NovelToon NovelToon

EROTOMANIA

Bab 1 Pesan Misterius

Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.

Apakah Hani adik yang tidak tahu diri? Mengapa Hani tidak bersama keluarga besarnya di pemakaman? Mungkinkah Hani orang yang egois?

Tidak, semua itu tidak benar. Hani adik yang sangat disayangi kakaknya. Mereka sangat dekat satu sama lain. Dani meninggal karena melindungi Hani dari seseorang yang ingin menculik Hani. Penculik itu menusuk perut Dani dengan sebuah pisau dan Dani meninggal di tempat kejadian.

Seminggu sebelum Dani meninggal, sepupu Hani yang bernama Eky juga meninggal karena menolong Hani dari tabrakan sebuah mobil yang saat itu melaju kencang karena sopirnya dalam keadaan mabuk berat.

Tidak hanya itu, kakak perempuan Hani gagal menikah karena calon besan takut anak mereka akan meninggal setelah menikah dengan kakaknya Hani. Dari tiga kejadian itu, keluarga besar Hani menganggap Hani pembawa sial. Mereka semua meracuni pikiran orang tua Hani. Hani akhirnya diusir dari rumah.

Mama Hani saat itu sangat kehilangan Dani. Begitu juga dengan batalnya pernikahan putri pertamanya yang sudah disusun dan diatur rencananya berbulan-bulan lamanya. Pikirannya kacau, dia orang pertama yang mengusir Hani dari rumah. Dan Fani kakaknya Hani sangat mendukung keputusan mamanya karena terlanjur sakit hati kepada Hani.

Tapi berbeda dengan Papa Hani. Sebegitu sedihnya dia kehilangan Dani, tapi akal sehatnya masih waras dan menganggap semua itu adalah takdir Tuhan. Hani tidak bersalah atas meninggalnya Dani dan putusnya pertunangan Fani. Papa Hani mengirim Hani ke kota lain tanpa sepengetahuan keluarga besarnya.

Setelah Dani dimakamkan, Hani berbalik badan meninggalkan pemakaman sebelum keluarga besarnya menyadari kehadirannya. Dengan berurai air mata, Hani masuk ke dalam taxi menuju bandara.

Tibalah Hani di parkiran bandara. Hani kembali melihat kotanya. Hani tidak akan pernah tahu kapan dia akan kembali ke kota ini.

"Permisi Dek, maaf, hmmmm," seorang pria terlihat gelisah berdiri di depan Hani.

"Iya," tatap Hani.

"Maaf, dari tadi saya ingin menghubungi seseorang tapi kemungkinan nomor saya diblokir. Boleh saya pinjam hp sebentar. Please," pria itu mengatupkan kedua tangannya.

Hani menatap curiga ke arah pria itu. Dan pria itu sangat mengerti kecurigaan Hani.

"Baiklah, saya pinjam hp mu sebentar, sebagai jaminannya kamu pegang hp saya ini," Pria itu memberikan ponselnya kepada Hani.

Hani dengan ragu-ragu memberikan ponselnya dan mengambil ponsel pria itu sebagai jaminan kalau ponselnya tidak dibawa lari pria asing itu. Dan pria itu menghubungi seseorang. Dari pembicaraan yang didengar Hani, teman pria itu memutuskan kembali ke kotanya.

"Valdi, kapan kamu dewasa!" Pria itu menutup teleponnya.

"Ini, terima kasih. Dan ini biaya untuk mengganti pulsa kamu." Pria itu mengembalikan ponsel Hani dan memberikan sebuah amplop kepada Hani.

"Hmmmm, gak usah Ka," Hani juga mengembalikan ponsel pria itu.

Tapi pria itu tetap memaksa Hani untuk menerima amplopnya. Pria itu berjalan meninggalkan Hani. Hani mematung menatap kepergian pria itu.

Hani menerima sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak tersave di ponselnya.

08xxxxxxxxxx : Dasar pembawa sial. Jangan pernah berhubungan dengan pria, jika tidak ingin dia celaka!!!!

Hani mengedarkan pandangannya. Hani memperhatikan semua orang yang ada di parkiran bandara. Dan tatapan Hani tertuju pada pria yang baru saja meminjam ponselnya. Pria itu sedang berbicara dengan seseorang via ponselnya. Dan dari arah samping kanannya, sebuah mobil taxi dengan kecepatan tinggi menabrak pria itu.

