Seorang gadis baru saja ingin keluar dari rumahnya. Dan ia sangat terkejut, ketika melihat abangnya pulang membawa seorang wanita cantik yang menurut Alisa itu tidak lazim di lakukan abangnya. Yang membuat Lisa curiga pada wanita itu.
" Bang Amar sama siapa ?" tanya Alisa. Menatap wanita yang bersama abangnya itu penuh selidik.
" Oh ini Mia teman kuliah abang, Mia kenal kan ini adikku Alisa," kata Amar pada wanita itu. Sehingga wanita itu tersenyum manis pada Alisa yang menatapnya penuh curiga.
" Hai.. saya Mia teman Amar. Apa ade yang bernama Alisa. Amar bercerita banyak tentang dirimu. Kau sangat cantik, senang bertemu dengan adik kesayangan Amar.," sapa wanita itu sangat ramah. Membuat Alisa jadi terpaku
" Masa sih kak, oh silahkan masuk saja" kata Alisa yang bingung dengan dirinya sendiri. Yang tadi sempat curiga pada wanita itu. Lalu Lisa bergegas pergi menuju pintu pagar, karna ia ingin pergi ke warung.
" Ade mau kemana?" tanya Amar.
" Mau kewarung bang," Jawab Alisa tanpa menoleh.
" Hati hati, langsung pulang ya, jika sudah selesai belanja," teriak Amar.
" Ya " jawab Alisa. Yang berjalan cepat meninggalkan rumah. Namun sesekali ia menoleh ke belakang. Karna belum yakin dengan wanita yang bersama abangnya.
" Ih....kenapa aku merasa aneh sih, kenapa wanita itu mau saja di ajak ke rumah. Apa dia ngak tahu. Jalan bersama pria yang bukan muhrimnya itu berdosa," kata Alisa bicara sendiri. Sembari terus melangkah ke warung di ujung jalan. Lalu mengelengkan kepalanya. Merasa hatinya tidak nyaman.
" Ih ada apa dengan ku ?" kata Alisa bingung sendiri. Karna entah mengapa hari ini ia begitu kepo pada urusan abangnya itu . Saat melihat abangnya itu pulang membawa seorang wanita cantik kerumah.
Alisa gadis kelas 12 jurusan IPA yang sedang fokus pada ujiannya. Sedangkan abangnya sudah masuk semester 7 yang sebentar lagi akan menyelesaikan skripsinya. Amar dan Alisa tinggal bersama kedua orang tuanya yang bekerja sebagai PNS. Yaitu keluarga pak Farhan yang bekerja di kantor BKD dan istrinya Tiar yang bekerja di kantor pajak
****************
Malamnya keluarga pak Farhan makan bersama di ruang makan. Keluarga kecil itu terlihat sangat harmonis dan rukun. Karna memang bu Tiar selalu mengajarkan putra dan putri nya. Untuk menjadi anak mandiri, baik dan patuh pada orang tua dan juga taat pada agama.
"' Ayah mau lauk yang mana?" kata bunda Tiar. Saat mengisi piring suaminya.
" Apa saja bun " jawab pak Farhan tersenyum.
" De ambilkan sambalnya, abang mau itu," kata Amar. Menunjuk mangkok sambal dekat Alisa.
" Ya bang, nih sambalnya ...oh ya teman perempuan abang tadi mau ngapain datang kesini?" kata Lisa menanyakan Amar.
Sehingga pak Farhan dan bu Tiar menatap putranya itu penuh selidik. Karna tidak biasa nya Amar membawa pulang seorang teman wanitanya kerumah.
" Bang....apa itu benar, apa abang sudah mulai pacaran?" tanya bu Tiar curiga.
" Bukan bun, Mia hanya teman. Tadi Mia kesini, hanya mau pinjam buku lama Amar kok bun. Setelah itu langsung pulang kok. Hanya lima menit kok bun. Ade ngapain sih bahas itu?" kata Amar melirik Alisa tidak senang.
" Abang, abang sudah dewasa. Tapi hati hati dekat dengan perempuan yang bukan muhrimnya. bang Amar tahu sendirikan hukumnya," kata Ayah mengingatkan.
