" Bagaimana saksi ,Sah ?
"Sah,"
Tes
Tes
Tes
Air mata tanpa izin mengalir begitu saja, Di sini lah Ia di hadapan penghulu, Dengan kebaya putih tulangnya , Dengan hijab yang menutupi mahkotanya sebagai wanita, Dan make-upnya yang natural menambah aura kecantikannya dan ke anggunanya,
Mungkin Orang mengira itu adalah airmata kebahagian ,Nyatanya itu adalah air mata kekecewaan , Semua wanita berharap ijab Qabul di ucapkan dari seseorang yang di cintai nya , Tapi nyatanya lelaki yang di sampingnya justru tidak menginginkannya ,
" Jangan harap kamu mendapatkan cinta dari saya !" itu lah yang di katakan lelaki itu sebelum pernikahan ini berlangsung.
Dan tatapan benci yang tidak pernah lepas menatapnya dari Wanita cantik yang ada tidak jauh darinya .Tatapan membunuh yang membuat Anisa menjadi begitu takut,
Pernikahan macam apa ini, Ia tak bisa menolaknya , Entahlah mengapa Orang tuanya begitu tega menikahkan dirinya dengan Lelaki yang lebih pantas di panggil paman. Karena umurnya yang berbeda 12 tahun Dari nya dan sudah memiliki istri.
Yah biar bagaimana pun takdir sudah tertulis bahwa dirinya sudah menjadi seorang istri ,dari Lelaki yang sudah beristri.
Entah pernikahan seperti apa yang Ia jalani nanti, Namun Ia akan tetap menjalani pernikahan ini, Walaupun dirinya adalah istri yang tidak di inginkan.
**
Di sini lah dia di kamar kecil dengan kasur yang hanya muat untuk satu orang, yang berjejer dengan kamar pembantu.
Ini adalah malam pengantin yang di tunggu-tunggu untuk pasangan yang baru saja menikah , Tapi itu untuk pasangan yang saling mencintai jadi bukan untuk nya.
" Heeyy,,, ngapain kamu diam di kamar saja, Sudah sana bantu-bantu ," Dengan bentakan Dewi berbicara dengan Anisa,
Yah Dewi adalah istri pertama dari Suaminya,
Ketidaksukaannya terhadapnya selalu ia tunjukkan dengan kata-kata pedasnya .
" Walaupun kamu adalah istri muda suami saya, Tapi di rumah ini tetap saya yang menjadi nyonya satu-satunya, "Ucapnya dengan angkuh.
" Iya mba " Itulah yang selalu aku ucapkan ketika mendengar kata-kata nya, Ingin sekali ku membantah ucapanya, Namun nyatanya yang di katakanya benar.
Mbok Mina merasa tidak tega melihat Anisa yang sedari tadi terus membantunya bekerja, Padahal Dia juga majikanya , " Malangnya nasib mu neng," gumam Mbok Minah dalam hati.
" Biarkan Mbok yang mengerjakannya Neng ."
" Tidak apa-apa Mbok, Biar Anisa juga tau bagaimana caranya bekerja di rumah ini," "Deg ," Bukan kah aku juga istri dari pemilik rumah ini ,Namun kenapa Mba Dewi bilang aku di sini juga untuk bekerja," Anisa menahan sesak di dadanya, Nyeri yang teramat sangat, Di anggap pembantu dengan Istri pertama suaminya,
Entahlah Kemana yang namanya suaminya itu, Sedari mereka pulang dari rumahnya, Ia belum melihatnya lagi.
Hanya sekali aku menyentuh tanganya ,itupun setelah pemasangan cincin mas kawin ,dan setelah itu ,Kita duduk bersama tetapi dengan fikiranya masing-masing ,
Tidak ada senyum untuknya saat itu, Hanya tatapan sinis yang Ia dapat,
Entahlah apa saudara-saudara ku melihat atau tidak,
***
Malam pun tiba hari kedua Anisa berada di rumah itu, Namun Ia sama sekali belum melihat Fahri, Mungkin karena jarak kamar mereka yang berjauhan ,
Kamar Fahri dan Dewi berada di lantai 2, Sedangkan kamarnya berada di belakang dekat dapur kotor, dan kamar pembantu.
