"Arrrghhh.... Ampuni aku!!!"
Satu teriakan terdengar dari salah satu kamar apartemen. Ternyata yang berteriak adalah seorang wanita mengenakan baju tidur polkadot putih bercorak merah. Oh, Astaga! bukan, baju itu sebenarnya tidak ada warna merahnya. Baju yang ia kenakan bersimbah darah sehingga dalam keremangan nampak seperti diberi warna baru.
" Ampun! Jangan bunuh aku... "
Lagi-lagi dia memohon belas kasihan, suaranya parau dan sesekali tersedak darah yang naik ketenggorokannya. Namun, seorang yang memakai baju kemeja kasual dan penutup kepala warna putih itu tidak menggubris sama sekali, tangannya yang memegang palu terus saja mengayun memukul paha sang gadis. Teriakan demi teriakan menjelma menjadi musik yang membuat dirinya terhibur. Senyum iblis tercetak diwajahnya nan indah, membuatnya terlihat semakin menawan.
Rupanya dia tidak berhenti sama sekali meskipun suara gadis itu sudah hampir habis dan yang terdengar hanya erangan lemah.
" Membosankan sekali kau Aruna."Cibirnya sembari melayangkan palu kearah kepala Aruna. Benda itu memukul keras tempurung kepalanya, darah segar merembes ke luar. Tanpa ampun dia terus memukul sampai tengkorak kepalanya retak.
Nampaknya gadis yang ia siksa sudah meregang nyawa karena sudah tidak terdengar lagi suara erangan. Satu tangkai anyelir putih diletakkan diantara jemari yang saling menggenggam, sengaja tangannya dibiarkan utuh untuk memegang setangkai bunga yang amat ia sukai.
Setelah selesai dengan aktivitas brutalnya, ia berjalan santai keluar apartemen membiarkan tubuhnya diterpa hujan deras. Darah yang mengotori pakaiannya luruh bersama air hujan, ia sedikit tersenyum saat memasuki mobil mercedes-benz kebanggaan nya.
...°°°...
Pagi itu garis kuning khas kepolisian terpasang disekitar apartemen anyelir 01. Aruna cahyani, artis papan atas yang tinggal disana ditemukan meninggal dunia dengan tubuh bersimbah darah. Dugaan sementara Aruna dibunuh oleh seseorang.
Polisi dan detektif yang memeriksa TKP tidak menemukan petunjuk yang berarti. Mereka hanya mendapati setangkai anyelir putih yang baru dipetik tergenggam erat ditangan putih mulus Aruna.
" Bagaimana detektif Yoga apa pelaku meninggalkan sidik jari atau semacamnya yang bisa mengarah pada pelaku?" Tanya inspektur Adi kusuma. Polisi senior yang sudah mengabdi selama lebih dari dua puluh tahun. Pria yang sudah tidak lagi muda itu masih terlihat tampan dengan sedikit kerutan. Namun, wajah tegas itu terlihat lelah, wajar saja karena dia belum tidur sejak dua hari lalu.
" Saya sudah mengumpulkan semua barang bukti. Sampel darah segera akan saya kirimkan ke petugas forensik untuk di periksa lebih lanjut." Jawab pemuda berusia dua puluh delapan tahun dengan rambut dipotong pendek itu. Dia detektif Yoga ariyanto yang sudah lumayan sering menangani kasus kriminal.
" Saya sudah menginterogasi tetangga Aruna dan tidak ada yang mencurigakan. Alibi mereka kuat." Jelas Yoga kemudian.
Inspektur Adi menghela nafas berat, selama karir nya di bagian kriminal baru kali ini menemukan kasus yang begitu aneh. Tidak ada jejak yang membuktikan pembunuhnya seorang yang handal dan sudah terbiasa melakukannya.
...°°°...
Adrian dinata duduk di kursi kebesaran nya sambil memainkan pulpen ditangan kanan. Mata tajam cenderung sinis miliknya menatap dengan serius pada Inspektur Adi, dia memang sengaja mengundang nya kesini untuk membahas pembunuhan yang terjadi di apartemen Anyelir miliknya.
