NovelToon NovelToon

Saudara Tiri Tapi Pacaran

01. Bertemu Ketos Menyebalkan.

"ERAAA BANGUNNN!!" Pekik Venela. Dia adalah saudara kembar dari Venera — dia masih berusaha keras membangunkan adik nya yang masih tertidur di dalam gerbong kereta api.

Venera tidak merespon, dia masih mempertahankan tidur lelapnya dengan bermimpi indah.

Venela menggeleng kepala, mengambil buku dalam koper dan menggeplak lembut kepala Era, membuat gadis itu mendadak membuka kedua kelopak mata nya.

"Duh! Ganggu orang lagi tidur aja" Sewot Venera.

"Bangun sayang, kita sudah sampai di stasiun kota jakarta" Kata Bu Anita menimpali.

"Ah iya mom, maaf-maaf" Gumam Era sambil menguap mulut. Lanjutnya dia meringkas barang-barang nya yang ada di gerbong.

Sembari menunggu jemputan Pak Vino.

Kedua gadis itu berfoto manja. Jepretan demi jepretan dengan background bangunan tinggi yang ada di stasiun melengkapi keceriaan mereka.

"Bagus-bagus semua" Kata Venela melihat hasil foto itu.

"Kak El, bentar ya Era mau beli pop mie dulu, bilang ke ibu kalau dia nyariin" Kata Era.

Ela cukup merespon dengan anggukan kepala — masih fokus melihat hasil-hasil foto.

Ibunya menghampiri setelah Era sudah menghilang entah beli pop nya dimana.

"El, dimana Era?" Tanya Bu Anita.

"Beli pop mie katanya mom" Jawab Venela, dia menodongkan ponsel ke depan wajahnya, mengajak ibunya foto selfi secara tiba-tiba.

"Mommy hadap kamera, say cheese!"

Tak lama Venera datang kembali dengan membawa pop mie goreng yang sudah dia beli di dekat parkiran.

**

Sampai nya mereka di mansion rumah yang terbilang sangat luas dan megah.

Venera, Venela dan Bu Anita, kompak bengong menatap isi dalam rumah, barang-barang mewah dan dekorasi langka seakan melapisi keindahan rumah itu. Bahkan Venera kagum melihat samping rumah nya ada kolam renang.

"Ini istana bukan rumah pah!" Kata Venela

Venera mendadak bangkit dari tempat duduk untuk room tour dengan mata yang berbinar-binar. kondisi rumah nya saat ini sangat terbalik dari rumah nya yang ada di Bandung.

Baru 5 menit Venera melihat-lihat isi rumah, Pak Vero meneriaki namanya untuk berkumpul.

"Untuk Venela nanti, papah akan bawa kamu ke Bogor buat sekolah disana, sekaligus temanin papah yang masih sibuk mengurus perusahaan — Tenang aja, kamu akan tinggal di unit apartemen papah disana" Kata Pak Vino ke Venela.

"Loh kok kita dipisahkan sih pah?" Kata Venera mengerut kening.

"Sudah kamu nurut aja apa kata papah barumu, disini anak gadis mommy yang sudah bisa mandiri itu Venela, kamu masih kaya anak kecil, mommy ga berani lepas kamu sendirian disana" Bu Anita menimpali.

"Hah, mana ada mih, pokoknya Era ga bisa apa-apa kalau gada kak Ela" Kata Era.

"Tenang Era, sebagai gantinya Venela, anak papah yang akan temanin kamu disini" Kata Pak Vino.

"Siapa tuh — Cewek? Cowok?" Tanya Era.

Pak Vino tersenyum "Nanti juga tau, kalau kamu nakal, nanti dia yang akan menegaskan kamu"

"Hayo loh, makanya jangan buat onar terus di sekolah" Kata Venela menimpali, lalu menatap wajah ayah barunya tiba-tiba.

"Dia nih pah, selalu buat Ela kerepotan di sekolah, Ela beberapa kali harus misahin Era berantem sama teman kelasnya, Kadang pulang malam, kadang mommy juga di panggil ke ruangan BK gara-gara ulah Venera"

"Eh — Bohong pah, jangan percaya kak Ela" Kata Venera menatap tajam Venela.

"Ya sudah intinya Venela nanti ikut papah buat ke Bogor, kamu yang akan disini Era, nanti papah akan fasilitasi kamu motor untuk ke sekolah"

**

Dua hari kemudian..

