"Pokoknya nanti malam kamu harus mau dijodohkan sama anak teman papa, titik!" dengan penuh penekanan, suara pria paruh baya yang tidak lain adalah ayah Fransiska Putri Sanjaya.
"Apa sih papa, main jodoh-jodohin Siska. Lagi pula anak temen papa yang mana lagi yang mau papa jodohin?" tak mau kalah dengan papa nya.
Ya, Siska sudah beberapa kali dikenalkan dengan anak teman ayahnya. Tapi hanya untuk sekedar membangun bisnis bersama.
Namun dari sekian banyak yang dijodohkan dengannya, baru kali ini yang benar benar serius.
"Nanti kamu juga akan tau sendiri" Rama Sanjaya meninggalkan kamar putrinya.
Tak mau ada penolakan, perjodohan ini harus tetap terjadi. Rama tak mau tau apakah anaknya setuju atau tidak, karna perjodohan ini sudah di bicarakan matang-matang antara kedua belah pihak.
Malam hari...
"Assalamu'alaikum.. Selamat malam" Sapa wanita paruh baya bernama Arumi.
"Wa'alaikumsalam.. Malam juga mbak" Sambil membukakan pintu untuk tamu, Fina mama Siska tak lupa cipika cipiki dulu.
"Mari masuk, ayo" lanjutnya mempersilahkan tamunya memasuki ruang tamu.
"Loh, mana anaknya mbak? Masa yang mau nikah nggak ikut?" Terlihat hanya Arumi dan Bagus yang masuk.
"Ada kok, bentar lagi juga masuk. Biasa, mungkin dia lagi grogi karna bakal ketemu sama calonnya" Jawab Arumin terkekeh.
"Eh, tamu agung kita sudah datang. Mana pangeranmu?" Rama datang sudah lengkap dengan baju rapinya.
"Nah itu dia" Jawab Bagus sembari menoleh ke arah pintu.
Terlihat pria tampan tinggi, putih, berparas asia itu melangkah dengan gagahnya masuk untuk bergabung.
Rivaldo menyalami Fina dan Rama dengan senyum ramah.
"Oiya ma, ayo panggilkan anak kita. Suruh turun menemui calonnya" Perintah Rama kepada istrinya.
Fina pun langsung bergegas naik tangga untuk memanggil Siska yang masih berdandan.
"Sayang, kamu sudah siap apa belum? Tamu kita sudah datang" tak lupa Fina mengetuk pintu dulu.
"Iya bentar ma"
Berbalut dress 3/4 warna silver, dengan layer hairnya yang tertata rapi, makeup natural, Siska melangkah dengan anggun keluar dari kamarnya.
"Cantik sekali anak mama ini, ayo sayang kita sudah ditunggu" sambil menggandeng lengan anaknya Fina dan Siska menuruni anak tangga.
Terlihat di ruang tamu sudah banyak orang.
"Nah ini dia anakku satu-satunya Gus, cantik kan?" Siska menyalami Arumi dan Bagus secara bergantian.
Mata siska melirik, pria muda di samping Arumi. Bukankah itu, ALDO?
Jantung Siska berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Jadi ini yang mau dijodohin sama gue?" Siska masih bertanya-tanya dalam hatinya.
Raut muka tegang Siska tak dapat disembunyikan. Mata Aldo dan Siska bertemu sesaat. Terlihat Aldo bersikap tenang berbeda dengan Siska.
"Jadi begini pak, saya mau menikahkan anak saya dengan anak teman saya ini malam ini juga. Apakah langsung bisa pak?" Tanya Rama tanpa basa basi.
"Baik pak Rama, bisa langsung saya nikahkan?" Tanya penghulu yang diangguki oleh ketua RT dan RW komplek.
"Bentar.. bentar. Ini apa-apaan pa? Papa nggak ngomong apa-apa sama Aldo. Nggak bilang kalau Aldo harus menikah malam ini. Cuma mau perkenalan aja kan?" protes Aldo.
"Diam kamu, semua sudah kita rencanakan Do. Jadi, malam ini kamu harus menikah dengan Siska" jawab Bagus penuh penekanan.
"Kamu gak mau kan fasilitas kamu papa cabut?" Tegas Bagus mengancam dengan suara lirih.
