Jiro selesai tampil di ajang fashion week yang di adakan di Bushan, Korea. Dia turun dari stage dan langsung di hampiri oleh asistennya memberikan mantel karena cuaca di Korea sedang dingin.
"Tuan, kakak anda datang kesini mau menemui anda," ucap asistennya, Kendo.
"Hmm, mau apa dia?" tanya Jiro.
"Entahlah, tuan Jion tidak bilang. Apa anda mau menemuinya?" tanya Kendo.
"Biarkan saja, dia paling hanya ingin bicara santai saja masalah urusannya. Aku malas menemuinya jika bicara urusannya itu," ucap Jiro lagi.
"Tapi tuan Jion sejak tiga jam lalu menunggu anda di hotel," ucap Kendo lagi.
"Aku malas ya malas, sudah jangan hiraukan. Aku lapar dan ingin makan, carikan tempat makanan yang enak di sini."
Jiro langsung pergi dari balik stage, berpapasan dengan model lain yang siap maju, menyapa basa basi lalu pergi. Penampilan yang gemulai memang di tunjukannya jika berada di komunitas model.
"Tuan, kemana kita pergi?" tanya Kendo.
Jiro berhenti mendadak, membuat Kendo kaget dan hampir menabrak punggung Jiro. Laki-laki itu mundur beberapa langkah dan menatap pinggun majikannya.
"Apa kamu tuli Kendo?" tanya Jiro.
Kendo mengerutkan dahinya beberapa detik, tapi kemudian dia menepuk dahinya karena lupa dengan ucapan Jiro tadi.
"Oh, maafkan saya tuan. Saya lupa, kita mau cari makan ke restoran Jepang," ucap Kendo menundukkan kepala.
"Heh, berapa usiamu? Bukankah hanya terpaut satu tahun lebih tua darimu denganku? Lalu kenapa kamu jadi pikun begitu?" ucap Jiro.
"Maafkan saya tuan, mungkin terlalu banyak pekerjaan jadi saya gampang lupa," ucap Kendo.
"Hmm, pekerjaan apa yang kamu kerjakan? Bukankah selama aku jadi model itu saja pekerjaannya?"
"Ya, tetap saja saya juga harus memantau yang lainnya. Jika ada yang tidak beres, saya lagi yang di salahkan nantinya," ucap Kendo.
"Itu alasan kamu saja, sudah carikan tempat restoran buat makan kita. Aku ingi makanan pinggir jalan, seperti apa rasanya makan pinggir jalan itu," ucap Jiro.
Kendo mengangguk, mereka pun segera menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil. Kendo melajukan mobil sedan hitam menuju tempat makanan yang di jual di pinggir jalan.
_
Di tempat kedai tenda, Kendo dan Jiro masuk ke dalamnya. Memesan makanan hangat untuk menghangatkan tubuh mereka yang dingin, karena cuaca sangat dingin.
Jiro duduk di kursi dekat jendela, mulutnya mengeluarkan uap. Tangannya di gosokkan, dia menoleh ke arah pengunjung yang juga sedang kedinginan dan ingin makan di situ juga.
Seorang perempuan cantik berambut panjang memegangi cangkir berisi air hangat, menghirupnya dan menenggaknya. Jiro memperhatikan gadis yang menyendiri itu. Semakin lama hatinya semakin tertarik dengan wajah cantik dan manis itu, terlihat wajahnya sedih. Sesekali menatap keluar dan menarik napas panjang, seperti ada beban di hatinya.
Jiro pun bangkit dan melangkah mendekati gadis tersebut, lalu duduk di depannya dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku mantel.
Jiro menatap wajah gadis tersebut, dia tidak menyadari kehadiran Jiro. Beberapa menit gadis itu menoleh dan terkejut dengan kehadiran Jiro di depannya.
"Siapa kamu? Aku tidak kenal denganmu, maaf," ucap gadis itu sedikit ketus.
"Hmm, wajahnya sepertinya dari Asia Tenggara. Apa kamu berasal dari Malaysia atau Indonesia, atau dari Filipina? Wajah kedua negara itu semua mirip," ucap Jiro menatap gadis itu.