Venela telah di bawa oleh Pak Vino ke Bogor, sedangkan Venera sendiri yang akan menetap di Jakarta Selatan.

Pak Vino telah membelikan motor untuk Venera sebagai aset dia ke sekolah, namun motornya masih belum datang masih tahap pengiriman — mengharuskan Venera ke sekolah untuk pertama kalinya menggunakan GoCar.

Venera masuk ke pekarangan sekolah itu, setelah lama memandang gedung sekolah yang begitu besar — tertulis di atas gedung nama sekolahan nya.

SMAN 8 Jakarta Selatan

Ini akan menjadi perjalanan hidupnya Venera sebagai murid pindahan dari Kota Bandung.

Menikmati masa-masa SMA sebagai kelas XII, setelah kemarin baru saja naik dari kelas XI dan menikmati masa libur panjang nya.

"Tunggu" Cegah seseorang.

Venera celingukan melihat siapa yang menghentikan langkah kakinya.

Murid itu berhenti melangkah, sambil mengambil tisu untuk mengusap bibir merah Venera, lalu menghapus makeup berlebihan di wajahnya Venera — Membuat bibir Venera menjadi belepotan.

"Lepas gelang emas lu, anting juga lepas, mana gede banget kaya yang di pakai tante girang!"

"Ini sekolah bukan sarana hiburan klub malam!" Tegas Rezaldi Algantara. Seorang ketua OSIS yang dikenal galak, tegas dan dingin — tubuhnya tinggi dengan rambut klimis belah dua, dirinya sedang menatap Era dengan tajam.

"Siapa lu?!" Kata Era sambil menaruh ponsel nya di saku rok. Aldi mengambil nya paksa.

"HP juga tidak diperbolehkan masuk ke dalam sekolah" Tegas Rezaldi.

"HAHHHHHHH!!" Pekik Venera membuat murid di sekitar sana tiba-tiba menoleh kearahnya.

"Eh siapa tuh cewek?" Kata Della.

"Lah jangan bilang dia mau buat masalah sama cowok lu del?" Timpal Tania.

Sindi, dan Natalia hanya fokus menatap dan menyaksikan.

Keempat gadis yang mendengar jeritan dari Venera mendadak ingin menghampiri. Ya, mereka satu geng yang kerap berbuat onar di sekolah ini.

"Kita samperin aja gimana?" Kata Tania.

"Tunggu, kita liatin aja dulu" Cegah Della.

Venera menyilangkan kedua tangan di dada, sambil melangkah maju menatap Rezaldi. gayanya sudah seperti anak baru puber.

"Anjir berani banget tuh cewek nantang ketos galak" Ini Kata Andara yang ikut menyaksikan.

"Turut berduka cita ya gue sama lu ra" Kata Zelia.

"Why?" Kata Andara.

"Selain cowok lu direbut Della, muncul gadis itu, kayaknya dia orang baru di sekolah ini" Jawab Zelia.

"No problem, kalau dia berani sentuh Rezaldi gue, kita buat dia gak nyaman di sekolah ini seperti Della" Kata Andara dengan ancaman.

**

Rezaldi bersikap tenang, menatap nya penuh dingin.

Venera tiba-tiba menggerakkan salah satu tangan untuk mengambil ponsel yang direbut, cuma gerakan nya kalah cepat dengan Rezaldi yang lebih dulu mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi.

BRUK!!

Venera terjungkal ke bawah, tubuh nya hilang keseimbangan saat mencoba meraih ponsel itu.

"Balikin sih gak lucu sumpah, kan gue gak tau peraturan sekolah disini" Kata Venera.

"Yang buat gue ngambil ponsel lu, karena dandanan lu terlalu berlebihan, besok gue gak mau lihat lu dandan kaya ondel-ondel. Sakit mata gue!" Kata Rezaldi.

Venera menghela nafas, perlahan bangkit, mengangkat satu kakinya dan...

BUGH!

Selangkangan Rezaldi terkenal pukulan dari salah satu dengkul kakinya Venera.

"Jangan jadi orang yang menyebalkan ya!" Kata Venera menatap tajam.

"Bye Maximal!" Ketus Venera— dengan tenang dia merebut ponsel itu dari tangan Aldi dan pergi meninggalkan nya.

02. Ketos Dan Saudara Tiriku.

Aldi bangkit dari duduk setelah cukup lama menahan nyeri pada barang berharga nya, pacarnya datang untuk membantunya berdiri.

"Sayang lu gak apa-apa kan" Kata Della.