" Saya sudah menghubungi media dan meminta mereka untuk menurunkan berita mengenai apartemen Anyelir. Saya harap kamu mampu menemukan pelaku dalam satu minggu atau kalau tidak sanggup tutup saja kasusnya." Kata Adrian angkuh sembari menyodorkan amplop tebal berisi uang. Sebagai pemilik apartemen yang selama ini memiliki citra yang selalu baik tentu dia tidak ingin pembunuh tersebut merusak nama apartemennya.
" Pelaku melakukan dengan sangat rapi, kami dari kepolisian tidak mungkin menangkapnya dalam satu minggu, terlebih lagi tidak ada petunjuk sama sekali. "Inspektur Adi berusaha menjelaskan bahwa kasus ini rumit dan akan membutuhkan waktu lama untuk mengusutnya sampai tuntas.
" Apartemen Anyelir tidak bisa kehilangan penyewa hanya gara-gara kasus ini. Lakukan saja tugasmu, kalau anda tidak mau menutup kasusnya saya bisa langsung memintanya pada direktorat. "
Melawan orang berkuasa memang sulit namun Adi tidak bisa menutup kasus ini begitu saja. Apalagi ada tuntutan dari keluarga Aruna untuk segera menangkap pelaku. Aruna bukanlah artis baru, dia sudah berkarya sejak kecil. Koneksi nya ada dimana-mana, namun power keluarga nya tidak bisa dibandingkan dengan Adrian dinata.
Satu minggu kemudian kasus ini mengalami jalan buntu dan resmi ditutup. Setangkai bunga Anyelir hanya mengantarkan mereka ke jalan buntu. Walaupun sebenarnya bukan karena hal itu melainkan karena campur tangan Adrian dinata sebagai pemilik apartemen Anyelir yang tidak ingin citra apartemen nya rusak. Bahkan semua berita tentang pembunuhan yang terjadi sudah diturunkan.
...°°°...
Gadis bertubuh semampai berusia dua puluh lima tahun itu menempelkan kartu aksesnya pada tablet disamping pintu, koper yang cukup besar ia letakkan di lantai dekat kaki. Beberapa saat pintu terbuka, kaki jenjangnya melangkah masuk. Netra bulat cokelatnya memindai seluruh ruangan, satu kata untuk ruangan luas itu adalah mewah.
Ia menggeret kopernya menuju kamar. Ia tercengang melihat ranjang queen size yang besar dan mewah, ada meja rias yang biasanya hanya bisa ia lihat di televisi. Satu set lemari baju, sofa mini yang bisa digunakan untuk bersantai. Ia mendekat kearah jendela,
Sreeettt....
Tangannya menarik gorden yang menutupi kaca, sekarang ia dapat melihat pemandangan padat ibukota. Setelah puas melihat kamar, ia pergi kedapur dan lagi-lagi dapurnya sangat mewah. Memang pantas kalau apartemen ini dinobatkan sebagai apartemen termewah di ibukota.
Gadis yang sekarang mendudukan tubuhnya di kursi meja makan bernama Lisa amelia Sitarus. Ia berasal dari keluarga biasa, namun karena suatu hal ia harus menempati apartemen ini.
Anyelir.
Nama yang agak aneh untuk dipakai sebagai nama sebuah tempat tinggal kelas atas. Lisa menggeleng, tidak mau terlalu memikirkan tentang nama itu, tidak penting juga menurutnya.
Di apartemen ini semua penghuninya berasal dari keluarga kelas atas, mulai dari artis, selebriti, pengusaha, politikus, penjabat dan masih banyak lainnya. Intinya apartemen ini memang untuk orang dengan kekayaan melimpah.
Tempat tinggal yang memiliki keamanan ketat tersebut dua minggu lalu kecolongan. Aruna cahyani, artis papan atas yang tinggal di Anyelir 01 ditemukan meninggal dunia dengan tubuh bersimbah darah. Belum banyak yang mengetahui tentang kejadian tersebut karena tentu saja media sudah di bungkam oleh pemilik gedung apartemen dimana pemiliknya adalah konglomerat Adrian dinata.
Setengah jam lebih duduk dimeja makan lisa bangkit dari duduknya dan masuk kedalam kamar untuk memindahkan bajunya dari dalam koper ke lemari.
Lisa membuka koper dan pemandangan sebuah buku bersampul biru menarik minatnya, ia teringat beberapa hari lalu.
