"Minumlah Clau!" desak temannya menyodorkan sebuah gelas pada Claudya.
Claudya menolak pemberian dari temannya itu, karena Claudya tau kalau temannya itu pecandu nar ko ba. Claudya menggeleng kepalanya tapi sayangnya temannya itu langsung memaksa Claudya untuk minum.
Menjadi sebuah penyesalan bagi Claudya karena datang ketempat terkutuk itu, harusnya Claudya tidak datang hanya karena permintaan bodoh temannya itu.
Saat ini Claudya hanya pasrah saja, mau tidak mau Claudya meminum minuman itu dan akan langsung pergi dari sana sebelum temannya itu melakukan sesuatu yang lebih parah padanya.
Claudya bergidik saat merasakan minuman yang dia minum itu tidak enak dan rasanya aneh sekali bagi lidahnya.
"Rara, aku akan pulang. Rasanya kepala aku sangat pusing!" racau Claudya sedikit membentak karena merasa kepalanya berputar, Claudya berjalan dengan sempoyongan.
Dia keluar dari sebuah bar yang sangat ramai itu, di lorong-lorong bar itu Claudya melihat samar-samar seorang pria yang tengah berdiri menatap padanya.
Claudya merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya, tanpa dia duga Rara temannya itu sudah memasukan sebuah obat perangsang kepada minumannya tadi.
Claudya merasakan gerah yang luar biasa pada tubuhnya, ada sebuah hasrat dalam tubuhnya yang ingin sekali dia tuntaskan, Claudya sampai membuka jaket yang dia pakai sejak tadi. Claudya tidak kuat dia beberapa kali mengusap keringat yang terus bercucuran di keningnya.
Sedangkan Rara, saat ini dia tengah bernegosiasi dengan pria hidung belang yang akan membeli Claudya.
"Kau setuju silahkan ambil tapi kalau tidak setuju tidak masalah karena aku akan jual pada yang lain." Rara angkuh sambil menyilang kan tangannya di dada.
"Aku setuju, asal temanmu itu masih pera wan. Tapi awas saja kalau kau berbohong, maka aku akan menuntut mu!" Ancaman Pria tua itu tak membuat Rara gentar karena dia tau kalau Claudya sangat menjaga kehormatannya.
Pria itu keluar dan mencari Claudya yang masih berjalan sempoyongan dengan gerak tubuhnya yang tidak diam karena menahan hasrat dalam tubuhnya.
"Hey!" teriak Pria itu menghentikan langkah kaki Claudya.
Tapi Claudya ketakutan, dia langsung berlari menjauh dari Pria yang sedang mengejarnya itu, langkah Claudya sangat pelan hingga tanpa sadar dia langsung masuk kesebuah ruangan yang ditempati oleh Pria asing.
Claudya menutup kembali pintu ruangan itu, Claudya mendudukkan tubuhnya di pintu itu, tangannya terus dia kibas-kibas kan karena Claudya masih merasa gerah.
Pria dengan perawakan tegap dan tampan itu mendekat pada Claudya, tangannya memegang erat tangan Claudya.
"Malam ini jadilah wanitaku!" bisiknya ditelinga Claudya.
Pria itu bernama William Aldenandra, dia dengan kasar menarik Claudya untuk naik keatas ranjang, dengan kesadaran penuh William mengira kalau Claudya adalah wanita yang dia sewa malam ini.
William juga tidak tanggung-tanggung merobek pakaian Claudya hingga membuat perut Claudya terpampang jelas di matanya.
Tok
Tok
Suara pintu diketuk menganggu William, dengan kesal William langsung mendekat pada pintu dan membuka pintu melihat siapa yang baru saja datang dan menganggu kesenangannya.
"Ada apa?" tanya William dengan suara berat membuat lawan bicaranya khawatir kalau pria dingin itu marah.
"Saya mencari seorang gadis, dia masuk kedalam kamar anda." Pria tadi masih mencari Claudya.
"Tidak, didalam hanya ada istriku. Apa yang kau maksud istriku?" William bertanya dengan tatapan mata yang tajam membuat Pria tadi menggelengkan kepalanya.
"Maaf pak, mungkin saya salah." Pria itu berucap dan langsung pergi dari sana meninggalkan William yang tersenyum kecut karena baru saja mengakui wanita asing sebagai istrinya.