Aldi menerima pertolongan darinya dengan menggenggam telapak tangan Della yang sudah dia tawarkan untuk nya.

Dari kejauhan ada Andara yang melihat dan tersenyum licik dengan perlakuan sok manis nya Della kepada Aldi.

"Caper" Kata Andara, dia langsung cabut ke kelas dengan memerintahkan seluruh teman-teman yang bersamanya.

"Yang nendang tadi siapa? Murid baru ya?" Tanya Della kepada Aldi.

"Sepertinya sih begitu" Jawab Aldi sembari berdesis seperti ular. "Makasih ya sayang" Sambung Aldi.

Della mengangguk senyum dengan memampang puppy eyes nya.

Aldi dibawa oleh Della untuk masuk kedalam sekolah —setelah cukup lama dirinya tergeletak di sekitar area parkir sekolah.

Semua murid tampak terpaku melihat Aldi sebagai salah satu ketua OSIS yang banyak disegani, khususnya pada kaum hawa.

Sampai sekarang, Aldi sendiri diperebutkan dua wanita dalam sekolahan nya.

Melihat dan menjawab sapaan kepada siswa yang menyapanya rutin dilakukan oleh Aldi setiap hari disekolah.

Langkah kaki nya terhenti setelah kakek nya tiba-tiba menghampiri dirinya dan dibawa ke ruangan kepala sekolah.

Ya, kakek nya adalah kepala sekolah di SMAN 08 Jakarta Selatan. Beliau menjabat sudah hampir lima tahun, membawa Aldi belajar di sekolah ini bukan suatu alasan untuk menemani nya di sekolah.

"Duduk dulu nak" Titah sang kakek, bernama Rais Gunawan.

"Baik kek" Jawab Aldi, dengan menyeret bangku dan duduk tenang dihadapan kakek nya. Menatap jam tangan setelah bel masuk itu sudah berbunyi.

"Kakek sudah izin pada Bu Dewi guru yang akan mengajar di kelas kamu, maaf kakek bawa kamu kemari, mau bicara sebentar" Kata Pak Rais.

"Mau bicara apa kek?." Tanya Aldi.

"Barang-barang dirumah lama sudah ada pembongkaran, nanti sore ini kita akan pindah ke rumah baru, tolong nanti sehabis kamu pulang sekolah, tinggalkan kegiatan OSIS kamu dulu ya, bantu meringkas barang di rumah baru" Kata Pak Rais.

"Oke siap kek" Jawab Aldi dengan senyuman.

"Ada satu hal lagi, tolong nanti kamu akur ya sama saudara tiri baru kamu" Kata Pak Rais.

Perkataan nya cukup membuat Aldi mengerut kening, mau bertanya kakeknya lebih dulu menyuruh dirinya untuk pergi ke kelas.

**

Di kelas XII IPS 3

"Perkenalkan nama saya Venera Laviola, saya murid pindahan dari SMA Negeri 12 Kota Bandung, panggil saja Era, mohon bantuan nya kepada teman-teman semua untuk satu tahun ke depan ini, terima kasih" Kata Venera dengan sangat lancar memperkenalkan diri di depan kelas, membuat semua murid kelas itu mendadak bergemuruh dengan siulan dan tepuk tangan.

Tak heran, kecantikan Venera seakan membius pikiran murid-murid kelas XII IPS 3.

Melayang entah kemana pikirannya, ada juga yang menggoda nya, ya orang itu adalah Singgit, sampai akhirnya godaan itu tersudahi ketika Aldi sudah datang di depan kelas sedang mengetuk pintu.

Tok.. Tok..

"Masuk Aldi" Titah Ibu Dewi.

Sekilas dari sudut pandang Aldi menatap gadis yang menyampingkan tubuh dari pandangannya dikira teman sekelasnya sedang dihukum.

Setelah masuk dan melihat lebih detail dari arah depan, Aldi langsung kecut dan membuang wajah.

"Shit, kenapa sekelas bangke" Kata dalam hati Aldi.

"EHHHH DIA LAGI" Pekik Venera lancang menunjuk Aldi karena terkejut dengan kehadiran nya di kelas.

"Kenapa Era? Kamu kenal Aldi?" Tanya Bu Dewi dengan senyum-senyum sendiri.

Venera menggeleng dan meminta maaf, karena tatapan Bu Dewi seakan-akan menahan marah.

