"Baik silahkan duduk kembali Siska" Ujar pak Lukman.

Kelas berlangsung selama 45 menit, banyak sesi tanya jawab di kelas. Termasuk Siska yang banyak aktif dan bertanya.

Setelah selesai kelas pertama, Siska ingin pergi ke kantin karna pagi tadi hanya sarapan omelet buatan suaminya. Otomatis sudah lapar lagi ditambah kelas pagi tadi lumayan menguras otaknya.

"Hai.. Kenalin, gue Anggi" teman yang duduk di sebelah Siska mengajak berkenalan.

"Hai juga.." senyuman manis terbit di wajah Siska.

"Ke kantin yuk, laper gue. Nanti kelas siang harus full energi. Karna dosennya killer abis!" ajak Anggi.

"Boleh. Kebetulan gue juga laper banget. Yuk gasss kuyy!"

Anggi dan Siska seperti sudah saling kenal lama, tak ada jaim-jaimnya. Anggi menggandeng lengan Siska.

Sampai di kantin, Anggi memesan makanan untuk dirinya dan Siska.

Sementara Siska mencari tempat duduk terlebih dahulu.

Siska mengedarkan pandangannya ke setiap sudut meja, seperti ada yang ia kenal. Siapa lagi kalau bukan suami dadakannya itu.

"Oh! jadi itu ceweknya. Cantikan juga gue kemana mana, dandanan kek mak emak gitu" gumam Siska.

"Ngomong apa lo Sis?"

"Nggak ada. Eh ya, lo tau nggak siapa itu yang duduk di sebelah Aldo?" matanya sambil melirik ke ujung meja sana.

Anggi mengikuti arah mata Siska "Lo kenal sama kak Aldo? Ketua BEM kita yang mukanya kek artis korea?"

"Kenal dikit" jawab Siska sambil mengunyah makanannya.

"Ohhhh.. Iya itu namanya kak Viona pacarnya kak Aldo, cewek cantik di kampus ini. Tapi ya sifatnya gitu, rada ngeri kalo deket dia. Lo kok bisa kenal sama kak Aldo? Kenal dimana?"

"Dulu kita satu SMA"

"What??!! Sumpah lo?"

"Hmm.." Siska hanya bergeming.

Anggi manggut manggut "tapi sikapnya dingin banget kek beruang kutub, jangan sekali sekali deh lo deketin dia kalo nggak ada urusan. Soalnya pacarnya galak"

"Emang sih" jawab Siska lirih.

"Apa Sis?" tak mendengar suara Siska.

"Nggak, itu si Aldo keliatan banget kalo dia orangnya cuek dan dingin"

"Eh, lo jangan sembarangan panggil nama doang. Di labrak baru tau rasa lo"

"Apalagi di kampus gak ada yang berani ganggu mereka. Komplotan-komplotannya aja anak-anak tajir semua. Dulu nih pernah ada yang coba godain kak Aldo, lo tau dong pacarnya gak bakal tinggal diem. Habis itu seminggu kemudian anaknya langsung pindah kampus. Nggak tau deh di apain sama kak Viona sama genk nya" jelas Anggi panjang lebar.

"Gitu doang sampe pindah kampus?"

"Iya, makanya sejak itu gak ada yang berani lagi ganggu mereka" sambil menyendok baksonya.

"Haii... Boleh dong gabung disini"

"Ngapain lo, biasanya juga bareng temen lo" Anggi memutar bola matanya malas.

"Bodo amat!"

"Dasar! Untung lo ganteng"

Rendi tertawa "lah,, emang gue ganteng bin baik hati tidak sombong lagi. Kemane aje lu baru nyadar"

Siska hanya terkekeh pelan melihat interaksi teman sekelasnya itu.

Rendi duduk di sebelah Siska dengan wajah songong nya.

"Hati-hati sama dia ya Sis, ntar gigit!"

"Diem lo markonah! Ganggu orang mau PDKT aja"

"Ckk! Marjuki! Lo yang minggir sana ntar rabies lagi deket-deket sama lo"

"Udah.. Udah. Kenapa jadi berantem kalian sih. Lo nggak pesen makan Ren?" Siska menikmati baksonya sebelum makin dingin.