Malam ini Anisa menyiapkan makan malam untuk suaminya dan Istrinya, Walaupun aku juga istrinya,
" Sudah lah aku anggap aku adalah pembantunya biar tidak terlalu sesak dada ini, Toh Mereka juga tidak mengganggap ku." Batin Anisa .
" Apa sudah siap semua " , Suara Dewi terdengar menuruni anak tangga ,
Wanita seksi dengan gaun tidurnya , Badanya sangat sempurna menurutku.
" Sudah Mba , ucap Anisa pelan sambil menunduk,
Dan Dewi pun berbalik lagi menaiki tangga ,untuk membangunkan suaminya
Tak berselang lama Fahri dan Dewi menuruni anak tangga dan menuju meja makan,
Terlihat mesra dan serasi , Dewi terus saja memeluk lengan Fahri , Sepertinya Dia ingin menunjukkan kemesraanya pada Anisa.
Fahri hanya menatap datar pada Anisa, Lalu membuang mukanya dan memandang mesra Dewi, Bahkan Fahri mencium kening Dewi di hadapannya,
Sesakit ini kah ,menjadi yang tak di anggap,
Setelah selesai menata semua makanan yang ada di meja, Anisa pun undur diri .
" Tunggu , duduklah ada yang kita ingin bicarakan ." Dewi memanggil kembali Anisa yang hendak ke belakang.
Anisa pun mengikuti perintah Dewi tanpa kata .
" Begini , kamu pasti tahu kan ,kalau kehadiran mu di sini bukan ke inginan kita , apa lagi suamiku , dan kamu harus tahu posisi mu sekarang ! , kamu adalah istri kedua suamiku jadi kamu tidak akan mendapatkan apapun , jadi jangan harapkan sikap adil dari suamiku, karena sudah pasti dia tidak mencintaimu ." Dengan angkuh Dewi berkata pada Anisa .
" Dan satu lagi , soal anak suatu saat nanti kita akan mengadopsi anak dan kami tidak memerlukanmu ."
Perkataan Dewi yang panjang lebar itu membuat dada Anisa merasa sesak ,
" Ooh ,,iya ini adalah perjanjian pra nikah yang harus kamu tanda tangani ." Dewi memberikan secarik kertas beserta matrai yang sudah di tanda tangani oleh nya dan juga Fahri.
Anisa menerimanya , Ia menautkan kedua alisnya ,mengapa semua poin di dalamnya tidak satupun yang berpihak padanya .
" Mba ,kenapa seperti ini ." Anisa memberanikan diri untuk bertanya .
" Suka tidak suka kamu harus tetap menandatangani nya ." Ucap Dewi tidak perduli .
Jika pihak pertama memintanya bercerai ,maka pihak ke tiga harus menyetujuinya . Itu salah satu poin yang tidak adil menurut Anisa , berarti jika suaminya itu sudah bosan kapan pun Dia bisa menceraikannya.
" Sudah jangan terlalu banyak berfikir , kamu di sini bukan untuk memilih ." Dewi merasa kesal karena sedari tadi Anisa hanya diam saja .
" Dan kalau kau pergi dari rumah ini tanpa seizin kita di sini ,berarti suamiku berhak menceraikan mu ." Yah , Dewi akan membuatnya tidak betah agar keluar dari rumah dan Fahri akan menceraikannya .
" Cepat lah , kenapa kamu lelet sekali ." Dewi membentak Anisa agar segera menandatangani nya .
Anisa yang merasa takut pun ,akhirnya menandatangani juga perjanjian itu .
Sedari tadi Fahri hanya diam , tatapannya datar pada Anisa entah apa artinya itu .
" Sudah sana pergi ." Dewi mengusir Anisa setelah selesai menandatangi perjanjian itu.
Anisa pun kembali ke belakang menuju kamarnya .Tangisnya pecah yang sedari tadi Ia tahan . " Kenapa harus aku ,yang mengalami ini ." Keluh Anisa di sela Isak tangisnya.