"Baik, murid-murid tolong diam dulu" Pinta Bu Dewi. Seketika murid kelas sudah tenang, Bu Dewi langsung memerintahkan Venera untuk duduk di bangku yang kosong.

"Venera" Sahut Ola sembari mengangkat tangan.

"Sini, duduk sama gue" Sambungnya dengan menepuk-nepuk bangku kosong.

"Oh iya tuh kebetulan tempat duduk Ola kosong, kamu duduk disana ya" Kata Bu Dewi.

Venera menunduk kepala hormat "Terima kasih Bu" Katanya. Lalu Era berjalan menuju tempat duduk Ola.

"Hay, nama gue Ola" Sapa Ola mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Hay juga, gue Venera" Jawab Era dengan uluran tangannya.

Saling jabat tangan dan Era resmi mendapatkan satu teman baru.

Pelajaran matematika dari Ibu Dewi sudah hampir setengah berjalan, kebiasaan Era saat sekolah di bandung dibawa Era ke sekolah barunya. Ya, dia mendirikan buku sebagai tameng agar guru tidak melihat kalau dirinya sedang tidur dikelas.

Bu Dewi melihat dari sudut pandang menyamping ketika beliau sedang berkeliling memantau murid sedang mengerjakan soal yang sudah dia terangkan sebelum nya.

BRUK!!

"ARGHHHHH"

Era menjerit kaget dan memasang kuda-kuda setelah mendapatkan penghapus papan tulis yang nyasar kearahnya.

Bu Dewi senyum sambil menggeleng kepala.

Era memasang senyuman kuda dengan dua digit jari peace nya, mengambil penghapus, dan memberinya kepada Bu Dewi.

"Maaf Bu, Era ngantuk banget semalaman ga tidur" Alasan Era.

"Cepat kamu kerjakan soal di depan papan tulis" Titah Bu Dewi.

"O-oke" Jawab Venera.

Aldi menepuk kening sambil menghela nafas panjang-panjang.

**

Sekolah pertama Venera terbilang berjalan dengan sangat baik, walau ada hambatan sedikit dengan perkenalan para siswa kepada nya, terutama untuk cowok.

Era kalau ada cowok yang ingin berkenalan dengannya, Era membalas dengan sangat jutek dan ketus, kadang ada juga yang diabaikan Venera dengan jual mahal nya.

Sore itu Venera langsung pulang ke rumah tanpa keluyuran lebih dulu, mau pergi juga era terbilang sangat awam untuk berpergian — apa lagi belum ada teman yang satu frekuensi dengan nya.

Pintu rumah telah terbuka, dan melihat ada seseorang pria paruh baya yang tengah bersamanya dirumah itu.

"Ma ini siapa?" Tanya Venera.

Pria itu memutar kepala untuk melihat anak dari mantu nya.

Cantik

Begitu pikiran Pak Rais saat melihat Venera dengan kedua mata telanjang.

"Itu kakek baru kamu Ra" Kata Bu Anita sembari masak makanan untuk makan besar sebagai perayaan kecilnya.

Pak Rais dengan senang bangkit dari duduk untuk memeluk cucu tiri nya, venera sedikit terganggu hanya saja dia masih menghormati dan membalas pelukan kakek baru nya.

"Cantik cucu baru kakek" Rayu Pak Rais.

Venera langsung mengumbar senyuman manis yang mengandung diabetes.

Ceklek!

Tiba-tiba pintu rumah dibuka tanpa mengetuk dan memberi sapaan terlebih dulu.

Mengeluarkan sesosok pria yang bernama Rezaldi Algantara, pria itu masih belum sadar kalau ada Venera yang sedang membelalak menatap dirinya.

Menunduk dengan satu kaki terangkat untuk membuka salah satu sepatu nya, lalu berlanjut ke sepatu berikutnya.

Setelah selesai membuka sepatu, kepala nya perlahan mendongak dan memberi salam kepada Ibu baru dan kakeknya yang sudah menunggunya dirumah baru.

"Selamat sore...."

Ucapan nya yang awalnya bersemangat perlahan sayu ketika melihat sesosok Venera berada dirumah.

Venera dan Rezaldi kompak membeku ketika saling menatap satu sama lain.

"Kalian sudah jadi saudara Tiri, jadi yang akur ya untuk Venera dan Aldi" Sambutan Pak Rais, sekedar ingin mencairkan suasana ketika melihat keduanya sedang terkejut.

03. Makan malam bersama.

"Tunggu sebentar" Kata Venera yang masih mempertahankan wajah terbelalak nya.