William kembali menutup pintu. Namun, tanpa dia sadar dibelakangnya sudah ada Claudya, dengan tidak sopannya Claudya langsung memeluk William dan menggoda William.
Dan dari sinilah William mengira kalau Claudya memang benar adalah seorang wanita murahan yang sukanya bermanja pada setiap pria.
William tersenyum tipis melihat tingkah Claudya yang membuatnya resah, tanpa berlama-lama William langsung menyeret Claudya untuk naik keranjang.
Claudya mencium dengan rakus bibir William, bukan itu saja Claudya juga me
"Wanita nakal," gumam William.
Malam ini adalah malam yang sangat kelam bagi Claudya, saat ini dia masih terpengaruh oleh obat perangsang yang dia minum tadi. Bagaimana reaksi Claudya nanti setelah dia sadarkan diri? Apa bisa Claudya menerima ini semua? Sungguh malam ini adalah sebuah malam yang akan menghancurkan Claudya.
**
Pagi harinya, Claudya terbangun dia memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Claudya mengingat apa yang terjadi semalam tapi semakin dia ingin mengingat maka kepalanya semakin pusing, Claudya menatap ruangan yang tengah dia tempati, Claudya baru sadar kalau semalam dia menghabiskan waktu bersama dengan seorang pria asing.
"Astaga!" gumamnya panik sambil melihat tubuhnya yang sekarang memakai kemeja putih kebesaran, Claudya merasa kalau kemeja itu adalah kemeja milik pria asing semalam karena pakaian dia robek.
"Semalam apa yang aku lakukan dengan pria itu?" Claudya membulatkan matanya saat melihat ada bercak darah di atas ranjang yang dia tempati.
Tangisannya pecah, bayangkan saja Claudya selama ini sangat menjaga kehormatannya bahkan Claudya juga tidak pacaran karena dia ingin fokus belajar. Tapi sekarang Claudya malah terjebak dalam kondisi yang sangat rumit, yaitu dia digauli oleh pria asing yang bahkan Claudya juga lupa seperti apa rupa pria itu.
"Astaga, Tuhan. Kenapa bisa-bisanya aku melakukan ini? Berdosa 'kah aku? Ampuni aku Tuhan, Hikss.. hikss..." Isak tangis Claudya semakin menjadi-jadi setelah mengingat kejadian semalam yang sebelumnya dia meminum minuman yang Rara berikan padanya.
Claudya ingin sekali marah pada Rara dan sekarang dia akan meminta tanggung jawab pada Rara karena sudah melakukan ini padanya, tapi mata Claudya langsung memicing saat melihat ada sebuah surat di atas nakas dekat dengan ranjang.
Tangan Claudya mengambil surat itu dan langsung membacanya, betapa terkejutnya Claudya sampai membuat tubuhnya ambruk dilantai.
(( Wanita nakal!
Aku tidak menyangka kalau kau masih Virgin, terima kasih malam tadi yang begitu menyenangkan. Aku tambahkan uang lebih untuk mu, anggap saja ini adalah hadiah karena aku orang pertama yang melakukannya padamu, aku sarankan jadilah wanita baik. ))
Hancur hati Claudya saat melihat surat itu, Dia benar-benar dianggap sebagai wanita nakal sekarang, dia merasa kehidupan tidak akan berpihak lagi padanya.
Tapi saat ini dia harus bertanya pada Rara kenapa temannya itu melakukan hal sekeji itu padanya.
Dengan langkah tertatih-tatih Claudya berjalan menuju ke arah luar ruangan yang menjadi saksi bisu antara dirinya dan seorang pria yang tidak Claudya kenal.
Sepanjang perjalananan Claudya ditatap heran oleh pegawai yang bekerja di bar itu, Claudya hanya menunduk dan segera pergi dari sana.
Claudya hanya ingin pergi ke rumah Rara, Dia ingin bertanya tentang masalah kemarin malam. Tak butuh waktu lama hanya setengah jam saja Claudya sudah sampai di rumah Rara.
Tok
"Bu, Rara-nya ada?" tanya Claudya.
Pembantu yang membukakan pintu langsung mempersilahkan Claudya untuk masuk karena mereka memang sudah sahabatan cukup lama, jadi keluarga Rara mengenal Claudya dengan baik.
"Rara!" Claudya berucap dengan nada tinggi.