" Ya yah," jawab Amar langsung terdiam. Membuat Lisa menjadi merasa bersalah. Tapi itu harus ia lakukan. Agar abangnya itu sadar. Jika itu tidak baik dilakukan. Mengingat mereka tinggal di komplek perumahan. Yang pastinya akan menjadi omongan para tetangga. Jika melihat sesuatu yang tidak wajar.
" Sudah ayo kita berdoa dulu," kata Ayah.
" Ya yah," kata Alisa sambil melirik abangnya yang mengangkat kedua tangannya..Dan setelah itu mereka makan bersama tanpa banyak bicara. Hanya sesekali ayah dan bundanya bicara. Sedangkan Alisa dan Amar hanya mendengarkan saja. Sambil makan dengan lahap.
Setelah selesai makan malam. Alisa membantu bundanya untuk membersihkan meja. Lalu setelah itu ia kembali ke kamar untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
Clek......
" Huh ....tinggal mengerjakan pr " guman Alisa yang masuk ke kamarnya. Namun betapa terkejutnya Alisa. Saat melihat abangnya sudah berbaring di tempat tidurnya.
" Abang ngapain disini?" kata Alisa heran.
" Tidak ngapain ngapain. Hanya kangen sama ade," kata Amat memangku dagunya menatap Alisa yang kaget melihatnya.
" Apa karna tadi Alisa mengadukan abang sama bunda dan Ayah," kata Alisa yang tahu, pasti abangnya dendam padanya.
" Hehehe. ..rupanya abang punya ade yang sangat cerdas dan pintar. Kenapa memang nya kalo abang membawa teman wanita kerumah. Orang cuma sebentar doang kok. Pake bilang ayah dan bunda" kata Amar menatap Alisa tajam.
" Maaf Alisa tidak bermaksud mengadukan abang. Alisa keceplosan bang," kata Alisa memasang wajah cemberut. Karna tahu pasti abangnya itu akan memberi hukuman padanya.
" Oh ya, tapi ingat mulai sekarang ade ngak akan abang bantu lagi. Untuk ngerjain MTK dan Kimia ," kata Amar sembari berlalu.
" Bang kok gitu sih, ih abang jahat. Masa cuma hanya masalah siang tadi abang marah" protes Lisa tak terima. Karna tidak mungkin ia ambil les di penghujung tahun. Pasti sangat merepotkan. Karna selama ini Lisa lebih nyaman belajar dengan abangnya
" Emang abang pikirin," jawab Amar. Lalu menghilang di balik pintu
" Yah.. apes gue , ih kenapa sih bang Amar jadi sensitif begitu sekarang . Kaya orang datang bulan aja," kata Lisa yang langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Karna kesal di musuhi Amar.
Membuat Lisa berpikir keras. Untuk mencari orang yang bisa membimbingnya belajar menjelang ujian sekolah.
" Bodo amat, aku nyari teman yang bisa ngajarin aku aja. Lagian uang dari bunda untuk tambahan les kan masih ada," guman Lisa yang tahu, jika abangnya itu marah. Pasti itu akan jadi boomerang untuknya. Karna Lisa tahu, abangnya itu punya sifat pendendam . Dan tak mau urusannya di campuri orang lain. Akibatnya ia pun harus terima dengan segala konsekuen nya. Jika abangnya itu sedang marah padanya
" Jangan jangan abang......??" kata Lisa curiga. Berpikir secara logika tentang wanita tadi siang.
" Ah biarlah, lagi pula kan abang sudah mau lulus dan kerja," kata Lisa yang tahu. Abangnya itu kerja paruh waktu sepulang kuliah di bengkel. Yang tidak jauh dari rumah mereka.
Sedangkan Amar yang masuk kamarnya. Terdiam duduk termenung setelah membuat adik kesayangan itu kesal.
" Apa dia marah, ada besok dia akan merengek pada ku," kata Amar dalam hati.