BRAAAAAAKKKK!

Pria itu terpental ke udara dan terjatuh menghantam aspal jalan. Taxi itu melarikan diri. Semua orang yang ada berlari menyelamatkan pria itu. Hani berinisiatif menolong, tapi lagi-lagi ponselnya berbunyi. Hani dengan gemetaran membuka aplikasi hijaunya.

08xxxxxxxxxx : Jangan coba-coba menolongnya, kalo tidak, kamu juga akan celaka!!!.

Hani langsung berlari masuk ke dalam bandara. Wajah Hani pucat, keringat dingin membasahi wajahnya. Petugas bandara membantu Hani sampai masuk ke dalam pesawat. Hani bilang kepada mereka, ini pertama kalinya naik pesawat. Mereka akhirnya memaklumi dan membantu Hani.

Di dalam pesawat, Hani menutupi wajahnya dengan selimut yang diberikan pramugari kepadanya. Hani terlelap. Pramugari kembali ke kursi Hani, melihat Hani yang terlelap, pramugari meminta bantuan kepada pria yang ada di samping kursi Hani. Pramugari memberikan ponsel Hani kepadanya.

Lagi-lagi ponsel Hani mendapatkan pesan singkat dari seseorang. Pria yang di samping Hani penasaran. Dia membuka ponsel Hani.

08xxxxxxxxxx : Tunggu saja, sebentar lagi pria yang ada di sampingmu itu juga akan merasakan akibatnya.

08xxxxxxxxxx : Ingat, kamu tidak akan pernah bisa bersama pria manapun. Karena kamu pembawa sial.

Pria asing itu memegang ponsel Hani. Pria itu menatap orang yang ada di sebelahnya. Setelah pesawat lepas landas, Hani terbangun. Hani membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Hani terkesiap melihat pria yang ada di sampingnya.

"Maaf, nama saya Valdi. Tadi Pramugari nitip ponsel ini ke saya. Apa ini milikmu?" Valdi menyerahkan ponsel Hani.

"I ... iya. Saya Hani. Makasih,"

"Apa ini pertama kali kamu naik pesawat?" tanya Valdi.

Hani mengangguk. Hani memandangi ponselnya. Valdi bilang ke Hani, di dalam pesawat, Hani masih bisa berkirim pesan. Mode ponselnya sudah diatur Pramugari ke mode pesawat. Hani membuka ponselnya dan membaca isi pesan yang ada. Kembali Hani memucat. Hani tidak pernah setakut ini.

"Hani, jangan takut. Kamu aman di sini," bisik Valdi.

Pesawat mulai terasa sedikit berguncang. Lama kelamaan guncangan itu bertambah kuat. Semua penumpang berteriak, terdengar dari mereka memuji Tuhan dan ada juga mengucapkan takbir. Para Pramugari berusaha menenangkan penumpang.

Tanpa sengaja Hani memegang kuat lengan Valdi. Hani tampak pucat pasi.

"Maaf, maafkan saya. Saya ini pembawa sial. Seandainya Anda tidak duduk di samping saya, Anda tidak akan mengalami hal semacam ini," dengan mulut yang bergetar Hani memandangi Valdi.

"Maksudmu apa?" Valdi memandangi Hani yang semakin pucat.

"Kak Eky baru saja meninggal karena bersama saya. Begitu juga dengan Kak Dani. Semua orang yang dekat dengan saya akan mati. Cepat menjauh!" Hani mendorong tubuh Valdi.

"Hani, Hani, sadar! Semua itu sudah jalan Tuhan," Valdi menenangkan Hani memasukkannya ke dalam pelukan.

"Tolong, menjauh dari saya," Hani berhasil melepaskan pelukan Valdi.

Di saat suasana pesawat dalam keadaan kalut, ada yang menangis, protes, bertanya kepada pramugari, Hani melihat seorang pria memakai jaket hitam, menggunakan topi berkacamata dengan masker yang menutupi wajahnya berjalan menuju kursinya. Hani sempat melihat kilauan cahaya dari balik jaketnya.

Pria itu dengan sedikit berlari mengeluarkan pisau lipat yang ada di balik jaketnya. Hani dengan cepat berdiri, menarik tangan Valdi.

JLEEEEB!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 2 Pendaratan Darurat

JLEEEEB!