"Clau, kau datang?" Rara terkejut menatap pada Claudya yang datang, Rara bertanya dengan suara bergetar karena takut pada Claudya yang menatapnya sedikit tajam.
"Obat apa yang kamu masukan pada minuman aku semalam? Hah? Rara kamu mencelakai aku!" geram Claudya.
Plak
"Rara!" Claudya berucap dengan nada tinggi.
"Clau, kau datang?" Rara terkejut menatap pada Claudya yang datang, Rara bertanya dengan suara bergetar karena takut pada Claudya yang menatapnya sedikit tajam.
"Obat apa yang kamu masukan pada minuman aku semalam? Hah? Rara kamu mencelakai aku!" geram Claudya.
Plak
Bukan Claudya yang menampar justru Rara yang menampar Claudya, disana yang salah itu adalah Rara tapi kenapa Rara yang marah pada Claudya. Sungguh Claudya sudah salah memilih seorang teman.
Claudya memegang pipinya yang terasa sangat perih karena tamparan dari Rara, hanya helaan nafas yang Claudya lakukan sekarang.
"Rara, apa yang kamu lakukan padaku? Kita kan teman?" Claudya bertanya dengan air mata yang semakin luruh, rasa kecewa membuat Claudya lemah.
Dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi, Claudya menjatuhkan tubuhnya di atas lantai kamar Rara. Hanya tangisan yang mampu Claudya perlihatkan karena sudah terlanjur kecewa, andai saja Claudya bisa memutar waktu maka dia tidak akan datang ke bar walaupun Rara dalam masalah besar sekali pun.
Claudya mengusap air matanya yang membasahi pipinya, Claudya bangkit dari duduknya. Claudya memegang pundak Rara, tangannya sedikit mencengkeram kuat pundak Rara.
"Mulai sekarang persahabatan kita berakhir. Rara, aku kecewa padamu! Semoga saja nantinya kau bahagia." Claudya langsung pergi setelah mengatakan hal itu.
Tak ada rasa penyesalan sedikit pun dalam diri Rara, dia malah senang karena Claudya sudah hancur. Rasa iri yang Rara rasakan selama ini membuat Rara nekad ingin mencelakai Claudya.
Hanya karena Claudya lebih unggul dari Rara hal itu malah membuat Rara iri dan ingin menyingkirkan Claudya.
Jaman mereka sekolah dahulu, Claudya lah yang paling sering mendapatkan nilai yang bagus saat ujian, dan sekarang mereka kuliah dan tetap Claudya lebih unggul dari Rara.
Apa lagi Pria yang Rara suka juga mulai mendekati Claudya, hal itu semakin membuat Rara iri hati hingga tanpa bekas kasihan dia menjual Claudya pada pria hidung belang.
Dalam perjalanan pulang, air mata Claudya tetap mengalir tanpa henti. Sekarang bukan masa depannya saja yang hancur tapi Claudya juga takut masa kuliahnya juga akan dilewatkan, sekarang Claudya takut kalau dia hamil karena kejadian kemarin.
Claudya memang belum pernah pacaran tapi dia sedikit tau tentang masalah seperti itu karena di sekolahan pun dia di ajari oleh gurunya, Claudya takut hamil dan bukan itu saja dia lebih takut kalau orang tuanya tau tentang dirinya yang seperti itu.
"Tuhan, kenapa harus aku yang mengalami masalah ini?" Mata Claudya mulai berembun lagi, tapi tangannya langsung sigap menghapus air mata yang pastinya akan terjatuh lagi.
Tanpa Claudya sadari dia sudah sampai dirumahnya karena jarak rumah Rara dan rumahnya cukup dekat, Claudya memastikan kalau wajahnya tidak terlihat seperti habis menangis, dia juga mencuci muka supaya wajahnya sedikit terlihat tenang dan fresh.
"Ma, aku pulang." Claudya membuka pintu kamar dan langsung masuk kedalam kamar tanpa memperdulikan orang tuanya yang bertanya dari mana dia semalam tidak pulang.
Hingga papanya menghentikan langkah Claudya dengan menarik tangan Claudya sedikit kasar. "Mama kamu tanya, kenapa tidak dijawab?" tanya Papa Claudya.
"Pa, aku ada kuliah malam dan aku menginap di rumah Rara, sudahlah aku capek aku mau istirahat dan hari ini sepertinya aku tidak akan masuk kuliah," ujar Claudya dengan senyuman yang terukir padahal keadaan hatinya sedang kacau sekarang.