Beberapa hari lalu Lisa bertemu seorang perempuan paruh baya misterius yang mengenalkan diri sebagai Nyonya meisy. Dia menyerahkan satu koper uang pada Lisa yang dapat digunakan untuk biaya operasi adiknya, tapi, dengan satu syarat yaitu Lisa harus tinggal di apartemen Anyelir.
"Ambil buku ini. Kamu boleh membukanya setelah sampai di apartemen anyelir. Karena aku sudah membayarmu kamu harus melakukan apapun yang tertulis didalamnya. "Kata Nyonya meisy menyerahkan sebuah buku bersampul biru yang agak kusam.
Lisa yang sangat membutuhkan uang menerima tanpa berfikir panjang.
" Salah satu penghuni apartemen anyelir meninggal." adalah kata terakhir yang dikatakan Nyonya meisy sebelum akhirnya masuk kedalam mobilnya dan melaju pergi.
Lisa menghela nafas berat menatap buku itu. Sebelum membukanya Lisa mencoba menebak isi buku itu, apa didalamnya tertulis sebuah mantra seperti di film fantasi yang pernah Lisa tonton? Ah, tidak mungkin. Didunia nyata mana mungkin ada yang seperti itu.
Lisa membuka lembaran demi lembaran buku, isinya tak lebih dari sekedar denah sebuah bangunan. Tata letaknya secara terperinci, lisa yakin kalau buku seperti ini jatuh ke tangan maling pasti maling itu bisa dengan cepat menemukan brankas uang. Hanya saja setelah meneliti lebih lama denah tersebut lisa baru menyadari kalau denah ini adalah denah Apartemen Anyelir. Kenapa Nyonya meisy memberikan sebuah buku yang berisi denah padanya?
Mata Lisa terpaku pada beberapa lantai yang ditandai menggunakan tinta merah. Lantai yang ditandai warna merah adalah lantai 09 dan lantai 27. Selain itu ada juga yang diberi tanda dengan tinta ungu dan biru tua. Lisa membuka halaman terakhir;
Merah menyiratkan sesuatu, cari tahu apa yang ada disana. Ungkapkan apa yang tersembunyi!
Kalimat yang tertulis disana agak membingungkan. Setelah berpikir cukup lama Lisa menyimpulkan kalau nyonya meisy menyuruhnya untuk menyelidiki Anyelir 09 dan 27. Tak apa, itu pekerjaan mudah, menyelidiki dan mencari tahu isi apartemen 09 dan 27 adalah pekerjaan yang mudah dan dia sudah bisa mendapatkan satu koper uang.
...***...
Hallo... kembali lagi dengan Mapple.
selamat membaca! Tolong vote, komen dan subscribe yaa😄
Terimakasih.
ig : aca_0325
Lisa pov
Namaku Lisa Amelia Sitarus, biasa dipanggil lisa. Seminggu lalu tempat kerjaku mengalami kebangkrutan sehingga mau tak mau aku harus berhenti kerja. Menjadi pengangguran itu tidak enak sama sekali, apalagi untuk orang kalangan menengah kebawah sepertiku. Bagiku, mencari uang sudah seperti mempertahankan nyawa. Dalam minggu ini sudah kutulis surat lamaran kerja sebanyak sepuluh kali. Sialnya, sampai sekarang belum ada panggilan kerja atau hanya sekedar untuk wawancara.
Pekerjaan tidak ada. Ibuku yang seorang pemabuk dan tukang judi setiap hari kerjaannya minta uang. Ditambah lagi aku memiliki dua adik yang masih membutuhkan banyak uang, dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk mereka sekarang. Uh, benar-benar menyebalkan dan membuat stress.
Biar ku jelaskan secara singkat tentang keluargaku. Aku terlahir sebagai anak sulung dari keluarga yang cukup berantakan. Ayahku kaya, dia pemilik beberapa bar di Indonesia. Hanya saja, dia suka main perempuan. Dia, pria brengsek itu sudah menikah sebanyak sepuluh kali. Istrinya yang sekarang kudengar adalah selebgram yang cukup terkenal. Dia tidak peduli pada keluarganya sama sekali. Setelah ibu melahirkan kami bertiga, ayah menceraikan ibu dan tidak memberi kami nafkah.