"Pa, ma. Siska harus gimana nih?" Siska masih tak menyangka harus secepat itu dia menikah.
"Tenang sayang, kita memilihkan jodoh yang terbaik untukmu" tukas Fina lembut.
"Jadi, bagaimana pak Rama?" tanya penghulu memastikan lagi.
"Silahkan pak, anak saya sudah siap" jawab Bagus.
Aldo mengusap mukanya kasar, apa yang terjadi dengan malam ini. Apakah ia harus membatalkan atau menuruti kemauan kedua orang tuanya itu.
Sekali lagi dia memperhatikan Siska. Wajahnya masih tertunduk lesu dan pasrah akan nasib nya malam ini.
"Baik kalau begitu kita mulai saja akadnya. Nak Aldo mari berjabat tangan dengan pak Rama sebagai wali nikah. Saya akan menuntun"
"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau Rivaldo Eka Saputra dengan anak saya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin 100gr perhiasan dan uang sebesar 2 Milyar dibayar tunai" Rama mengayunkan tangannya lantang.
"Saya terima nikah dan kawinnya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" jawab Aldo tak bersemangat.
"Bagaimana saksi?"
"SAH"
"SAH.."
"ALHAMDULILLAH" perasaan bahagia terpancar dari raut muka Fina, Arumi, Rama dan Bagus. Tapi tidak dengan Aldo dan Siska.
Siska mencium tangan Aldo, setelahnya Aldo mencium kening Siska atas suruhan ke dua orang tuanya itu.
Mereka seperti tertekan dengan status baru mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Pak penghulu, pak RT pak RW dan beberapa tetangga komplek sudah berpamitan untuk pulang.
"Baiklah Rama, kita juga akan pamit sekarang. Nitip anak bujang saya ya. Eh, sekarang sudah bujang lagi" Bagus menutup mulutnya sambil terkekeh.
"Tenang saja, malam ini mereka akan menginap disini. Tapi besok saya akan usir mereka" Rama tertawa keras.
"Hih, papa. Masa anak sendiri diusir sih?" Fina menepuk lengan suaminya.
"Ya iyalah ma.. Kan besok mereka pindah ke apart. Masa mau disini terus, nanti kalau mau melakukan perkembang biakan nggak leluasa kalo disini" semua tertawa.
Tapi tidak dengan Aldo dan Siska, yang masih meratapi nasib mereka kedepannya.
"Kami tinggal dulu ya.. Aldo, Siska silahkan istirahat"
Fina dan Rama menutup pintu kamarnya yang berada di lantai satu.
Setelah kamar tertutup, Siska meninggalkan Aldo yang masih berdiri mematung.
Sadar jika Siska meninggalkannya, Aldo pun mengejar Siska ke kamarnya.
"Kenapa lo terima pernikahan ini?" Tanpa menoleh ke belakang Siska tau jika Aldo sudah masuk ke kamar.
"Gue juga gak tau kalo bakalan nikah sama lo. Emang lo pikir gue langsung setuju gitu?" Aldo membuang muka.
"Alah! nggak usah ngeles lagi deh lo Al, lo tuh hobi banget cari-cari alesan"
"Kalo gak tau tuh diem aja deh. Jangan bisanya cuma nyalahin doang. Lo sama aja kali" Aldo tak mau kalah.
"Beda lah, lo kan cowok. Harusnya lebih tegas dong" suara Siska semakin meninggi.
"Terserah! Gue capek mau tidur! Lo ngomong aja sono sama tembok!!" Aldo langsung merebahkan tubuhnya di sofa samping tempat tidur.
Siska ikut merebahkan dirinya di ranjangnya yang berukuran 140x200, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.
Tak menyangka 2 pasang anak manusia itu yang tadinya bermusuhan dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Pagi hari...
"Selamat pagi semua"
Fina menyapa anak gadisnya dan menantunya yang turun dari tangga bersama.
"Kok lesu sekali. Jangan-jangan habis tempur ya? Makanya kurang tidur" tebak Rama.
"Apaan sih pa, pagi-pagi jangan bikin mood Siska berantakan" ujarnya sewot.
"Ayo Do, kita sarapan sama-sama. Sis, tolong layani suami kamu" perintah Fina.