"Baiklah, istirahatlah saja Clau." mamanya berucap dengan senyuman yang memang tak pernah lepas dari bibirnya itu.
Claudya menutup pintu kamarnya, dia duduk di pinggir ranjang. Claudya menatap pada kartu black card yang tadi pagi dia temukan dengan surat yang Claudya duga itu dari pria yang semalam tidur dengannya.
"Uang ini untuk apa? Aku gak butuh uang haram ini." Claudya menghela nafasnya kasar. "Tapi aku akan simpan siapa tau nanti ada hal yang mendesak dan aku bisa pakai uang ini," gumam Claudya.
**
Satu bulan berlalu.
Claudya masih berangkat kuliah seperti biasa, hanya saja sekarang dia berangkat pagi karena untuk menghindari bertemu dengan Rara. Untuk sekarang Claudya benar-benar tidak berminat lagi untuk berteman dengan Rara.
"Clau," sapa Zidan yang langsung mendekat pada Claudya.
"Zidan, ada apa?" tanya Claudya.
"Mau ke kantin bareng?" Zidan berharap kalau dia bisa mendekati Claudya.
Claudya masih bingung tapi dia menganggukan kepalanya setuju pada ajakan Zidan, mereka ke kantin yang cukup ramai. Claudya dan Zidan memesan sebuah mie instan dengan telur ceplok di atasnya.
"Bagaimana kuliah kamu? Baik 'kan?" Zidan bertanya untuk mencairkan suasana.
Claudya menganggukan kepalanya. "Cukup baik, tapi ada beberapa masalah dan syukurnya aku bisa menghadapi semuanya," papar Claudya.
Mie yang mereka pesan sudah datang, tapi bau dari mie instan itu membuat Claudya merasa sangat mual, awalnya Claudya mengira kalau dia mual karena lapar jadi dia mencoba menyuapkan sedikit mie itu kedalam mulutnya.
Tapi tiba-tiba...
Ohekk
Claudya langsung berlari menuju ke arah toilet yang tak jauh dari sana, Claudya memuntahkan makanan yang sejak padi dia makan, Claudya merasa sangat sakit sekarang. Zidan sigap membantu Claudya dengan mengucap punggung Claudya, tak lupa Zidan juga memberikan minum pada Claudya untuk meringankan rasa mual.
"Kamu baik-baik saja, Clau?" tanya Zidan.
Claudya mengangguk dengan keringat yang bercucuran dari keningnya.
"Aku hanya mual, mungkin aku masuk angin." Claudya terlihat sangat lesu dan wajahnya pucat.
Zidan yang melihatnya cukup khawatir pada Claudya, apa lagi selama ini Claudya terlihat sangat sehat.
"Kalau sakit jangan maksain untuk Kuliah, mau pulang? Aku antar ya?" Zidan menawarkan diri untuk mengantar Claudya pulang.
"Apa tidak merepotkan?" Claudya merasa sangat canggung.
"Tidak, ayo aku antar kan kamu pulang." ucap Zidan yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Claudya.
Claudya diantar oleh Zidan dengan naik motor, Zidan sangat perhatian dan hal itu membuat Rara tertarik pada Zidan tapi sayangnya Zidan malah suka pada Claudya.
Hari ini Claudya ijin tidak kuliah karena sakit. Dia hanya berbaring saja diatas ranjang, setelah tadi diantar Zidan, Claudya tidak melakukan apa pun karena rasanya badannya sangat malas untuk bergerak.
Claudya menatap pada kalender kecil yang tergeletak di atas nakas, Claudya mengerutkan keningnya karena melihat lembaran kalender di satu bulan terakhir dia tidak mengalami menstruasi.
Claudya mengecek tanggal Menstruasi bulan sebelumnya dan Claudya menemukan kalau dia Menstruasi di tanggal 3.
"Astaga, kalau begini aku terlambat menstruasi dua bulan." Claudya berucap panik.
Claudya ingat kejadian yang dialami itu sudah satu bulan berlalu, Claudya semakin panik karena takutnya kalau dirinya hamil. Claudya langsung mengambil ponselnya dan memesan grab untuk pergi ke rumah sakit, Claudya penasaran dengan hasil yang akan keluar. Dia harap kalau ini hanyalah penyakit biasa.
"Claudya Mariabela," panggil suster dari dalam ruangan pemeriksaan.