Cukup tentang ayahku, sekarang kita beralih pada ibuku. Oh, dia bukanlah ibu yang baik sama sekali. Jika ayah adalah tukang selingkuh dan hobi mengganti istri, maka ibu adalah seorang wanita pemabuk dan tukang judi. Entah sejak kapan, aku tidak terlalu mengingat. Yang jelas sejak aku lulus SD, dia sudah melakukan pekerjaan itu. Dia tidak pernah mengurus kami, membiarkan aku dan kedua adikku kelaparan.
Memiliki kedua orang tua yang sibuk dengan dunianya masing-masing membuatku harus menjadi pelindung dan tulang punggung untuk kedua adikku. Aku bekerja untuk membiayai hidup dan sekolah mereka.
Adikku yang pertama bernama Vanya, dia sekarang sedang kuliah di UGM dengan jurusan manajemen. Vanya harus operasi ginjal beberapa hari lagi dan aku tidak punya tabungan untuk biaya operasi nya. Sedangkan adikku yang kedua bernama Jerry, dia duduk dikelas tiga SMA.
Selain mencari uang untuk kedua adikku, ibuku juga sering merampas dan mencuri uangku. Jika sudah kalah berjudi, dia akan datang kerumah kontrakan sederhana kami. Aku sebenarnya sudah muak, namun melihat bagaimana Jerry sangat mendambakan kehadiran seorang ibu membuatku tak berkutik. Berkali-kali aku menerimanya bahkan ketika setiap kali datang hanya untuk meminta uang. Dia akan memperlakukan Jerry sangat baik, melalui cara itu dia memerasku.
Aku tidak sanggup melukai Jerry sehingga memilih bungkam akan kelakuan ibu.
Vanya yang tengah berjuang dengan penyakitnya dan Jerry yang membutuhkan uang untuk membayar spp sekolah membuatku pusing. Sebab itulah kemarin aku keluar tengah malam, hanya sekedar berjalan-jalan, menenangkan pikiranku yang sedang kacau. Saat itulah aku bertemu seorang wanita paruh baya misterius. Dia datang dengan sebuah mobil mercedes-benz, wanita itu memperkenalkan diri sebagai nyonya meisy.
Sebab itulah sekarang aku berada disini, sebuah apartemen mewah paling bergengsi di ibu kota. Penghuninya tentu bukan dari kalangan bawah sepertiku, mereka orang-orang kelas atas. Artis, pengusaha, politikus dan Seniman terkenal tinggal disini. Ada juga beberapa penjabat yang tinggal untuk beberapa waktu bersama gundiknya.
Aku menatap bangunan lima puluh tingkat yang menjulang tinggi didepanku. Sebuah plang dengan huruf akrilik hilang timbul terpasang di gerbang, ANYELIR. Sebuah nama yang cukup ganjil untuk apartemen kelas atas, desainnya juga terlihat klasik namun berkesan. Aku mendongak, menatap lekat pada balkon dilantai dua puluh tujuh, seorang pria memakai kacamata hitam dan kaos hitam sedang duduk disana. Dia terlihat seperti orang yang sangat menikmati hidup. Ah, sudahlah. Sebaiknya aku secepatnya masuk. Mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen anyelir 29, tepat nya di lantai 29.
Lisa pov's end
...°°°...
Rafan syahdan Farrow adalah putera kedua dari pasangan konglomerat Adam Farrow dan Annisa Farrow. Terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya ternyata tidak menjamin hidupnya aman dan tentram.
Satu bulan lalu ia mendapatkan teror selama lima hari berturut-turut, sebuah kotak merah dikirim ke balkon kamarnya. Penjagaan di mansion keluarga Farrow sangat ketat, kalau kotak tersebut bisa sampai ke balkon kamarnya tanpa di ketahui oleh satpam tentulah pengirimnya bukan orang sembarangan.
Hari pertama Rafan mendapatkan satu pena dan sebuah buku kosong, awalnya ia mengira itu ulah salah satu temannya. Namun, hari berikutnya ia kembali mendapatkan kotak merah lagi, kali ini sebuah lukisan dengan banyak bercak merah berada dalam kotak itu. Lukisan sebuah bangunan menjulang tinggi,
ANYELIR.