" Ah lihat saja besok, pasti dia akan merengek padaku. Mana mungkin dia mau les di luar sana. Dia kan kuper," kata Amar tersenyum. Sambil berbaring di tempat tidurnya. Sembari tersenyum, karna senang bisa mengerjai adiknya itu.
*************
Dua minggu berlalu. Alisa sedang sibuk belajar dan mengerjakan semua soal soal tambahan dari sekolah. Agar sewaktu ujian ia bisa mendapat nilai bagus. Dan Alisa berharap bisa mendapat kampus negeri terbaik.
" Lis ...loe kemaren bilang mau nyari orang yang bisa ngajar MTK dan Kimia kan, ikut gue aja belajar. Dia itu salah satu guru les dari Neutron. Dan dia bisa mengajarkan kita lebih baik dari pak Dewa," kata Sani teman Lisa.
" Hah... bagus ngak cara membimbingnya. Gue takut malah ngak paham nanti San," kata Lisa.
" Tenang aja beb, pasti di jamin loe cepat paham deh. Pokoknya dia orangnya asyik dan baik juga care sama orang yang di ajarkannya," kata Sani tersenyum.
" Yakin loe, gue mau bayar berapa sebulan? gurunya cewek atau cowok?" kata Lisa bertanya lebih detail lagi.
" Cowok Lis, macho dan keren," kata Sani
" Hah ...cowok !!" kata Lisa kaget. Karna selama ini, ia sangat anti dekat dengan pria. Walau pun Alisa belum mau berhijab. Namun Lisa sangat anti dengan pria selain ayah dan abangnya.
Sani hanya tersenyum. Lalu duduk mendekati Lisa. Lalu berbisik pelan di kuping Alisa.
" Sekali kali dekat sama orang asing kenapa sih, pria di dunia ini bukan hanya ayah dan abang Amar mu itu saja neng. Emang ngak bosan lihat tampang mereka," kata Sani.
" Ih sontoloyo loe San, keluarga itu lebih penting dari pada orang lain. Mereka yang akan menjaga kita. Jika sakit dan ketika kita butuh mereka. Aku ngak pernah merasa bosan tuh melihat ayah dan abangku. Bagiku cintaku pada keluarga kecil ku itu. Suatu hal yang sangat berharga" jawab Lisa dengan wajah serius.
" Hahaha....loe serius amat sih Lis, ya sudah anggap saja loe sedang punya kenalan baru. Kan loe bilang butuh orang buat ngajarin loe, nah mumpung ada kenapa tidak," kata Sani tersenyum.
" Oke...tapi belajarnya harus sama loe, gue ngak mau hanya berduaan. Nanti malah jadi fitnah," kata Lisa.
" Ok sahabatku yang cantik, ngak masalah. Kalo aku sih, malah senang belajar berduaan. Sama tuh cowok keren.Jika ada yang bikin fitnah, minta di kawin aja sama tuh cowok," kata Sani tertawa.
" Dasar cewek gatal loe," kata Lisa manyun.
" Hei gue ini lagi masa puber, lagian sudah mau ujian juga.Dan kita akan lulus sekolah. Gue lagi malas kuliah, gue nyari laki aja ya beb. Sudah malas mikir gue. Enakkan juga dirumah punya laki dan terima duit," kata Sani
" Dasar gila loe San, benaran pengen nikah loe, aku mah ogah," kata Lisa cemberut.
" Ya iyalah, lagian sekolah tinggi tinggi ngapain coba. Ujung ujungnya juga nyari kerja dan punya suami. Lalu ngurus anak dan rumah. Ya sama ajakan pada akhirnya kita di tempatkan di dapur.," kata Sani.
" Pemikiran mu sempit San, tidak semua wanita harus kedapur, kedapur itu wajib bagi kita. Karena itu kodrat kita sebagai seorang wanita. Sedangkan bekerja untuk berkarier. Agar bisa hidup mandiri. Buktinya bundaku saja bisa tuh, membagi waktu. Antara pekerjaan rumah dan pekerjaan di kantornya.," jelas Lisa memberi tahu Sani.