"Layani apa sih ma, dia kan punya dua tangan. Suruh ngambil sendiri kan bisa" Siska masih tak berniat mengambilkan makanan untuk suami barunya.
"Jangan kurang ajar kamu Siska! Meskipun kalian menikah karna dijodohkan, tapi pernikahan kalian itu sah secara negara dan agama. Jadi, sudah sepantasnya kamu melayani suamimu" jawab Rama tegas.
Mau tak mau Siska menuruti kemauan orang tuanya. Semakin di langgar pasti semakin lama ceramah yang akan ia dapat.
"Nih makanan lo, cukup kan?" Siska memberikan piring yang sudah terisi nasi, lauk ayam panggang dan sayur sop.
"Yang sopan dong nak, sama suami sendiri masa manggilnya lo-gue. Yang lemah lembut dong" Fina geleng-geleng kepala.
"Iya iya" Jawab Siska malas.
Mereka berempat menikmati sarapan bersama di meja makan. Tak ada suara apapun yang terdengar hanya dentingan sendok dan piring yang saling bersautan.
Di ruang tengah...
Aldo dan ayah mertuanya sedang menikmati kopi bersama setelah sarapan.
"Do, kamu kan masih semester 6. Apa kamu sudah ada rencana mau ikut gabung bisnis papa sama papa kamu?" tanya Rama.
"Sudah pa, Aldo bantu-bantu sedikit. Karna di kampus juga Aldo masih banyak kegiatan. Apalagi Aldo kan jadi ketua BEM. Jadi, harus bagi-bagi waktu.. belum bisa full di kantor" Jelas Aldo panjang lebar.
"Iya juga, papa juga sudah urus kepindahan Siska ke kampus baru biar nanti kalian bisa berangkat bareng" tak ada jawaban dari Aldo, hanya anggukan dan senyuman tipis.
"Oiya Do, kapan kamu akan pindah ke apartemen?"
"Hari ini pa, agak siangan. Siska lagi mau beres-beres dulu katanya" Rama mengangguk.
"Tolong jaga anak papa satu-satunya ya Do. Jangan sampai lecet, kalo ada apa-apa langsung kabarin kita aja" Rama menepuk pundak menantunya.
"Kalo Siska nggak nurut sama kamu, bilang aja sama papa biar papa marahin tuh anak. Kebiasaan di manja dari kecil. Tolong nasehati Siska kalau ada salah ya Do, jangan pernah main tangan. Bicarakan baik-baik dengan kepala dingin. Kalau kalian punya masalah, selesaikan sama-sama.. jangan malah menghindar" lanjutnya.
"Iya pa, akan Aldo usahakan" Jawab Aldo dengan senyum.
NEXT...
"Pokoknya nanti malam kamu harus mau dijodohkan sama anak teman papa, titik!" dengan penuh penekanan, suara pria paruh baya yang tidak lain adalah ayah Fransiska Putri Sanjaya.
"Apa sih papa, main jodoh-jodohin Siska. Lagi pula anak temen papa yang mana lagi yang mau papa jodohin?" tak mau kalah dengan papa nya.
Ya, Siska sudah beberapa kali dikenalkan dengan anak teman ayahnya. Tapi hanya untuk sekedar membangun bisnis bersama.
Namun dari sekian banyak yang dijodohkan dengannya, baru kali ini yang benar benar serius.
"Nanti kamu juga akan tau sendiri" Rama Sanjaya meninggalkan kamar putrinya.
Tak mau ada penolakan, perjodohan ini harus tetap terjadi. Rama tak mau tau apakah anaknya setuju atau tidak, karna perjodohan ini sudah di bicarakan matang-matang antara kedua belah pihak.
Malam hari...
"Assalamu'alaikum.. Selamat malam" Sapa wanita paruh baya bernama Arumi.
"Wa'alaikumsalam.. Malam juga mbak" Sambil membukakan pintu untuk tamu, Fina mama Siska tak lupa cipika cipiki dulu.
"Mari masuk, ayo" lanjutnya mempersilahkan tamunya memasuki ruang tamu.
"Loh, mana anaknya mbak? Masa yang mau nikah nggak ikut?" Terlihat hanya Arumi dan Bagus yang masuk.