Plang besar yang tertulis di gerbang masuk membuat ribuan tanda tanya dikepala Rafan. Bangunan itu milik Adrian dinata, adik bungsu dari ibunya. Tapi, kenapa lukisan itu dikirim padanya? Bercak merah itu apa maksudnya? Tak ada yang bisa memberi jawaban, lukisan beserta kotak itu diletakkan begitu saja disudut kamar.
Hari ketiga, sebuah kotak merah datang lagi. Kali ini sebuah buku bersampul biru kusam yang ada didalamnya, buku yang berisi denah apartemen Anyelir hanya membuat Rafan tambah kebingungan.
Hari ke empat kotak merah berisi selembar kertas kembali ada di balkon kamarnya.
Go, apart 27!
Siapapun pengirimnya, orang itu ingin Rafan datang ke apartemen Anyelir dan menempati lantai 27. Meski, agak frustasi dengan kotak-kotak yang terus berdatangan, Rafan memilih mengabaikan nya dan memfokuskan diri di pekerjaan. Saat ini ia menjabat sebagai CEO Farrow grup, perusahaan elektronik terbesar di ASEAN.
Saat itu tengah malam, Rafan baru pulang dari kantor. Baru saja menghidupkan lampu, sebuah kotak merah yang diletakkan diatas ranjang membuat pria itu terlonjak kaget. Mata tajam nya memandang sekeliling, lalu memeriksa seluruh penjuru ruangan. Semuanya aman, pintu balkon dan jendela masih terkunci lantas bagaimana bisa kotak itu masuk kedalam kamarnya?
Sambil menahan amarah Rafan merobek kasar kotak tersebut,
Besok seseorang akan mati!!!
Rafan melemparkan kasar kotak itu ke sudut ruangan. Ia pergi kekamar mandi untuk berendam, setelah itu memilih tidur tanpa memikirkan kotak aneh itu.
Hanya saja saat terbangun di pagi hari, ia mendapatkan berita mengejutkan. Aruna cahyani meninggal dibunuh ditempat tinggalnya, dalam apartemen Anyelir 01. Rafan duduk terhenyak di sofa yang ada diruang kerja nya, sekarang ia mulai memikirkan dengan serius kotak-kotak yang ia terima.
Jika saja ia menuruti keinginan orang itu untuk datang ke apartemen Anyelir akankah Aruna masih hidup?
Karena tidak ingin mendapatkan kotak aneh lagi, Rafan memutuskan untuk pindah sementara ke apartemen Anyelir. Satu hari setelah kematian Aruna ia resmi menempati apartemen Anyelir 27.
Hari ini Rafan sedang menikmati cuti selama dua hari, matahari bersinar terik diatas langit metropolitan. Rafan duduk santai di balkon kamar, menikmati siang hari dengan segelas kopi americano, minuman yang cocok untuk orang yang sedang malas tidur.
Netra hitamnya menatap kebawah, ia tanpa sengaja melihat seorang wanita muda baru saja memasuki gerbang Anyelir, tangannya menenteng beberapa kresek hitam, sepertinya dia baru pulang dari berbelanja. Alis Rafan tak bisa tidak terangkat saat menyadari wanita itu jauh dari kata mewah. Orang miskin bukan lah orang yang menarik untuk dilihat, Rafan menarik pandangan nya dan memilih menatap jalanan yang sedang ramai.
...***...
Tolong vote, komen dan subscribe ya😄
ig : aca_0325
Terimakasih
Malam hari pertama tinggal sendirian di apartemen Anyelir terasa sunyi. Biasanya setelah makan malam Lisa akan mengobrol singkat dengan kedua adiknya. Tapi, hari ini ia hanya sendirian.
Lisa berdiri dan berjalan ke sisi jendela,
Sreeettt....
Tangannya menarik gorden yang menutupi kaca, sekarang ia dapat melihat malam hari ibukota. Lampu berkelap kelip dijalanan dan gedung tinggi yang masih menjalankan aktivitasnya yang belum selesai. Setelah puas melihat-lihat,ia pergi kedapur mengambil segelas air dingin dari dalam kulkas. Lisa duduk di kursi meja makan sembari mengecek beberapa berita dipencarian teratas.