Claudya langsung berdiri dan masuk kedalam ruangan pemeriksaan, dengan ragu-ragu dia langsung duduk di depan dokter yang akan memeriksanya, Claudya tak lupa memakai masker supaya dokter tidak akan mengenali dia.
"Ada keluhan apa, kak?" tanya Dokter pada Claudya.
"Dok, saya merasa mual dan menstruasi saya sudah telat dua bulan." Claudya berucap dengan panik takut Dokter itu bertanya tentang suami Claudya.
Dokter itu tersenyum. "Apa kak Claudya pernah mengecek dengan tespek?" tanya Dokter.
Claudya menggeleng, dia bahkan tidak paham bagaimana caranya memakai tespek. Dokter itu terlihat berpikir sejenak, kemudian dia mengambil tespek dari dalam lemari yang ada di sampingnya.
"Cobalah ini terlebih dahulu, Kak Claudya jangan takut karena ada saya yang akan mengajarinya," sahut dokter itu paham pada apa yang Claudya rasakan.
Claudya mengambil air kencing dan memasukan tespek itu kedalam air kencingnya, dan sekarang Claudya hanya tinggal menunggu hasilnya. Tapi Claudya berharap kalau dia tidak sedang hamil sekarang.
Claudya terlihat sangat gelisah, diusianya yang masih sangat kecil dia yakin kalau Dokter juga pasti curiga juga padanya, hanya saja Dokter itu bungkam karena tidak mau menyakiti hati pasien.
Seorang suster datang mendekat ke arah Claudya, "Dok, hasilnya garis dua." Suster itu menyodorkan sebuah surat dan hasil tespek kepada Claudya.
"Selamat kak Claudya," ucap Dokter ikut bahagia pada kabar gembira itu.
Kabar gembira itu menjadi kabar buruk bagi Claudya karena hal ini memang tidak ingin dia alami, Claudya berharap kalau kehamilan ini tidak akan terjadi apa lagi dia tidak tau seperti apa pria yang sudah menghamilinya itu. Claudya meremas surat yang dia genggam itu, sejak tadi banyak sekali pemikiran yang harus Claudya pikirkan matang-matang sebelum melakukannya.
Ternyata hati Claudya jatuh pada pemikirannya yang ingin melakukan a bor si pada jabang bayinya itu, Claudya terlanjur takut untuk berkata jujur pada orang tuanya, karena selama ini orang tuanya memang melarang dia berteman dengan Rara. Tapi sayangnya Claudya tidak mendengarkan dia malah berteman dengan Rara hingga Rara menjual Claudya pada pria hidung belang.
Claudya sudah tidak bisa berpikir lagi, dia bahkan sudah mendaftarkan a bor si itu sejak tadi dan sekarang dia tengah menunggu namanya dipanggil, Claudya memakai uang pemberian dari pria itu untuk melakukan rencananya.
Sejak tadi Claudya ketakutan dia tidak yakin orang tuanya akan memaafkan dia kalau saja mereka tau Claudya hamil dan mengugurkan bayi itu.
"Kak, mau mengugurkan juga?" tanya seorang wanita cantik yang usianya lebih muda dari Claudya.
Claudya hanya menatap datar dan mengangguk saja, wajahnya sudah sembab karena sejak tadi Claudya hanya bisa menangis saja.
"Kamu juga sama?" tanya Claudya setelah lama dia diam.
Gadis itu menganggukan kepalanya. "Ya, tapi aku ragu, kakak tau Ayah dari bayi aku ini adalah seorang pengusaha kaya. Mungkin aku bisa saja datang padanya dan meminta menikahi aku, tapi sayangnya aku tidak mungkin bisa karena pria itu sudah punya istri." Gadis itu menceritakan semuanya pada Claudya.
Cerita itu membuat Claudya tersadar pada kisah dirinya yang mungkin sama saja kalau Ayah dari bayinya sudah mempunyai seorang Istri, Claudya semakin yakin untuk segera mengugurkan bayi itu. Walaupun dalam hatinya Claudya sangat takut untuk melakukan hal ini, kapan seorang Claudya mencelakai orang lain? Dan sekarang dia malah lebih parah dengan ingin mengugurkan anak itu.
