Pagi yang masih berselimut kabut di iringi suara hilir mudik kelotok perahu yang membawa para wisatawan menyusuri Siring sungai Martapura. Sesekali mereka berpapasan dengan para pedagang yang menawarkan dagangan mereka. Sudah menjadi rahasia umum kalau di Banjarmasin terdapat salah satu objek wisata sisir sungai dan juga pasar terapung, wisatawan dalam daerah sampai mancanegara pun ikut meramaikan pasar terapung.Dengan suasana yang sedemikian unik tentu saja sayang untuk tidak di abadikan melalui lensa kamera dan terlihat satu di antara mereka ada seorang fotografer yang sedang memegang kamera dan menjepret sesekali.
Dari salah satu sudut kamera tanpa sengaja Rama memotret seorang gadis cantik yang mengenakan baju merah muda dan kerudung putih yang terlihat serasi. Sekali lagi Rama memotret gadis itu melalui kamera ditangan nya dan kali ini dengan sengaja.
Setelah menyusuri sungai Martapura dan menikmati suasana pasar terapung perahu pun menepi ke dermaga, mereka bergantian naik ke tepian. Tanpa di duga perahu di belakang mereka menyenggol sisi perahu yang lain dan membuat goyah dan tidak seimbang.
" Zahra awas". Seru gadis di sebelah Zahra.
Aulia menarik lengan baju Zahra sehingga dia tidak kenapa napa.
" ternyata nama dia Zahra". gumam Rama dalam hati.
Dan breg. tiba tiba tanpa sengaja Zahra menabrak nya.
" ma'af.. Ma'af.." Zahra penuh sesal saat melihat kamera di tangan Rama hampir jatuh.
" ma'af mas .. Nggak sengaja teman saya hampir jatuh jadi saya tarik. " Aulia ikut cemas .
" iya nggak papa. " sahut Rama.
" beneran mas. "
" Beneran nggak papa, nggak ada yang rusak masih aman. " jawab Rama dengan senyuman.
Setelah drama perahu goyang, syukur nya tak ada korban yang terjatuh ataupun tercebur ke air. Para wisatawan pun masing-masing berpencar menikmati suasana di sana. Rama sendiri mengekor di belakang dua gadis yang baru dia tau salah satu nya bernama zahra. Karena begitu banyak nya orang di sana Rama pun tertolong hingga dia tak begitu kentara sedang mengikuti dua gadis di sana terlebih dengan kamera yang sesekali dia jepret kan mengabaikan momen di sana tentunya tak terlihat aneh jika Rama berjalan mondar mandir sambil di belakang mereka.
Kedua gadis itu pun mampir di salah satu jajanan di sana setelah memesan minuman dan makanan Zahra dan aulia duduk menunggu. Rama pun terbawa arus dan ikut pula memesan makanan di sana padahal dia sendiri masih bingung mau makan apa hingga akhirnya memesan soto Banjar.
Mereka pun sama sama menikmati sarapan pagi itu Rama yang duduk di meja yang tak jauh dari mereka terlihat lahap dan menyukai makanannya.
" Nanti kamu mau konsep nikahan nya gimana? " tanya Aulia.
" ya belum tau juga sih nanti setelah runding keluarga dan tanya Wahyu dulu." sahut Zahra.
" Ah sial. Masa iya aku jatuh hati dan patah hati di saat bersamaan. " sekali lagi Rama hanya bisa bicara dengan diri nya sendiri.
Meski tak begitu jelas Rama pun faham apa yang sedang dua gadis itu bicarakan. Meski saat ini dia belum bisa mencerna perasaan nya sendiri tapi dia sadar gejolak hati yang tadi nya menggebu seketika terasa layu saat mendengar gadis itu membahas pernikahan. Rama pun segera dengan lahap menghabiskan hidangan di depan nya, setelah selesai makan dia pun ke kasir dan ingin membayar tapi kasir bilang sudah ada yang bayar dan menunjuk dua gadis tadi.
" ma'af.. Kata kasir nya kalian yang bayar makanan saya? ".
" oh iya mas, sebagai permintaan ma'af karena tadi sudah bikin kamera mas jatuh." ujar Zahra.
" Tapi kan nggak kenapa kenapa. " kata Rama.
Mereka saling pandang sesaat.