"Ck, maaf aku tidak berminat untuk menambah teman baru. Karena teman lama saja mengkhianati, aku malas berteman dengan orang seperti itu," ucap gadis itu lagi.
Jiro tersenyum miring, menarik. Pikirnya, semakin tertantang untuk mengenal gadis ketus tersebut.
"Kamu gadis yang menarik, aku suka. Kenalkan, namaku Jiro," ucap Jiro mengulurkan tangan di depan gadis itu.
"Sudah kubilang, aku tidak tertarik menambah teman lagi. Sebaiknya anda pergi," ucapnya menatap tajam pada Jiro.
"Hahah, gadis mengesankan. Aku semakin suka dengan sikapmu ini, baiklah. Lain kali kita akan bertemu lagi nona manis," ucap Jiro mengerlingkan matanya lalu beranjak pergi dari hadapan gadis itu.
Gadis itu mendengus kesal, dia pun menatap ke arah luar lagi. Suasana tiba-tiba turun hujan menambah rasa dingin menusuk kulit meski memakai mantel tebal.
Jiro duduk kembali di kursinya, Kendo mendekat dan duduk di depan bosnya. Tatapan Jiro tidak lepas dari gadis yang dia temui tadi, senyumnya masih mengembang. Hatinya benar-benar tertarik dengan gadis yang sudah dia temui.
"Kendo, cari tahu tentang gadis itu," ucap Jiro pada asistennya.
Kendo menoleh ke arah belakangnya mencari orang yang di maksud tuannya.
"Yang mana tuan? Di sini banyak juga gadis yang duduk sedang makan," ucap Kendo.
"Ck, gadis yang duduk sendirian itu. Kenapa kamu mencari yang lain?" ucap Jiro kesal.
Kendo menoleh ke arah gadis yang memang duduk sendiri, matanya terlihat basah mungkin sehabis menangis.
"Kelihatannya orang Asia Tenggara, apa anda menyukai gadis itu?" tanya Kendo.
"Cari tahu tentang dia, aku ingin kamu juga cari tahu dia tinggal di mana di Korea ini," ucap Jiro lagi.
"Baiklah. Anda mungkin sedang jatuh cinta pada pandangan pertama gadis Asia Tenggara itu ya," ucap Kendo meledek majikannya.
"Kendo, apa kamu ingin aku memecatmu?!"
"Heheh, maafkan saya tuan."
_
_
******
Kendo mencari tahu gadis yang di temui oleh bosnya di kedai makanan pinggir jalan itu, dia menebak kalau gadis itu berasal dari Indonesia.
Pencariannya kini di hotel-hotel yang berada di sekitar Bushan, dia terus mencari nama dan di mana gadis itu menginap. Dan dalam satu hari, Kendo langsung menemukan tempat hotel gadis yang di temui Jiro itu.
"Tuan, aku mendapatkan informasi tentang gadis yang semalam anda temui itu," ucap Kendo melaporkan hasil penelusurannya.
"Cepat katakan padaku, di mana gadis itu menginap?"
"Namanya Namira Isyana Saraswati, dia berasal dari Indonesia anak dari pengusaha besar di negaranya. Dia sedang berlibur di Korea ini kelihatannya," ucap Kendo.
"Aku minta di mana dia tinggal di hotel? Untuk identitasnya nanti saja, aku ingin mengenal gadis itu," ucap Jiro lagi.
"Baik tuan, nona Namira tinggal di hotel Bushan Hotel. Hotel mewah di mana mereka menginap adalah orang-orang kaya semua," ucap Kendo.
"Kamar berapa?"
"Eh? Anda bertanya kamar berapa? Anda mau apa tuan?" tanya Kendo kaget dan bingung.
"Katakan saja di kamar nomor berapa?" tanya Jiro tatapannya melebar pada asistennya itu.
"Eh, sebentar saya cari tahu lagi. Soalnya anda tidak meminta secara detail nona Namira di kamar hotel berapa," ucap Kendo.
Dia menghubungi seseorang untuk menanyakan kamar hotel Namira, sesekali Kendo melirik ke arah bosnya yang sedang menunggu informasinya.