Tiba-tiba saja seorang pria paruh baya datang ke sana dan marah-marah pada gadis yang tadi berbincang dengan Claudya, pria itu menarik tangan gadis itu, sepertinya pria paruh baya itu adalah Ayah dari bayi yang gadis itu kandung, Claudya hanya menatap saja karena pria tua itu ingin bertanggung jawab pada bayi yang gadis itu kandung.
Claudya berharap kalau pria yang sudah menghamilinya melakukan hal yang serupa dan menikah Claudya, tapi sayangnya hal ini hanyalah khayalan Claudya karena sebenarnya dia pun tidak tau pria seperti apa yang sudah melakukan hal itu padanya.
"Kau mau mengugurkan anak mu? Berapa jahatnya kau! Walaupun kau dan aku salah tetap saja anak ini tidak salah apa-apa, kalau kau sampai melakukan hal ini maka kau adalah orang tua yang paling buruk sedunia!" ucapan Pria tua itu terngiang-ngiang ditelinga Claudya.
"Claudya Mariabela," panggil dari dalam ruangan.
Suster yang bertugas keluar dari ruangan itu dan ternyata dia tidak menemukan siapa pun diluaran sana.
"Kemana pasien yang mau melakukan a bor si?" Suster itu bertanya-tanya.
**
"Mah, Pah, aku hamil." Claudya memberanikan diri memberi tau orang tuanya, walaupun dia takut tapi mau bagaimana pun Claudya harus memberi tau mereka karena kandungannya akan semakin membesar nantinya.
"Apa?" Orang tua Claudya terlihat sangat marah sekali.
"Kamu yang benar saja, Clau?" tanya Ibu Bella dengan tatapan tajam.
Claudya hanya menganggukkan kepalanya, dengan kabar ini akan menjadi sebuah aib untuk keluarganya, orang tua Claudya mengelola sebuah pabrik yang memang terkenal sedang berkembang sekarang.
Kalau para karyawannya tau masalah ini, mungkin saja Ferdi (Papanya Claudya) akan menjadi bulan-bulanan mereka karena tidak bisa menjaga putrinya, padahal Ferdi sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.
Plak!
Ferdi menampar Claudya, saat ini Claudya pertama kalinya ditampar oleh sang Ayah, Claudya paham kalau dia memang salah dan dia pantas mendapatkan tamparan itu.
"Kamu mencoreng nama baik papa!" teriak Ferdi geram pada putrinya itu.
"Ampun, Pah. Aku memang salah tapi malam itu aku dijebak oleh Rara," jelas Claudya.
"Mama 'kan udah bilang kalau kamu jangan main lagi dengan Rara, gadis itu gak baik buat kamu!" ujar Bella.
"Maaf, Ma. Aku yang salah," putus Claudya.
Orang tuanya panik mereka sayang pada Claudya tapi mereka juga tidak mungkin membiarkan orang lain tau kalau Claudya seperti ini, Ferdi mempunyai ide yang sangat bagus. Dia langsung berjalan ke kamar Claudya, Ferdi mengemas semua pakaian Claudya yang berjajar di lemari.
"Pa, apa yang akan papa lakukan?" tanya Bella.
"Kita akan kirim Claudya ke rumah orang tua kamu, di sana Claudya bisa hidup bersama dengan Indri. Jadi dengan begitu kita tidak perlu mendengar cacian atau hinaan dari orang lain." Ferdi yang kejam langsung memutuskan sesuatu tanpa persetujuan dari Bella atau pun Claudya dahulu.
Brugh!
"Ampun, Pa. Jangan kirim aku ke sana." Claudya bermohon dia juga bersimpuh dibawah kaki Papanya.
"Clau, kamu harus pergi atau kalau tidak bayi itu gugurkan saja!"
"Astaghfirullah, Pa. Jangan begitu, Claudya sudah salah dengan melakukan hal itu jangan membuat dosa yang semakin besar dengan membunuh bayi itu." Bella langsung mendekat pada Claudya dan membawa putrinya untuk berdiri.
"Sayang, kamu pergilah. Nanti kalau bayi itu sudah lahir maka Mama yang akan menjemput kalian ke rumah Nenek," titah Bella.
Claudya tidak bicara lagi, dia tidak menyangka kalau orang tuanya akan rela melakukan hal itu padanya, tapi di sisi lain juga Claudya tidak bisa melakukan apa pun karena dirinya memang bersalah.
Walaupun Claudya merasa ini tidak adil tapi setidaknya kehamilannya tidak akan diketahui oleh orang lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!