"Oke gue pesen, Anggi yang bayar" Rendi tertawa puas.

"Enak aja lo! Emang gue mak lo?! Hissh!!" kesal Anggi.

2 sahabat baru Siska ini seperti tom and jerry saja, berdebat terus. Tapi Siska suka karna langsung dapat teman baru, padahal baru masuk kuliah hari ini.

Di meja sebelah...

"Kamu liatin apa sayang?" Viona memperhatikan Aldo yang sedari tadi tak fokus.

"Nggak, nggak lagi liatin apa-apa kok" tersenyum kaku.

"Do, minggu depan ada bazar di kampus? Kok belum ada pengumuman sih" tanya Raka.

"Iya, nanti abis dzuhur kita rapat anggota dulu" sambil mengunyah batagor.

"Kamu bakalan sibuk dong sayang?" tanya Viona manja.

"Ya itu udah resiko Vi, kan cowok lo orang tersibuk se kampus" Miko tertawa menampilkan deretan giginya.

"Yah, terus kita kapan dong sayang pacarannya" rengek Viona.

"Lo nginep aja Vi di apartemen Aldo biar kalian lebih banyak menghabiskan waktu sebelum Aldo sibuk banget" teman Aldo satu ini emang nggak ada otak.

"JANGAN!!!" sergah Aldo.

"Kenapa sayang? Aku nggak boleh main ke tempat kamu?"

"Iya Do, masa pacar sendiri dilarang" kompor Miko.

"Bukan! Bukan gitu maksud gue. Emm, di apartemen gue lagi ada bokap nyokap gue. Jadi nggak bisa bawa cewek apalagi sampe nginep. Bisa-bisa gue di giles ntar" Aldo mencari alasan supaya tak ketahuan jika di apart nya ada Siska.

"Sekalian ajak Viona kenalan sama mereka kali Do" Raka menyela.

"Nih kenapa sih! bocah tengil 2 pada ngomporin Viona main ke apartemen gue. Kalo ketahuan Viona di apart ada Siska kan bisa panjang urusannya" batin Aldo.

"Lain kali aja ya Vi, aku juga masih banyak kerjaan. Nanti weekend kita jalan-jalan deh" mencari alasan lagi.

Jam 11 siang...

"Ayo Gi, katanya makul bentar lagi bakalan di isi dosen killer. Lo kalo bok*r kira-kira dong. Gue udah nunggu hampir sejam nih" sambil sesekali melihat jam tangannya yang 10 menit lagi masuk.

"Bentaran Sis.. cacingnya lagi pada keracunan ini. Sampe perut gue mules parah"

"Lo butuh obat nggak?" Siska menawarkan bantuan.

"Boleh deh, beli di apotek kampus ya. Obat mencret!"

Tak butuh waktu lama Siska berlari mencari apotek. Saat menuruni tangga, tak sengaja karna buru-buru, ia menabrak seseorang.

Brruuukk

"Ahh.. Maaf maaf, saya nggak sengaja" masih tertunduk.

"Lo apa-apaan sih!! Jalan tuh pake mata! Mata lo di mana?" Viona melotot.

Padahal yang di tabrak Aldo, tapi yang marah Viona.

"Maaf kak, nggak sengaja. Saya buru-buru mau ke apotek. Sekali lagi maaf kak"

Tanpa berlama-lama Siska langsung lari lagi. Tak menghiraukan ocehan Viona.

"Siapa sih tu?! udah salah, main pergi aja. Dasar cewek gila! Harusnya kamu marahin dong sayang"

"Dah lah, lagian dia juga udah minta maaf kan" Aldo melenggang meninggalkan Viona yang masih kesal.

Dalam kelas Aldo memikirkan Siska yang buru-buru ke apotek.

"Dia sakit apa ya, kok sampe buru buru ke apotek"

"Eh ngapain juga gue mikirin dia" Aldo geleng-geleng kepala membuyarkan pikirannya. 

NEXT...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!