" Iya juga ya, tapi gue malas mikir Lis. Pastinya pelajarannya tambah susah. SMA saja sudah 14 pelajaran. Kalo kuliah pasti tambah banyak. Pasti bakal banyak tugas. Pusing pusing," kata Sani seraya memijat keningnya. Yang membuat Alisa tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
" Ya sudah lesnya akan mulai kapan?" tanya Lisa mengalihkan pembicaraan
" Sore ini juga bisa, jadi setelah pulang kita bisa langsung les. Biar ngak mikir kemana mana," kata Sani.
" Ok, sekalian ngak repot. Ngak nyampe magrib kan?" tanya Lisa.
" Ngak lah , kan hanya belajar dua jam beb. Ngapain lama lama. Makin buntu otak gue nanti, kelamaan mikir," jawab Sani.
" Hush ngak usah ngomong gitu. Ayo ke kantin. Lapar nih," kata Lisa beranjak dari kursinya.
" Ok neng ayo jajan..." jawab Sani, yang ikut beranjak dari tempat duduknya. Lalu kedua nya pun pergi keluar dari kelas.
Sedangkan Amar baru saja ingin masuk ke ruangan kelasnya. Namun tiba tiba saja gawai di kantong celananya bergetar. Dengan cepat Amar pun meraih gawai di saku celananya. Lalu mengangkatnya walau yang ia terima nomor tak di kenal.
" Ya hallo?" jawab Amar.
" ........." suara pelan di sebrang sana yang hanya di dengar oleh Amar.
" Baik saya akan segera kesana," kata Amar dengan wajah terlihat panik. Lalu cepat menutup pembicaraan. Sambil menaruh gawainya ke dalam saku celananya. Dan berbalik arah menuju lorong kampus.
" Mar loe mau kemana?" teriak temannya. Saat melihat Amar.
" Gue izin hari ini, nanti gue minjam catatan loe ya Bram. Gue mau kerumah sakit sebentar, ini darurat ," teriak Amar sembari melangkah pergi. Meninggalkan kelasnya dan hilang di kejauhan.
********************
Dirumah sakit seorang pria paruh baya dan seorang pria muda duduk menemani pak Farhan. Yang tadi mereka tolong. Saat pak Farhan mengalami kecelakaan di tabrak truk. Dan untungnya pria yang menolongnya pak Zaki teman lamanya.
" Aku sudah lama mencari mu han, Dia ini adalah putramu... bayi kita tertukar. Sebab itulah aku memintanya untuk menyumbang kan darah untukmu. Karna kau adalah ayah kandungnya," kata pak Zaki. Sembari menatap pria muda di sampingnya.
" Ini tidak mungkin !!" kata pak Farhan. Cukup terkejut mendengar perkataan pak Zaki. teman lamanya itu.
" Ya , tapi inilah faktanya. Karna saat aku terkena serangan jantung. Darahnya tidak sama dengan ku, begitu juga dengan maminya," kata pak Zaki lagi menjelaskan semuanya.
" Pak Zaki....." kata pak Farhan bingung. Sedangkan pria muda di dekatnya. Hanya tertunduk diam menghadapi kenyataan lain tentang dirinya. Namun papinya tetap akan menganggapnya dirinya anak kandungnya. Sampai Zain menemukan kedua orang tua kandungnya. Begitu pula pak Zaki yang ingin bertemu putra tunggalnya yang sudah tertukar sejak dari bayi.
Kenyataan itu sangat pahit. Namun pak Zaki tidak bisa diam saja. Setelah tahu fakta sebenarnya. Ia berusaha tegar dan menjelaskan semuanya pada sang istri dan Zain putra tunggalnya. Agar bisa menerima kenyataan itu. Lalu mereka pun mencari keberadaan pak Farhan. Yang pada akhirnya tak sengaja bertemu. Saat pak Farhan mengalami kecelakaan. Yang di tolong oleh pak Zaki sendiri.
" Anakku, tapi bagaimana dengan Amar? Dia sudah seperti putraku sendiri," kata pak Farhan. Merasa berat akan kehilangan Amar. Yang selama ini mereka asuh dengan kasih sayang yang tulus.