" kalau begitu terima kasih." dia tidak ingin menolak niat baik mereka. " sebagai gantinya boleh kita berkenalan?" tanya Rama.
" saya Rama..."
" Aulia..." sahut Aulia
" Zahra.."
Dekorasi mulai menghiasi dinding rumah Zahra karena dua hari lagi akan dilangsungkan pernikahan nya dengan Wahyu, beberapa sanak saudara yang jauh pun sudah mulai berdatangan. Zahra anak kedua dari bersaudara, Kakak laki laki nya sudah menikah dan juga dikaruniai seorang anak sedang si bungsu adiknya yang perempuan.
"kakak pengantin bagaimana perasaan anda?" ejek Shafa mendatangi kamar Zahra.
" kamu ini de ". Melempar bantal kearah Shafa.
Dengan riang nya Shafa menjauh dan menghindar. Zahra kembali merapikan kamar nya yang sudah di dekor dengan nuansa putih silver di meja rias dia meletakkan bunga segar dalam pas bunga.
" kak... " seru Shafa.
" apalagi sih de.. " kali ini Zahra dapati raut wajah yang berbeda yang tadi nya dia kira Shafa ingin kembali mengejek nya tapi sepertinya tidak karena tak sumringah sebelum nya.
" Ada Tante nya kak Wahyu didepan. " Shafa memberi tahu.
Segera Zahra keluar dan dia lihat mama dan Abah sudah duduk berhadapan dengan tante dewi adik dari ayah Wahyu, entah kenapa melihat raut wajah orang orang diruangan itu seperti ada sesuatu.
" ada apa ini bah?" tanya Zahra.
" nak, duduk dulu disebelah mama. " ujar sang mama.
Di atas meja Zahra melihat kotak cincin pertunangan dia dan Wahyu disamping nya ada surat yang seperti nya sudah dibuka. Abah mengambil dan menyerahkan surat itu pada Zahra, perlahan, Zahra membaca isi surat itu yang ternyata Wahyu membatalkan pernikahan nya. Syok tentu saja rasa nya seperti tersambar petir disiang bolong Zahra mencoba menahan air matanya yang sangat sulit dia bendung hingga membuat mata nya berkaca kaca.
" a.. Apa ini maksudnya Tante? " tentu saja Zahra sudah membaca isi surat itu tapi rasanya tak masuk akal bagi nya.
" ma'af Zahra Tante mewakili keluarga minta ma'af yang sebesar besarnya. "
" kenapa baru memberi tahu sekarang setelah dekor terpasang undangan sudah disebar." tanya Abah dengan lantang.
" Anak gadis kami kalian anggap apa?
saya terima jika memang ingin membatalkan karena saya yakin anak saya akan mendapatkan laki laki yang lebih baik dari Wahyu. Tapi ini nama nya kalian mempermainkan anak saya. " tambah Abah masih dengan nada tegas.
Saat itu juga Zahra berlari ke kamar tanpa memperdulikan orang orang disana. Segara Zahra mengunci pintu dari dalam dan kali ini dia tak bisa menahan air mata nya lagi. Hati perempuan mana yang tak bersedih kala gerbang pernikahan yang semula dia sambut riang ternyata malah menjadi alasan air matanya keluar.
......................
Setelah sepekan berlalu hari yang semula menjadi tanggal pernikahan nya dengan Wahyu, Zahra berusaha tegar dan tak memperlihat kan kesedihan yang sebetulnya masih sangat amat menyayat perasaan nya. Dekorasi kamar pun sudah seperti sedia kala sebelum acara pernikahan yang gagal, pas bunga yang semula cantik dihiasi bunga yang cantik dan segar mulai layu karena tak sempat untuk Zahra mengganti air didalamnya. Sesaat Zahra termenung memandang pas bunga itu.
" Bunga yang cantik saja bisa layu. mewakili sekali dengan perasaan ku sekarang. " gumam Zahra dalam hati dengan senyum yang terasa hambar.
" Zahra..." panggil sang kakak dari luar kamar.
" iya kak. "
" sore kakak balik ke Surabaya kamu ikut kan nganter ke bandara." ajak Yusuf.
" aku dirumah saja ya kak." sahut Zahra.