"Baiklah, aku mengerti," ucap Kendo mengakhiri teleponnya.
"Di mana?" tanya Jiro tidak sabar.
"Ada di kamar VIP di lantai dua tuan, nomor kamarnya kosong lima."
Tanpa menunggu lagi, Jiro langsung beranjak pergi dari hadapan Kendo. Laki-laki itu keluar dari kamarnya dan segera turun ke bawah apartemen. Kendo langsung mengejar sang bos, mengikuti kemana bosnya pergi.
Sudah tentu dia akan mendapat tugas baru dari sang bos. Jiro benar-benar sangat penasaran dengan gadis bernama Namira itu.
Apartemen menuju hotel mewah di Bushan itu tidaklah jauh, apartemen milik Jiro memang di kawasan elit yang terletak di tengah kota Bushan. Dia langsung naik mobil honda NSX mewahnya menuju hotel di mana Namira menginap.
Tak butuh waktu lama mengendarai mobilnya itu, Jiro langsung turun dari mobil di ikuti oleh Kendo menuju hotel Bushan Hotel. Kendo menemui resepsionis dan bertanya manajer hotel.
"Di mana manajer hotelnya?" tanya Kendo pada resepsionis hotel.
"Anda mau apa tuan?" tanya resepsionis.
Kendo menjelaskan apa maksud kedatangannya ke hotel dan ingin bertemu manajer hotel. Awalnya tidak di izinkan, setelah memberitahu siapa yang ingin berkunjung, petugas resepsionis itu pun memberitahu manajer hotel tersebut.
Tak lama sang manajer hotel datang menghampiri Kendo, berbicara langsung sebentar mengenai keinginan Jiro. Lalu sang manajer pun menyuruh petugas memberikan kunci kamar yang di maksud pada Kendo.
"Ini kunci kamarnya tuan," kata sang manajer menyerahkan kunci kamar Namira.
"Terima kasih."
"Sama-sama, semoga masalahnya cepat selesai," ucap manajer.
Kendo hanya mengangguk saja, dia menemui Jiro dan menunjukkan kunci kamar tersebut. Sedikit aneh Kendo memberikan kunci kamar Namira padanya.
"Apa yang kamu katakan pada petugas hotel itu?" tanya Jiro.
"Saya bilang anda dan nona Namira pasangan suami istri yang sedang bertengkar dan anda menyusul untuk berdamai dengan istrinya," jawab Kendo dengan santai.
"Apa kamu bilang!"
_
Gadis yang di temui Jiro satu hari lalu itu sedang duduk di balkon menghadap ke depan dengan suasana malam sambil melamun, di samping meja terdapat minuman soju untuk menghangatkan tubuhnya di cuaca yang dingin itu.
Namira, gadis yang sedang patah hati berlibur di Bushan Korea Selatan. Berharap dia bisa melupakan patah hatinya pada seseorang yang telah mengecewakannya.
Sesekali dia menenggak sojunya yang tinggal beberapa teguk, terkadang gadis itu berteriak juga menangis tersedu.
"Brengsek kalian!" teriak Namira.
"Siapa yang brengsek nona cantik?"
Suara bas ciri khas laki-laki itu mengagetkan Namira, gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Dia kaget siapa yang masuk ke dalam kamar hotelnya dengan sembarangan.
"Kenapa anda masuk ke kamarku? Anda tidak sopan!" teriak Namira marah.
Jiro hanya tersenyum saja mendengar ucapan Namira, laki-laki itu berdiri tepat di depan Namira dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Namira memperhatikan wajah Jiro lalu beralih memperhatikan dari atas sampai bawah.
"Hmm, nona tertarik padaku ya? Wajar saja, aku ini tampan," ucap Jiro dengan santainya.
Namira hampir meludah, tapi dia hanya mendengus kasar saja. Merasa aneh dan bingung kenapa bisa laki-laki itu berada di kamarnya.
"Kamu siapa?" tanya Namira.