Meisynta Cassandra kembali menyumbangkan sejumlah asetnya ke panti asuhan Asyura.
Ternyata sebuah kebetulan itu memang benar adanya. Lisa baru pertama kali bertemu wanita itu kemaren dan hari ini tanpa sengaja ia membaca artikel tentang nya.
Setelah membaca beberapa artikel Lisa akhirnya tahu siapa sebenarnya nyonya meisy. Dia adalah generasi ketiga dari turunan konglomerat Abraham Cassa. Salah satu keluarga elit yang paling dihormati di Asia.
"Pantas saja dia memberiku satu koper uang seperti memberikan kertas kosong." Gumam Lisa. Indentitas wanita paruh baya itu membuat Lisa agak tak berdaya, sebab, sekarang otaknya jadi memikirkan sesuatu yang bukan-bukan.
Ia dengan cepat bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar. Agak tergesa ia mengambil buku bersampul biru dari laci, jemarinya mengusap bagian depan buku secara pelan, "Untuk orang dengan latar belakang luar biasa seperti dia, kenapa dia malah memintaku datang kesini untuk menyelidiki anyelir 09 dan 27?"
Padahal kalau wanita itu ingin menyelidiki tempat ini, dia bisa menyewa orang yang lebih profesional, atau dia bisa membeli gedung apartemen ini.
Lisa membuka kembali halaman demi halaman, ia rasa ada sesuatu yang salah disini.
Ting.... ting... ting....
Bel apartemen berbunyi keras. Lisa segera berlari keluar untuk membuka pintu.
"Selamat malam. Ada paket untukmu,"Seorang pria mengenakan seragam kurir menyodorkan satu kotak berukuran sedang.
"Maaf, saya tidak memesan paket apapun." Kata Lisa. Matanya memicing untuk melihat lebih jelas wajah sang kurir yang sebagian ditutupi topi. Ia jarang sekali membeli barang online, tiba-tiba menerima paket tentu saja membuatnya curiga.
"Disini tertulis untuk apartemen anyelir 29, benarkan ini alamatnya?" Kurir tersebut memperlihatkan tulisan yang tidak terlalu kecil disudut kotak paket, benar di sana tertulis alamat yang sekarang jadi tempat tinggal Lisa.
Lisa menerimanya dengan enggan, setelah memastikan kurir tersebut pergi, ia segera masuk. Matanya tidak lepas dari paket yang ia pegang, ia mengguncang pelan dan ternyata tidak berat sama sekali. Lisa membawa kotak tersebut ke dapur lalu membukanya dengan cepat.
Sebuah undangan mewah nan klasik membuat alis Lisa bertaut bingung, seseorang telah mengundang nya untuk datang ke party month.
Party month adalah pesta mewah yang diadakan setiap akhir bulan di apartemen anyelir. Semua penghuni Anyelir diwajibkan hadir. dress code bulan ini adalah biru muda. Lisa melihat tanggal yang tertera-30 april, berarti pesta tersebut diadakan besok malam.
Ting.... ting....
Lisa menggerutu singkat saat bel kembali berbunyi, gadis itu membuka pintu agak kasar.
"Hai, selamat malam." Seorang wanita muda berdiri diluar menenteng totebag hitam, dia mengenakan dress merah ketat yang memperlihatkan sebagian besar kulit putihnya. Hills setinggi 5 sentimeter membalut kakinya.
"kau penghuni baru ya?" Bibirnya tersenyum ramah sekali, tangannya terulur menyodorkan totebag yang dia pegang, "untukmu. welcome to Anyelir. " Katanya girang.
"Terimakasih, eum.." Lisa meringis, ia tidak mengenalnya,
" Clarissa, Clarissa eithria. "Clarissa tergelak melihat wajah bingung Lisa. "Aku tinggal di apartemen 02,"
"mau masuk? " Astaga kenapa terdengar kaku sekali, Lisa merutuki mulutnya yang tidak bisa berbasa-basi dengan baik.
"Tentu saja. "
Clarissa melewati Lisa dengan riang, sesekali dia bersenandung pelan.
" Aku akan membuatkan mu minuman, "
"Oh, tidak usah. mari kita mengobrol saja, kau boleh menanyakan apapun padaku."