***
Dewi dan Fahri pun langsung melanjutkan kembali makan malam mereka , seolah-olah tidak terjadi apa-apa . Gelak tawa mereka terdengar hingga ke dalam kamar Anisa .
" Sayang Kapan kita akan jalan-jalan Luar Negri ." Ucap Dewi yang sedang bermanja di sofa setelah makan malam nya selesai.
" Sabar ya sayang ,secepatnya kita akan liburan ke Luar Negri." Ucap Fahri sambil menggendong tubuh istrinya itu menuju kamar,
" Mas apa kamu akan melakukan ini kepada Dia ?" ,
Setelah Permainan panas yang mereka lakukan ,Masih dengan peluh yang menempel .
" Tidak akan," Fahri yang masih saja mencumbui istrinya itu.
" Apa suatu saat kamu akan jatuh cinta pada nya ,sayang ."
Fahri hanya diam , seperti yang sedang berfikir.
Dewi yang melihat perubahan dari Fahri pun Menjadi Khawatir,
Khawatir kalau Fahri akan berpaling darinya.
" Mas kalau kamu jatuh cinta padanya ,Aku akan meninggalkan mu ." Ancam Dewi kepada Fahri. Dalam hati Dewi tidak ingin kehilangan Fahri, karena Fahri adalah sumber uangnya , Yang selalu menuruti apapun yang Ia mau .
" Tidak akan sayang , Sampai kapan pun saya tidak akan mencintainya apa lagi menyentuhnya, Hanya kamu yang Mas cintai ," Ucap Fahri lembut sambil melakukan aktifitas mereka kembali.
Fahri begitu sangat mencintai Dewi , Karena Dewi adalah cinta pertama nya, Begitu bucin nya Fahri pada Dewi , Sehingga apapaun kesalahan yang di lakukan istrinya itu selalu Ia maafkan,
Termasuk penghianatan yang di lakukan istrinya dulu.
***
Di sepertiga malam Anisa terbangun, Ia langsung menuju kamar mandi hendak berwudlu,
Ia ingin berkeluh kesah pada Sang pencipta ,Karena sebaik baiknya tempat mengeluh adalah pada sang pencipta.
Pandang lah aku ,Walau pandangan benci yang kau perlihatkan. Karena paling tidak kau mengakui keberadaan ku.
-
-
-
-
Bantu dukung yah ,Kaka Kaka dengan like dan comenya., Ini novel ke dua aku setelah " Penjaga Hati " . Masih penulis pemula mohon maaf kalau banyak typo nya.😍😍
" Neng sudah bangun ," Tegur mbok Minah yang melihat Anisa sedang bersih- bersih di dapur, " Sudah mbok " Anisa tersenyum ramah.
" Mbok jadi seneng ada eneng di sini , Jadi punya temen."
" Anisa juga seneng mbok, Anisa jadi kangen sama ibu," Ucap Anisa pelan sambil menunduk kan kepalanya , Betapa Ia ingin sekali memeluk ibunya saat ini. Padahal baru beberapa hari Ia meninggalkan rumahnya .
Seharusnya Ia marah dengan Ibu dan Bapaknya karena telah membuat pernikahan ini terjadi . Namun Anisa sudah pasrah dan menerimanya dengan ikhlas.
" Neng kalau ada masalah ,Eneng bisa cerita sama Mbok, anggap lah Mbok ini sebagai Orang tua Eneng," Mbok Minah berucap sambil mengelus keduang lengan Anisa.
"Makasih Mbok ." Anisa merasa terharu dengan ucapan Mbok Minah .
" Hayu kita masak Neng ."
" Hayu Mbok." Anisa terlihat bersemangat.
Mereka pun memasak nasi goreng untuk sarapan, Dan nanti di lanjutkan memasak untuk makan siang.
Dewi dan Fahri menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan,
Dewi yang selalu terlihat cantik dengan baju sexinya walaupun hanya di dalam rumah saja.
Mereka berdua pun duduk bersebelahan ,
Anisa menyiapkan makanan untuk mereka berdua, Karena selama Ia di sini ,Ia hanya boleh makan di dapur kotor yang berada di belakang.