"Mo-mommy apa saudara tiri yang dimaksud papah, manusia ini?" Tunjuk Venera ke arah Rezaldi. Bu Anita mengangguk dengan wajah datar.

Rezaldi menatap dingin ke arah wajah Venera, membuatnya kicep dalam hitungan detik.

Membuang wajah adalah reaksi yang tepat untuk gadis itu.

"Venera antar mommy ke supermarket dulu yu" Ajak Bu Anita, Venera menoleh langsung mengangguk— berasa terselamatkan oleh ibunya. Kalau tidak, entah reaksi apa lagi yang akan Venera perlihatkan untuk Rezaldi.

"Saya ikut mah" Kata Rezaldi.

Deg.

Venera kali ini berani bicara "Gak ngapain lu ikut?, lu jaga kakek dirumah" Protes Venera.

"Mah tidak masalah kan kalau Aldi ikut?"

Bu Anita menggeleng "Tidak masalah, kamu juga kan sekarang sudah jadi anak mamah"

"Kalau gitu, Era yang jaga kakek dirumah ya mom" Kata Verena berusaha menghindar dari Aldi.

"Aldi, sebentar lagi mobil pengangkut barang mau sampai, tenaga kakek ga cukup kuat untuk angkat-angkat"

Venera bernapas lega setelah kakek nya mencegah Aldi yang akan ikut bersamanya.

Rezaldi mengangguk dan menurut keinginan kakeknya.

"Maaf kek" Kata Rezaldi.

**

Venera bersama Ibunya sudah sampai di dalam supermarket yang ada di Jakarta Selatan. mereka memilah dan memilih bahan masakan yang akan di racik dirumahnya nanti.

Kebetulan Venera sedang ada di supermarket, yang isinya cukup komplit —Dia memborong cemilan ringan yang dia sukai disana.

Nantinya cemilan itu akan Venera santap, sambil menonton drakor kesayangan nya di laptop.

"Mom" Panggil Venera ke Bu Anita.

Bu Anita menoleh "Iya sayang"

"Sekalian bayarin juga yang era bawa ya" Kata era menunjukan berbagai macam makanan ringan yang sudah dimasukan ke keranjang yang dia bawa diam-diam.

Bu Anita menggeleng kepala dengan senyum, karena belanjaan dirinya lebih sedikit dari belanjaan venera yang keranjang belanjaan nya hampir penuh.

"Yaudah iya" Kata Bu Anita.

"Asik" Jawab senang Venera, sambil mengecup pipi sang ibu.

Setelahnya ibu dan anak itu pergi ke kasir untuk pembayaran.

**

Kembali kerumah.

Sehabis Venera membantu ibunya memasak, dia segera mungkin menata piring ke atas meja makan yang sudah ada Rezaldi dan Pak Rais.

"Era itu minumnya ketinggalan, tolong bawain nak, ibu masih sibuk nyuci wajan" Pinta Bu Anita.

Venera menoleh ke ibu nya dan mulai melangkahkan kaki, hanya saja...

"Tunggu" Cegah Rezaldi, bangkit dari tempat duduk, berlari kecil untuk mengambil teko kaca bening yang sudah di isi air putih oleh Bu Anita.

"Era biarin aja Aldi yang ambil, kamu duduk dulu nak" Titah Pak Rais. Venera mengangguk senyum dan duduk disamping Pak Rais.

"Kursi itu untuk ibu kamu, kamu duduk disamping Aldi" Kata Pak Rais.

Venera kembali mengembangkan senyum pasrah dan menuruti keinginan kakek nya, menyeret bangku dan duduk manis menatap jendela yang di luarnya terlihat pemandangan malam —lampu-lampu rumah yang bersinar.

Ibunya telah kembali bersama Rezaldi, yang sedikit membantunya untuk menaruh peralatan masak yang habis dibersihkan.

Venera masih mempertahankan lamunan nya menatap jendela dengan telapak tangan yang sedang memegang dagu, sampai kepalanya sudah keatas kebawah karena ngantuk.

"Venera kamu ngantuk?" Kata Bu Anita.

Venera langsung melek ketika ibunya sudah berada di meja makan "Eh engga kok mom"

Sehabis Venera bicara, tangan nya langsung mengulur untuk mengambil centong nasi tepat di tengah meja —berbarengan dengan Rezaldi. Sampai tidak sengaja pergelangan tangan mereka bersentuhan.