Perut Hani tertusuk pisau. Pria itu terbelalak. Dia melarikan diri. Tak seorangpun yang melihat kejadian itu karena situasi saat ini di dalam pesawat sangat kacau. Perut Hani dilumuri darah. Hani memegang pisau yang menancap di perutnya. Sakit sungguh sakit. Pandangan Hani menghitam. Tubuhnya melayang, Hani terduduk dipangkuan Valdi.

"Hani, kamu kenapa?" Valdi memegangi pundak Hani yang oleng.

Hani tidak sadarkan diri. Valdi melihat tangan Hani yang berlumuran darah.

"Tolooooong, tolooooong, di sini ada yang terluka!" teriak Valdi.

Perhatian semua penumpang dan Pramugari tertuju kepada Hani. Para penumpang diam, duduk kembali ke kursi masing-masing. Pramugari memeriksa Hani.

"Tolong, siapa di sini yang bisa membantu. Ada yang terluka!" teriak Pramugari.

"Gawat, pesawat kita dibajak," kata salah seorang penumpang.

"Iya, sebaiknya kita semua tenang. Jangan ada lagi korban," sahut penumpang yang lain.

"Saya, seorang Dokter," seorang pria mendekat membawa peralatan medis.

Hani masih di atas pangkuan Valdi. Dokter itu mencoba memberikan bantuan untuk menahan agar Hani tidak terjadi pendarahan.

Lagi-lagi pesawat berguncang hebat. Sang Pilot memberikan pengumuman akan melakukan pendaratan darurat di bandara kota terdekat. Pilot menginstruksikan semua penumpang untuk menggunakan sabuk pengaman. Dokter yang menolong Hani duduk di kursi Hani. Sedangkan Valdi masih setia memangku Hani. Valdi memeluk erat Hani yang tidak sadarkan diri.

Terdengar ledakan dari sayap pesawat. Pesawat kembali berguncang. Kali ini guncangannya membuat semua penumpang terluka. Penumpang kembali riuh. Sekuat apapun para Pramugari berteriak, penumpang tidak bisa tenang.

Pesawat semakin tidak terkendali. Masker oksigen secara otomatis keluar dari tempat penyimpanannya. Valdi memasangkan masker oksigen kepada Hani. Terdengar suara awak kabin.

"Kepada semua penumpang, harap memakai sabuk pengaman. Kami akan melakukan pendaratan darurat. Silakan mengambil pelampung yang ada di bawah kursi Anda."

Pesawat melakukan pendaratan darurat. Pesawat menyentuh air, guncangan terasa semakin hebat. Terdengar benturan keras. Dan akhirnya mereka selamat mendarat di tepi pantai.

BOOOMMMM!

Bunyi ledakan maha dahsyat. Pesawat meledak dengan seketika. Beruntung semua selamat, mereka semua berhasil keluar dari pintu darurat.

Tangis haru pilu jadi satu saat mereka semua menyentuh daratan. Banyak awak kabin, Pramugari dan penumpang yang terluka. Tidak berapa lama terdengar raungan ambulans. Dengan penuh rasa tanggung jawab, seluruh awak kabin pesawat langsung mengevakuasi para penumpang.

Hani, Valdi dan Dokter yang membantu Hani masuk ke dalam ambulans. Di dalam ambulans Dokter dan seorang perawat memasangkan infus dan alat bantu pernapasan kepada Hani.

Mereka tiba di rumah sakit. Hani dimasukkan ke dalam ruangan UGD. Valdi juga segera diobati. Beberapa bagian tubuhnya terluka, kepalanya terbentur dinding pesawat. Kakinya juga sakit karena menahan beban Hani.

"Maaf, teman Anda akan segera dioperasi. Apakah Anda keluarganya?" tanya Dokter rumah sakit kepada Valdi.

"Saya baru hari ini bertemu dengannya. Apakah saya bisa menjadi walinya?" tanya Valdi.

Dokter itu diam dan menuju ke meja administrasi. Tidak berapa lama, seorang perawat menghampiri Valdi membawa setumpuk kertas. Valdi dengan teliti membaca setiap kata dan menandatanganinya.

Tidak berapa lama Hani keluar dari ruangan UGD dibawa menuju ruangan operasi. Valdi dan Dokter yang tadi bersamanya di pesawat, duduk di depan ruangan operasi.

"Kenalkan nama saya Dokter Arash. Saya Dokter umum di Kota B," Dokter Arash memberikan kartu namanya kepada Valdi.