" ayolah de, jangan mengurung diri terus dikamar. kalau perlu ajak teman mu liburan. "
Zahra tersenyum dan mengangguk. Dia memang tak pernah memperlihatkan tangis nya dihadapan keluarga dia berdiam diri dikamar dan kemudian kembali tersenyum saat bercengkrama dengan keluarga besar tapi tentu saja mereka pun tau didalam kamar pasti Zahra menangis dan menahan luka nya sendiri.
" Yang kuat ya de. Insya Allah nanti ganti nya lebih baik. "
" eh apaan sih kak nggak usah dibahas lagi. " Zahra selalu menghindar mengenai pernikahan nya yang gagal dia berusaha membuat semua nya seperti tidak terjadi apa apa.
" di amin kan atuh de... "
" iya iya... Aamiin. " sahut Zahra dengan tawa kecil.
" ini bukan akhir dari segalanya nya, kita harus terus berbaik sangka atas apa yang terjadi. Insya Allah yakin semua nya akan baik-baik saja." Yusuf berusaha menguatkan adiknya.
" Tapi Abah sama mama pasti malu, sanak saudara yang jauh sudah tau." ujar Zahra.
" musibah mana ada yang tau,de. Jangan kamu pikirkan perkataan orang, pikiran diri kamu sendiri jangan suka bengong sendiri." sang kakak mengingatkan.
" semua sudah dikembalikan kan,kak." tanya Zahra.
Saat lamaran Zahra sudah menerima seserahan dan juga lain sebagainya dan zahra meminta agar semua di kembalikan tanpa terkecuali. Dia tidak ingin satu hal pun yang tersisa.
" sudah, kakak sendiri yang mengantar nya. kakak tidak bertemu dengan Wahyu, hanya keluarga nya yang mewakili."
Mendengar itu Zahra hanya mengangguk.
Meski kuat bukan berarti dia tak sedih, namun begitu bukan berarti dia juga tak bisa bangkit. Hanya saja tiap orang memiliki proses nya masing-masing punya porsi nya masing-masing, entah butuh berapa lama untuk diam dalam kesedihan dan juga kapan bisa memulai semua nya lagi dari awal. Sebagai seorang wanita ketika dia sudah bersedia untuk menerima seseorang sebagai pendamping nya berarti dia percaya dan menaruh separuh hidupnya pada laki-laki itu dan itu bukan hal yang gampang, dan ketika kepercayaan nya itu di sia-siakan begitu saja maka kata ma'af apa yang bisa dengan mudah menghapus kecewanya.
Jangan katakan lemah ketika wanita menangis, tapi itu lah cara dia menyembuhkan lukanya. Hatinya terasa kering dan gersang semua musnah, dan air mata lah yang membuat hati nya bisa lega Seperti disirami kembali. Dia tau kapan harus berhenti menyirami kegersangan itu dan dia tau kapan dia bisa memulai semua nya lagi.
Sesuai yang di katakan Yusuf bahwa sore ini dia akan kembali Surabaya keluarga Zahra pun mengantar Yusuf beserta istri dan anak nya ke bandara tak terkecuali Zahra namun dia meminta untuk pergi dengan Aulia saja menaiki sepeda motor. Keluarga pun mengizinkan, mereka tau Aulia teman terdekat Zahra terlebih saat ini mereka masih mengkhawatirkan kondisi Zahra setelah kejadian tempo hari.
" Ra, serius kamu baik baik aja sekarang? " Aulia masih khawatir.
" menurut kamu? ".
" Ya mana ada orang baik baik saja setelah kejadian seperti itu... Lagian kenapa sih? Apa alasan dia? Kamu juga memang nya nggak ada komunikasi sama dia, tanya gitu minta kejelasan. " Bisa terbaca aulia pun kesal dengan mantan tunangan teman nya itu.
" Aku belum ada tenaga untuk itu. Rasanya capek banget setelah hari itu... Wajar nggak sih aku seperti itu. " curhat Zahra.
" kamu itu capek batin Zahra. kamu masih mau ngomong aja aku sudah bersyukur, kita semua takut kamu kenapa kenapa. " sahut aulia.
" Takut apa... Bunuh diri. " tebak Zahra.
" hus kamu ini Ra."
" Benar kan? " Zahra tertawa. " karena aku juga takut kalau aku nekad dan hilang kekuatan". Sambung Zahra lagi.
" me ma'af atau melupakan yang harus aku dahulukan?" tanya Zahra lagi.
" orang seperti itu memangnya pantas untuk di ma'af kan?" Aulia balik bertanya.