Jiro mendekat satu langkah di depan Namira, menatap wajah Namira dengan seksama. Mengagumi kecantikan gadis itu, Namira yang di perhatikan intens oleh Jiro mundur beberapa langkah. Tapi tangan Jiro justru menarik pinggang Narima hingga wajah keduanya hampir tak berjarak.
"Aku Jiro, laki-laki yang tergila-gila denganmu nona Namira. Maukah kamu menikah denganku?"
"Apa?!"
_
_
*****
"Apa? Kamu gila!" teriak Namira mendorong dada Jiro dengan kuat.
Jiro melepas pegangan tangan di punggung Namira hingga gadis itu hampir terjungkal ke belakang. Jiro langsung menarik tangan Namira dan mendekapnya erat, menatap wajah gadis itu dengan tatapan lembut.
Sungguh, Jiro seperti di mabuk asmara ketika melihat Namira dan langsung jatuh cinta pada gadis itu. Hingga dia ingin memiliki gadis cantik tersebut, ingin menikahinya meski dia belum tahu benar seluk beluk dari Namira. Tapi dia yakin akan hatinya, kalau jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Anda sebaiknya keluar dari kamarku, benar-benar laki-laki gila," ucap Namira berjalan menuju pintu kamar membukakan pintu agar Jiro segera keluar dari kamarnya.
Jiro tersenyum tipis dengan menyeringai kecil, dia hanya menoleh ke arah Namira lalu mengambil ponselnya menghubungi asistennya.
"Halo?"
"Ya tuan, anda perlu apa?"
"Kirim wartawan ke kamar hotel ini," ucap Jiro dengan bahasa Jepang.
"Untuk apa?"
"Cepat kirim kesini, jangan banyak tanya!"
Klik!
Jiro menutup sambungan teleponnya, lalu menatap Namira masih dengan senyuman dinginnya. Namira menunggu Jiro segera keluar dari kamarnya, gadis itu sungguh aneh sekali dengan laki-laki yang tidak di kenalnya itu.
Lama Jiro tidak menanggapi ucapan Namira untuk pergi dari kamarnya, gadis itu pun kesal dan ingin menarik keluar laki-laki yang membuatnya kesal.
"Anda tidak sopan sekali, di sini tidak ada orang bersikap tidak sopan pada turis. Apa lagi sama seorang perempuan, sebaiknya anda pergi dari kamarku atau aku panggil satpam dan menyeret anda keluar dengan kasar!" ucap Namira mengancam Jiro.
"Oh ya? Coba hubungi satpam hotel ini? Aku ingin lihat satpam menyeretku keluar dari kamarmu ini," ucap Jiro seakan menantang Namira.
Mata Namira melotot, dia menggeleng kepala tapi kemudian dia berjalan di meja kecil samping ranjangnya dan menelepon layanan keamanan.
"Halo, tolong suruh satpam ke kamarku. Ada orang gila datang ke kamarku, aku tidak nyaman dengan orang gila yang tiba-tiba datang ke kamarku ini," ucap Namira.
Setelah menelepon, Namira kembali menatap tajam pada Jiro. Dia tidak kuasa mengusir laki-laki yang terlihat kuat, tapi sebenarnya penampilannya itu bak seorang model. Tinggi putih, langsung dan sangat idola sekali bagi para gadis di negaranya, seperti seorang idol Korea. Atau memang jangan-jangan dia itu ...
"Waah, berita menarik ini. Jadi tuan Jiro sudah punya seorang kekasih?"
"Bagaimana hubungan anda dengan kekasih anda? Kenapa anda menyembunyikan kekasih anda tuan Jiro?"
"Apakah anda sengaja berkarir di dunia model karena kekasih anda ini datang ke Korea untuk bertemu anda?"
"Sudah berapa lama anda menjalin hubungan dengan tuan Jiro, nona Namira?"
Pertanyaan demi pertanyaan wartawan yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Namira itu membuat syok gadis itu. Tiba-tiba beberapa wartawan masuk ke dalam kamar hotel Namira, dan dia benar-benar sangat marah sekali. Kenapa hotel yang sangat bagus begitu keamanannya sungguh sangat buruk. Dan kenapa bisa para wartawan itu masuk ke dalam kamarnya.