"Ada kok, bentar lagi juga masuk. Biasa, mungkin dia lagi grogi karna bakal ketemu sama calonnya" Jawab Arumin terkekeh.
"Eh, tamu agung kita sudah datang. Mana pangeranmu?" Rama datang sudah lengkap dengan baju rapinya.
"Nah itu dia" Jawab Bagus sembari menoleh ke arah pintu.
Terlihat pria tampan tinggi, putih, berparas asia itu melangkah dengan gagahnya masuk untuk bergabung.
Rivaldo menyalami Fina dan Rama dengan senyum ramah.
"Oiya ma, ayo panggilkan anak kita. Suruh turun menemui calonnya" Perintah Rama kepada istrinya.
Fina pun langsung bergegas naik tangga untuk memanggil Siska yang masih berdandan.
"Sayang, kamu sudah siap apa belum? Tamu kita sudah datang" tak lupa Fina mengetuk pintu dulu.
"Iya bentar ma"
Berbalut dress 3/4 warna silver, dengan layer hairnya yang tertata rapi, makeup natural, Siska melangkah dengan anggun keluar dari kamarnya.
"Cantik sekali anak mama ini, ayo sayang kita sudah ditunggu" sambil menggandeng lengan anaknya Fina dan Siska menuruni anak tangga.
Terlihat di ruang tamu sudah banyak orang.
"Nah ini dia anakku satu-satunya Gus, cantik kan?" Siska menyalami Arumi dan Bagus secara bergantian.
Mata siska melirik, pria muda di samping Arumi. Bukankah itu, ALDO?
Jantung Siska berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Jadi ini yang mau dijodohin sama gue?" Siska masih bertanya-tanya dalam hatinya.
Raut muka tegang Siska tak dapat disembunyikan. Mata Aldo dan Siska bertemu sesaat. Terlihat Aldo bersikap tenang berbeda dengan Siska.
"Jadi begini pak, saya mau menikahkan anak saya dengan anak teman saya ini malam ini juga. Apakah langsung bisa pak?" Tanya Rama tanpa basa basi.
"Baik pak Rama, bisa langsung saya nikahkan?" Tanya penghulu yang diangguki oleh ketua RT dan RW komplek.
"Bentar.. bentar. Ini apa-apaan pa? Papa nggak ngomong apa-apa sama Aldo. Nggak bilang kalau Aldo harus menikah malam ini. Cuma mau perkenalan aja kan?" protes Aldo.
"Diam kamu, semua sudah kita rencanakan Do. Jadi, malam ini kamu harus menikah dengan Siska" jawab Bagus penuh penekanan.
"Kamu gak mau kan fasilitas kamu papa cabut?" Tegas Bagus mengancam dengan suara lirih.
"Pa, ma. Siska harus gimana nih?" Siska masih tak menyangka harus secepat itu dia menikah.
"Tenang sayang, kita memilihkan jodoh yang terbaik untukmu" tukas Fina lembut.
"Jadi, bagaimana pak Rama?" tanya penghulu memastikan lagi.
"Silahkan pak, anak saya sudah siap" jawab Bagus.
Aldo mengusap mukanya kasar, apa yang terjadi dengan malam ini. Apakah ia harus membatalkan atau menuruti kemauan kedua orang tuanya itu.
Sekali lagi dia memperhatikan Siska. Wajahnya masih tertunduk lesu dan pasrah akan nasib nya malam ini.
"Baik kalau begitu kita mulai saja akadnya. Nak Aldo mari berjabat tangan dengan pak Rama sebagai wali nikah. Saya akan menuntun"
"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau Rivaldo Eka Saputra dengan anak saya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin 100gr perhiasan dan uang sebesar 2 Milyar dibayar tunai" Rama mengayunkan tangannya lantang.
"Saya terima nikah dan kawinnya Fransiska Putri Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" jawab Aldo tak bersemangat.
"Bagaimana saksi?"
"SAH"
"SAH.."
"ALHAMDULILLAH" perasaan bahagia terpancar dari raut muka Fina, Arumi, Rama dan Bagus. Tapi tidak dengan Aldo dan Siska.
Siska mencium tangan Aldo, setelahnya Aldo mencium kening Siska atas suruhan ke dua orang tuanya itu.