" Aku masih menganggap Zain seperti putra ku sendiri han, tak ada yang berubah dengan hal itu. Walau pun Amar tinggal bersama kami. Kami tidak akan mengusir Zain. Dan itu terserah pada Zain, jika masih ingin tinggal di rumah kami. Kami tidak pernah merasa keberatan. Tapi semua ini harus kita luruskan. Karena kebenaran itu tidak mungkin kita tutupi selamanya," kata pak Zaki. Yang terlihat begitu tenang
" Ya kau benar, kita harus meluruskan semuanya" kata pak Farhan dengan mata berkaca kaca. Lalu meraih tangan Zain dan memegangnya sambil mengusapnya.
" Apa kau terkejut nak?" tanya pak Farhan.
" Awalnya iya, tapi seiringnya waktu. Zain harus menerima kenyataan ini. Karena kebenaran tidak akan bisa kita tutupi. Tapi bolehkan jika Zain tetap menganggap papi, papi Zain," kata pria itu terlihat gugup. Seraya menoleh pada pak Zaki dengan wajah sendu.
" Ya dia tetap papi mu. ini bukan salahmu, tapi takdir lah Yang sudah memisahkan kita. Dan takdir jua yang mempertemukan kita kembali," kata pak Farhan yang berusaha menerima apa yang ia hadapi saat ini. Karna selama ini pak Farhan tidak pernah menyangka. Putra yang ia besarkan, ternyata bukan putra kandungnya. Namun itu tidak membuatnya menyesal. Karena putranya juga tumbuh menjadi pria yang sangat baik. Bahkan Zain juga tergolong anak yang pintar. Sebab Zain sudah menjadi wakil direktur di perusahaan papinya. Yang baru lulus kuliah tahun kemaren.
" Ya han, kau benar. Tapi bagaimana dengan Amar sekarang ? Apa dia kuliah dengan baik. Seperti apa putraku itu tumbuh?" kata pak Zaki penasaran
" Amar sedang menyelesaikan kuliahnya mungkin 6 bulan lagi dia akan wisuda. Ia akan menjadi seorang arsitek," kata pak Farhan pelan.
" Alhamdulilah, dia pasti tumbuh menjadi anak pintar dan menjadi pria yang tampan sama seperti Zain," kata pak Zaki merasa terharu. Jika putranya itu, juga memilih menjadi seorang arsitek seperti dirinya.
" Ya putramu itu anak yang sangat pintar dan juga baik. Dia berkuliah dengan jalur beasiswa. Bahkan dia juga sudah bekerja paru waktu di sebuah bengkel. Untuk belajar hidup mandiri," kata pak Farhan.
" Ayah......." kata sebuah suara berat. Yang berdiri terpaku sedari tadi. Mendengarkan semua perkataan ayahnya. Sehingga ketiga pria itu menoleh kearah suara tersebut.
Pak Farhan pun lalu menyuruh Amar untuk masuk dan duduk di dekat pak Zaki. Lalu pak Farhan menjelaskan semuanya pada Amar jika ada kesalahan di masa lalu. Namun bibirnya tak sanggup berkata kata lagi. Saat melihat Amar terpaku diam. Sehingga pak Zaki pun melanjutkan cerita selanjutnya.
" Itu tidak mungkin ?" kata Amar tak percaya. Sembari menatap ke arah Zain.
" Kami pun awalnya tidak percaya nak. Namun dokter sudah melakukan tes DNA. Jika Zain memang bukan putra kami," kata pak Zaki. Sembari merangkul bahu Amar erat. Karna pak Zaki merasa terharu. Putranya yang duduk di sampingnya itu tumbuh sehat dan baik baik saja.
" Maaf kan ayah nak" kata pak Farhan yang berharap istrinya cepat datang. Karna tidak tega melihat wajah Amar yang terlihat sangat sedih.
" Itu bukan salah ayah, Bukankah ayah bilang ini takdir hidup" kata Zain Yang sudah tahu lebih dulu. Jika dirinya bukan anak pak Zaki..Dan Zain bisa menerima semuanya dengan berlapang dada. Tidak dengan Amar yang baru tahu. Hingga Amar terlihat sangat shock.