"Bukan dia itu orang ..."
"Ya, dia kekasihku. Aku datang ke kamarnya untuk berbulan madu, kami sedang menikmati kebersamaan dan akan membicarakan pernikahan kami yang sebentar lagi akan di laksanakan," ucap Jiro dengan santai dan memeluk Namira dari samping.
"Apa?!"
_
Pernikahan tertutup di sebuah gedung terasing di Bushan antara Namira dan Jiro, pernikahan yang mendadak itu memang sengaja Jiro lakukan untuk mengikat gadis cinta pada padangan pertama. Entah apa yang di lakukan Jiro pada Namira sehingga gadis itu mau menikah secara mendadak dengannya.
Bahkan pernikahan yang tidak ada kehadiran dari keluarga keduanya, bagi Jiro itu tidak masalah. Tapi dia akan menikahi Namira secara resmi nanti ketika dia datang ke negara gadis itu.
Dengan wajah penuh kekesalan dan cemberut, Namira menerima Jiro sebagai suaminya di hadapan seorang yang di anggap pendeta dan janji di depannya.
"Saya berjanji akan menjadi istri yang baik bagi Jiro Itsuki Takahashi dan akan mencintai serta menyayanginya selamanya."
Ucapan janji suci Namira membuat Jiro tersenyum puas, dia bisa memiliki gadis itu sepenuhnya kini.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, tapi ingat setelah ini kalian harus menikah secara resmi di hadapan kedua orang tua kalian. Saya sebagai pendeta yang merasa kasihan pada pasangan kekasih yang ingin menikah tapi tidak di restui orang tua. Berjanjilah kalian harus berbakti pada kedua orang tua kalian, agar kelak restu dari kedua orang tua akan kalian dapatkan dan rumah tangga kalian akan tenang dan damai," ucap pendeta.
Namira hanya menggeleng kepala saja mendengar ucapan pendeta itu, sungguh licik sekali yang di lakukan Jiro. Memberikan cerita palsu pada pendeta, tapi Namira tidak bisa berbuat apa-apa dengan ancaman yang di berikan padanya.
"Nah, kalian sudah jadi suami istri. Mempelai laki-laki boleh mencium istrinya," ucap pendeta.
Jiro tersenyum senang, dia menghadap Namira dan menatap lembut gadis itu. Sedangkan Namira sendiri jengah dengan sikap Jiro tersebut. Jiro memegangi kepala Namira dan segera mencium gadis itu, Namira hanya diam saja memejamkan mata menerima apa yang di lakukan oleh Jiro padanya.
Sungguh sangat muak sekali pernikahan aneh dan tidak biasa itu. Tapi dia cukup lama menerima ciuman dari Jiro.
Setelah cukup lama, Jiro melepas ciuman mereka. Memberikam cincin pernikahan yang secara mendadak di beli oleh asistennya.
Acara pun selesai, di sana hanya ada asisten Kendo dan juga beberapa penjaga gedung serta pendeta. Banyak sekali petuah dan juga nasehat dari sang pendeta pada Jiro dan Namira. Hingga waktu acara pernikahan pun selesai, mereka pun segera pergi dari tempat itu dan langsung masuk ke dalam mobil milik Jiro.
Saat di dalam mobil, Namira meluapkan kekesalan dan kemarahannya pada Jiro dengan memukuli dada dan lengan laki-laki itu.
"Kamu brengsek! Laki-laki brengsek! Siapa kamu berani mengancamku sampai aku mau menikah mendadak denganmu hah?!"
"Aku adalah Jiro, suamimu yang tidak boleh kamu bantah. Kamu boleh melakukan apa saja, tapi tidak bisa lepas dariku sekarang," ucap Jiro menarik tangan Namira.
Namira menggeleng kepala sambil menangis penuh kemarahan, sungguh dia tidak mengerti dengan hidupnya saat ini secara mendadak. Terjebak menikah dengan laki-laki yang tidak tahu asal muasalnya dan apa pekerjaan suaminya itu.
"Kamu brengsek! Benar-benar brengsek!"
_
_
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!