Mereka seperti tertekan dengan status baru mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Pak penghulu, pak RT pak RW dan beberapa tetangga komplek sudah berpamitan untuk pulang.
"Baiklah Rama, kita juga akan pamit sekarang. Nitip anak bujang saya ya. Eh, sekarang sudah bujang lagi" Bagus menutup mulutnya sambil terkekeh.
"Tenang saja, malam ini mereka akan menginap disini. Tapi besok saya akan usir mereka" Rama tertawa keras.
"Hih, papa. Masa anak sendiri diusir sih?" Fina menepuk lengan suaminya.
"Ya iyalah ma.. Kan besok mereka pindah ke apart. Masa mau disini terus, nanti kalau mau melakukan perkembang biakan nggak leluasa kalo disini" semua tertawa.
Tapi tidak dengan Aldo dan Siska, yang masih meratapi nasib mereka kedepannya.
"Kami tinggal dulu ya.. Aldo, Siska silahkan istirahat"
Fina dan Rama menutup pintu kamarnya yang berada di lantai satu.
Setelah kamar tertutup, Siska meninggalkan Aldo yang masih berdiri mematung.
Sadar jika Siska meninggalkannya, Aldo pun mengejar Siska ke kamarnya.
"Kenapa lo terima pernikahan ini?" Tanpa menoleh ke belakang Siska tau jika Aldo sudah masuk ke kamar.
"Gue juga gak tau kalo bakalan nikah sama lo. Emang lo pikir gue langsung setuju gitu?" Aldo membuang muka.
"Alah! nggak usah ngeles lagi deh lo Al, lo tuh hobi banget cari-cari alesan"
"Kalo gak tau tuh diem aja deh. Jangan bisanya cuma nyalahin doang. Lo sama aja kali" Aldo tak mau kalah.
"Beda lah, lo kan cowok. Harusnya lebih tegas dong" suara Siska semakin meninggi.
"Terserah! Gue capek mau tidur! Lo ngomong aja sono sama tembok!!" Aldo langsung merebahkan tubuhnya di sofa samping tempat tidur.
Siska ikut merebahkan dirinya di ranjangnya yang berukuran 140x200, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.
Tak menyangka 2 pasang anak manusia itu yang tadinya bermusuhan dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Pagi hari...
"Selamat pagi semua"
Fina menyapa anak gadisnya dan menantunya yang turun dari tangga bersama.
"Kok lesu sekali. Jangan-jangan habis tempur ya? Makanya kurang tidur" tebak Rama.
"Apaan sih pa, pagi-pagi jangan bikin mood Siska berantakan" ujarnya sewot.
"Ayo Do, kita sarapan sama-sama. Sis, tolong layani suami kamu" perintah Fina.
"Layani apa sih ma, dia kan punya dua tangan. Suruh ngambil sendiri kan bisa" Siska masih tak berniat mengambilkan makanan untuk suami barunya.
"Jangan kurang ajar kamu Siska! Meskipun kalian menikah karna dijodohkan, tapi pernikahan kalian itu sah secara negara dan agama. Jadi, sudah sepantasnya kamu melayani suamimu" jawab Rama tegas.
Mau tak mau Siska menuruti kemauan orang tuanya. Semakin di langgar pasti semakin lama ceramah yang akan ia dapat.
"Nih makanan lo, cukup kan?" Siska memberikan piring yang sudah terisi nasi, lauk ayam panggang dan sayur sop.
"Yang sopan dong nak, sama suami sendiri masa manggilnya lo-gue. Yang lemah lembut dong" Fina geleng-geleng kepala.
"Iya iya" Jawab Siska malas.
Mereka berempat menikmati sarapan bersama di meja makan. Tak ada suara apapun yang terdengar hanya dentingan sendok dan piring yang saling bersautan.
Di ruang tengah...
Aldo dan ayah mertuanya sedang menikmati kopi bersama setelah sarapan.
"Do, kamu kan masih semester 6. Apa kamu sudah ada rencana mau ikut gabung bisnis papa sama papa kamu?" tanya Rama.
"Sudah pa, Aldo bantu-bantu sedikit. Karna di kampus juga Aldo masih banyak kegiatan. Apalagi Aldo kan jadi ketua BEM. Jadi, harus bagi-bagi waktu.. belum bisa full di kantor" Jelas Aldo panjang lebar.