Valdi melakukan hal yang sama, mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu namanya.

"Luka teman Anda sangat dalam. Saya harap teman Anda akan bertahan. Dan kepalanya juga mengalami benturan sangat keras saat pesawat kita menukik tajam," Dokter Arash menghela napas.

"Saya harap dia selamat," ucap Valdi.

Sewaktu di dalam ambulans, Valdi sempat menghubungi seseorang yang ada di kota itu. Dan Orang itu dengan mudah menemukan Valdi di depan ruangan operasi.

"Dokter Arash?"

"Hei, Risa. Apa itu kamu?" Dokter Valdi berdiri di depan seorang gadis.

"Apa kalian saling mengenal?" Valdi memandangi Risa dan Dokter Arash.

"Dokter Arash teman SMA ku," jawab Risa.

"Risa adalah sepupu saya," kata Valdi.

Valdi dari kejauhan melihat orang kepercayaannya berdiri menunggunya. Valdi meninggalkan Risa dan Dokter Arash. Valdi mengajak orang kepercayaannya ke kantin rumah sakit.

"Bos, tanpa sengaja salah seorang penumpang di pesawat merekam ini," orang itu menunjukkan sebuah video kepada Valdi.

Ternyata di dalam video itu, seorang pria berjaket hitam, berkacamata, bermasker mencoba menusukkan pisau ke arahnya. Tapi Hani mencoba untuk menolongnya.

"Tolong selidiki siapa pria itu. Dan apakah dia orang yang sama yang telah mengirimkan pesan ke ponsel ini," Valdi memberikan ponsel Hani.

"Segera laksanakan Bos," Pria itu berpamitan meninggalkan rumah sakit.

Valdi mengingat kata-kata terakhir Hani saat di pesawat. Hani bilang dia adalah pembawa sial. Siapa saja yang dekat dengannya akan sial. Valdi juga ingat pesan yang dikirim seseorang kepada Hani.

Ini tidak ada hubungannya dengan kesialan, ini penguntitan. Ada orang yang menyukai Hani dan orang itu cemburu melihat Hani dekat dengan pria lain. Dan hanya orang gila yang bisa melakukan itu, batin Valdi.

Valdi kembali ke ruangan operasi. Di sana masih ada Risa dan Dokter Arash yang asik ngobrol. Valdi memperhatikan Dokter Arash dari atas sampai ke bawah. Jaket yang dipakainya sama persis dengan orang yang ada di video tadi. Valdi menepis kecurigaannya. Valdi tidak cukup bukti. Valdi duduk bersama mereka.

Valdi merasa tidak tenang. Valdi melihat ada noda merah di sepatu kets putih Dokter Arash. Semakin diperhatikan itu adalah noda darah. Apa mungkin itu noda darah Hani. Kemungkinan iya, karena Dokter Arash telah menolong mengobati Hani di dalam pesawat. Mungkin saja darah Hani jatuh mengenai sepatunya.

Valdi duduk di sebelah Dokter Arash. Valdi membayangkan saat ini dirinya berada di dalam pesawat sedang memangku Hani yang sedang berdarah. Posisi perut Hani saat itu ada di antara kedua pahanya dan kepala Hani ada di tangan kirinya.

Valdi mencocokkan nomor kontak Dokter Arash dengan nomor kontak terakhir yang mengirim pesan ke Hani. Ternyata bukan Dokter Arash. Valdi salah, Valdi sudah mencurigai orang yang salah. Valdi mengirim pesan kepada orang kepercayaannya.

Valdi : Apakah ada info siapa pemilik nomor telepon itu?

Fadil : Tidak terdaftar Bos.

Valdi : Sekarang juga tolong hubungi nomor itu!

Fadil : Ok.

Terdengar suara ponsel yang bergetar dari balik jaket Dokter Arash. Valdi melebarkan kedua matanya. Valdi mendekatkan telinganya.

"Hmmm, maaf Dok. Ponselnya bergetar, apa mungkin ada telepon masuk," tunjuk Valdi ke kantong jaket Dokter Arash.

"Oh iya," Dokter Arash merogoh kantong jaketnya.