************
Sore ini di tempat lain. Alisa yang pulang sekolah bersama Sani. Duduk tenang di boncengan motor teman nya itu. Hari ini mereka akan menuju tempat les. Setibanya di sebuah rumah besar yang terlihat estetik. Motor Sani langsung berhenti di teras. Disana terlihat anak anak SMA lain. Yang juga ikut les duduk belajar sambil diskusi. Ternyata rumah besar itu merupakan, tempat bimbel yang baru saja di bangun.
" Ayo masuk, tuh banyakkan yang ikut les. Ayo kita kesana," kata Sani.
" Apa tutornya sudah datang?" tanya Lisa mengedarkan pandangannya. Ke sekeliling ruangan tempat itu.
" Bentar lagi kali, ayo duduk disini," kata Sani. Yang duduk di karpet tebal dan menaruh tasnya di meja. Di meja terbuka bersekat dinding tipis.
" Kalian sudah datang," kata suara bariton menyapa keduanya
" Eh kak Dean , ya kak. Ini kenalkan Alisa teman Sani yang ikut les disini bersama Sani Lis ini kak Dean, yang akan mengajarkan kita MTK dan Kimia," kata Sani.
" Saya Lisa kak," kata Lisa yang menangkup kedua tangannya. Tanpa mengulurkan tangan nya pada pria di depannya. Sehingga pria itu hanya tersenyum memaklumi
" Manis dan sangat sopan" batin Dean tersenyum manis pada kedua gadis berbaju abu abu itu.
" Baiklah, ayo kita mulai.... mumpung masih sore. Takut nanti kalian akan pulang kemalaman," kata Dean.
" Ya kak," kata Sani. Yang balas tersenyum manis. Tidak dengan Lisa yang cepat menundukkan kepalanya.
" Ganteng dan keren kan?" kata Sani berbisik pelan di telinga Lisa
" Hmm," jawab Lisa tanpa menjawab. Karna Dean terlihat dewasa seperti abangnya.
Lalu mereka pun mulai belajar. Dean pun menjelaskan semua cara mudah. Untuk bisa menghadapi semua soal soal MTK yang sulit. Agar kedua nya cepat mengerti dan paham. Hingga Lisa merasa asyik belajar dan mengerjakan semua soal soal yang di berikan padanya. Sebagai latihan pemula
**************
Malamnya setelah selesai sholat magrib. Alisa pun lansung ke dapur. Berniat untuk membantu bundanya.
" Bun, kok sepi sih. Apa abang dan ayah belum pulang?" kata Lisa.
" Ayahmu di kamar, hari ini ayah cuti sampai minggu depan. Karna masih kaget dengan musibah kecelakaan kemaren. Sedangkan abang mu belum pulang," kata bunda menjelaskan.
" Astagfirullah, apa ayah terluka parah bun?" tanya Lisa. Sebab kemaren ia langsung tidur Setelah kelelahan pulang dari sekolahnya.
" Tidak, hanya memar sedikit de. Tapi ..." kata bunda yang tidak melanjutkan ucapannya.
" Tapi kenapa bun?" kata Lisa penasaran
" Ah bukan apa apa, minggu depan akan ada abangmu yang lain. Yang akan tinggal disini. Dia akan tinggal bersama kita. Dia itu....." kata bunda lagi terdiam.
" Hah....abang lain, maksud bunda abang sepupu dari paman Bram itu. Jadi abang itu jadi akan berkuliah di sini ?"tanya Lisa yang mengira abang sepupunya akan tinggal bersama mereka.
" Ya , tapi ini bukan putra paman Bram de dia ....
" Dia bang Zain de, dia akan tinggal di sini sementara. Karna bang Amar akan ke luar kota beberapa hari. Dia bisa menganti kan bang Amar untuk mengantar ade, jika berangkat sekolah," kata Amar yang tiba tiba muncul di dapur.