Lisa duduk disisi lain sofa, canggung sekali rasanya duduk berdua dengan orang asing. Ia melirik Clarissa yang tidak canggung sama sekali, wanita itu memeriksa ponselnya sebentar kemudian menoleh kearah Lisa. dia tersenyum. Lisa membalas dengan senyum canggung.
" Kau tidak ingin bertanya apapun?"Clarissa memulai kembali obrolan.
" Aruna Cahyani, apa kau mengenalnya?" Diantara banyak pertanyaan entah mengapa Lisa memilih pertanyaan itu.
" Tentu saja. Kenapa? Apa kau penasaran kenapa dia mati? "
Lisa menggeleng ragu.
" Seseorang membunuh nya, Adrian menyuruh polisi menutup kasunya dengan cepat. Orang yang menghilangkan nyawa Aruna bukan orang sembarangan, "
" Maksudku, jika polisi saja tidak mampu kenapa kamu ingin sekali menyelidiki nya. "
"Sudah malam, aku akan kembali ke apartemen ku. Selamat malam." Clarissa pergi setelah memberinya beberapa peringatan.
Aneh. Baru tinggal satu hari disini Lisa sudah merasakan beberapa kejanggalan. Sejak kecil Lisa adalah orang yang lumayan pintar membaca situasi dan keadaan di sekitarnya. Lingkungan Anyelir memberinya beberapa Alarm berbahaya, memberi peringatan lewat kejanggalan kecil.
Ia adalah orang baru dan langsung mendapatkan undangan pesta. Undangan tersebut dikirim melalui kurir paket padahal tuan rumah pesta tinggal di lingkungan Anyelir, Bukankah seharusnya orang itu mengantarkan sendiri?
"Sebenarnya apa yang ingin Nyonya meisy ketahui dari tempat ini? kenapa dia memilihku?" Lisa bermonolog sendirian, menatap bingung kearah lantai yang licin mengkilap. Alisnya bertaut ketika tiba-tiba ingat dengan perkataan Clarissa, dari mana gadis itu tahu kalau Lisa sedang menyelidiki apartemen Anyelir?
"Aku harus mencari tahu secepatnya tentang Anyelir 09 dan 27, setelah itu aku bisa pergi dari sini." Gumam Lisa kemudian beranjak dari duduknya dan kembali ke kamar.
Ia kembali mempelajari denah apartemen Anyelir lalu membuat beberapa cara dan persiapan untuk memulai penyelidikan.
Pertama, Lisa harus mendekati cleaning service dan menggali informasi sebanyak mungkin dari mereka. Pekerja kebersihan yang sudah lama bekerja disini pasti memiliki banyak informasi.
Kedua, Lisa harus mencari cara agar bisa menyelinap masuk kedalam dua apartemen tersebut.
Cukup dua itu untuk sementara. Lisa menutup bukunya, lalu merapikan pakaian nya yang sedikit lusuh. Gadis itu segera pergi keluar untuk mencari tahu apapun yang bisa dijadikan petunjuk.
Jarum jam bahkan belum menyentuh angka sepuluh, tetapi lobi apartemen sudah sangat sepi. Seolah pada malam hari tidak ada kehidupan disini.
Lisa masuk kedalam lift dan menekan angka 9, ia akan mengamati apartemen 9 yang katanya sudah lama kosong.
Tak lama kemudian lift berhenti di lantai sembilan. Lisa berjalan keluar, derap langkahnya bergema menuju pintu. Matanya menatap lamat pada gagang pintu, ia membungkuk sedikit lalu menyipitkan matanya di lubang pintu.
"Apa yang kau lakukan disini, nona?"
Lisa terlonjak kaget, kepalanya sontak menoleh kearah belakang. Petugas keamanan menatapnya tajam dan penuh selidik.
" Selamat malam, pak. Apa ada yang tinggal di dalam sana?"Lisa bertanya setelah menyapa dengan sopan.
"Tidak ada. Mari saya antar kembali ke apart 29." Dia menjawab datar, tangannya menarik tangan Lisa dan membawa kembali masuk kedalam lift.
Lisa hanya bisa pasrah. Ia harus mencari kesempatan lagi untuk bisa masuk kedalam apartemen 9.
...***...
Tolong vote, komen dan subscribe yaa....
ig : aca_0325
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!