Tanpa sengaja Dokter Arash menjatuhkan ponselnya. Ponsel Dokter Arash terus saja bergetar. Layar ponselnya menyala. Valdi melihat dari layar ponsel itu tertulis 'Hani panggilan suara'.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 3 Cinta Tapi Menyiksa

Dokter Arash memandangi ponselnya. Nampak sangat jelas saat ini Hani sedang menghubunginya. Dokter Arash dengan cepat mengambil ponselnya yang ada di lantai, tapi sayang teleponnya terputus. Dokter Arash menatap ke ruangan operasi.

"Hani? Siapa Hani?" tanya Risa.

"Seorang teman," jawab Arash pucat.

"Teman apa teman?" goda Risa.

"Hmmm, Dokter Arash, terima kasih banyak untuk hari ini. Jika Dokter ada kesibukan lain, silakan," kata Valdi.

"Oh iya, Risa, Valdi, aku harus ke kota B. Permisi,"

"Sampai jumpa," Risa melambaikan tangannya.

Valdi mengirim pesan singkat kepada Fadil.

Valdi : Kerja bagus.

Fadil : Maaf Bos. Nomornya tidak bisa dihubungi. Berkali-kali saya telpon di luar jangkauan.

Valdi terdiam. Lagi-lagi dia salah paham kepada Dokter Arash. Apakah nama orang yang baru saja menelpon Dokter Arash kebetulan sama dengan Hani? Siapa Hani yang baru saja menghubungi Dokter Arash? Valdi kembali duduk diam. Risa dengan setia menemani Valdi di depan ruangan operasi.

Dokter Arash jauh meninggalkan ruang operasi. Dokter Arash yakin yang barusan nelpon bukanlah Hani.

Dokter Arash mengetik pesan.

Arash : Siapa kamu?

Hani : Hani.

Arash : Jangan bohong.

Hani : Jangan ganggu Hani lagi. Pergilah ke alam baka.

Arash : Siapa kamu?

Hani : Malaikat maut, sampai jumpa di akhirat.

Arash hampir saja membanting ponselnya. Arash duduk di kursi tunggu yang ada di luar rumah sakit. Arash gelisah, dia ketahuan. Selama ini diam-diam Arash menyukai Hani yang pertama kali ditemuinya di pinggir jalan.

Arash mengingat pertemuan pertama mereka.

Hari Minggu Arash pergi ke taman kota. Arash melihat seorang gadis meloncat masuk ke dalam sungai. Saat itu Hani sedang menolong seekor kucing yang hampir saja tenggelam. Hani menceburkan diri ke dalam sungai ketika melihat seekor kucing yang sengaja dilempar ke dalam sungai. Orang itu marah karena si kucing mencuri ikannya.

Arash yang merasa kasihan melihat Hani yang basah kuyup, memberikan satu stel baju ganti yang ada di dalam mobilnya. Baju yang rencananya diberikan Arash kepada temannya. Entah kenapa sejak hari itu Arash sangat menyukai Hani. Diam-diam, ketika Hani berganti baju di dalam mobil Arash, Arash mengambil ponsel Hani yang kebetulan ranselnya berada di luar mobilnya. Arash menyimpan kontak Hani.

Hani berterima kasih kepada Arash atas bantuannya mengeluarkan Hani dari sungai dan pemberian bajunya. Mereka tidak saling berkenalan. Hani berpamitan sembari membawa kucing yang baru saja diselamatkannya.

Setiap hari Arash melacak keberadaan Hani dari ponselnya. Sepulang dari kerja Arash selalu menyempatkan diri melihat Hani dari kejauhan. Arash diam-diam memotret Hani. Isi kamarnya dipenuhi dengan foto-foto Hani. Arash cemburu melihat Hani dekat dengan dua pria yang selalu saja disisinya.

Arash semakin gila satu hari saja tidak melihat Hani. Hani seakan candu baginya. Perasaan suka berubah menjadi cinta. Cinta yang sama sekali tidak pernah Hani ketahui. Cinta yang tidak pernah Arash ungkapan. Cinta diam-diam yang menyesakkan dada. Cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta sendirian.

Dalam bidang akademik Arash tidak perlu diragukan. Tapi dalam bidang percintaan, Arash masih baru. Arash begitu sombong, menganggap semua wanita akan bertekuk lutut kepadanya. karena dia seorang Dokter berpenghasilan tinggi dan kaya. Memang dalam kehidupan nyata, banyak yang mengejar cinta Arash, tapi tidak satu pun dari mereka yang Arash suka.