Fahri sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Anisa , Selama ini Anisa sedang belajar untuk menguatkan hatinya.
Melihat dua insan ini yang selalu bermesraan di hadapannya.
###
Sudah 2 bulan lebih Anisa tinggal di rumah itu, Dan selama itu juga dirinya tidak pernah berbicara dengan Suaminya,
Semakin hari Ia sudah semakin biasa dengan perlakuan dari Dewi dan sikap acuh dari Suaminya. Berkat Doa yang selalu Ia panjatkan pada Sang Pencipta , Hati nya semakin kuat .
" Heyy kamu, Besok dandan yang rapi , Karena Ibu mertua ku akan datang , ooh iya bawa beberapa pakaian ke kamar yang di atas, Dan ingat bersikap lah seolah-olah kau bahagia bersama Fahri, Dengan angkuh Dewi berbicara pada Anisa,
Dewi mendapat kabar dari Fahri bahwa besok kedua Orang Tua nya akan datang ke rumah mereka. Dengan itu Dewi meminta Anisa Untuk menempati kamar kosong yang ada di sebelah kamarnya.Dan berpura-pura bahagia hidup dengan mereka.
Anisa yang mendengar nya pun sangat terkejut , " Bagaimana ini Mamah Wina akan datang, Lalu bagaimana nanti sikap Ka Fahri terhadapku, Bisa kah dia berpura-pura terhadap ku ?" Di dalam fikiran Anisa berkecamuk .
##
Saat malam tiba Anisa masih berada di kamarnya yang kecil , Ia enggan untuk beranjak dari kamar itu menuju kamar yang berada di lantai dua seperti perintah dari Dewi,
" Neng ayo mbok antar ke kamar atas ."
Ucap mbok Minah setelah masuk ke kamar Anisa.
" Mbok sepertinya Anisa mau di sini saja ."
" Jangan Neng, nanti Eneng kena marah sama non Dewi , Ini tidak lama kok Neng nanti setelah Nyonya besar pulang , Eneng bisa balik lagi ke kamar ini, Ucap mbok Minah lembut seraya Orang tua yang sedang menasihati anaknya.
Anisa pun mengangguk , Mbok Minah dan Anisa beriringan ke lantai atas ,
Setelah menapaki tangga terakhir Anisa di buat takjub dengan interior mewah yang berada di lantai atas , Memang selama Ia tinggal di rumah ini ,Ia tidak boleh menginjakkan kakinya di lantai dua oleh Dewi.
Saat Ia dan Mbok Minah melewati kamar Fahri dan Dewi , Karena kamar yang di tuju berada tepat di sisi kamar mereka, Di situ terdengar canda tawa mereka berdua.
Hati Anisa seperti tercubit, Nyeri dan sesak tanpa sadar Ia memegang dadadanya , Mbok Minah yang melihat reaksi dari Anisa pun paham betul bagaimana rasanya , Menjadi istri yang tak di anggap.
" Neng ini kamarnya, Mbok tinggal dulu yah, Istirahat Neng ,Tidak perlu memikirkan yang berat-berat biarkan saja semuanya mengalir apa adanya, Karena Eneng akan mendapatkan hasil dari kesabaran Eneng nantinya ," Mbok Minah mencoba menasihati.
" Terimakasih Mbok "
Setelah kepergian Mbok Minah dari kamarnya
,Anisa melihat sekeliling kamarnya , Terlihat mewah dan elegan , rapih ,bersih, Dan Ia melihat kasurnya sungguh luas ,mungkin bisa di tempati untuk empat orang.
Sangat kontras dengan kamar nya yang berada di lantai bawah,
Anisa mencoba memejamkan matanya ,Namun entahlah sepertinya mata ini enggan terpejam , " Ternyata kemewahan tidak menjamin kenyamanan ," Gumam Anisa dalam hati. Entahlah drama apa yang akan mereka mainkan esok , Drama dengan tiga pemain utama , Ia ,Fahri ,dan juga Dewi.
Pagipun menjelang Anisa langsung turun ke bawah membantu mbok Minah setelah menyelesaikan Ibadahnya, Mereka menyiapkan bahan masakan yang akan mereka masak untuk menyambut Nyonya besar.