" Abang sudah pulang, kok bikin kaget bunda dan Lisa sih. Ya sudah, tidak masalah. Yang penting Lisa tidak terlambat berangkat ke sekolah," kata Lisa.
Sedangkan bunda dan Amar saling tatap. Karna mereka belum bisa menjelaskan apa yang terjadi pada keluarga mereka. Amar tak tega untuk mengatakan kebenaran itu pada adiknya. Bunda juga merasa belum mampu untuk menjelaskan semuanya. Apa lagi mengingat Lisa yang akan menghadapi ujian akhir sekolah. Yang membuat bunda Tiar dan Amar takut, jika Lisa tahu Amar bukan abang kandungnya. Ia akan kaget dan shock Sehingga menganggu pikiran Alisa
" Maaf, abang tidak bermaksud untuk mengangetkan ade dan bunda. Oh ya bagaimana dengan nilai ulangan harian ade?" tanya Amar menatap lekat wajah Lisa.
" Ya lumayan bagus bang, ade sudah mulai paham kok tentang cara mengerjakan soal soal MTK itu," kata Lisa tersenyum.
" Oh ya, baguslah. Apa bang Amar perlu menemani ade belajar lagi?" kata Amar lagi.
" Ngak bang, ade sudah punya guru yang bisa menjelaskan semuanya dengan detail. Sehingga Lisa paham cara mengerjakannya bang" kata Lisa.
" Ya itu kemajuan hebat, Jika ade masih kurang paham juga. Ade bisa bertanya pada bang Amar kapan saja," kata Amar.
" Siap bang, lalu kapan abang mau ngajak ade ke pantai. Katanya bang Amar mau ngajak Lisa kesana" kata Lisa menagih janji Amar minggu lalu.
" InsyaAllah jika ada waktu, bang Amar janji akan ajak ade ke pantai ," kata Amar lirih. Merasa hatinya sakit. Sadar kini mereka tidak akan bisa lagi dekat seperti dulu lagi
Karna Amar adalah anak tunggal. Dan akan tinggal bersama kedua orang tua kandungnya
Dan Amar akan bertukar tempat dengan Zain. Yang akan pulang kerumah aslinya.
" Bang....ayo bantu taruh di meja," kata bunda. Membuyarkan lamunan Amar.
" Ya bun," kata Amar cepat membantu bundanya. Yang dua hari ini masih terlihat sedih. Karna kenyataan pahit tentang Amar. Saat itu bunda Tiar tidak percaya, jika Amar bukan putranya.
" Tidak ...itu tidak mungkin. Amar tidak mungkin putra kalian!!" kata bunda yang sorenya itu datang untuk mengantikan Amar menjaga suaminya.
" Ini tes DNA nya bu, kami juga, sudah mencocokan darah Zain dengan darah pak Farhan," jelas pak Zaki malam itu. Yang membuat bunda Tiar menangis sejadi jadinya. Apalagi saat melihat Zain. Yang terlihat mirip dengan suaminya. Saat istri pak Zaki ingin bersilahturahmi pada pak Farhan. Karna pria itu lah, yang merawat anak kandungnya.
" Bun...kok melamun," tegur Lisa saat melihat bunda Tiar terdiam. Saat sedang menata piring.
" Bun...." kata Amar menatap lekat wajah bunda Tiar.
" Kalian duduklah dulu, biar bunda yang panggil ayah di kamar," kata bunda Tiar Yang terlihat seperti orang bingung.
" Ya bun, bang ada apa dengan bunda?"tanya Lisa. Saat bundanya menghilang di balik dinding ruang makan.
" Mungkin bunda hanya banyak kerjaan, ayo kita duduk,"kata Amar menarik kursi untuk Lisa. Sembari melirik adik .palsunya itu.
Sedangkan Lisa merasa aneh. Dengan sikap bundanya hari ini. Yang menurutnya tidak biasa. Begitu juga dengan abangnya yang terlihat seperti tidak dari biasanya.
" Aneh....ada apa dengan bunda ya?" batin Lisa bertanya tanya dalam hati. Yang merasa itu mengusik hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!