Entah mengapa setelah melihat Hani, Arash langsung suka. Lama-lama menjadi cinta. Tapi lama kelamaan cinta Arash berubah menjadi benci. Benci karena Hani begitu mudahnya akrab dengan pria lain. Sampai-sampai Arash berpikir untuk memberikan hukuman kepada Hani. karena Hani hanya milik Arash seorang.

Sore itu Arash melihat Hani keluar dari rumahnya bersama dengan seorang pria yang lebih tua dari Hani. Mereka sangat akrab, tertawa bersama. Arash mengikuti mereka. Mereka berhenti di minimarket.

Arash membayar seorang pria mabuk untuk menabrak Hani. Ya sasaran Arash adalah Hani. Ketika Hani keluar dari minimarket, pria mabuk itu hendak menabrakkan mobilnya ke arah Hani, tapi Eky berhasil mendorong jauh Hani. Eky terpental, tubuhnya berguling-guling di aspal. Dan pria mabuk itu kembali melindas tubuh Eky sampai Eky kehilangan nyawa.

Tidak sampai di situ, Arash sangat terobsesi kepada Hani. Arash berniat untuk menculik Hani. Arash berpura-pura menanyakan alamat kepada Hani di saat Hani sedang berada di luar pagar rumahnya. Ketika Hani lengah, Arash menutup wajah Hani dengan saputangan yang sudah diberikan obat bius. Hani pingsan tidak sadarkan diri. Arash dengan cepat mengangkat tubuh Hani.

Usaha Arash sia-sia karena Dani berhasil mengejarnya dan merebut kembali Hani. Sempat terjadi tarik-menarik antara Arash dan Dani. Dani menarik Hani. Dani sempat melayangkan tendangan keras ke perut Arash. Arash marah dan menikam jantung Dani dengan sebuah belati.

Arash menulis di sebuah kertas 'Hani Gadis Pembawa Sial' dan kertas itu dikalungkan Arash di leher Hani. Kemudian Arash melempar batu ke kaca rumah Hani. Dari situlah keluarga Hani mulai percaya bahwa Hani adalah pembawa sial. Arash tertawa riang ketika mengetahui Hani diusir keluarganya.

...----------------...

Arash mengepalkan tangannya. Seandainya saja Valdi tidak ada, Hani akan mati di tangannya. Arash marah melihat Hani rela mengorbankan nyawanya demi pria yang baru saja ditemuinya.

"Gawat, ponsel Hani ditemukan seseorang. Orang itu pasti akan melaporkan ku. Pekerjaan ku terancam. Hani, nikmati sisa harimu. Aku akan kembali,"

Arash memasukkan ponselnya ke dalam jaket. Arash melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit. Arash berdiri di pinggir jalan sambil menunggu taxi lewat. Arash memperhatikan billboard di seberang jalan. Billboard yang akan diturunkan oleh beberapa orang. Dalam hati Arash bertanya, bagaimana rasanya kejatuhan billboard. Arash tersenyum sendiri.

Tiba-tiba saja awan hitam berkumpul. Langit gelap berkelabu. Angin bertiup kencang. Terdengar suara riuh gemuruh. Titik-titik bening dari langit mulai berjatuhan. Petir menyambar tiang billboard. Para pekerja billboard menghentikan pekerjaan mereka. Mereka memilih menyelamatkan diri.

JGEEEER!

Kembali petir menyambar tiang billboard. Billboard yang tadinya berdiri kokoh perlahan mulai merunduk. Semua orang berlarian mencari tempat yang aman. Arash memilih kembali ke rumah sakit. Arash ikut berlari seperti orang-orang.

Angin semakin kencang, hujan semakin lebat. Terdengar suara pecahan kaca dari gedung seberang jalan. Semua orang menjerit ketakutan. Para pengendara motor banyak menepikan motor mereka karena tidak sanggup menahan kuatnya tiupan angin.

Salah satu pohon besar yang ada di pinggir jalan jadi amukan angin. Ranting-rantingnya berterbangan tak tentu arah mengikuti kemana angin melemparnya.

Dan kali ini nampak lah putaran angin melewati billboard yang tiangnya patah. Billboard itu berputar-putar dalam pusaran angin. Dengan entengnya billboard yang berat itu menari di dalam pusaran angin. Angin itu murka dan melemparkannya tepat ke arah Arash yang berlari.

BRAAAAKK!

AAGGGGHHH!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!