" kamu jangan mikirin dia lagi. Fokus sama diri kamu sendiri saja. Dia aja gak mikirin bagaimana perasaan kamu tinggal pergi begitu aja tanpa penjelas." Aulia geram.
" kalau jadi aku kamu bagaimana? "
" kalau aku ya... Aku labrak kerumah nya aku lempar pakai batu tuh muka." Aulia emosi. Zahra pun tertawa mendengar nya.
"sudah.. Nanti kita liburan saja, biar hilang beban pikiran." ajak Aulia.
" ke pantai yuk? Aku mau banget ke pantai, terakhir aku kepantai itu waktu SD." kata Zahra mengusulkan.
" memang nya kamu berani minta izin ke mama mu?"
" ya gak lah... Kamu yang minta izin, biar aku di bolehin." pinta Zahra.
Sambil berkendara mereka berbincang terus sepanjang jalan sampai tak terasa mereka sudah dekat bandara. Kedua nya pun segera menemui keluarga Zahra yang datang tak berselang lama dan mengantar kepergian yusuf. Yusuf kakak zahra sudah menikah empat tahun yang lalu mereka dikaruniai seorang anak laki laki yaitu Alif, setelah menikah Yusuf sudah menetapkan di Surabaya sambil mengajar di salah satu pondok pesantren disana yang pemiliknya masih berteman baik dengan Abah Zahra. Setelah mengantar kakak nya Zahra pun berpencar dari rombongan orang tua nya dia dan aulia dengan santai melenggang kearah parkir.
"Mas Rama. " Aulia mengenali seseorang yang sedang berjalan arah masuk.
" Zahra. Aulia " Rama pun mengenali mereka.
" kalian mau kemana? ". Tanya Rama.
" kami habis mengantar kakak nya Zahra mas. " sahut Aulia.
" seperti nya mas Rama yang mau berpergian. " ujar Zahra yang melihat koper yang masih dipegangi Rama dan juga ransel di punggung nya.
" eh iya. Aku mau balik ke bandung. "
" wah sudah puas berlibur disini ya mas. " ujar Aulia.
" Berlibur nya belum puas tapi masa libur nya yang sudah habis " sahut Rama. Mereka pun saling melempar senyum.
Dipertemuan yang singkat itu Rama memberikan kartu nama nya pada mereka, kali ini memperkenalkan diri sebagai seorang fotografer barang kali suatu saat mereka ada perlu dan mau memakai jasa dia.
...----------------...
Hari ini Zahra berencana pergi bersama Aulia kerumah salah satu teman nya yang mengadakan selamatan kelahiran anak nya, dan karena biasanya Zahra jaga toko baju milik keluarga nya dia menunggu Aulia untuk menjemput.
Tak berselang lama Aulia datang dengan pakaian yang sudah rapi menyesuaikan tema acara.
" kita nggak terlambat kan Ra? "
" nggak kok acara nya juga baru mulai. "
Namun saat Zahra ingin menutup toko dan bersiap pergi sebuah mobil berhenti didepan toko dan mereka mengenali mobil itu. Benar saja yang keluar adalah ibu dari Wahyu, mantan tunangan Zahra.
" Zahra. Boleh ibu minta tolong nak. Kali ini saja... " Ibu Wahyu memelas memohon. Zahra dan aulia masih tak mengerti apa yang dimaksud dan apa yang di mau.
" Ibu minta ma'af untuk semua yang terjadi. Atas nama Wahyu ibu minta ma'af... "
" kenapa ibu yang harus minta ma'af, Wahyu sendiri mana? Kenapa tak pernah berbicara langsung pada saya dan keluarga? " tanya Zahra menahan segala perasaan yang bercampur aduk.
" Zahra bisa ikut ibu sekarang? Kita bicara dengan Wahyu. " pinta nya lagi.
Kali ini Zahra memandang aulia dia tak ingin mengambil keputusan sendiri terlebih dengan keadaan dia yang sekarang campur aduk, Aulia Menggenggam tangan Aulia dan mengangguk.
" kita selesaikan semua nya, aku yang temani ". kaya Aulia meyakinkan.
Dia tau ini mungkin kesempatan terakhir mereka untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi karena sejak saat itu Wahyu tak bisa dihubungi dan tak pernah muncul untuk memberikan penjelasan pada mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!