"Iya juga, papa juga sudah urus kepindahan Siska ke kampus baru biar nanti kalian bisa berangkat bareng" tak ada jawaban dari Aldo, hanya anggukan dan senyuman tipis.
"Oiya Do, kapan kamu akan pindah ke apart?"
"Hari ini pa, agak siangan. Siska lagi mau beres-beres dulu katanya" Rama mengangguk.
"Tolong jaga anak papa satu-satunya ya Do. Jangan sampai lecet, kalo ada apa-apa langsung kabarin kita aja" Rama menepuk pundak menantunya.
"Kalo Siska nggak nurut sama kamu, bilang aja sama papa biar papa marahin tuh anak. Kebiasaan di manja dari kecil. Tolong nasehati Siska kalau ada salah ya Do, jangan pernah main tangan. Bicarakan baik-baik dengan kepala dingin. Kalau kalian punya masalah, selesaikan sama-sama.. jangan malah menghindar" lanjutnya.
"Iya pa, akan Aldo usahakan" Jawab Aldo dengan senyum.
NEXT...
"Pa.. Ma. Siska berangkat ya. Kalian sehat selalu, Siska bakal sering-sering main kok kesini" Siska enggan melepas pelukannya.
"Iya sayang, kalian hati-hati ya di jalan. Aldo jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya. Kabarin kita kalo sudah sampai di apart" Fina melepas pelukan Siska.
"Iya ma, kita berangkat dulu. Assalamu'alaikum" Aldo mencium punggung tangan Rama dam Fina bergantian.
Isak tangis Siska pecah, tatkala harus meninggalkan orang tuanya. Meninggalkan kampung halamannya yang penuh dengan segudang cerita.
Ia harus mengabdi kepada suami barunya hasil perjodohan orang tuanya itu.
Rivaldo melajukan mobilnya meninggalkan kediaman orang tua Siska.
Di dalam mobil Siska masih menangis, ia menatap jalan dari samping kaca mobil.
"Cengeng banget lo, kayak mau pergi ke planet aja nangis sampe segitunya" Aldo masih fokus menyetir tanpa menoleh ke arah Siska.
"Diem lo!" Aldo mendengus.
Sesekali Siska mengusap air matanya, sambil sesenggukan. Meskipun tangisnya sudah mulai mereda.
3 jam 30 menit berlalu karna jalanan sangat macet akibat weekend, kini mereka sudah berada di sebuah apartemen mewah.
Ya, ini apartemen pribadi Aldo yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri. Bekerja sampingan di perusahaan milik papanya.
Aldo memarkirkan mobilnya di basement. Ia tak membawa apa-apa karna baju dan keperluannya sudah di apartemen. Siska membawa 2 koper besar. Namanya juga perempuan, pasti isinya macam-macam.
Setelah menaiki lift ke lantai 50, lantai tertinggi di apartemen. Mereka sampai di depan pintu.
"Ayo masuk"
Aldo masuk terlebih dahulu membawa 2 koper sekaligus. Siska hanya menenteng tas selempang saja.
"Kamarnya cuma 1 aja Al?"
Siska meneliti setiap inci ruangan dan hanya mendapati kamarnya 1 tapi benar-benar luas. Lebih luas ketimbang kamar di rumah orang tuanya.
"Lo pikir? Gue tinggal sendirian, buat apa kamar banyak-banyak" Aldo memasukkan koper ke dalam kamar.
Ya mau tidak mau, mereka harus sekamar. Tidak mungkin Siska atau Aldo tidur di sofa depan televisi. Bisa remuk badan, apalagi sofanya tidak terlalu panjang.
"Yaudah, lo ngapain kek. Gue mau ke kamar mandi dulu" Aldo menyambar handuk, rasanya gerah setelah mengalami kemacetan.
Siska membuka koper dan meletakkan barang-barangnya. Ada ruangan kosong di lemari langsung ia pakai untuk menata baju yang ia bawa dari rumah.
15 menit berlalu, Aldo keluar kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya.
Menampilkan badan sixpack nya yang ia rawat, karna rajin nge-gym. Di apartemennya ada ruangan gym sendiri, jadi tak perlu ke luar.