Pukul sembilan pagi Fahri dan Dewi terlihat menuruni tangga, Seperti biasa kemesraan selalu Ia tunjukkan di depan Anisa,
Anisa yang sudah terbiasa hanya menunduk sambil merapikan hidangan yang ada di meja,
Fahri dan Dewi pun duduk , " Sayang nanti Mamah datang jam berapa ?" Tanya Dewi pada Fahri sambil menyendok kan nasi goreng ke dalam piringnya dan memberikannya pada Fahri, " Mungkin sekitar jam 11an sayang ," jawab Fahri lembut.
Terbersit rasa iri dalam hati Anisa , Ia iri mengapa kata sayang juga tidak Fahri ucapkan untuk nya , Bukankah Ia juga istrinya.
Semenit kemudian Ia menghilangkan perasaan itu, Perasaan yang hanya akan membuatnya sakit, Ia lebih memilih kembali ke dapur belakang ketimbang menyaksikan kemesraan dua sejoli itu.
" Mbok,,,Mbok,, " Dewi sedikit berteriak memanggil mbok Minah, Dengan tergopoh-gopoh Mbok Minah mendekati majikanya itu.
" Iya Non ada yang bisa Mbok bantu ?"
" Tolong suruh Si Anisa itu membersihkan diri , Karena sebentar lagi Mamah akan datang ,"
" Ia Non ," Mbok Minah pun langsung menyampaikan pesan nya kepada Anisa.
Pukul 11:15 menit Orang tua Fahri sampai di rumah itu.
" Assalamualaikum sayang , Mamah langsung memeluk Fahri dan bergantian dengan Dewi, Begitu juga dengan Dedy Papah nya Fahri.
" Bagaiman kabar kalian sayang ? " Tanya Mamah pada Fahri dan Dewi,
" Baik mah ," jawab mereka berbarengan.
" Ooh iya sayang di mana mantu Mamah yang imut itu ," Mamah bertanya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Tidak lama kemudian Anisa menuruni anak tangga , Dengan gamis warna merah muda lengkap dengan hijab nya, Terlihat fress, Bahkan terlihat seperti anak SMA padahal umurnya sudah 22tahun .
" Uuuhh,,, Mantu Mamah yang cantik ," Mamah langsung menghampiri Anisa dan memeluk nya erat.
" Bagaimana kabar mu sayang ?,"
" Baik Mah ," dengan lembut Anisa menjawab pertanyaan mertuanya itu,
Tak lupa juga Ia mencium punggung tangan Papah mertuanya.
" Sini sayang duduk dengan Mamah ,"
" Iya Mah," Anisa mengikuti langkah mertuanya yang menuntunnya untuk duduk di samping nya,
"Bagaimana sayang ? Apa sudah berhasil ," Tanya Mamah pada Anisa .
" Berhasil apanya Mah ," Dengan wajah polos Anisa menjawab pertanyaan mertuanya itu.
-
-
-
-
Jangan lupa like dan comenya yah Kaka Kaka ,dan tekan tombol love😍😍, sampai bertemu di episode selanjutnya, Trimakasih 😇😇
" Berhasil apa nya Mah ?, Dengan wajah polos Anisa bertanya pada mertuanya.
" Itu loh sayang, pesanan cucu buat Mamah dan Papah ," dengan semangat Wina menyebut kata cucu,
Anisa terkejut dengan pertanyaan Mamah mertuanya itu,
" Eemm, anu Mah ," Anisa bingung harus berkata apa.
Pandangan Wina pun beralih pada Fahri yang duduk di hadapannya .
Deg.
Tubuh Fahri menegang , Dewi dan Fahri saling berpandangan. Ia bingung apa yang harus Ia jawab pada Mamah , Walaupun pernikahannya sudah hampir empat bulan ,Ia sama sekali belum menyentuh nya, bahkan sekedar mengobrol pun tidak.
" Mungkin belum berhasil Mah ,Biarkan Mas Fahri dan Anisa berusaha dulu , Padahal hampir setiap malam loh Mah Mas Fahri ini tidur dengan Anisa , Iya kan Mas ? ."