Venera berdecak "Gue dulu yang ambil" Kata Venera menoleh kearah Rezaldi yang tangan kirinya sedang memegang pisau kecil sehabis memotong rendang sapi.

"Sorry, lu duluan deh yang ngambil" Kata venera mengalah dengan senyuman.

"Cantik-cantik ketus banget" Gumam Rezaldi.

"Cih" Venera berdecih sebal.

Pak Rais yang ada di depannya sampai menggeleng kepala, mengetahui kalau Venera dan Rezaldi tidak akur.

"Venera" Sahut Pak Rais.

"Iya kek kenapa?" Jawab Venera.

"Gimana hari pertama kamu disekolah tadi?"

"Lancar kek, cuma..." Kata Venera menggantung kata.

Menoleh ke arah Rezaldi, yang sedang mengangkat perlengkapan makan nya —Kali ini pisau di tangan kiri dengan garpu di tangan kanan, sambil melotot tajam ke arah Venera.

Venera membuang wajah karena takut padanya. Mengingat Venera saat disekolah menendang selangkangan Rezaldi hingga membuatnya mengerang kesakitan.

"Haha, Venera rupanya malu dengan Rezaldi ya?, kakek kira kalian tidak akur, syukurlah kalau kalian baik-baik saja" Kata Pak Rais.

"Kakek, Eca bukan malu, sadar dong.. please!" Batin Venera sembari gelagat panik.

"Nanti kalau kamu nakal di sekolah, urusan nya dengan Rezaldi. Karena dia ketua OSIS di sekolah yang bantu guru sekolah untuk menertibkan murid yang bermasalah."

Venera menghela nafas panjang, tanpa pikir panjang dia mengambil piring dan dua cidukan nasi bersama lauk. Setelahnya dia mulai melangkah pergi dari tempat makan.

"Eh mau kemana kamu Ra?" Tanya Bu Anita.

"Era mau makan di kamar mom, sekalian mau lanjut nonton film" Kata Venera melenggang pergi dari ruang makan keluarga.

"Eh makan disini, pamali kalau makan di kamar" Omel Pak Rais. Namun tak didengar gadis itu.

Bu Anita menahan "Biar aja ayah, gadis itu waktu di Bandung emang sudah kebiasaan makan di dalam kamar"

"Hm, kamu harusnya di beri nasehat dong untuk anak kamu Nita, kalau yang tidak boleh dilakukan jangan dilakukan" Omel Pak Rais untuk Bu Anita.

"Mah, Kek biar Aldi bujuk ya" Tukas Rezaldi bangkit dari tempat duduk.

Pak Rais mempersilahkan Aldi membujuk gadis itu, niatnya beliau ingin makan bersama keluarga baru.

Kenyataan nya tak sesuai apa yang diharapkan. Kedua cucu nya malah mangkir dari meja makan dan mereka kali ini sedang ribut di atas sana.

"Ganggu aja duh!!" Ketus Era ketika mendengar ketukan pintu bersama suara bujukan dari Rezaldi.

"Buka dulu pintunya era" Kata Rezaldi.

Ceklek!

"Ngapain sih ke kamar anak gadis? Ga sopan banget" Protes Venera.

"Kalau mau makan di ruang makan, bukan di kamar, pamali loh" Kata Rezaldi.

Venera sengit, tiba-tiba memberi piring ke Aldi dengan isi makanan yang masih utuh.

"Lu yang makan kalau gitu, gue gak jadi makan"

BRUK!!

Venera membanting pintu kamar nya.

Rezaldi menggeleng kepala, menaruh makanan itu di lantai depan pintu Venera.

"Makan lu gue taruh di depan pintu, lu makan dah di kamar, untuk kali ini saja." Kata Rezaldi sambil balik badan, kembali ke ruang makan keluarga.

"Gimana? Kamu berhasil bujuk Venera makan disini?" Kata Pak Rais

Rezaldi menggeleng kepala "Keras kepala" Katanya singkat.

"Kamu kalau berhadapan dengan Verena harus banyak sabar ya Aldi, sifat Venera emang seperti itu" Kata Bu Anita.

"Aman Bu, jangan dipikirin ya —Aldi juga sudah terlatih menghadapi cewek yang attitude nya buruk di sekolah" Kata Aldi.

"Venera baik kok, tidak seperti yang ada dipikiran kamu nak" Kata Bu Anita membela.

Rezaldi mengangguk, lalu menikmati makan bersama Ibu sambungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!