"ALDOOO!! Apa-apaan lo, pake baju nggak!" Teriak Siska histeris melihat yang tak seharusnya.
Padahal mah, udah sah. Tapi Siska masih belum terbiasa dengan pemandangan itu.
"Bawel lo, kamar-kamar gue juga"
"Iya, tapi lo lupa kalo ada gue disini" Siska menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Udah!" Selesai memakai baju, Aldo berjalan menuju meja rias menyisir rambutnya yang sedikit basah dan sudah memakai pakaian rapi seperti akan pergi keluar.
"Gilak sih, gue bisa jantungan lama-lama kalo kayak gini" batin Siska memegangi dadanya yang masih belum stabil.
Tiba-tiba suara hp berbunyi..
"Iya sayang"
"... "
"Bentar habis ini aku keluar jemput kamu"
Siska menebak-nebak.
"Aldo punya pacar? Kenapa dia mau dijodohin sama gue kalo di punya pacar. Siapa pacar dia? Apa masih pacaran sama Tania?" Batin Siska.
"Gue mau keluar, lo mau nitip apa?" Aldo sudah dandan rapi, ganteng maksimal pokoknya.
"Lo mau kemana?" Tanya Siska to the point.
"Jalan sama cewek gue" Aldo sibuk memakai jam tangannya.
Siska memutar bola matanya malas.
"Oh" singkat padat dan menyebalkan.
"Gue pulang malem, kalo lo laper pesen aja go food" Aldo meraih jaket kulitnya.
Tak ada pertanyaan dari Siska lagi, Aldo langsung bergegas keluar apartemen menggunakan motor sport nya.
Siska sudah beres-beres, setelah dirinya mandi dan bersih-bersih ia menonton drama di tv.
"Cihhh! Najis bat, lo pikir gue obat nyamuk disini? Oke, kalo lo nggak nganggep gue istri lo. Se enaknya aja lo pacaran disana seneng-seneng. Gue bakal bikin lo nyesel karna dulu mengkhianati cinta gue Al"
FLASHBACK ON:
"Aldo, kamu jangan gitu dong. Aku sayang sama kamu Al. Tapi kamu lebih percaya sama keong racun ini ketimbang aku?" Siska memegang erat lengan Aldo.
"Do, udah putusin aja dia. Jelas-jelas dia berkhianat sama kamu" Tania, tak lain adalah musuh Siska yang sedang mengejar-ngejar cinta Aldo.
"Jangan dengerin dia Al, please kamu harus percaya sama aku" Siska menangis sesenggukan.
"Lepaskan!! Aku jijik sama kamu Sis, tega kamu mengkhianati kepercayaan aku" Aldo melapaskan tangan Siska kasar. Ia pergi meninggalkan Siska yang masih bersimpuh di tanah.
FLASHBACK OFF:
Di sebuah taman kota, banyak pasangan kekasih sedang menikmati malam minggu mereka.
"Sayang, kamu nggak ada niatan nikahin aku?"
Deg!!
Aldo terkesiap, mendapati pertanyaan seperti itu.
"Emm.. Nanti deh aku pikir-pikir dulu. Lagi pula kita kan belum lulus kuliah, jadwal aku di kampus juga lagi banyak banget" jawab Aldo tersenyum kaku mencari alasan.
Bagaimana mau menikahi pacarnya, ia saja sudah menikah dengan Siska. Mantan pacarnya dulu waktu SMA. Bagaimana nasib Siska kalau Aldo juga menikahi pacarnya sekarang? Apakah Siska mau di madu?
"Iya deh, aku terserah kamu aja"
Kalau jawaban sudah seperti itu tandanya si cewek ngambek. Buru-buru Aldo mengalihkan pembicaraan.
"Oiya sayang, kamu mau belanja nggak? Kali ini aku temenin" Tanpa babibu Aldo meraih tangan pacarnya dan melajukan motornya ke sebuah mall besar di ibu kota.
Sudah jelas tanpa penolakan. Karna setiap 1 minggu sekali Aldo mentransfer uang ke rekening pacarnya untuk shopping.
Hari ini dia menemani pacarnya belanja sepuasnya di mall, sudah sering ia lakukan kalau tidak sedang sibuk.