" Iya Mah , mungkin memang belum di kasih aja saja ." Fahri menimpali omongan Dewi.
Mamah nya hanya manggut -manggut saja mendengar penjelasan dari Fahri dan Dewi.
" Kalian harus berusaha lebih keras lagi yah sayang," ucap Wina sambil mengelus punggung tangan Anisa.
Anisa hanya mengangguk saja.
Dewi pun terlihat tidak suka dengan perkataan mertuanya .Bahkan mertuanya itu terlihat lebih akrab dengan Anisa dari pada dengan dirinya, " Kau tunggu saja, cucumu tidak akan hadir , Aku pastikan Anisa tidak akan hamil dan Fahri akan segera menceraikan nya , Yah kita tunggu saja saat itu akan tiba ," Gumam Dewi dalam hati.
" Pandai sekali mereka bersandiwara ." Batin Anisa .
" Ayo kita makan siang Mah, " Anisa mengajak Mamah dan Papah mertuanya , Entahlah kenapa mulutnya enggan untuk berbicara dengan Fahri dan Dewi.
" Baiklah sayang , Ayo Pah kita makan dulu ,"
Wina mengajak suaminya ,
Mereka pun beranjak dari duduknya ,menuju ruang makan .
" Apa kabar Mbok ?" Wina menyapa Mbok Minah yang sedang menyiapkan makanan di meja, " Alhamdulillah baik Nyonya, Silahkan di makan Nyonya ."
" Trimakasih yah Mbok,"
Mereka pun makan bersama tanpa suara, Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar.
Setelah selesai , Anisa dengan cekatan membersihkan bekas makan mereka , mengelap meja, dan Menaruh piring kotor ke dalam wastafel ketika hendak mencuci piring , Tiba-tiba Fahri mendekati nya,
"Sayang ,Biarkan nanti Mbok Minah yang mencuci , " Ucap Fahri sambil mengambil lap yang ada di sisi kanan wastafel, dan membersihkan tangan Anisa.
Anisa pucat seketika , Tubuhnya bergetar, tenaganya serasa melemah ketika tangan Fahri menyentuh tangannya , Bahkan tadi Fahri menyebut sayang pada nya.
Karena dirinya memang tidak pernah bersentuhan dengan Lelaki manapun walau hanya sekedar bersalaman ,apalagi bergandengan tangan, Terkecuali dengan Ayahnya.
" Sayang apa kamu sakit ," Fahri agak sedikit panik karena tiba-tiba raut wajah Anisa memucat .
" Mengapa kau begitu pandai bersandiwara Ka, Andai perhatian mu ini benar-benar tulus , Aku pasti akan sangat bahagia,"
Tangan Fahri menyentuh keningnya , Seolah hendak memastikan Ia demam atau tidak.
Anisa pun tersadar dari lamunannya , " Ti ,, tidak Ka , aku baik-baik saja ," ucap Anisa gugup . sambil menarik tangan Fahri dari keningnya,
Di tempat lain ada seorang wanita yang sedang mengepalkan tangannya di bawah meja, Ia sangat cemburu melihat Suaminya bersama Anisa, " Awas saja kau Anisa , Berani kau merebut Fahri dari ku, Akan ku buat menyesal karena berada di antara aku dan suamiku," Dewi berucap dalam hati.
Wina merasa senang karena Fahri akhir nya bisa menerima Anisa sebagai istrinya.
Ia pun merasa begitu cekatanya Anisa membereskan semuanya sendiri tanpa di bantu oleh Dewi,
Dan adegan seperti ini tak pernah ia lihat di lakukan oleh Dewi.
Di sisi lain ada yang diam-diam memperhatikan mereka, Ia lebih memilih menjadi pendengar dan penonton ketimbang
ikut mengobrol. Karena Dedy termasuk lelaki yang tidak banyak omong, " Seperti ada yang tidak beres ," Dedy memandang sekilas ke arah Dewi.
Acara makan siang pun selesai , Mereka memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat.
Wina dan Dedy menempati kamar tamu , yang berada di lantai bawah,
Sedangkan Dewi ,Fahri dan Anisa kembali ke kamar mereka yang berada di lantai dua.