Di apartemen, sudah menunjukkan pukul 9 malam tapi Aldo belum ada tanda-tanda akan pulang.
"Kok gue jadi keinget dulu ya, kenapa dia segitu bencinya sama gue. Padahal gue gak salah apa-apa. Lagi pula semua itu cuma salah paham, tapi kenapa dia nggak mau dengerin penjelasan gue dulu?" pikiran Siska masih berkelana mengingat kejadian tempo dulu saat ia duduk di bangku SMA.
Aldo memutuskan pindah sekolah karna kejadian yang ia alami. Semenjak saat itu Aldo tak pernah ada kabar sama sekali.
Siska kelas 11 dan Aldo kelas 12 tinggal menunggu beberapa bulan ia lulus. Tapi karna kejadian yang membuat dia putus dengan Siska, ia memutuskan pindah sekolah.
Orang tua mereka tak pernah tau kalau mereka dulu pernah pacaran, karna mereka menjalani backstreet.
Bippp..
Pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok pria maskulin menenteng jaket kulitnya di lengan kiri.
"Habis dari mana lo?" tanya Siska penuh interogasi.
"Kan tadi gue udah bilang" Aldo masuk ke kamar.
"Lo masih berhubungan sama keong racun itu Al?"
"Keong racun?" Aldo mengernyitkan dahi.
"Iya lah.. siapa lagi kalo bukan Tamia keong racun" Siska menekuk kedua tangannya di dada.
"Jangan ngadi-ngadi lo. Gue nggak kenal" jawab Aldo tegas.
"Lah trus siapa pacar lo?" Siska masih penasaran.
"Gak penting siapa pacar gue. Yang terpenting lo jangan bocorin rahasia pernikahan ini di kampus. Pura-pura aja kita nggak saling kenal" Aldo masuk ke kamar mandi meninggalkan Siska yang masih berdiri mematung di samping kasur.
"Syukur deh kalo bukan sama Tamia keong racun. Males bat gue harus ketemu dia lagi" Batin Siska.
"Ngapain lo masih berdiri di situ?" Aldo keluar kamar mandi.
"Oiya satu lagi, lo bebas mau deket sama siapapun. Atau lo masih punya pacar terserah. Jangan pernah mencampuri urusan masing-masing" Aldo menyibakkan selimut bergegas tidur.
Sedangkan Siska masih mencerna omongan Aldo berdiri mematung tak bersuara.
"Oke Al, kalo itu mau lo. Bakal gue turutin, kita liat aja nanti" sambil tersenyum smirk.
Hari senin...
Aldo sudah bangun terlebih dahulu dan sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Sedangkan Siska masih sibuk bermimpi karna dirinya sedang ada tamu bulanan.
Aldo membuat sarapan untuk mereka berdua, pukul 6 pagi Siska baru bangun karna mencium aroma wangi masakan.
Tak langsung keluar, Siska mandi dan siap siap terlebih dahulu baru ia akan keluar untuk sarapan.
"Masak apa lo Al?"
"Gue cuma masak omelet doang, karna belum sempet belanja" sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Hari ini lo ke kampus nggak Al? Gue nebeng boleh? Kan gue belum hafal jalanan sini" Siska menaik turunkan alisnya.
"Naik ojek aja deh, gue males nanti pacar gue tau bisa kacau"
"Yaelah, nebeng doang! Lagian juga turunnya kan gak di kampus juga. Jauhan dikit, lagian ini kan hari pertama gue masuk. Kalo gue telat terus gue di hukum gantung diri gimana?"
"Ngaco lo!"
"Please ya Al"
"Lagian lo medit bat sama istri sendiri" Siska memohon.
"Inget ya Sis, kita menikah karna terpaksa. Jadi, anggep aja pernikahan ini cuma formalitas di atas kertas. Kita juga nggak harus melakukan kewajiban suami istri pada umumnya. Hanya berbagi tempat tidur aja nggak lebih" Aldo penuh penegasan.
"Lo pikir gue mau apa melayani lo sebagai suami gue. Cihhh! Gak sudi gue!" Siska beranjak dari kursi membersihkan piring dan alat makan setelah menghabiskan sarapannya.
Siska melenggang pergi meninggalkan Aldo yang masih menyantap makanannya.
NEXT...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!