Mereka bertiga pun menaiki tangga , Seperti biasa Dewi dan Fahri selalu bergandengan tangan , Sedangkan Ia ? , hanya menggenggam angin.
Saat Anisa hendak membuka hendel pintunya , Tanganya di cekal oleh Dewi , cekalan yang Semakin lama semakin kuat, Kilatan amarah terpancar jelas di mata Dewi ,
" Aaww, , ,Sakit mba ," Anisa meringis kesakitan .
"Awas saja kau berani menyentuh mas Mas Fahri dan mencari perhatian Mamah , Akan ku buat kau menyesal ," Ucap Dewi penuh amarah.
" Tapi bukan aku yang menyu . . .," kata-kata Anisa terhenti ,karena Fahri menyela omongannya.
" Sudahlah sayang , Bukankah kamu yang menyuruh saya tadi mendekati dia ?" Fahri berucap pada Dewi agar Ia mengerti dan tidak melakukan keributan yang akan membangun kan Mamahnya nanti.
" Iya sayang, Tapi tadi dia menyentuh tanganmu ," Dengan manja Dewi berkata pada Fahri sembari menunjuk wajah Anisa dengan jari telunjuknya.
" Sudahlah itu tidak akan terjadi lagi ," Lalu Fahri mengajak Dewi masuk ke kamarnya , Meninggalkan Anisa yang masih terpaku di tempatnya.
" Sampai kapan aku bisa bertahan ?" Anisa masuk ke dalam kamarnya, Ia membersihkan diri ,lalu Ia melakukan sholat Zuhur .
Sejenak Ia merebahkan tubuh di kasur empuk nya.
Sampai kapan pernikahan ini Ia jalani . Tidak ada kata main - main dalam pernikahan , Tetapi bukankan hati ini punya batas ! , Batas dari sakitnya rasa kecewa, Jika sakit ini sudah menyentuh batas nya , Bolehkan aku menghentikan nya ?,
Apakah aku punya pilihan untuk menyerah ?
Atau harus bertahan karena tidak punya pilihan ?.
Fikiran Anisa begitu berkecamuk di dalam otaknya, Sampai akhirnya Ia tertidur karena kelelahan.
###
" Mah,,, apakah Mamah tidak melihat ada yang aneh dengan mantu kita ?,, Dedi mencoba bertanya dengan istrinya .
" Mantu kita yang mana Pah ?, Dewi atau Anisa ," jawab Mamah .
" Ooh iya ," Dedi memukul kening nya pelan Karena dirinya lupa kalau Ia mempunyai dua menantu.
Wina hanya menggeleng lucu dengan tingkah Suaminya itu.
" Itu loh Mah, si Dewi , seperti sedang ada yang di sembunyikan dari kita ,"
" Tidak boleh suuzhon Pah, Bukankan tadi mereka terlihat biasa saja, Malah anak kita terlihat begitu memperhatikan Anisa ."
Dedy hanya mengangguk saja mendengar penuturan istrinya itu. " Mudah-mudahan ini hanya prasangkanya saja ." Dedy berusaha untuk menghilangkan rasa curiganya.
###
Pukul 5 sore Anisa baru terbangun , Ia mengucak matanya untuk memperjelas penglihatannya, Ia melihat jam di kamarnya.
" Astagfirullah ,, aku ketiduran ," Anisa kaget karena waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia bergegas menuju ke kamar mandi hendak mengambil wudhu dan melakukan ibadah.
Setelah selesai Ia menuruni anak tangga , Ia melihat Mamah dan Papah mertuanya sedang menonton televisi.
" Kamu sudah bangun sayang, Ayo sini kita nonton TV ," Ajak Wina pada Anisa yang terlihat baru menapaki kakinya di lantai bawah.
" Maaf mah , Aku kesorean bangunya ," gumam Anisa sambil menunduk.
-
-
-
-
Jangan lupa like dan comenya yah Kaka Kaka 😊, tekan tombol love yah😍😍, sampai bertemu di episode selanjutnya , Trimakasih 😇😇
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!